BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Recovery Orang dengan gangguan jiwa berat yang mendapatkan dukungan tepat dan secara individual, dapat pulih dari penyakitnya dan memiliki kehidupan yang memuaskan serta produktif. Recovery merupakan suatu proses perjalanan mencapai kesembuhan dan transformasi yang memampukan seseorang dengan gangguan jiwa untuk hidup bermakna di komunitas yang dipilihnya untuk mencapai potensi yang dimilikinya (USDHHS, 2006 dalam Stuart, 2013). Recovery merupakan proses dimana seseorang mampu untuk hidup, bekerja, belajar dan berpartisipasi secara penuh dalam komunitasnya. Recovery berimplikasi terhadap penurunan atau pengurangan gejala secara keseluruhan (Ware et al, 2008 dalam Stuart 2013). Kekuatan diri merupakan pondasi dari dukungan dan sistem recovery yang berpusat pada diri sendiri dan motivasi diri. Aspek terpenting dari recovery didefinisikan oleh setiap individu dengan pertolongan dari pemberi layanan kesehatan jiwa dan orangorang yang sangat penting dalam kehidupannya (Stuart, 2010). Individu menerima dukungan pemulihan melalui aktivitas yang didefinisikan sebagai rehabilitasi, yang merupakan proses menolong seseorang kembali kepada level fungsi tertinggi yang dapat dicapai. Recovery gangguan jiwa merupakan gabungan pelayanan sosial, edukasi, okupasi, perilaku dan kognitif yang bertujuan pada pemulihan jangka panjang dan memaksimalkan kecukupan diri (Stuart, 2013) Sejumlah praktik berbasis bukti mendukung dan meningkatkan pemulihan meliputi : tritmen asertif komunitas komunitas, dukungan bekerja, manajemen dan pemulihan penyakit, tritmen terintegrasi untuk mendampingi kejadian berulang gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat, psikoedukasi keluarga, manajemen pengobatan. Dukungan pemulihan dalam asuhan keperawatan jiwa meliputi bekerja dengan tim tritmen multidisiplin yang meliputi psikiater, psikolog, pekerja sosial, konselor, terapis okupasi, pakar konsumen dan teman sejawat,manajer kasus, pengacara keluarga, pakar pengambil kebijakan. Dukungan ini juga membutuhkan perawat untuk berfokus pda tiga elemen yaitu : individu, keluarga dan komunitas (Stuart, 2013)
B. Mental Health Recovery Model & The Recovery Model in Psychiatric Nursing Selama ini kita mengetahui bahwa recovery sama halnya dengan kembali sehat atau sembuh terhadap suatu penyakit, tetapi dalam kesehatan jiwa kita sepakati bahwa recovery memiliki arti yang berbeda. Recover Model pada kesehatan jiwa tidak berfokus pada pengobatan, tetapi sebagai gantinya lebih menekankan dapat hidup beradaptasi dengan sakit jiwa yang sifatnya kronis. Pada model ini lebih menekankan kepada hubungan sosial, pemberdayaan, strategi koping, dan makna hidup. Peplau (1952 dalam Varcarolis 2013) menciptakan teori bahwa pentingnya hubungan interpersonal terapeutik, model recovery berubah dari hubungan nurse-patient menjadi nurse-partner. Berdasarkan penelitian Hanrahan et al (2011 dalam Varcarolis 2013) menyatakan pentingnya meningkatkan peran individu dan keluarga dalam proses recovery. Caldwell et al (2010 dalam Varcarolis 2013) menegaskan perawat jiwa harus mengajarkan tenaga kesehatan lain tentang konsep recovery dan menyarankan cara memberdayakan pasien dan memajukan proses recovery. Models, Theories, and Therapies in Current Practice No 1
Theorist Dorothy Johnson
Model/Theory Behavioral system
Focus of Nursing Membantu
pasien
kembali
pada keadaan seimbang ketika mengalami
stess
pengurangan
melalui atau
menghilangkan sumber stress dan mendukung proses adaptif (Johnson, 1980) 2
Imogene King
Goal attainment
Membangun
hubungan
interpersonal dan membantu pasien untuk mencapai tujuan nya
berdasakan peran nya
dalam konteks sosial (King, 1981) 4
Betty Neuman
System Model
Membangun perawat-pasien
hubungan untuk
membantu menghadapi respon stres (1982) 5
Dorothes Orem
Self-Care Deficit
Mengatasi defisit perawatan diri dan mendorong pasien untuk terlibat secara aktif pada perawatan diri mereka (Orem, 2001)
6
Hildegard Peplau
Interpersonal
Menggunakan
Relations
interpersonal terapeutik menyembuhkan mengurangi
hubungan sebagai
alat untuk dan
kecemasan
(Peplau, 1992) 7
Jean Watson
Transpersonal Caring
Caring merupakan prosedur dan tugas penting; membangun hubungan
perawat-pasien
sehingga
menghasilkan
Therapeutic Outcome (Watson, 2007)
C. Manfaat & Peran Perawat Pada Pemberian Terapi pada Proses Penyembuhan Pemberian terapi adalah berbagai pendekatan penenganan klien gangguan jiwa yang bervariasi, yang bertujuan untuk mengubah
perilaku klien dengan gangguan jiwa dengan perilaku mal adaptifnya menjadi perilaku yang adaptif. Perawat sebagai terapis mendasarkan potensi
yang
dimiliki
pasien
sebagai
titik
tolak
terapi
atau
penyembuhan dengan memberikan berbagai macam terapi Generalis maupun Spesialis. Dalam pemberian terapi perawat seabagai terapis senantiasa berdasarkan pada kompetensi yang dia miliki dan kondisi pasien yang menjadi titik tolak terapi atau penyembuhan. Efektivitas terapi komplementer dan alternatif (CAM) telah banyak dibuktikan oleh klinisi yang merujuk klien ke praktisi CAM baik sebagai terapi tunggal ataupu terapi tambahan dalam terapi konvensional. Terapi CAM dapat memberi dampak penting dalam praktik keperawatan kesehatan jiwa. Terapi alternatif telah banyak dirasakan bermanfaat, aman, hemat biaya, dan mudah dilaksanakan di tatanan kesehtan jiwa. Terapi alternatif komplementer (CAM) dapat dilakukan oleh perawat (Stuart, 2013). Keperawatan termasuk dalam posisi yang ideal dalam memberikan perawatan dengan menggabungkan banyak terapi CAM untuk mengatasi gejala yang dialami oleh klien dengan gangguan jiwa. Disamping itu terapi CAM yang memberdayakan klien dapat memperkuat hubungan antar perawat dan klien dalam meningkatkan proses pemulihan (Stuart, 2013). D. Terapi Generalis 1. Terapi Psikofarmakologi Psikofarmakologi merupakan sebuah standar yang telah ditetapkan dalam menangani penyakik-penyakit neurobiologis. Namun, obat tidak dpat berjalan sendiri dalam menangani masalah personal, social atau komponen lingkungan klien atau respon terhadap penyakit. Kondisi-kondisi tersebut membutuhkan pendekatan yang terintegrasi dan komperensif dalam merawat individudan gangguan jiwa. Peran perawat dalam psikofarmakologi a. Pengkajian Klien Pada proses kolaborasi pemberian obat sangat penting melakukan pengkajian dasar klien termvsuk riwayat, kondisi fisik dan asil laboratorium , evaluasi kesehatan jiwa, pengkajian social budaya dan yang paling utama adalah riwayat pengobatan untuk dilengkapi pada setiap klien sebelum diberikan pengobatan. b. Kordinasi Tritmen Modalitas
Perawat memiliki peran penting dalam merancang program tritmen yang komprehensif. Pilihan tritmen yang paling tepat pada setiap klien bersifat individu dan merupakan gambaran dari rencana tritmen. Kordinasi dalam melakukan perawatan merupakan tanggung jawab utama perawat yang bersamasama dengan klien dalam membina hubungan terapiutik sebagai bagian dari tim pelayanan kesehatan. c. Pemberian Obat Perawat memiliki peran penting terhadap pengealaman klien dalam mendapatkan pengobatan psikofarmakologi. Pada beberapa pelayanan perawat bertugas menentukan jadwal dosis berdasarkan dosis kebutuhan obat seta kebutuhan klien, mengatur pemberian obat dan selalu waspada terhadap efek serta penanganan efek obat. d. Monitor Efek Obat Perawat berperan penting dalam memantau efek obat psikofarmaka. Peran dalam memantau efek obat seperti membuat standarisasi pengukuran efek obat terhadap target gejala, mengevaluasi dan meminimalisasi efek samping, mengatasi reaksi berlawanan dan mencatat efek obat terhadap konsep diri klien, kepercayaan serta keyakinannya terhadap perawatan. Obat harus diberikan sesuai dengan dosis yang direnkomendasikan dan dalam jumlah yang tepat sebelum menentukan apakah memiliki dampak terapiutik yang adekuat pada klien. e. Edukasi Pengobatan Perawat merupakan pemegan posisi utama dalam memberikan edukasi pada klien dan keluarga tentang pengobatan. Edukasi meliputi pemberian informasi lengkap kepada klien dan keluarga sehingga mereka dapat memahami, mendiskusikan dan menerimanya. Edukasi tentang obat merupakan kunci penting agar efektif dan aman dalam mengonsumsi obat-obat psikotropika, kolaborasi klien dalam merencanakan tritmen dan kepatuhan klien terhadap regimen terapi obat. 2. Terapi Kejang Listrik (Elektroconvulsive Therapis) Terapi kejang listrik (elektroconvulsive therapis / ECT) pertama kali dilakukan pada tahun 1938 sbagai tritmen untuk klien skizofrenia, ketika diyakini bahwa klien epilepsy jarang mengalami skizofrenia, dan dianggap bahwa pemberian kejang biasa menyembuhkan skizofrenia. Terapi Kejang listrik adalah pengobatan dengan pemberian kejang yang cukup berat melalui alat yang diindukdi pada klien yang yang dibius dengan
memeberikan arus listrik melalui elektroda yang dipasang pada klien (Manked et al,2010). ECT merupakan tritmen gangguan jiwa yang efektif dan umumnya dapat ditoleransi dengan baik oleh klien. Dalam beberapa kasus, stelah program awal tritmen sukses, pemiliharaan ECT ditambah dengan pemberian obat antridepresan: untuk bulan pertama setelah remisi program remisi trigmen dilakukan seminggu sekali, kemudian berkurang secara bertahap menjadi sebulan sekali (perbulan) (APA, 2001). Indikasi utama ECT adalah depresi berat (Weiner dan Falcone,2011). Beberapa ahli menganggap terapi ini digunakan sebagai standar emas untuk mengatasi kodisi depresi yang bertahan (Nahas dan Anderson,2011). Tingkat respon terhadap ECT 80% atau lebih untuk sebagian besar klien lebih baik daripada tingkat respon terhadap obat antidepresan, sehingga terapi dianggap sebai antidepresan yang paling efektif (Keltner dan Boschini,2009). Peran perawat Perawat kesehatan jiwa memiliki peran penting dalam melakukan ECT. Peran ini meliputi tindakan keperawatan mandiri dan kolaborasi. Dukungan Emosi dan Pendidikan. Asuhan keperawatan diberikan kepada klien dan keluarga setelah dijelaskan bahwa ECT merupakan pilihan program tritmen. Peran paling penting perawat adalah memberikan kesempatan bagi klien untuk untuk mengespresikan perasaan, termasuk masalah yang terkait dengan mitos atau yang berkaitan dengan ECT. Perawat dapat mengajarkan klien dan keluarga, mempertimbangkan ansietas, kesiapan untuk belajar, dan kemampuan untuk memahami penjelasan yang diberikan. Asuhan Keperawatan Sebelum Prosedur Tritmen, pemberian asuhan keperawatan ini meliputi peninjauan kembali proses konsultasi, memastikan bahwa setiap kelainan hasil tes laboratorium telah ditangani, dan memeriksa bahwa peralatan dan perlengkapan yang diperlukan telah memadai dan berfungsi. Asuhan keperawatan selama prosedur, klien harus dibawah ke ruan tritmen, baik dengan berjalan kaki atau dibawah dengan menggunakan kursi roda, didampingi seorang perwat dan dengan siapapun klien merasa nyaman. Perawat harus tetap mendapingi klien selama pelaksanaan terapi untuk memberikan dukungan pada klien. Asuhan keperawatan setelah prosedur, ruang pemulihan harus berdekatan dengan dengan ruang tritmen untuk memudahkan akses staf anastesi keluar masuk dalam keadaan darurat. Setelah klien berada diruan pemulihan perawat harus harus
mengokservasi klien sampai benar-benar pulih. Perawat harus meyakinkan kodisi klien dan secara periodic mengorentasikan klien. Pemberian penjelasan yang singkat, sangat membantu klien dalam proses pemulihan. Perawat harus menjelaskan bahwa sebagian besar masalah memori akan hilang dalam beberapa minggu. 3. Terapi Tindakan Pada Keluarga Tindakan pada keluarga merupakan terapi yang ditujukan untuk melibatkan keluarga dan mendorong mereka untuk menjadi peserta aktif dalam ritmen dan pemulihan, sehingga meningkatkan keterampilan koping pada klien dan keluarga mereka. Peran Perawat dalam terapi keluarga yaitu untuk mendorong hubungan keluarga yang sehat melalui psikoedukasi, penguatan kekuatan, konseling sportif, dan rujukan untuk terapi dan dukungan. Perawat sudah dipersiapkan dengan baik untuk meningkatkan fungsi keluarga dalam pengaturan klinis tradisional dan nontradisional. Perawat harus mengintegrasikan teori berbasis keluarga dengan ilmu tindakan pada keluarga dalam program klinis, memberikan dan mempromosikan tindakan pada keluarga berbasis-bukti, dan advokasi untuk keluarga dan penggantian pihak ketiga untuk tindakan pada keluarga. Advokasi Keluarga merupakan model bekerja dengan orang tua dan anggota keluarga untuk membantu mereka bertindak sebagai advokat dengan dan atas
nama anggotakeluarga yang memiliki ketidakmampuan Praktik yang berorientasi pada keluarga mengacu pada tindakan tertentu pada keluarga dan kerangka konseptual yang lebih luas untuk tindakan yang
mencakup asuhan keperawatan yang berpusat pada keluarga. Ilmu tindaka keluarga merupakan area keilmuan yang didefinisikan dengan penelitian dalam mengubah perilaku keluarga.
4. Iktisas Terapi Kelompok Kelompok menawarkan berbagai hubungan antara anggota karena setiap anggota kelompok akan berinteraksi satu sama lain dengan pemimpin kelompok. Anggota kelompok berasal dari berbagai latar belakang dan masing-masing memiliki kesempatan untuk belajar dari orang lain diluar lingkaran sosialnya.mereka dihadapkan dengan rasa iri hati, daya tarik, daya saing, dan banyak emosi lainnya dan perasaan yang diungkapkan oleh orang lain (Yalom,2005).
Kelompok terapiutik memiliki tujuan bersama yaitu kelompok memiliki tujuan kelompok untuk membantu anggota yang secara konsisten terlibat dalam engidentifikasi hubungan destruktif dan mengubah perilaku maladaptive mereka. Peran Perawat Perawat sebagai pemimpin kelompok harus dapat mengkordinir dan mempelajari kelompok dan berpartisipasi di dalamnya pada waktu bersamaan. Pemimpin harus selalu memantau kelompok dan bila diperlukan, membantu kelompok mencapai tujuannya. Kualitas pemimpin perawat yang efektif merupakan kualitas yang sama pentingnya dalam hubungan terapiutik, secara khusus kemampuan perawat meliputi sikap responsive dan aktif berimpati, ketulusan, dan kemampuan konfrontasi.
E. Terapi Spesialis 1. Guided Imagery Guided Imagery merupakan program yang mengarahkan pikiran dengan memandu imajinasi seseorang terhadap situasi santai, fokus pada kondisi untuk mengurangi stres dan meningkatkan kenyaman serta suasana hati (Stuart, 2013). Klien yang menerima GI memiliki tingkat kenyamanan yang lebih tinggi dan tingkat depresi, ansietas dan stres yang lebih rendah dibandingkan dengan klien yang tidak menerima GI (Apostolo dan Kolcaba, 2009). Selain itu teknik imagery telah digunakan dalam berbagai kondisi dan populasi. Nyeri dan kanker adalah dua kondisi di mana teknik imagery telah membantu baik pada orang dewasa ataupun anak-anak (Lindquist, 2014). 2. Music Intervention Terapi musik digunakan dengan menerapkan unsur-unsur penyembuhan untuk memenuhi kebutuhan spesifik pada individu. Di Amerika Serikat dan di seluruh dunia, terapis musik bekerja di berbagai fasilitas dan perawatan kesehatan. Meskipun terapis musik secara khusus dilatih untuk menggunakan musik dalam berbagai cara terapi, ada banyak situasi di mana perawat dapat menerapkan intervensi musik ke dalam rencana perawatan pasien (Lindquist, 2014).
Musik dan proses fisiologis (detak jantung, tekanan darah, gelombang otak, suhu tubuh, pencernaan, dan hormon adrenal) melibatkan irama dan getaran yang terjadi secara rutin, berkala dan terdiri dari osilasi (Crowe, 2004 dalam Lindquist, 2014). Intervensi musik memberikan pasien / klien stimulus menghibur yang dapat membangkitkan sensasi menyenangkan sambil memfokuskan perhatian individu ke musik bukan pada pikiran stres, nyeri, ketidaknyamanan, atau rangsangan lingkungan lainnya (Lindquist, 2014). 3. Humor Psikoterapis Steven Sultanoff menjelaskan bahwa perbedaan utama antara komedi-klub humor dan humor terapi. Tujuan dari menggunakan humor terapi sebagai terapi komplementer harus jelas untuk kepentingan klien atau pasien, bukan untuk terapis/perawat sebagai kepuasan pribadi atau hanya untuk kesenangan "(Steven Sultanoff, 2012 dalam Lindquist, 2014). Humor terapi telah didefinisikan sebagai setiap intervensi yang mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan dengan merangsang ekspresi. Intervensi ini dapat meningkatkan kesehatan, sebagai terapi komplementer, memfasilitasi penyembuhan atau mengatasi baik fisik, emosi, kognitif, sosial, dan spiritual "(AATH, 2000 dalam Lindquist, 2014). 4. Yoga Yoga merupakan kegiatan yang mengatur tubuh secara fisik dan emosional dengan menggunakan berbagai posisi tubuh, latihan peregangan, kontrol nafas dan meditasi. Teknik pernapasan yang digunakn dalam yoga dapat berhubungan dengan stimulasi saraf vagus dan menyeimbangkan sistem saraf otonom. Kegiatan yoga dapat ini dapat mengurangi agitasi dan aktivitas pada beberapa klien depresi saat berlatih meditasi (Stuart, 2013). Sebuah studi menunjukkan bahwa yoga dua kali seminggu selama 8 minggu diberikan tritmen standar untuk gangguan makan lebih bermanfaat dalam mengurangi gejala gangguan makan daripada tritmen standar saja. Setelah selesai yoga, klien mengalami sedikit rangsangan terhadap makanan dan cara makan, sehingga hal ini menunjukkan efektivitas yoga dalam memfokuskan pikiran dan tidak terokupasi pada pemikiran obsesif patologis (Stuart, 2013). 5. Biofeedback Biofeedback merupakan suatu tindakan dimana respon fisiologis, seperti detak jantung, hantaran kulit, suhu kulit, dan aktivasi otot dipantau dengan tujuan
mengajarkan klien untuk secara sadar mengatur proses tersebut. EEG Biofeedback dikenal juga sebagai neuroterapi/ neurofeedback adalah biofeedback tertentu yang menstransmisikan sinyal electroencephalogram (EEG) dan memberikan informasi tentang aktivitas neuron di korteks serebral. Melalui pengkondisian operan atau belajar, klien diajarkan menggunakan informasi tentang otak untuk mengubah atau meningkatkan fungsinya (Stuart, 2013). Perawat profesional ideal untuk
memberikan
biofeedback
karena
pengetahuannya tentang fisiologi, psikologi, kesehatan dan penyakit di negaranya. Perawat menggunakan biofeedback harus disertifikasi oleh Sertifikasi Biofeedback International Alliance (BCIA, www.bcia.org), yang menawarkan sertifikasi dalam biofeedback umum, neurofeedback, dan biofeedback disfungsi otot panggul (Lindquist, 2014). 6. Meditation Meditasi kesadaran (Mindfulness meditation) mengajarkan klien berfokus pada pengalaman mereka. Klien diajarkan untuk menyadari sensasi, pikiran dan perasaan yang dialami saat ini yang bertujuan untuk memungkinkan diri mengamati pengalaman membuat tujuan, tidak menghakimi, serta menerima cara dan menemukan sifat yang lebih dalam dari pengalaman (Tusaie dan Edds, 2009 dalam Stuart, 2013). Praktik meditasi harus diawasi pada klien dengan masalah kesehatan jiwa tertentu karena terapi ini memiliki potensi untuk menginduksi tingkat kesadaran tertentu. Pendekatan meditasi yang berbeda dapat menghasilkan efek merangsang yang dapat membangkitkan mania pada klien bipolar (Stuart, 2013). 7. Prayer Stabile (2013) mendefinisikan doa sebagai komunikasi antara manusia dan Tuhan, komunikasi timbal balik yang meliputi berbicara kepada Tuhan (Lindquist, 2014). Banziger, Van Uden, dan Janssen (2008) mencatat bahwa orang dapat melihat doa sebagai kerjasama dengan Tuhan di mana mereka berada dalam kontak dan persekutuan dengan Tuhan. Doa dapat dilakukan secara individual, dalam suatu kelompok, atau sebagai bagian dari iman atau komunitas agama (Lindquist, 2014). Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan efektivitas doa sebagai strategi koping. Dari tinjauan studi tentang doa, Holywell dan Walker (2009) menyimpulkan bahwa doa adalah strategi koping yang membantu untuk menengahi antara agama dan kesejahteraan (Lindquist, 2014).
Perawat dapat menanyakan apakah pasien ingin perawat untuk bergabung dengan mereka dalam doa. Membaca kitab suci atau membaca dari kitab suci adalah salah satu cara untuk berdoa dengan seseorang. Perawat dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk berdoa: bermain musik meditasi, mencegah interupsi, dan memperoleh buku atau perlengkapan yang dibutuhkan bagi orang untuk berdoa seperti yarmulke untuk seorang Yahudi atau rosario bagi seseorang dari iman Katolik. Pasien dari iman Yahudi mungkin ingin membaca Mazmur dan Muslim dapat memilih untuk membaca doa dari Al-Qur'an (Al-Quran). Perawat perlu menghormati bentuk apapun atau ritual doa yang dipilih pasien (Lindquist, 2014). Doa telah digunakan orang yang mempunyai banyak penyakit, dari semua kelompok usia, dan dari semua budaya. Literatur juga menunjukkan tentang kemanjuran doa pada individu yang sakit. Dalam sejumlah survei, doa menjadi yang paling sering digunakan sebagai pelengkap terapi (Brown, barner, Richards, & Bohman, 2007; King & Pettigrew, 2004). Penelitian telah dilakukan pada penggunaan doa dengan pasien yang memiliki kondisi kronis. Dalam sebuah studi dari orang dewasa yang HIV-1-positif dan yang terlibat dalam kegiatan spiritual seperti doa, subjek memiliki penurunan risiko kematian (Fitzpatrick et al., 2007). Demikian juga, orang dengan depresi dan kecemasan yang telah berpartisipasi dalam enam sesi doa 1 jam mingguan menunjukkan perbaikan dalam depresi dan kecemasan dibandingkan dengan subyek pada kelompok kontrol (Boelens, Reeves, Replogle, & Koenig, 2009). 8. Journaling Istilah journal, buku harian, menulis reflektif, dan menulis ekspresif sering digunakan secara bergantian. Diari lebih sering fokus pada rekaman peristiwa dan pertemuan, sedangkan journal berfungsi sebagai alat untuk merekam proses kehidupan seseorang (Cortright 2008 dalam Lindquist, 2014). Peristiwa dan pengalaman yang dicatat dalam jurnal berisi refleksi seseorang tentang peristiwa dan makna pribadi yang pernah dialami mereka. Dalam penulisan jurnal, interaksi antara sadar dan tidak sadar sering terjadi. Bentuk penulisan ekspresif seperti puisi, cerita, dan pesan memo adalah metode individu dapat menggunakan untuk mengeksplorasi perasaan batin dan pikiran (Lindquist, 2014). Pada mereka yang baru didiagnosis dengan penyakit kronis, journal tentang perspektif mereka tentang bagaimana penyakit dapat mempengaruhi kehidupan mereka serta dapat membantu mereka mengungkap kekhawatiran sehingga bisa didiskusikan dengan profesional kesehatan. Perawat dan keluarga dapat menyiapkan
catatan pasien, Kemudian digunakan dalam program tindak lanjut untuk membantu subjek memperoleh pemahaman tentang waktu mereka di unit perawatan intensif, termasuk mimpi dan saat-saat ketika pasien bingung atau tidak sadar. Program ini terbukti berguna bagi pasien dan staf. Menulis jurnal juga telah digunakan untuk membantu orang mengembangkan spiritual. Journal juga dapat membantu dalam berdoa. Tindakan menulis membantu menjaga seseorang berpusat pada percakapan dengan Tuhan. Seperti yang disarankan oleh Chittister, sebuah bagian dari kitab suci dapat menjadi stimulus untuk menggunakan journal untuk berdoa (Lindquist, 2014). 9. Storytelling Mendongeng/bercerita didefinisikan sebagai seni atau tindakan bercerita (Dictionary.com, 2013). Sebuah cerita adalah narasi, baik benar atau fiktif, dalam bentuk prosa atau ayat yang dirancang untuk menarik, menghibur, atau menginstruksikan pendengar atau pembaca. Penggunaan cerita di layanan kesehatan, penelitian kesehatan, dan pendidikan tidak terbatas. Perawat dapat menggunakan cerita dalam beberapa situasi di masa hidup untuk berbagai tujuan. Cerita dapat digunakan dalam terapi keluarga dan dapat membantu anggota dalam memasuki makna dari masa lalu, sekarang, dan masa depan serta membantu pasien untuk "membuat makna" dan penyembuhan (Roberts, 1994 dalam Lindquist, 2014). 10. Animal- Assisted Therapy Terapi dengan bantuan hewan didefinisikan sebagai intervensi yang diarahkan pada tujuan yang menggunakan ikatan manusia-hewan sebagai bagian integral dari proses pengobatan (American Veterinary Medical Association, 2012). Meskipun berbagai spesies hewan dan keturunan, seperti kucing, burung, kelinci, kuda, dan lumba-lumba, yang terlibat dalam AAT, anjing memiliki persentase tertinggi dari hewan yang digunakan untuk AAT (Hart, 2000). Beberapa kunci dari AAT adalah: (a) tujuan dan sasaran tertentu yang ditetapkan
untuk
setiap
pasien,
(b)
mengukur
kemajuan,
(c)
interaksi
didokumentasikan. Tujuan dirancang oleh seorang perawat, terapis okupasi, terapi fisik, konselor, dokter, atau profesional perawatan kesehatan lainnya yang menggunakan AAT dalam proses pengobatan (American Veterinary Medical Association, 2012). Sebuah tujuan fisik misalnya peningkatan mobilitas dengan berjalan dengan anjing. Contoh tujuan kognitif termasuk peningkatan ekspresi verbal (melalui interaksi normal dengan hewan) dan peningkatan memori jangka panjang (melalui mengingat nama dan aktivitas hewan pada kunjungan terakhir). Tujuan sosial
bisa meliputi meningkatkan keterampilan sosial dan membangun hubungan dengan orang lain melalui binatang. Hewan juga dapat membantu meningkatkan sosialisasi dengan memfasilitasi diskusi piaraan di masa lalu. Disamping itu tujuan emosionalnya adalah meningkatkan motivasi yang ditunjukkan oleh berpakaian atau berjalan melihat hewan. 11. Massage Pijat istilah berasal dari kata Yunani massein, yang berarti uleni (Calvert, 2002). Kata Arab massal atau mash, untuk menekan lembut, juga berarti pijat (Goodall-Copestake, 1919). Keperawatan merupakan salah satu disiplin ilmu pertama yang menggunakan pijat. Dokter, terapis fisik, terapis pijat, dan bahkan cosmetologists juga menggunakan pijat. Orang-orang Yunani dan Romawi dipengaruhi dokter untuk menggunakan pijat. Terapis fisik menggunakan pijat di kedokteran olahraga untuk mengurangi rasa sakit, merehabilitasi, dan meningkatkan kinerja fisik bagi para atlet (Brummitt 2008). Perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan stres fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris & Richards, 2010). Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards, Gibson, dan Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering dilaporkan adalah pengurangan kecemasan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi pijat juga bermanfaat bagi klien depresi. Mekanisme terapi ini adalah menekan sumbu HPA dengan berkurangnya hormon stres dan meningkatkan aktivasi sistem saraf parasimpatis sehingga menurunkan denyut nadi, relaksasi serta menurunkan nyeri (Stuart, 2013). 12. Tai Chi Tai Chi yang berarti puncak tertinggi, adalah seni bela diri tradisional Cina (Koh, 1981) dan latihan pikiran-tubuh. Teknik ini melibatkan serangkaian cairan, terus menerus, anggun, postur yang menari, dan gerakan yang dikenal sebagai bentuk (Yang, 2010 dalam Lindquist, 2014). Ada beberapa gaya Tai Chi yang saat ini dipraktekkan; Chen (cepat dan lambat gerakan besar), Yang (memperlambat gerakan besar), Wu (pertengahan mondar-mandir, gerakan kompak), dan Sun (cepat, gerakan kompak) (Jou, 1983 dalam Lindquist, 2014). Setiap gaya memiliki protokol karakteristik yang berbeda dari gaya lain dalam postur atau bentuk, urutan gerakan, kecepatan, dan tingkat kesulitan.Namun memiliki prinsip-prinsip dasar yang sama (Yang, 1991 dalam Lindquist, 2014). Tai Chi cocok untuk orang dewasa yang lebih
tua atau untuk pasien dengan penyakit kronis karena intensitas yang rendah, ritme stabil, dan ketegangan fisik dan mental yang rendah (Greenspan, 2007 dalam Lindquist, 2014). 13. Terapi Relaksasi (Terapi Pijat) Teknik relaksasi adalah teknik untuk menurunkan respon relaksasi sebagai mekanisme protektif terhadap stress yang menurunkan denyut nadi, metabolism laju pernafasan dann tonus otot. Relaksasi adalah suatu kondisi untuk membebaskan fisik dan mental dari tekanan atau stress. Teknik relaksasi memberikan kemapuan kepada individu untuk dapat mengontrol dirinya sendiri ketika terjadi ketidak nyamanan atau nyeri dan memperbaiki keadaan fisik dan stress emosional (Potter & Perry, 2002). Salah satu teknik relaksasi adalah terapi pijat (Sharon et. All, 2000 dikutip dari Wahyuni, 2002). Terapi pijat adalah terapi relaksasi dengan memberikan tekanantekanan tertentu pada anggota badan. Dalam terapi relaksasi, perawat menggunakan pijat sebagai intervensi untuk menghilangkan stres fisiologis dan psikologis dan mempromosikan relaksasi (Harris & Richards, 2010). Dalam review dari 22 studi yang pijat telah digunakan, Richards, Gibson dan Overton-McCoy (2000) menemukan bahwa hasil yang paling sering dilaporkan adalah pijat dapat pengurangan kecemasan. Peran Perawat Dalam Terapi Pijat Perawat dapat melakukan terapi pijat untuk mengatasi kondisi-kondisi ketidak nyamanan yang dialami paien, diantaranya: 1. Rasa sakit Pijat sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa pijat dapat mengurangi rasa sakit . Dalam review penelitian tentang penggunaan pijat dan aromaterapi pada penderita kanker, Wang dan Keck (2004) melaporkan berkurangnya rasa sakit pada pasien pasca operasi, dan Mok dan Woo (2004) menemukan bahwa pijat juga dapat mengurangi rasa sakit pada pasien stroke 2. Mengatasi masalah istirahat tidur Pada pasien dilakukan pijatan sebelum tidur sehingga meningkatkan relaksasi atau rasa nyaman pada pasien, sehingga pasien dapat beristirahat dengan tenang 14. Exercise (Olah Raga)
Aktivitas fisik didefinisikan sebagai "mengerakan tubuh yang bertujuan untuk pengeluaran kalori" (American College of Sports Medicine, 2006). Secara umum pengertian olahraga adalah sebagai salah satu aktivitas fisik maupun psikis seseorang yang berguna untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan seseorang. Latihan fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan, diantaranya: 1. Mengurangi risiko kematian dini 2. Mengurangi risiko kematian dini akibat penyakit jantung 3. Mengurangi risiko diabetes tipe 2 4. Mengurangi risiko tekanan darah tinggi 5. Mengurangi tekanan darah tinggi pada individu hipertensi 6. Mengurangi risiko kanker usus 7. Mengurangi perasaan gelisah dan putus asa 8. membantu dalam mengontrol berat badan 9. Membantu dalam penguatan dan pemeliharaan otot, sendi, dan tulang 10. Membantu orang dewasa yang lebih tua dengan keseimbangan dan mobilitas 11. Memupuk perasaan kesejahteraan psikologis Selain manfaat tersebut, ACSM (Garber et al., 2011) dan USDHHS-PAAC (USDHHS-PAAC, 2008) telah menerbitkan laporan ilmiah yang menyatakan aktivitas fisik sebagai faktor utama pencegahan primer dan sekunder penyakit kardiovaskular. Ada hubungan antara kurangnya aktivitas fisik dan perkembangan penyakit arteri koroner dan peningkatan mortalitas kardiovaskular (USDHHSPAAC, 2008; Garber et al, 2011.). Peran Perawat Memberikan pendidikan kesehatan pada pasien tentang pentingnya berolahraga, perawat juga dapat selalu memotivasi pasien untuk dapat melakukan olah raga rutin sesuai kondisi pasien. Perawat dapat membantu pasien untuk berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan olahraga apa yang tepat dengan kondisi pasien dan dapat pasien lakukan secara mandiri. 15. Aromaterapi Styles (1997) mendefinisikan aromaterapi sebagai penggunaan minyak esensial untuk tujuan terapi yang mencakup pikiran, tubuh, dan jiwa-luas, definisi yang konsisten dengan praktik keperawatan holistik. Institute Cancer Nasional mendefinisikan aromaterapi sebagai "penggunaan terapi menggunakan minyak dari bunga, tumbuhtumbuhan, dan pohon-pohon untuk perbaikan fisik, emosional, dan spiritual kesejahteraan "(National Cancer Institute [NCI], 2012). Peran Perawat
Perawat memiliki peran penting dalam membantu pasien untuk membedakan di antara berbagai produk botani yang mudah tersedia. Pasien sering bingung dengan pilihan yang dapat digunakan , dan yang terpenting adalah bahwa perawat memahami perbedaan dari kandungan dari minyak yang digunakan, pemberian saran pada pasien bertujuan untuk keselamatan pasien. Perawat harus menyadari pedoman keselamatan umum untuk pendidikan pasien dan dalam praktek. Ini termasuk: 1. Hindari minyak esensial dari nyala api langsung, minyak tersebut tidak stabil dan sangat mudah terbakar. 2. Simpan minyak esensial di tempat yang sejuk jauh dari sinar matahari; menggunakan wadah kaca berwarna biru atau gelap. Tutup wadah segera setelah digunakan. Minyak atsiri dapat mengoksidasi pada suhu yang panas, cahaya, dan oksigen dan dapat mengubah kandungan bahan kimianya 3. Sadarilah bahwa minyak esensial dapat menodai pakaian dan bahan tekstil, minyak esensial murni juga dapat merusak bahan plastik. Lakukan tindakan pencegahan yang tepat. 4. Jauhkan minyak esensial dari anak-anak dan hewan peliharaan kecuali kita yakin bahwa minyak esensial tersebut memang aman untuk anak-anak dan hewan peliharaan. Pelajari literatur berisi kasus efek samping atau kematian yang berhubungan dengan penggunaan yang tidak benar atau tertelan pada anak-anak dan hewan peliharaan (Halicioglu, Astarcioglu, Yaprak, & Aydinlioglu, 2011). 5. Gunakan minyak esensial dari pemasok terkemuka. Mencari nasihat dari aromaterapis terlatih atau rekomendasi dari penyedia klinis aromaterapi. Jika menggunakan minyak esensial dalam percobaan klinis atau penelitian, hasil tes verifikasi kandungan bahan kimia harus diperoleh. 6. Perawatan khusus diperlukan bila menggunakan minyak esensial pada orang-orang yang memiliki riwayat asma yang parah atau beberapa alergi. 7. Penggunaan minyak esensial relatif aman bila digunakan dengan benar, sensitifitas dan iritasi kulit dapat terjadi. Dalam kasus ini, minyak esensial yang masih tersisa harus dihapus dengan minyak atau susu, dibilas dengan air, dan penggunaannya harus dihentikan. Kebanyakan reaksi seperti ini dapat mengatasi masalah tersebut; Namun, penyedia layanan kesehatan harus berkonsultasi jika terjadi nyeri/gatal parah yang berkelanjutan. 8. Jika minyak esensial masuk ke mata, bilas dengan susu atau pembawa minyak pertama dan kemudian dengan air.
16. Obat herbal Herbal dan produk-produk alami terkait seperti rempah-rempah, banyak digunakan untuk pengobatan di dunia. Penggunaan herbal untuk pengobatan penyakit dan menjaga kesehatan bisa digunakan pada banyak budaya didunia setidaknya sejak 2.500 tahun yang lalu. Sebagai contoh, di sM abad ke-5, Hippocrates direkomendasikan daun dan kulit kayu dari willow tree (genus Salix) untuk rasa sakit dan peradangan. obat-obatan herbal, atau terapi nabati, terus menduduki tempat penting dalam banyak tradisi penyembuhan dunia. Peran Perawat Perawat perlu mengkaji apakah pasien menggunakan ramuan herbal tertentu, selain mengetahui jenis ramuan yang digunakan, dosis masing-masing ramuan, dan fungsi yang dari ramuan tersebut, mengumpulkan informasi mengenai durasi penggunaan herbal juga akan membantu dalam menilai pasien dan memberikan perawatan terbaik. Perawat juga perlu untuk memberikan pemahaman pada pasien karena banyak kesalahan pemahaman tentang obat herbal bahwa herbal tidak memiliki efek samping karena mereka alami. Namun, herbal memang memiliki efek samping dan mungkin beracun atau beracun jika tidak digunakan dengan tepat. Masalah lainnya adalah kebiasaan pasien menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai pengganti obat yang sudah diberikan oleh dokter. Peran keperawatan juga mencakup pemberian pendidikan kesehatan pada pasien, agar pasien dapat memahami bahwa terapi herbal hanya aman jika herbal diracik dan diproses dengan cara yang benar dan digunakan untuk indikasi yang tepat, dalam jumlah yang benar, untuk durasi pasti, dan dengan pemantauan yang tepat. 17. Functional Foods and Nutraceuticals Menurut Haller (2010), istilah nutraceutical diambil dari kata-kata nutrisi dan farmasi. Awalnya diciptakan oleh Dr Stephen DeFelice, nutraceuticals didefinisikan sebagai "makanan, atau bagian dari makanan, yang berfungsi untuk pengobatan atau memiliki manfaat untuk kesehatan, termasuk pencegahan dan pengobatan penyakit "(National Nutraceutical Pusat, 2012). Kategori nutraceutical termasuk suplemen makanan seperti Ginkgo biloba, makanan fungsional seperti produk susu, dan makanan makanan lainnya yang nantinya dapat di tambahkan dengan nutraceuticals (National Nutraceutical Pusat, 2012). Nutraceuticals adalah makanan yang menawarkan manfaat bagi kesehatan (Haller, 2010).
Sebagai contoh, banyak produk-produk makanan yang beredar dipasaran seperti sereal yang diperkaya dengan omega-3 asam lemak, minuman kesehatan yang diperkaya Ginseng, produk susu dengan tambahan probiotik, dan orange jus yang mengandung kalsium tambahan. Makanan fungsional harus aman dan memberikan manfaat kesehatan jangka panjang. Dengan demikian, makanan fungsional adalah salah satu dibawah ini: a.
Sebuah makanan fungsional yang ditambahkan makanan lain
b.
Sebuah makanan fungsional di tambahkan bahan baru untuk makanan fungsional
c.
Sebuah makanan baru yang berisi satu atau lebih bahan fungsional (Pariza, 1999) Di Jepang, dimana merupakan negara pertama yang mempelopori makanan
fungsional, telah menyoroti tiga kondisi yang menentukan makanan fungsional: a.
Ini adalah makanan (bukan kapsul, tablet, atau bubuk) yang berasal dari bahanbahan alami.
b.
Hal ini dapat dan harus dikonsumsi sebagai bagian dari makanan sehari-hari.
c.
Memiliki fungsi tertentu ketika dikonsumsi, berfungsi untuk mengatur kondisi tertentu, seperti: peningkatan mekanisme pertahanan biologis, pencegahan penyakit tertentu, pemulihan dari penyakit tertentu, kontrol kondisi fisik dan mental, dan memperlambat proses penuaan (PA Consulting Group, 1990).
Peran Perawat Dikarenakan banyak orang yang menggunakan nutraceuticals. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk dapat membantu menghitung dan mengatur jumlah nutraceutical yang aman dikonsumsi oleh pasien dalam kondisi tertentu. Berikut adalah pedoman bagi perawat untuk digunakan dalam menilai pasien: a. Saat melakukan pengkajian, pastikan apakah pasien mengkonsumsi nutraceutical secara rutin. Karena kemungkinan dapat menimbulkan komplikasi dari penggunaan suplemen gizi, hentikan penggunaan suplemen beberapa minggu sebelum dilakukan tindakan operasi. b. Memberikan pengetahuan pada pasien tentang makanan fungsional dan nutraceuticals mencakup manfaat, efek samping, biaya, dan kemungkinan kontraindikasi pada penggunaan obat tertentu. c. Mengembangkan strategi komunikasi yang efektif untuk memastikan bahwa semua anggota tim perawatan kesehatan pasien memahami tentang nutraceutical mencakup manfaat, efek samping, biaya, dan kemungkinan kontraindikasi pada penggunaan obat pada pasien d. Ketahui alasan pasien menggunakan suplemen gizi dan fungsional makanan. Ketahui manfaat yang sama jika menggunakan produk lain yang lebih aman atau lebih murah.
e. Pertimbangkan kebutuhan perawatan kesehatan pasien dengan kondisi khusus, seperti pada wanita hamil, anak-anak, lansia, dan populasi dengan kondisi medis tertentu, mendiskusikan penggunaan suplemen gizi dengan tenaga layanan kesehatan lain. f. Sediakan sumber informasi untuk pasien yang mudah untuk diakses, cepat, berdasarkan bukti ilmiah dan mudah dimengerti. g. Berkolaborasi dan berkonsultasi dengan merujuk pasien ke ahli gizi 18. Terapi Cahaya Terapi cahaya didefinisikan sebagai paparan yang dilakukan dengan menggunakan spektrum cahaya atau cahaya terang untuk mengobati kondisi seperti gangguan afektif musiman atau seasonal affective disorder (SAD). Terapi ini berbeda dengan fototerapi , yang digunakan untuk mengobati kondisi seperti hiperbilirubinemia atau psoriasis (Lam, 1998). Gangguan afektif musiman (SAD) merupakan gangguan mood yang sering terjadi pada saat musim dingin yang gelap dan biasanya menghilang dengan sendirinya saat musim semi dan dapat terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun. Menurut Pedoman Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, edisi ke-5 (DSM - 5; American Psychiatric Association, 2013), SAD dikategorikan dengan indikator depresi berat. Pasien dengan SAD pengalaman episode utama depresi yang cenderung berulang pada waktu tertentu dalam setahun (Amerika Psychiatric Association, 2013). Kondisi SAD dapat berupa depresi atau gangguan bipolar. Banyak gejala SAD yang mirip dengan gejala depresi, seperti: kehilangan semangat, kehilangan minat, anhedonia, anergia, tidak ada motivasi, libido rendah, kecemasan, mudah tersinggung, dan isolasi sosial (Eagles, 2004). Lebih dari satu setengah dari pasien dengan pengalaman SAD mengalami peningkatan durasi tidur dengan kualitas yang buruk. Selanjutnya, dari beberapa pasien mengalami peningkatan nafsu makan dan berat badan dimana pasien mengaku memiliki keinginan untuk mengkonsumsi banyak karbohidrat dan cokelat (Eagles, 2004). Peran Perawat Kontradiksi utama dalam penggunaan terapi cahaya ini adalah gangguan pada retina atau gangguan yang mungkin berhubungan dengan retina, seperti diabetes. Kontraindikasi juga dapat terjadi bagi mereka yang mengkonsumsi obat--obatan photosensitizing, seperti lithium, antipsikotik fenotiazin, melatonin, dan Wort St John (Reme, Rol, Grothmann, Kaase, & Terman, 1996). Efek samping yang berhubungan dengan terapi cahaya sering
dikaitkan dengan faktor-faktor seperti parameter paparan cahaya, waktu, dosis (intensitas atau durasi) dan metode paparan (menyebar, langsung, fokus). Misalnya, jika terapi cahaya waktunya terlalu dini, pasien mengalami gangguan pola tidur, dengan kesulitan jatuh tidur lagi. tetapi, di sisi lain, jika terapi cahaya dijadwalkan terlambat atau pada waktu malam hari, pasien mengalami insomnia dan hiperaktivitas (Terman & Terman, 2005). Karena alasan diatas itulah peran perawat menjadi sangat penting, dimana perawat memiliki fungsi untuk mengatur kapan waktu yang tepat untuk pasien mendapatkan terapi cahaya, waktu, dosis (intensitas atau durasi) dan metode paparan (menyebar, langsung, fokus). Perawat juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi tentang fungsi pemberian terapi cahaya juga kontrainikasi nya. 19. Healing Touch Semua budaya, baik kuno dan modern, telah mengembangkan beberapa bentuk terapi sentuh sebagai bagian dari keinginan masyarakat untuk menyembuhkan dan perawatan untuk banyak kondisi kesehatan. Bukti tertulis tertua penggunaan sentuhan untuk meningkatkan penyembuhan berasal dari Asia lebih dari 5.000 tahun yang lalu (Hover-Kramer, Mentgen, & Scandrett-Hibdon, 1996; Jackson & Keegan, 2009; Krieger, 1979). Dunia keperawatan telah menggunakan sentuhan sepanjang sejarah dan perawat hari ini mengintegrasikan banyak teknik sentuhan dalam prakteknya. Salah satu terapi ini adalah Healing Touch, yang sekarang memiliki lebih dari 50.000 orang yang telah dilatih di seluruh dunia, dengan hampir 2.000 praktisi bersertifikat dan 200 bersertifikat instruktur selama 23 tahun terakhir (Healing Touch Internasional, 2012a). Healing Touch (HT) adalah jenis terapi komplementer yang menggunakan sentuhan lembut dan teknik untuk mempengaruhi komposisi energi berbasis sistem energi manusia dalam tubuh (pusat energi) dan sekitarnya tubuh (bidang energi) mendukung kemampuan alami tubuh untuk menyembuhkan (Healing Touch International, 2012b; Program Healing Touch, 2012a). Berdasarkan pandangan holistik kesehatan dan penyakit, HT berfokus pada menciptakan keseimbangan energi ke seluruh tubuh pada tingkat fisik, emosional, mental, dan spiritual bukan pada bagian disfungsional tubuh. Melalui proses ini menyeimbangkan sistem energi dan karena itu membuka energi penyumbatan, lingkungan dibuat yang kondusif untuk penyembuhan diri. HT berevolusi dari karya perintisnya yaitu terapi sentuhan atau Therapeutic Touch (TT) yang dimulai pada tahun 1970 oleh seorang perawat, Dr. Dolores Krieger, dan Dora
Kunz, mengembangkan penyembuh intuitif alami, yang membantu banyak dokter dengan kasus pasien yang membingungkan. Bersama-sama mereka mendirikan TT, dimana digunakan sebagai "interpretasi kontemporer dari beberapa praktik penyembuhan kuno, kemampuan untuk secara mandiri mengatur atau memodifikasi energi manusia "(Krieger, 1993, hal. 11). Peran Perawat Perawat dengan lisensi atau memiliki sertifikat HT menurut Umbreit (2000) menjelaskan peran praktisi HT adalah melakukan observasi, penilaian, dan mengatur kembali putaran energy dari medan energi pasien, yang terganggu ketika ada penyakit, stres psikologis, dan rasa sakit. Praktisi dapat membantu mengatasi gangguan yang disebabkan karena adanya penyumbatan, kebocoran, ketidakseimbangan, atau hambatan energi. Tujuan dari praktisi HT adalah membuka penyumbatan ini, menutup kebocoran, menyeimbangkan medan energi dan melepaskan hambatan yang ada. 20. Reiki Reiki adalah metode energi penyembuhan yang dapat digunakan sebagai terapi yang terintegrasi, terapi untuk berbagai masalah kesehatan akut dan kronis. Selain itu Reiki dapat digunakan sebagai tambahan untuk pengelolaan kondisi kronis: manajemen nyeri di rumah sakit, perawatan paliatif dan pengurangan stres. Reiki , Therapeutic Touch (TT) dan Healing Touch (HT) semua terapi biofield yang digunakan untuk mendukung proses penyembuhan.
Fokusnya adalah pada balancing energi dari total orang dan
merangsang tubuh sendiri alam kemampuan penyembuhan , bukan pada pengobatan penyakit fisik tertentu ( Anderson & Taylor , 2011b ; Macrae, 1987; RINGDAHL, 2010). Kesamaan umum yang ada di antara terapi modalitas ini terletak pada kemampuan mereka untuk mengurangi stres , meningkatkan relaksasi , dan mengurangi rasa sakit. Kata Reiki terdiri dari dua kata, rei dan ki dalam bahasa Jepang. Rei biasanya diterjemahkan secara luas, meskipun beberapa ahli manyatakan bahwa ia juga memiliki konotasi yang lebih dalam, yaitu mengetahui kesadaran spiritual. Ki mengacu pada kehidupan, kekuatan energi yang mengalir dalam tubuh semua makhluk hidup, yang dikenal dibelahan dunia sebagai Chi, prana, atau mana. Ketika energi Ki tidak dibatasi, ada kerentanan terhadap penyakit atau ketidakseimbangan pikiran, tubuh atau jiwa (Rand, 2000). Dalam bentuk gabungan, kata Reiki berarti gabungan rohani dan energi kekuatan hidup atau energi kekuatan hidup secara menyeluruh.
Reiki tidak hanya teknik penyembuhan, tetapi filosofi hidup yang mencakup: pikiran, tubuh, semangat persatuan dan hubungan manusia dengan alam sekitar. Filosofi ini tercermin dalam prinsip-prinsip Reiki untuk hidup: "Hanya untuk hari ini jangan khawatir. Hanya untuk hari ini tidak marah. Hormatilah guru Anda, orang tua. Mencari nafkah dengan jujur. Menunjukkan rasa terima kasih untuk semua hal" (Mills, 2001). Peran Perawat Perawat yang sudah tersertifikasi dapat berperan sebagai praktisi dan bertindak sebagai penyalur energi bertujuan untuk penyembuhan, dimana penyembuhan disini dimaksudkan dapat digunakan untuk diri sendiri atau orang lain. Sebuah studi oleh Shore (2004) memberikan bukti bahwa Reiki dapat mengurangi gejala depresi setelah dilakukan terapi selama 1 tahun. Terapi energi sentuhan sudah diakui dalam lingkup praktik keperawatan dan dalam Intervensi Keperawatan, sebagai salah satu intervensi keperawatan (Wardell & Engebretson, 2001). 21. Akupresur Akupresur didefinisikan oleh Gach (1990) sebagai "seni penyembuhan kuno yang menggunakan jari-jari untuk menekan titik-titik tertentu pada tubuh untuk merangsang kemampuan penyembuhan tubuh secara mandiri" Peran Perawat Perawat dapat menggabungkan akupresur pada metode perawatan pasien dengan menggunakan beberapa poin umum yang memiliki tindakan spesifik untuk meredakan gejala umum yang dialami pasien. Perawat dapat mengatasi masalah pasien dengan tindakan akupresur atau mengajar pasien atau anggota keluarga bagaimana menggunakan akupresur sebagai bagian dari rencana perawatan. Fokus perawatan dalam sistem ini adalah untuk mengembalikan keseimbangan dalam tubuh. Untuk melakukannya, yin dan yang harus seimbang. aspek Yin berhubungan dengan dingin, pasif, interioritas, dan menurun, aspek Yang berhubungan dengan kehangatan, aktivitas, kekuatan eksternal, dan meningkat. Yin dan Yang selalu terhubung antara satu sama lain (Kaptchuk, 1983). Sebuah proses diagnostik digunakan untuk memilih titik-titik yang tepat untuk merangsang, proses meliputi sejarah panjang, mengamati pasien, baik penampilan dan sikap, mengamati bau pasien, memeriksa lidah, meraba perut dan titik pada tubuh, dan meraba nadi di lokasi radial pada pergelangan tangan. Kemudian diagnosis dirumuskan
dan membuat rencana keperawatan, yang didapat dengan menggunakan berbagai teknik kemudian diimplementasikan. 22. Reflexology Reflexology adalah terapi alternatif komplementer yang digunakan secara global untuk mengatur gejala dan untuk meningkatkan kesejahteraan. Dalam refleksi, seluruh tubuh telah dipetakan, baik di tangan dan di kaki dan dapat dimanipulasi secara langsung menggunakan teknik pijat khusus. Daerah pada kaki lebih mudah dilakukan karena mereka memiliki area yang lebih luas dan lebih spesifik, sehingga pada area tersebut lebih mudah di lakukan dibandingkan pada area tangan. Refleksologi didefinisikan sebagai suatu teknik penyembuhan holistik yang bertujuan untuk mengobati individu sebagai entitas, menggabungkan tubuh, pikiran, dan jiwa. Ini adalah terapi tekanan yang bekerja pada titik refleks yang tepat, diantaranya pada kaki yang sesuai dengan bagian tubuh lainnya. Karena kaki merupakan mikrokosmos dari tubuh, semua organ, kelenjar, dan bagian tubuh lainnya diletakkan dalam pengaturan yang sama pada kaki (Dougans, 2005). Kunz dan Kunz (2003) menyatakan bahwa tekanan teknik merangsang daerah refleks tertentu pada kaki dan tangan dengan maksud meningkatkan manfaat di bagian lain dari tubuh. Literatur juga menunjukkan bahwa refleksologi berguna untuk mencapai dan menjaga kesehatan, meningkatkan kesejahteraan, dan menghilangkan gejala penyakit dan penyakit (Tiran, 2002). Perawat sebagai terpis dapat melakukan tindakan terapi pijat refleksi yang tujuannya untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan kualitas tidur, meningkatkan relaksasi dan mengurangi stres. Di Inggris, telah dilakukan penelitian di mana 34 pasien kanker di bawah perawatan paliatif diminta untuk memberikan komentar tentang terapi pijat refleksi yang telah mereka menerima (Gambles et al., 2002). Mereka berkomentar tentang refleksologi sebagai terapi yang bermanfaat dalam mengurangi kecemasan dan ketegangan, memperbaiki tidur, dan mengatasi efek samping dari obat-obatan 23. Magnet Terapi Magnet telah digunakan untuk tujuan penyembuhan selama berabad-abad di banyak negara-negara seperti Cina, Mesir, Yunani, dan India. Mereka disebutkan dalam teks medis tertua yang pernah ditemukan, dalam kitab suci Hindu kuno, Veda (Whitaker & Adderly, 1998). Di Eropa selama abad ke-16, Paracelsus, seorang dokter Jerman-Swiss,
berteori bahwa karena magnet menarik besi mereka mungkin menarik dan "menarik keluar" penyakit dari tubuh. Pusat Nasional Pelengkap dan Pengobatan Alternatif (NCCAM) mengklasifikasikan terapi magnet di bawah domain energi terapi. Terapi energi beroperasi pada prinsip bahwa kesehatan dapat dipengaruhi oleh penataan kembali "energi vital" seseorang, energi yang dibawa oleh semua makhluk hidup, yang terbuka atau tertutup, dapat membuat penyakit (Kaptchuk , 1996). Magnet Terapi melibatkan penggunaan magnet dari berbagai ukuran dan kekuatan yang ditempatkan pada tubuh untuk menghilangkan rasa sakit dan mengobati penyakit (New York Universitas, 2012). Peran Perawat Penggunaan elektromagnet untuk tujuan diagnostik dan intervensi membutuhkan administrasi oleh profesional kesehatan, dalam hal ini perawat yang sudah tersertifikasi dapat melakukannya, dimana perawat berperan sebagai terapis dapat melakukan terapi magnet yang bertujuan untuk mengurangi nyeri kronis yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. termasuk nyeri kaki dan nyeri akibat dari kondisi seperti arthritis dan fibromyalgia, juga dapat membantu mengatasi gangguan pola istirahat pada pasien
Daftar Pustaka
Caldwell, Barbara A,PhD., A.P.N.-B.C., Sclafani, Michael, MS,M.Ed, R.N., Swarbrick, Margaret, PhD,O.T.R., C.P.R.P., & Piren, Karen, MSN,R.N., A.P.N. (2010). Psychiatric nursing practice & the recovery model of care. Journal of Psychosocial Nursing
&
Mental
Health
Services,
48(7),
42-48.
doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695-20100504-03 Davidson, L., O'Connell, M., Tondora, J., Styron, T., & Kangas, K. (2006). The top ten concerns about recovery encountered in mental health system transformation. Psychiatric Services, 57(5), 640-5. Drake, R. E., Goldman, H. H., Leff, H. S., Lehman, A. F., Dixon, L., Mueser, K. T., & Torrey, W. C. (2001). Implementing evidence-based practices in routine mental health service settings. Psychiatric Services, 52, 179-182. Linquist, R.,Snyder, M.,Tracy, F. Mary. (2014). Complementary & Alternative Therapies in Nursing. Springer Publishing Company O'Connell, M., Tondora, J., Croog, G., Evans, A., & Davidson, L. (2005). from rhetoric to routine: assessing perceptions of recovery-oriented practices in a state mental health and addiction system. Psychiatric Rehabilitation Journal, 28(4), 378-86. Stuart, W. Gail. (2013). Principles of Psychiatric Nursing, 10 Edition. ELSEVIER Varcarolis, M. Elizabeth. (2013). Essentials of Psychiatric Mental Health Nursing; A Communication Approach to Evidence-Based Care Second Edition. ELSEVIER WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding, new hope