KONSEP BERFIKIR KRITIS DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN DOSEN PENGAMPU PENGAMPU : Ns. Ns. Esthika Ariyani Ariyani Maisa, M.kep M.kep
Disusun oleh : Uthari Chintya Dewi (1711311007) Mukhlisin Putra (1711311025) (1711311025) Ilda Yunanda (1711312011) Ulfha Putri Rahmi (1711312021) Nia Sandra (1711312027) (1711312027)
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami kirimkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa , karena atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat membuat dan menyelesaikan makalah kami yang berjudul “ KONSEP BERFIKIR KRITIS DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN KEPERAWATAN ”. ”.
Pada makalah ini kami tampilkan hasil diskusi kami, kami juga mengambil beberapa kesimpulan dari hasil diskusi yang kami lakukan. Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan laporan ini, diantaranya: 1. Yang terhormat Ibu Ns. Esthika Ariyani Maisya, M.kep selaku dosen mata kuliah Konsep dasar Keperawatan II. 2. Pihak-pihak lain yang ikut membantu dalam pelaksanaan maupun proses proses penyelesaian makalah ini. Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran. Namun, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun pembahasan dalam makalah ini, sehingga belum begitu sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kekurangan- kekurangan tersebut sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Januari 2018
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................... PENGANTAR..................................................... ............................................ ................................... ............. DAFTAR ISI......................................... ISI............................................................... ............................................ ....................................... ................. BAB I : PENDAHULUAN........ PENDAHULUAN.............................. ............................................... ............................................... ......................... ... 1.1 Latar Belakang......................................... Belakang............................................................... ............................................. ....................... 1.2 Rumusan Masalah......................... Masalah............................................... .............................................. .................................. .......... 1.3 Tujuan .................................................. ........................................................................ ............................................ ......................... ... BAB II : PEMBAHASAN............ PEMBAHASAN.................................. ............................................ ............................................ ......................... ... 2.1 Definisi Berfikir Kritis ………………………………………………. 2.2 Komponen-komponen dari Berfikir Kritis …………………………. 2.3 Tinjauan Proses Keperawatan………………………………………. 2.4 Contoh Kasus dalam Berpikir Kritis ………………………………... 2.5 Pembahasan Kasus…………………………………………………… 2.6 Fungsi dan Manfaat Berpikir Kritis dalam Keperawatan …………... BAB III : PENUTUP.................................... PENUTUP.......................................................... ............................................ ............................... ......... 3.1
Kesimpulan.....................................................................................
3.2
Saran...............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................... ................................................................. ............................................ ......................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Di Keperawatan, peran perawat adalah untuk membantu individu sakit atau sehat dalam kinerja aktivitas yang menunjang pada kesehatan dan pemulihannya atau pada kematian yang tenang (International Council of Nurses, 1973). Definisi ini mencakup kompleksitas dari keperawatan. Ketika diberi tanggung jawab untuk membantu individu dalam mencapai kembali atau meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu untuk berpikir secara kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menemukan jalan keluar yang terbaik untuk kebutuhan klien. Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Sedangkan berpikir kritis
merupakan
proses
yang
menantang
seseorang
individu
untuk
menginterpretasi dan mengevaluasi informasi untuk membuat penilaian. Konsep dasar dalam berpikir kritis ini terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang, selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang kita miliki. Ketika perawat mengarahkan berpikir kearah pemahaman dan menemukan jalan keluar dari masalah kesehatan klien, prosesnya menjadi bertujuan dan berorientasi pada tujuan. Dalam kaitannya kaita nnya dengan keperawatan, berpikir kritis adalah relektif, r elektif, pemikiran yang masuk akal tentang masalah keperawatan tanpa ada solusi dan difokuskan pada keputusan apa yang harus diyakini dan dilakukan (KataokaYahiro dan Saylor, 2004). Berpikir secara kritis menantang seorang perawat untuk menelaah asumsi tentang informasi terbaru dan untuk menginterpretasikan serta
mengevaluasi uraian dengan tujuan mencapai simpulan suatu perspektif baru (Strader, 1992). 1.2 Rumusan masalah
1. Apakah definisi dari berfikir kritis? 2. Apa saja komponen dari berfikir kritis? 3. Apa saja tinjauan proses keperawatan ? 4. Apa contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis? 5. Bagaimana pembahasan mengenai kasus tersebut? 6. Sebutkan fungsi dan manfaat pada berpikir kritis ? 1.3 Tujuan
a) Mengetahui definisi dari berfikir kritis b) Mengetahui komponen-komponen dari berfikir kritis c) Mengetahui tinjauan dari proses keperawatan d) Mengetahui contoh kasus yang menerapkan berpikir kritis e) Mengetahui pembahasan mengenai kasus tersebut f) Mengetahui fungsi dan manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Berfikir Kritis
Berfikir Kritis atau Critical thinking yaitu yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Menurut Bandman (1998) berfikir kritis adalah pengujian yang rasional terhadap ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip prinsip, argumen, kesimpulan-kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktivitas. Pengujian ini berdasarkan argumen ilmiah, pengambilan keputusan, dan kreativitas. Menurut Brunner dan Suddarth (1997), berpikir kritis adalah proses kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan keputusan. Berpikir kritis digunakan perawat untuk beberapa argumen : 1. Mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2. Penerapan profesionalisme. 3. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam argumen asuhan keperawatan. 4. Berpikir kritis merupakan jaminan yang terbaik bagi perawat dalam menuju keberhasilan dalam berbagai aktifitas.
Berpikir kritis juga dapat dikatakan sebagai konsep dasar yang terdiri dari konsep berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan kritis itu sendiri berbagai sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam keperawatan yang di dalamnya dipelajari karakteristik, sikap dan standar berpikir kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam berpikir kritis. Sebagai perawat professional, perawat harus selalu melihat dan berpikir ke depan. Perawat tidak dapat membiarkan berpikir menjadi sesuatu yang rutin atau
standar. Praktik keperawatan harus selalu berubah. Sehingga dapat dikatakan dengan tersedianya pengetahuan baru, perawat professional harus selalu menantang cara-cara tradisional dalam melakukan sesuatu dan mencari apa yang paling efektif, yang mempunyai bukti-bukti mendukung secara ilmiah, dan memberikan hasil yang lebih baik untuk klien. Untuk berpikiri secara kritis membuat perawat mampu belajar dan utnuk secara positif mempengaruhi praktik keperawatan. Kedewasaan seorang perawat diukur dengan kemampuannya untu menggunakan pengetahuan baru dan terlibat dalam proses penemuan yang menguntungakan bagi klien juga bagi profesi. 2.2 Komponen-komponen Komponen-komponen dari Berfikir Kritis
Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi. Para ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti interpretasi, analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation (APPA, 1990). Definisi dari masing – masing masing komponen tersebut adalah : 1. Interpretasi , kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, perist iwa, keputusan, konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria. 2. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pernyataan, pertanyaan, konsep, deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan keperca yaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat. 3. Evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang, pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk – bentuk representasi yang lain. 4. Inference , kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan.
5. Explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar bukti, konsep, metodologi, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang berupa argumentasi yang meyakinkan. 6. Self- regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi dirinya, elemen – elemen elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi terhadap alasan dan hasil berpikir (APPA, 1990).
2.3 Tinjauan Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahaan masalah yang
memampukan
perawat
untuk
mengatur
dan
memberikan
asuhan
keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar. Proses adalah serangkaian tahapan atau komponen yang mengarah pada pencapaian tujuan. Tiga karakteristik dari Proses adalah tujuan, organisasi, dan kreativitas( Bevis. Bevis. 1978). 1978). Tujuan adalah maksud spesifik atau tujuan dari proses. Proses perlu digunakan untuk mendiagnosa dan mengatasi respons manusia terhadap sehat dan sakit ( Americaan Nurses Assosiation 1980). 1980 ). Organisasi adalah satu rangkaian tahap atau komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang mencakup. Proses keperawatan mencakup lima tahapan : 1. Pengkajian 2. Diagnosa keperawaan 3. Perencanaan 4. Implementasi, 5. Evaluasi
Ringkasan Proses Keperawatan KOMPONEN
Pengkajian
TUJUAN
Untuk
TAHAPAN
mengumpulkan,
memperjelas,
dan
mengomunikuisikan data
tentang
sehingga
klien
terbentuk
dasar data
1. Mengumpulkan riwayat
kesehatan
keperawatan 2. pemeriksaan fisik 3. Mengumpulkan data laboraorium 4. Memvalidasi data 5. Mengelompokan data 6. Mencatatkan data
Diagnosa
Untuk
mengidentifkasi
keperawatan
kebutuhan
perawatan
kesehatan,
untuk
merumuskan
diagnosa
keperawatan
1. Menganalisis
data
dan menginterpretasi data 2. Mengidentifikasi masalah klien 3. Merumuskan diagnosa keperawatan 4. Mendokumentasikan diagnosa koperawatan
Perencanaan
Untuk mengidentifikasi tujuan
klien;,
menentukan asuhan,
untuk prioritas untuk
menentukan hasil yang diperkirakan, merancang
untuk strategi
untuk mencapai tujuan
1. Mengidentifikasi tujuan keperawatan 2. Menetapkan
hasil
yang diperkirakan 3. Memilih
tindakan
keperawatan 4. Mendelegasikan tindakan
perawatan.
5. Menuliskan
rencana
asuhan keperawatan 6. Mengonsulkan Implementasi
melengkapi
tindakan
keperawatan diperlukan
1. Mengkaji
kembali
yang
klien
untuk
2. Menelaah
dan
menyelesaikan rencana
memodifikasi
asuhan
rencana
perawatan
yang sudah ada 3. Melakukan tindakan keperawatan Evaluasi
Untuk seberapa
menentukan jauh
tujuan
asuhan telah dicapai
1. Membandingkan respons klien dengan kriteria 2. Menganalisis untuk
alasan
hasil
dan
Konklusi 3. Memodifikasi rencana asuhan
Kreativitas adalah perkembangan bersinambungan dari Proses itu sendiri. Proses keperawatan adalah dinamik dan berkelanjutan. memberikan
cetak
biru
untuk
berfikir
kritis
Proses Keperawatan
sehingga
perawat
dapat
mengindividualisasikan asuhan dan berespon terhadap kebutuhan klien dengan tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan tingkat kesehatan klien. Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan, keperawatan, Namun proses keperawatan juga cukup fleksibel untuk digunakan di semua lingkup keperawatan. Tujuan dari proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan klien, menentukan
prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan mengomunikasikan rencara asuhan
yang berpusat pada klien,
memberikan
intervensi klien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam hasil dan tujuan klien yang diharapkan. Perbandingan Langkah Pemecahan Masalah Metode Ilmiah dan Proses keperawatan PEMECAHAN
TUJUH LANGKAH
PROSES
MASALAH
METODE ILMIAH DARI
KEPERAWATAN
COPY dan COHEN
Menghadapi masalah
Masalah hipotesis awal
Mengkaji
Mengumpulkan data
Mengumpulkan
-
fakta
fakta tambahan Mengidentivikasi sifat Merumuskan hipotesis
Merumuskan diagnosa
yang
keperawatan
pasti
dari
masalah Menentukan
rencana Menyimpulkan
tindakan
konsekuensi selanjutnya
Menjalankan rencana
Menguji konsekuensi
Mengevaluasi rencana Penerapan
Merencanakan
Implementasi Evaluasi
dalam situasi baru Rencana tindakan
-
-
2.4 Contoh Kasus dalam Berpikir Kritis
Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami hipotensi dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter. Sementara dokter tidak ada di tempat.
2.5 Pembahasan Kasus
Rumusan Masalah : Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk menolong pasien menormalkan tekanan darahnya atau tidak? 1. Argumen
Hipotensi merupakan penyakit tekanan darah rendah yang biasanya ditandai dengan kondisi pasien yang melemah, kepala pusing dan pembuluh darah pasien biasanya mengendur. Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses penanganan pasien sela njutnya. 2. Deduksi
Pada pasien yang menderita hipotensi, sebaiknya perawat melakukan memberikan
pertolongan
dasar
yaitu,
pemeriksaan
fisik
pasien
(suhu,
tekanan darah, umur, dan denyut denyut nadi), pasien diberi minum minum air, pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi (menelepon) dokter. 3. Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi pasien dengan keadaan hipotensi serta tak lupa segera menghubungi (menelepon) dokter jika dokter tidak ada di tempat setelah melakukan pertolongan dasar. 4. Evaluasi
-
Melakukan pertolongan dasar dasar tanpa menelepon dokter
Positif
: Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipotensi yang diderita pasien tidak akan bertambah parah
Kelancaran suplai oksigen pada otak pasien dapat teratasi dengan cepat dan tepat
Tidak akan membahayakan jiwa pasien
Negatif :
Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah)
-
Melakukan pertolongan dasar dasar kemudian segera menelepon dokter
Positif
: Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi pada pasien
Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan dokter melainkan melalui perintah dokter lewat telepon
Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter
Mempercepat memulihkan kondisi pasien
Negatif :
Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat tertunda
Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter
-
Menelepon Dokter untuk mendapat mendapat perintah penanganan pasien
Positif
: Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski itu melalui telepon
Negatif :
Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum dilakukan perawat pada pasien tersebut
-
Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter
Menunggu kedatangan dokter
Positif
:
Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat
Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan untuk mengatasi hipotensi yang dialami pasien
Negatif :
Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang, maka kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena tidak segera ditangani
Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien tidak tertolong) jika masih menunggu dokter
-
Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu menunggu dokter
Positif
:
Pasien tertangani dengan baik
Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi yang terjadi pada pasien
Negatif :
Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi tanpa menunggu dokter
Perawat tidak menghargai wewenang dokter
Perawat melanggar undang-undang
5. Keputusan
Perawat harus melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu dengan pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi), lalu pasien diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar. Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi (menelepon) dokter yang bersangkutan sehingga perawat tersebut dapat segera menerima perintah dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan atau penanganan yang lain.
2.6 Fungsi dan Manfaat Berpikir Kritis dalam Keperawatan
FUNGSI BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN: 1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan s ehari – hari. hari. 2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu – isu isu dalam keperawatan. 3) Mengidentifikasikan dan merumuskan masalah keperawatan. 4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing – masing masing indkasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan. 5) menganalisis argumentasi dan isu – isu isu dalam kesimpulan kesi mpulan dan tindakan yang dilakukan. 6) Menguji asumsi – asumsi asumsi yang berkembang dalam keperawatan. 7) Melaporkan data dan petunjuk – petunjuk petunjuk yang akurat dalam keperawatan. 8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan. 9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan. 10) Digunakan dalam memberikan penjelasan, kerja sama, pembenaran, keyakinan, dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang dilakukan.
11) Memberikan alasan – alasan alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan. 12) Merumuskan dan menjelaskan nilai – nilai nilai keputusan dalam keperawatan. 13) Mencari alasan, kriteria, prinsip – prinsip, prinsip, dan aktivitas nilai – nilai nilai keputusan. 14) Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan keperawatan.
MANFAAT BERFIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN: 1) Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari. 2) Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan 3) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan. 4) Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab dan tujuan, serta tingkat hubungan. 5) Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang dilakukan. 6) Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan. 7) Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan. 8) Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan. 9) Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan. 10) Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan kesimpulan yang dilakukan. 11) Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan. 12) Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai keputusan. 13) Mengevaluasi keperawatan
penampilan
kinerja
perawat
dan
kesimpulan
asuhan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berfikir Kritis atau Critical thinking yaitu yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan secara terintegrasi. Untuk berpikir kritis dalam keperawatan melalui beberapa model dan penerapan, seperti penggunaan bahasa keperawatan, penerapan proses keperawatan serta pengkajian,sehingga berpikir kritis
dalam
keperawatan
merupakan
komponen
dasar
dalam
mempertanggungjawabkan profesi dan kualitas perawat. 3.2 Saran
Sebagai tenaga kesehatan, perawat sedapat mungkin harus selalu berpikir kritis dalam penanganan pasien tentunya tetap beracuan pada tugas dan peran perawat itu sendiri. Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan cermat, agar dalam
berpikir
kita
dapat
mengidentifikasi
dan
merumuskan
masalah
keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam keperawatan. Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Potter&Perry.2005. Fundamental Fundamental Keperawatan.Volume Keperawatan.Volume 1 edisi 4.Jakarta: EGC http://syafirayanuari10.blogspot.co.id/2013/10/berfikir-kritis-dalamkeperawatan.html diakses tanggal 25 Januari 2018 jam 10.33 Maryam, Siti R.2008. Buku Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan.Jakarta: Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran http://myblogrosalindamuklis.blogspot.co.id/2016/02/berpikir-kritis-dalamkeperawatan.html diakses tanggal 30 Januari 2018 jam 23.57