TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN PERKEBUNAN Semester Ganjil 2017/2018
Judul Tugas Kelas
: :
SOP Pembibitan Karet D
Disusun Oleh : Kelompok 1 Yassirly Amridha
150610150037
Reina Poetri Narulita
150610150042
M. Atkiya A. Aziz
150610150048
Sarah Jasmine Latief
150610150049
Amelia Hendra
150610150066
UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERTANIAN JATINANGOR 2017
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan izin dan kekuatan kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tugas ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan kami. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya, kami mengharapkan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.
Jatinangor, September 2017
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2 DAFTAR ISI........................................................................................................................... 3 BAB I .................................................................................................................................... 4 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 4 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 5 1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 5 BAB II ................................................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6 2.1 Persemaian biji .......................................................................................................... 6 2.2. Okulasi...................................................................................................................... 7 BAB III ................................................................................................................................ 19 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan tanaman perkebunan tahunan yang berupa pohon berbatang lurus. Pada mulanya pohon karet tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini dapat tumbuh dan dikembangkan di Asia Tenggara, di mana saat ini banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor (Deptan, 2006). Tanaman karet ( Hevea brasilliensis Muell Arg ) merupakan tanaman getah-getahan. Dinamakan demikian karena golongan ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah atau biasa kita sebut lateks dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai (Santosa, 2007). Tanaman karet berupa pohon dengan ketinggian bisa mencapai 15 m sampai 25 m. Batang tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi keatas. Batang tersebut berbentuk silindris atau bulat, kulit kayunya halus, rata-rata berwarna pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus (Siregar dalam Subagiono, 2017). Tanaman karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang menduduki posisi cukup penting sebagai sumber penghasilan bagi Indonesia, sehingga memiliki prospek yang cerah. Oleh sebab itu upaya peningkatan produktifitas usahatani karet terus dilakukan terutama dalam bidang teknologi budidayanya (Anwar dalam Edwina, 2017). Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia menurun karena produktivitas karet yang juga terus merosot. Indonesia 4
juga didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand dalam hal produktivitas karet. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini merupakan karet sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer (Maryadi dalam Subagiono, 2017). Penurunan produktivitas ini menjadi sebuah ironi dimana luas lahan di Indonesia sangatlah luas namun tidak dibarengi dengan hasil yang melimpah. Ini disebabkan mayoritas petani karet di Indonesia merupakan petani karet rakyat. Petani karet rakyat adalah petani karet perseorangan yang membudidayakan pohon karet tidak dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh tidak optimal.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa saja teknik pembibitan karet? 2. Bagaimana cara pembibitan karet melalui teknik persemaian biji? 3. Bagaimana cara pembibitan karet melalui teknik okulasi?
1.3 Tujuan 1. Mengetahui apa saja teknik pembibitan karet 2. Mengetahui bagaimana cara pembibitan karet melalui teknik persemaian biji 3. Mengetahui bagaimana cara pembibitan karet melalui teknik okulasi
5
BAB II PEMBAHASAN Tanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah salah satu komoditas perkebunan yang termasuk dalam family Euphorbiacea. Upaya peningkatan produktivitas karet terus dilakukan terutama dalam proses budidaya dan pasca panen karena karet mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Produktivitas karet ditentukan oleh mutu bahan tanaman atau bibitnya.Sedangkan mutu bibit atau benih ditentukan oleh mutu genetik, mutu fisiologi, dan mutu fisik dari bibit atau benih itu sendiri. Sebelum penanaman dilakukan, bahan tanam dipersiapkan terlebih dahulu dengan tenggang waktu kirakira 1,0 – 1,5 tahun. Persiapan bahan tanam dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu bahan tanam dari biji, dan bahan tanam dari okulasi
2.1 Persemaian biji Tujuan persemaian biji adalah untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam dengan cara seleksi dan mengelompokkan bibit yang tumbuh cepat dan baik serta memisahkan bibit yang tumbuh lambat dan kurang baik. Janudianto (2013), memberikan penjelasan mengenai persemaian biji karet dalam Lembar Informasi Panduan Budidaya Karet untuk Petani Skala Kecil. Sebelum dilakukan persemaian, media persemaian (kimbed) harus dipersiapkan terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kimbed, yaitu : - Buat bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m, tinggi 0,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan. - Bedengan dibuat dengan mengarah timur barat. - Cangkul tanah di dalam ukuran bedengan tersebut sedalam 40-60 cm, bersihkan dari sisa-sisa akar dan kotoran lainnya. - Permukaan tanah setelah dicangkul halus, dilapisi pasir halus setebal 5-10 cm. 6
-
Bedengan dibuat diberi atap/naungan miring arah utara selatan dengan tinggi di sebelah utara 1,5 m dan sebelah selatan 1,2 m. Naungan dibuat dari rumbia, daun kelapa atau plastik.
Setelah kimbed dapat digunakan, persemaian benih (pendederan) dapat segera dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama persemaian biji, yaitu : -
-
Jarak antar barisan biji 5 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Bila jumlah biji yang dikecambahkan lebih banyak, penanaman biji pada kimbed dapat lebih rapat. Letakkan biji dengan bagian “perut” yang lebih rata mengarah ke bawah di atas permukaan pasir dan tekan sampai 3/4bagian biji terbenam. Arah “mata” keluarnya lembaga mengarah ke satu arah.
Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan sore. Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB, sementara penyiraman pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB. Biji akan tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih dari 14 hari maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk batang bawah sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun (fase pancing). Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di pembibitan pada hari itu juga.
2.2. Okulasi Adapun cara yang lazim digunakan dalam persiapan bahan tanam atau pembibitan karet adalah cara okulasi. Pada persiapan bahan tanam ada tiga hal yang harus disiapkan, yaitu batang bawah (root stoct), entres atau batang atas (budwood), dan proses okulasi (grafting). Persiapan bahan tanam menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2010) adalah sebagai berikut: A. Menyiapkan Batang Bawah Menyiapkan batang bawah merupakan kegiatan pertama dalam pembibitan karet. Adapun kegiatan dalam penyiapan batang bawah ini meliputi seleksi biji, pengecambahan, dan penyemaian. Seleksi Biji Biji yang akan ditanam harus diseleksi berdasarkan kemurnian biji dan daya kecambah biji yang meliputi ukuran biji, kesegaran biji, dan warna belahan biji.
7
Biji karet dengan daya kecambah yang baik adalah biji yang masih dalam keadaan segar, yaitu biji yang baru jatuh dari pohonnya atau paling lambat empat hari setelah jatuh. Pada hari pertama seleksi, seluruh biji di permukaan lahan diambil semua dan tidak disarankan menggunakan biji tersebut untuk pembibitan karena tidak diketahui kapan biji-biji tersebut jatuh, bisa jadi sudah jatuh beberapa minggu atau bahkan beberapa bulan sebelumnya sehingga tidak segar lagi. Biji yang digunakan untuk pembibitan adalah biji yang dikumpulkan pada hari kedua dan seterusnya karena dapat dipastikan biji-biji tersebut baru jatuh dari pohonnya dan terjamin kesegarannya. Selain dari kesegarannya, daya kecambah biji juga dapat diperkirakan berdasarkan ukurannya. Biji-biji karet dapat diukur dan dikelompokkan menjadi lima ukuran seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Ukuran rata-rata biji karet Panjang Lebar Tebal Jumlah Berat Ukuran (cm) (cm) (cm) (butir/kg) (gram/butir) Terkecil 1,733 1,545 1,393 508 1,650 Agak 1,887 1,670 1,464 434 2,064 kecil Kecil 1,978 1,733 1,536 410 2,231 Sedang 2,060 1,794 1,626 310 2,840 Besar 2,291 1,928 1,750 287 3,300 Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 Biji dengan daya kecambah paling baik adalah biji dengan ukuran sedang dan biji dengan ukuran besar memiliki daya kecambah lebih baik daripada biji dengan ukuran kecil.Selain dari ukurannya, biji dengan daya kecambah yang baik adalah biji dengan kulit luar mengkilap dan memantul jika dijatuhkan di ubin. Terakhir, cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui daya kecambah biji adalah dengan pembelahan. Sekitar 100 biji karet dari 200 kg biji diambil secara acak kemudian dibelah menggunakan batu atau palu. Ada enam kriteria daya kecambah biji karet berdasarkan warna belahannya, yaitu 1. Belahan biji berwarna putih dinilai sangat baik. 2. Belahan biji berwarna kekuningan dinilai baik. 3. Belahan biji berwarna kekuningan agak kehijauan dinilai cukup baik. 4. Belahan biji berwarna kekuningan berminyak dinilai jelek. 5. Belahan biji berwarna kekuningan gelap dinilai rusak. 6. Belahan biji berwarna kecokelatan hingga kehitaman dinilai busuk. Belahan biji karet berwarna putih sangat sulit ditemukan.Namun, jika ditemukan belahan biji berwarna kekuningan sebanyak 80% maka sudah bisa disebut baik. 8
Pengecambahan Biji yang telah diseleksi berdasarkan kemurnian klon dan daya kecambah harus segera dikecambahkan. Jika tidak segera dikecambahkan maka akan menurunkan daya kecambah sebesar 50%. Berdasarkan jumlah biji karet, terdapat dua tempat pengecambahan. Jika bijinya sedikit pengecambahan dilakukan pada peti kayu dan jika bijinya banyak pengecambahan dilakukan diatas lahan. Pengecambahan pada peti kayu Ukuran peti kayu yang digunakan dapat disesuaikan dengan jumlah biji karet yang akan dikecambahakan dengan jarak antar biji yaitu 1 cm. pada dasar peti kayu diisi dengan tanah halus sampai setengah tinggi peti, kemudian ditaburkan pasir halus setinggi 15 cm. Biji karet dibenamkan sampai 75% dengan perut biji terletak di bagian bawah.Penyiraman dilakukan dua kali sehari untuk menjaga keadaan agar tetap lembab. Selain itu, peti dapat ditutup dengan kawat kasa guna melindungi biji dari gangguan binatang lain.
Biji Karet
15 cm
Pasir
Tanah Halus
Gambar 1. Penampang peti perkecambahan Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 Pengecambahan di lahan Lahan yang dipilih adalah lahan yang dekat dengan sumber air agar selalu lembap. Sebelum dilakukan pengecambahan, lahan dibersihkan terlebih dahulu dari batu-batuan, gulma, tunggul kayu, sisa akar, dan kotoran lainnya sambal dicangkul sedalam 15 cm. Setelah itu, dibuat bedengan dengan lebar 120 cm dan panjang sesuai keadaan lahan. Lalu ditaburkan pasir secara merata diatas permukaan lahan. Guna menghindari biji dari terpaan matahari dan guyran hujan, bedengan diberi atap dengan tiang sebelah timur lebih tinggi daripada tiang sebelah barat dengan tujuan agar bedengan mendapat sinar matahari pagi dan terlindungi pada siang hari. 9
Setelah semuanya siap, langkah selanjutnya adalah membenamkan biji di permukaan lahan dengan jarak antarbiji 1 cm, dengan begitu tiap meter persegi bedengan dapat memuat 1.000 biji.Penyiraman dilakukan teratur 2 - 3 hari sekali atau tergantung pada keadaan cuaca. Jika biji memang baik dan pengecambahan dilakukan dengan benar maka 10 hari kemudian biji-biji akan berkecambah.
Gambar 2. Bedengan perkecambahan di lahan Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 Penyemaian Biji yang telah berkecambah dipindahkan ke tempat penyemaian untuk dibesarkan hingga siap untuk diokulasi dan dipindahkan ke lahan.Semakin cepat biji yang telah berkecambah dipindahkan semakin baik.Waktu terbaik untuk melakukan pemindahan adalah saat kecambah belum berdaun. Jika memindahkan kecambah saat sudah berdaun maka kecambah akan cepat layu dan mati saat berada di tempat persemaian. Kecambah paling lambat dipindahkan 3 minggu setelah berkecambah, jika lewat dari waktu tersebut biji akan lemah dan pertumbuhannya menjadi lambat. Pemindahan ini juga dipengaruhi oleh bentuk akar tanaman karet berupa akar tombak yang menghujan ke tanah. Semakin tua akar tombak semakin dalam masuk ke tanah sehingga pengambilan saat akan dipindahkan semakin sulit karena kemungkinan akar patah dan terputus sangat besar. Pemgambilan kecambah dilakukan dengan cara mencungkil menggunakan sebilah bambu yang diruncingkan. pengambilan harus dilakukan dengan hati-hati agar akarnya tidak tersentuh apalagi sampai bengkok atau patah. Pengambilan dan pemindahan sebaiknya dilakukan saat matahari tidak bersinar terik, yaitu sebelum pukul 10.00 atau setelah pukul 16.00.
10
Gambar 3.Bibityang sudah dipindahkan ke lahan Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010 Lahan untuk persemaian adalah lahan yang memiliki tanah subur, remah, gembur, kaya akan bahan organik, dan dekat dengan areal pertanaman. Lahan tersebut kemudian dibersihkan lalu diolah dengan cara dicangkul sedalah 50 – 70 cm. setelah itu, lahan dibuat bedengan dengan lebar 12 m dan panjang 25 m. Diantara bedengan dibuat selokan primer dan selokan sekunder untuk mengeluarkan air, sehingga lahan tidak akan tergenang. Selokan primer dibuat dengan lebar 50 cm dan kedalaman 40 cm sedangkan selokan sekunder dibuat dengan lebar 30 cm dan kedalaman 25 cm. Setelah bedengan siap, maka kecambah siap ditanam.Untuk kecambah yang berakar panjang harus dibuatkan lubang tanam tetapi jika kecambah berakar pendek tidak perlu dibuatkan lubang tanam.Jarak tanam kecambah tergantung pada ukuran kecambahnya, jika kecambah termasuk stum tinggi jaraktanamnya 60 x 90 cm dan untuk stum rendah 60 x 60 cm. Setelah kecambah ditanam maka ada beberapa kegiatan perawatan yang perlu dilakukan, yaitu penyiraman, pemupukan, penyiangan, dan perlindungan dari OPT. Penyiraman dilakukan secara rutin dua kali sehari atai tergantung pada keadaan lahan.Bibit karet sangat peka kekeringan sehingga lahan harus tetap dalam keadaan lembap. Pemupukan bibit saat di persemaian sangat dianjurkan karena bisa memacu pertumbuhan tanaman.Pupuk yang dianjurkan adalah pupuk dengan kandungan hara makro lengkap, seperti NPK sebanyak 10 gram/bibit dan diberikan sebulan setelah bbit berada di lahan.Cara pemupukannya adalah dengan memasukkan pupuk pada lubang melingkar berjarak 7 cm dari bibit dan kemudian lubang ditutup tanah lagi. Tiga bulan kemudian dilakukan lagi pemupukan dengan dosis 15 gram/bibit dengan cara pupuk ditaburkan diantara barisan tanaman dan selanjutnya tanah digemburkan agar pupuk masuk ke dalamnya.
11
Penyiangan perlu dilakukan karena jika tidak gulma yang tumbuh di antara bibit karet akan bersaing denga bibit karet itu sendiri dalam mencari hara di dalam tanah. Saat tanaman masih muda, penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak mengganggu perakaran tanaman. Hama yang umumnya ditemukan pada bibit karet adalah belalang yang memakan daun-daun tanaman karet. Hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemperotan insektisida Thiodan dengan dosis 1,5 ml/liter air lima hari sekali.
B. Menyiapkan Batang Atas Klon yang akan dijadikan batang atas dipilih berdasarkan tipe iklim ditempat penanaman. Guna memudahkan proses okulasi, setiap perkebunan dianjurkan untuk mempunyai lahan khusus berisi klon-klon karet yang akan dijadikan batang atas. Jarak tanam pada lahan khusus tersebut dapat dibuat rapat, yaitu 50 x 100 cm atau 100 x 100 cm. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menyiapkan batang atas, yaitu kayu okulasi, mata tunas, perisai dan jiwa. Kayu okulasi atau batang atas merupakan tunas atau dahan muda yang memiliki beberapa mata tunas sebagai bahan utama kegiatan okulasi. Kayu okulasi didapat dari tanaman induk yang ditanam secara khusus untuk mendapatkan kayu okulasi.Untuk mendapatkan banyak kayu okulasi pada tanaman induk maka perlu dilakukan pemotongan ranting-ranting tanaman karet yang seukuran pergelangan tangan. Dengan begitu akan muncul tunastunas baru yang dalam waktu 1 – 2 tahun tunas tersebut dapat dijadikan kayu okulasi. Dengan cara tersebut kayu okulasi yang dihasilkan disebut kayu okulasi dahan. Mata tunas adalah bagian tanaman batang atas yang akan diokulasikan dengan batang bawah dan jika telah menyatu dengan batang bawah akan menjadi tanaman karet. Mata tunas terdapat di sepanjang kayu okulasi, semakin muda kayu okulasi semakin terlihat jelas mata tunasnya. Pada tanaman karet terdapat tiga jenis mata tunas, yaitu mata daun, mata sisik, dan mata bunga. Mata tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman karet adalah mata daun dan mata sisik sedangkan mata bunga akan tumbuh menjadi bunga, sehingga yang dapat diokulasikan hanya mata daun dan mata sisik. Cara membedakan ketiga mata tunas tersebut adalah dengan melihat letaknya. Mata daun dan mata sisik terletak agak jauh dari bekas kaki daun yang telah gugur sedangkan mata bunga terletak berdekatan dengan bekas kaki daun yang telah gugur. Perisai dan jiwa erat kaitannya dengan mata tunas. Perisai adalah kulit kayu tempat mata tunas dibagian tersebut sedangkan jiwa adalah bagian dalam dari mata tunas yang merupakan inti dari mata tunas dan berupa 12
sebuah bintil. Jika jiwa rusak atau terkena kotoran, maka kegiatan okulasi akan gagal.
C. Kegiatan Okulasi Persyaratan Okulasi Setelah batang bawah dan batang atas siap, okulasi dapat dilaksanakan. Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami agar kegiatan okulasi berhasil, yaitu 1. Kedua lapisan kambium, yaitu kambium batang bawah dan perisai harus menyatu dan tidak boleh tersentuh jari, terkena kotoran, serta terbuka terlalu lama. Jika keduanga sudah menempel tidak boleh ada gesekan. 2. Tidak dianjurkan melakukan okulasi saat batang bawah dalam keadaan basah. 3. Peralatan atau pisau okulasi harus tajam dan steril. 4. Pekerja yang melakukan okulasi harus bersih dan steril. 5. Pekerja harus teliti dan sabar. Jenis Okulasi Okulasi tanaman karet berdasarkan umurbatang bawah dan batang atas, ukuran batang atas, dan warna batang atas dikenal dengan tiga jenis okulasi, yaitu okulasi dini, okulasi hijau, dan okulasi cokelat.Perbedaan masingmasing jenis okulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis okulasi dan perbedaannya Jenis Okulasi
Umur batang bawah
Dini
2 – 3 bulan
Hijau
4 – 6 bulan
Cokelat
8 – 18 bulan
Umur; ukuran; dan warna batang atas 3 – 4 minggu; diameter 0,5 cm; hijau muda 3 – 4 bulan; diameter 0,5 – 1 cm; hijau 1 – 2 tahun; diameter 2,5 – 4 cm; cokelat
Sumber: World Agroforestry Centre, 2005 Peralatan Okulasi Alat yang digunakan dalam kegiatan okulasi adalah gergaji entres untuk memotong kayu bagian atas, pisau okulasi untuk mengambil mata tunas dan menyayat batang bawah, pita plastik atau tali rafia untuk mengikat pertautan okulasi, pelepah pisang untuk menempatkan okulasi, kuas sabut kelapa untuk membersihkan batang bawah, dan kain lap basah untuk membersihkan pisau okulasi.
13
Waktu Okulasi Waktu terbaik melakukan okulasi adalah pukul 07.00 – 10.00 atau pada saat matahari belum bersinar terik.Okulasi juga baiknya dilakukan pada musim hujan karena pada saat itu kelembaban tinggi.Okulasi idak dianjurkan untuk dilakukan pada pertengahan musim kemarau karena udara saat itu kering dan panas sehingga risiko kegagalannya sangat tinggi. Pelaksanaan Okulasi Menurut World Agroforestry Centre (2005), terdapat enam tahapan yang perlu dilalui dalam pelaksanaan okulasi, yaitu sebagai berikut: Kesiapan Batang Bawah 1. Lilit batang tanaman berkisar 5 – 7 cm diukur pada ketinggian 5 cm dari permukaan tanah. (Gambar 4.3) 2. Tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun tua. (Gambar 4.2) Pembuatan Jendela Okulasi 1. Batang bawah dibersihkan dari kotoran atau tanah dengan menggunakan kain lap bersih. (Gambar 4.4) 2. Batang bawah yang sudah bersih kemudian diiris vertikal. (Gambar 4.6) 3. Irisan sejajar dibuat dua buah dengan ketinggian 5 – 10 cm dari permukaan tanah. (Gambar 4.5) 4. Panjang irisan 5 – 7 cm. (Gambar 4.9) 5. Lebar irisan 1/3 lilit batang. (Gambar 4.8) 6. Buat potongan melintang diatas kedua irisan vertikal lalu dibukakan sedikit untuk bukaan dari atas dan dibuat potongan melintang dibawah kedua irisan vertikal untuk bukaan dari bawah.(Gambar 4.8)
Gambar 4. Persiapan batang bawah dan pembuatan jendela okulasi 14
Sumber: World Agroforestry Centre, 2005 Pembuatan Perisai Mata Okulasi 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8.
Pilih mata tunas yang baik. (Gambar 5.1) Perisai mata okulasi dibuat dengan mengiris kayu entres bermata baik dengan ukuran lebar 1 cm dan panjang 5 – 7 cm. (Gambar 5.2) Untuk bukaan jendela okulasi dari atas maka posisi mata pada kayu entres menghadap ke atas. (Gambar 5.3) Untuk bukaan jendela okulasi dari bawah maka posisi mata kayu entres menghadap ke bawah. (Gambar 5.4) Penyayatan perisai mata okulasi dilakukan dengan mengikutsertakan sedikit bagian kayu. (Gambar 5.5 dan Gambar 5.6) Lepaskan kulit dari kayu dengan hati-hati dengan cara menarik bagian kayu yang ikut tersayat. Usahakan perisai mata tidak memar dan bagian dalam kulitnya tidak terpegang atau terkena kotoran. (Gambar 5.7 dan Gambar 5.8) Perisai mata okulasi yang baik adalah perisai mata yang pada kulit bagian dalamnya terdapat titik putih yang menonjol. (Gambar 5.9a) Apabila kulit bagian dalam berlubang berarti matanya tertinggal pada bagian kayu dan perisai ini tidak boleh digunakan dalam proses okulasi. (Gambar 5.9b)
Gambar 5. Pembuatan perisai mata okulasi Sumber: World Agroforestry Centre, 2005 15
Penempelan Perisai Mata Okulasi 1. 2.
3. 4.
Penempelan perisai mata okulasi dilakukan segera setelah jendela okulasi dibuka. Jendela okulasi ditutup dengan cara menekan bagian ujung jendela, bersamaan dengan itu bagian ujung perisai yang dipegang dipotong dan dibuang. Perisai mata okulasi diusahakan tidak bergerak agar tidak merusak mata. Jendela okulasi yang sudah ditutup langsung dibalut.
Gambar 6. Penempelan perisai mata okulasi Sumber: World Agroforestry Centre, 2005 Pembalutan Pembalutan dilakukan agar perisai mata okulasi benar-benar menempel ke batang bawah serta terlindung dari air dan kotoran.Bahan untuk pembalut adalah pita plastic okulasi. 1. 2.
Untuk bukaan dari bawah maka pembalutan dimulai dari bawah, begitu juga sebaliknya. (Gambar 7.3) Balutan dilakukan dua kali dan dilebihkan sekitar 2 cm di bagian atas dan bawah jendela okulasi. (Gambar 7.3)
Pembukaan dan Pemeriksaan Okulasi 1. 2. 3. 4.
Setelah okulasi berumur 2 – 3 minggu, maka balutan okulasi dapat dibuka untuk diperiksa keberhasilannya. Balutan dibuka dengan cara mengiris plastik okulasi dari bawah ke atas, tepat di samping jendela okulasi.(Gambar 7.4) Jendela okulasi dibuka dengan cara memotong lidah jendela okulasi. (Gambar 7.5) Keberhasilan okulasi dapat diketahui dengan cara membuat cungkilan pada perisai mata okulasi di luar matanya. Jika cungkilan berwarna hijau berarti okulasi berhasil. 16
Gambar 7. Pembalutan serta pembukaan dan pemeriksaan okulasi Sumber: World Agroforestry Centre, 2005 Bentuk Bibit Okulasi Bahan tanam atau bibit dapat berbentuk stum mata tidur, stum mini, dan stum tinggi. Perbedaan bibit tersebut terletak pada proses masa pertumbuhan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Bentuk Bibit Okulasi dan Perbedaannya Umur Okulasi Stum mata tidur 2 – 3 minggu Stadium Bibit
Keuntungan -
-
Kelemahan
Waktu penyiapan tidak terlalu lama. Harganya relatif murah. -
-
Stum mini
6 – 8 bulan
17
Persentase
-
Tingkat kematian yang tinggi antara 1520%. Ada kemungkinan tumbuh tunas palsu. Masa pertumbuhan tanaman kurang seragam. Waktu
kematian penyimpanan lebih rendah relatif lama. daripada stum - Harganya mini. relatif lebih - Bebas tunas mahal. palsu. - Masa TBM lebih singkat. Stum tinggi 2 – 3 tahun - Pertumbuhan - Waktu lebih seragam. penyimpanan sangat lama. - Masa TBM lebih singkat - Harganya dibanding mahal. stum lainnya. Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2010
18
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan: -
-
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) termasuk dalam family Euphorbiacea merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki prospek yang cerah sebagai sumber devisa non migas bagi Indonesia. Terdapat 2 cara pembibitan yaitu dengan cara teknik persemaian biji dan teknik okulasi. Teknik persemaian biji dilakukan untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam. Persemaian biji menggunakan media semai berupa kimbed. Pada pembibitan dengan cara okulasi, ada tiga hal yang harus disiapkan, yaitu batang bawah (root stoct), entres atau batang atas (budwood), dan proses okulasi (grafting). Untuk menyiapkan batang bawah terdapat beberapa langkah meliputi seleksi biji, pengecambahan, dan penyemaian. Batang atas atau kayu okulasi merupakan tunas atau dahan muda yang memiliki beberapa mata tunas sebagai bahan utama kegiatan okulasi dimana yang akan dijadikan batang atas dipilih berdasarkan tipe iklim ditempat penanaman. Setelah batang bawah dan batang atas siap, barulah okulasi dapat dilakukan.
Saran: Sebaiknya SOP ini diterapkan ketika pembibitan tanaman karet karena SOP ini sudah terpercaya dan diterbitkan di website Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
19
DAFTAR PUSTAKA Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2010. Budidaya dan Pascapanen Karet. Diakses melalui http://perkebunan.litbang.pertanian.go.id/?p=2560 [11 September 2017] World Agroforestry Centre. 2005. Leaflet Teknik Okulasi Karet. Diakses melalui http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications/files/leaflet/LE003305.pdf [11 September 2017] Janudianto, Prahmono A, Napitupulu H, Rahayu S. 2013. Panduan budidaya karet untuk petani skala kecil.Rubber cultivation guide for smallscale farmers.Lembar Informasi AgFor 5. Bogor, Indonesia: World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast Asia Regional Program. Diaskses melalui http://www.worldagroforestry.org/downloads/Publications/PDFS/BR13135. pdf [12 Septemberr 2017] Deptan. 2006. Basis Data Statistik Pertanian. Diakses http://www.database.deptan.go.id/ [12 September 2017]
melalui
Santosa. 2007. Karet. Diakses melalui http://id.wikipedia.org/wiki/karet [12 September 2017] Subagiono, dkk. 2017. Penyuluhan pertanian penyetekan kopi dan okulasi pada tanaman karet di tanjung dalam kecamatan lembah masurai Kabupaten merangin. Diakses melalui http://ojs.umbbungo.ac.id/index.php/KknUMB/article/download/50/33 [12 September 2017] Edwina, Susi dan Yusmini. 2017. Analisis Kelayakan Peremajaan Usaha Perkebunan Karet Eks Pola TCSDP (Tree Crops Smallholder Development Project) Di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar. Diakses melalui http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/8942/kegiata n%203.pdf?sequence=5&isAllowed=y [12 September 2017]
20