ISSN : 2622-1365
PROSIDING SIMPOSIUM INTERNASIONAL GIZI DAN PANGAN I (2018) “PREVENTING SSTUNTING THROUGH FOOD AND NUTRITION FAMILY SELF-SUFFICIENCY IN THE FIRST 1000 DAYS OF LIFE”
PALU, APRIL 11TH 2018
Diselenggarakan oleh: Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako
http:// fkm.untad.ac.id/
PROSIDING ISSN : 2622 – 1365 SIMPOSIUM INTERNASIONAL GIZI DAN PANGAN I (2018) “PREVENTING STUNTING THROUGH FOOD AND NUTRITION FAMILY SELF-SUFFICIENCY IN THE FIRST 1000 DAYS OF LIFE”
Palu, April 11th 2018
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO
PENERBIT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO
http:// fkm.untad.ac.id/
PROSIDING SIMPOSIUM INTERNASIONAL GIZI DAN PANGAN I (2018) “PREVENTING STUNTING THROUGH FOOD AND NUTRITION FAMILY SELF-SUFFICIENCY IN THE FIRST 1000 DAYS OF LIFE” PROGRAM STUDI GIZI, FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO Penanggungjawab
: Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes
Ketua Panitia
: Nikmah Utami Dewi, SKM, M.Sc
Moderator
: Ansar, SKM., M.Kes
Penyunting
: Prof. Dr. Ir. Asriani Hasanuddin, M.Si Dr. Ahmad Ramadhan. M.Kes
Editor & Layout
: Bohari, S.Gz., M.Kes
ISSN
: 2622-1365
Cetakan
: Pertama, Juli 2018
Penerbit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9. Kota Palu Sulawesi Tengah, 94118
KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada kita semua, sehingga Prosiding Simposium Internasional Gizi dan Pangan dapat terwujud. Prosiding ini memuat sejumlah hasil penelitian yang ditelah dilakukan oleh Bapak/Ibu Dosen Universitas Tadulako dan Perguruan Tinggi Lainnya yang dikumpulkan dan ditata oleh Tim dalam kepanitiaan Simposium Internasional Gizi dan Pangan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Tadulako, Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, SE., MS dan Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat, Bapak Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes yang telah memfasilitasi semua kegiatan simposium gizi nasional ini 2. Bapak/Ibu segenap panitia Simposium Internasional Gizi dan Pangan, yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pemikirannya demi keberhasilan kegiatan ini 3. Bapak/Ibu dosen yang mengirim artikel hasil penelitian dalam kegiatan ini. Semoga Prosiding ini dapat memberi kemanfaatan bagi kita semua, untuk kepentingan pengembangan ilmu, teknologi bidang pangan, gizi, dan kesehatan. Terakhir, tiada gading yang tak retak. Mohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan. Saran dan kritik yang membangun tetap kami tunggu demi kesempuarnaan prosiding ini. Palu, 10 April 2018 Ketua Panitia
Nikmah Utami Dewi, SKM., M.Sc
SAMBUTAN DEKAN FKM UNTAD Assalamu alaikum wr.wb Bapak/Ibu,
Saudara(i)
yang
saya
hormati,
pertama-tama
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kegiatan Simposium Internasional Gizi dan Pangan dapat terlaksana di Universitas Tadulako. Selaku pimpinan di Fakultas Kesehatan Masyarakat mengucapkan selamat datang bagi peserta dari seluruh Indonesia di Universitas Tadulako, Kota Palu Sulawesi Tengah. Universitas Tadulako, disingkat UNTAD adalah perguruan tinggi negeri di Palu,Indonesia, sesuai Keppres No 36 Tahun 1981 Universitas Tadulako berdiri pada tanggal 14 Agustus 1981 dan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) yang memperingati Dies Natalis ke 1 ditahun 2018 merasa sangat bangga menjadi penyelenggara kegiatan ini karena hal ini sejalan dengan komitmen UNTAD untuk memperluas jejaring baik nasional. Sejak berdirinya, FKM terus berbenah diri meningkatkan sarana, prasarana, dan juga peningkatan kualitas SDM dalam pengelolaan tridarma perguruan tinggi yang lebih inovatif termasuk dalam penyelenggaraan kegiatan Simposium Internasional Gizi dan Pangan. Akhirnya, saya mengucapkan selamat mengikuti Simposium Internasional Gizi dan Pangan. Semoga lahir kebijakan–kebijakan dan program kerja kreatif yang dapat diimplementasikan dalam mendukung peningkatan derajat kesehatan di seluruh wilayah Indonesia. Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako,
Dr. Nurdin Rahman, M.Si., M.Kes
NARASUMBER Professor Rosalind Gibson (A Research Professor in the Department of Human Nutrition, University of OTAGO, New Zealand). Topic: The complexity of stunting, researches related to stunting globaly
Recents
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS (Chairman of food and nutrition Society of Indonesia). Topic: Best Practice of Stunting. Prevention and countermeasures based on family approached in Indonesia Dr. Ir. Gatot Siswo Hutomo, MP (Lecturer and Researcher on Food Techonology Tadulako) Topic: Family Food Self-Sufficiency in Preventing Stunting
DAFTAR ISI SAMPUL .............................................................................................................
i
SUSUNAN PANITIA ...........................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
iv
SAMBUTAN DEKAN FKM UNTAD ................................................................
v
NARASUMBER ...................................................................................................
vi
DAFTAR ISI.........................................................................................................
vii
1
ANALYSIS OF STUNTING PREVALENCE AND POLICY IN INDONESIA, Oleh: Laily Hanifah .............................................................................................. 1-17
2
ASSOCIATION BETWEEN MATERNAL NUTRITIONAL KNOWLEDGE, ENERGY AND NUTRITION INTAKE WITH UNDERNUTRITION AND STUNTING IN THE TODDLERS Oleh: Nuryani.....……………………………………………………………….. 18-30
3
PREVENTING STUNTING IN OSING TRIBE: THE STUDY OF PHENOMENOLOGY OF FOOD TABOO’S AND RECOMENDED FOOD FOR PREGNAN WOMAN Oleh: Farida Wahyu Ningtyias, Taufik Kurrohman.....……………………… 31-39
4
ANALYSIS SOCIO DEMOGRAPHY, WEIGHT BIRTH AGE WITH STUNTING AT GORONTALO REGENCY IN 2017 Oleh : Rahmawati, Yeni Paramata …………………………………………….. 40-47
5
RISK FACTORS OF CHRONIC ENERGY DEFICIENCY AMONG PREGNANT WOMAN IN NORTH GORONTALO DISTRICT, INDONESIA Oleh: Rifa’i Ali , Zul Adhayani Arda, Sri Wahyuningsih Harun……………… 48-54
6
RELATED OCCUPATION, EDUCATION AND PARITY WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY (CEC) OF PREGNANT WOMEN AT BIRU HEALTH CENTER Oleh: Musni, St. Malka ………………………………………………………... 55-60
7
EFFECTIVENESS OF EDUCATION CLASS OF LOCAL COMPELEMENTARY FOOD ON NUTRITIONAL STATUS AMONG CHILD UNDER TWO YEARS OLD Oleh : Dwi Erma Kusumawati, Ansar…………………………………………. 61-71
8
RISK FACTORS OF STUNTING IN BALITA 2-5 YEARS OLD IN SIGI, CENTRAL SULAWESI Oleh: Rahmawati, Nurdin Rahman, Muh Jusman Rau ……………………….. 72-77
9
DIFFERENCES OF HEMOGLOBIN CONTENTS BETWEEN THE PREGNANT WOMAN WHO COMES AND FOOLIN CONSUMPTION OF BISCUITS PMT FOR FREGNANT WOMEN Oleh: Henrick Sampeangin ……………………………………………………. 78-83
10 THE ROLE OF ZINC AND PSYCHOSOCIAL FACTOR TOWARDS POSTPARTUM BLUES OCCURRENCE OF MOTHERS FROM SMOKING AND NON-SMOKING FAMILIES Oleh: Yessy Kurniati, Wardihan Sinrang, Saidah Syamsuddin, Bohari …….... 84-92 11 THE RISK FACTOR OF UNDERWEIGHT ON TODDLER AT BIROBULI PUBLIC HEALTH CENTER OF SOUTH PALU DISTRICT Oleh: Lisda Rongkong, Nurdin Rahman, Herman…...………………………… 93-97
ANALYSIS OF STUNTING PREVALENCE AND POLICY IN INDONESIA ANALISIS KEJADIAN DAN KEBIJAKAN STUNTING DI INDONESIA LAILY HANIFAH Program Doktoral Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Background and Objective: One malnutrition issue in Indonesia is stunting that would be interesting to analyse the prevalence and policies over time. To analyse the prevalence of stunting over time and Government of Indonesia‘s policy related to stunting. Method: Literature and policy review: Household Health Surveys (HHS), Basic Health Surveys (BHS), Presidential Decree No.43/2013 on National Movement to Accelerate Nutritional Improvement and Mid-term National Development Plan of Ministry of Health Republic of Indonesia. Result: The prevalence of stunting among under five years old children according to HHS were 29.5% (2001), 28.5% (2005), based on BHS were 35.6% (2007), 35.6% (2010) and 37.2% (2013). Policies related to stunting were clearly stated in Presidential Decree No.43/2013 on National Movement to Accelerate Nutritional Improvement and Mid-term National Development Plan of Ministry of Health Republic of Indonesia as well as delivered in National Health Meeting on 5-8 March 2018. Conclusion: The government had quick respond towards stunting issue and released Presidential Decree No.43/2013 on National Movement to Accelerate Nutritional Improvement and Mid-term National Development Plan of Ministry of Health Republic of Indonesia. However, there should be a comprehensive approach to implement the policy, by using family approach and need commitment from all level of local government as well as adequate number and quality of human resource, a good coordination and mentoring from stakeholders, monitoring and evaluation in reporting system.. Keywords : stunting, nutrition, policy Pendahuluan dan Tujuan: Masalah kurang gizi yang menjadi perhatian di Indonesia adalah masalah stunting dan menarik untuk dilakukan analisis kejadian stunting dari periode waktu tertentu serta kebijakannya. Melakukan analisis kejadian dan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia terkait stunting dari tahun ke tahun. Metode: Kajian pustaka dan dokumen terkait angka kejadian dan kebijakan stunting berupa survei besar seperti Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) serta Peraturan Presiden No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Kementerian Kesehatan RI. Hasil: Prevalensi stunting pada balita menurut SKRT adalah 29,5% (2001), 28,5% (2005), menurut Riskesdas 35,6% (2007), 35,6% (2010) dan 37,2% (2013). Kebijakan terkait stunting baru secara jelas tertuang dalam Peraturan Presiden No. 42/2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 Kementerian Kesehatan RI. Dalam rapat kerja kesehatan nasional tanggal 5-8 Maret 2018 disebutkan secara jelas bahwa penurunan stunting menjadi satu dari 3 fokus prioritas masalah kesehatan. Simpulan: Pemerintah sudah cukup cepat merespon masalah stunting dan langsung mengeluarkan Peraturan Presiden No.42 tahun 2013, serta diatur kembali dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengan Nasional tahun 2015-2019 oleh Kemenkes RI. Namun dalam pelaksanaannya membutuhkan pendekatan komprehensif, melalui pendekatan keluarga dan dibutuhkan komitmen dari semua level pemerintah daerah, kuantitas dan kualitas SDM yang memadai, koordinasi dan bimbingan yang baik dari pemangku kepentingan, pemantauan dan pengendalian dalam sistem pelaporan. Kata Kunci: stunting, gizi, kebijakan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
1
A. PENDAHULUAN
Menurut UNICEF dan WHO, penyebab
Dalam upaya pembangunan suatu negara,
diperlukan
generasi
penerus
langsung
stunting
dapat
menjadi
kurangnya
dibedakan
asupan
gizi
bangsa yang sehat dan berkualitas baik.
penyakit,
terutama
Kualitas manusia ditentukan oleh banyak
Penyebab
tidak
hal,
yang
ketahanan pangan, pola asuh dan pola
terhadap
makan keluarga, kesehatan lingkungan
manusia
dan
salah
satunya
merupakan
adalah
gizi
sentral
pengembangan
sumber
daya
pelayanan
penyakit
dan
infeksi.
langsung
adalah
kesehatan
(5,
6).
(SDM). Salah satu masalah kurang gizi
Sedangkan penyebab mendasar antara
yang
lain
masih
menjadi
beban
beberapa
pendidikan,
budaya.
pendek
beberapa faktor tersebut berhubungan
Seorang
anak
pendek
apabila
tinggi
dikatakan
terdahulu,
erat dengan stunting.
badannya berada di bawah -2SD dari standar WHO (1).
studi
sosial
negara di dunia adalah masalah anak (stunting).
Dalam
kemiskinan,
Pada tahun 2011 diperkirakan ada 165 juta anak di negara berpendapatan
Stunting mencerminkan pengaruh
rendah dan menengah yang menderita
kumulatif kekurangan gizi kronis saat
stunting, termasuk di Indonesia yang
1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) di
merupakan
mana dampak kurang gizi saat 1000 HPK
stunting terbesar kelima di dunia (7).
tersebut berhubungan dengan prestasi
Menurut Global Nutrition Report 2014,
pendidikan yang buruk, miskin, kurang
dari 117 negara, Indonesia merupakan
sehat dan lebih rentan terhadap penyakit
satu dari 47 negara dengan masalah
tidak menular sehingga menjadi prediktor
stunting pada anak-anak dan anemia
buruknya kualitas sumber daya manusia
pada wanita usia subur (8). Kejadian
yang menurunkan kemampuan produktif
stunting pada usia di bawah lima tahun
suatu bangsa di masa mendatang (2).
(balita) secara nasional selama sepuluh
Kurang gizi yang
dialami saat
negara
dengan
jumlah
tahun terakhir konstan berada di kisaran
anak-anak, remaja dan hamil berdampak
30%.
buruk terhadap berat lahir bayi (3). Efek
WHO yang menyatakan bahwa masalah
sisa (retained effect) pada masa janin
kesehatan
cukup
bila prevalensi stunting sebesar 30 – 39
bermakna
sehingga
dapat
Apabila merujuk pada keterangan
dikatakan bahwa anak yang mengalami
persen,
hambatan kandungan
pertumbuhan akan
masyarakat maka
saat
dalam
menegaskan
mempunyai
tinggi
menghadapi
bahwa
dianggap
angka
tersebut
Indonesia
masalah
berat
sedang
kesehatan
badan yang tidak optimal pada usia
masyarakat yang berat terkait dengan
dewasa. Jika pada masa kanak-kanak
kejadian stunting. Pemerintah Indonesia
proses pertumbuhannya tetap mengalami
menyadari besarnya masalah stunting ini
hambatan, maka efek sisa pada masa
sehingga
janin akan diperparah efek sisa pada
kebijakan terkait.
mengeluarkan
beberapa
masa bayi dan kanak-kanak sehingga
Untuk dapat menurunkan kejadian
menjadi efek kumulatif dan menghasilkan
stunting, diperlukan analisis kejadian,
remaja
penyebab serta kebijakan terkait stunting
dewasa
yang
stunting
(4).
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
2
yang menjadi tujuan penulisan makalah
Modul (data sasaran).
Studi kesehatan
ini agar memudahkan pelaksanaan di
ibu dan anak (KIA) SKRT 2001 dan 2005
lapangan.
mengambil subsampel (40%) dari sampel Modul Susenas 2001 yang mencakup
B. BAHAN DAN METODE Kajian dokumen
survei
25.088 rumahtangga dalam 1.584 blok nasional
kebijakan
terkait
dan
stunting
sensus.
Analisis
dilanjutkan
kejadian
menggunakan
stunting
data
Riset
berupa Peraturan Presiden No. 42/2013
Kesehatan Dasar (Riskesdas) sejak tahun
tentang
2007
Gerakan
Perbaikan
Nasional
Gizi
Pembangunan Nasional
Percepatan
dan
Rencana
Jangka
2015-2019
sampai
2013
mendapatkan
yang
data
bertujuan
dasar
untuk
Menengah
menghasilkan nilai indikator kesehatan.
Kementerian
Riskesdas adalah sebuah policy tool bagi
Kesehatan Republik Indonesia.
pembuat kebijakan kesehatan di berbagai
C. HASIL
jenjang
Kejadian stunting
mewujudkan
Analisis
ini
dimulai
dengan
administrasi, visi
di
mana
untuk
masyarakat
yang
mandiri untuk hidup sehat, Departemen
melihat kejadian stunting pada tahun
Kesehatan
2001
―membuat rakyat sehat‖.
dan
dilakukan
2005
di
Survei
mana
saat
Kesehatan
itu
Rumah
RI
mengembangkan
Riskesdas
misi:
diselenggarakan
Tangga di Indonesia yang menggunakan
Badan
rancangan
Kesehatan (Balitbangkes), sebagai salah
sampling
Survei
Sosial
Penelitian
satu
PPS (Probability Proportional to Size) untuk
Departemen Kesehatan yang berfungsi
daerah pedesaan. Tahap pertama dipilih
menyediakan
sejumlah kecamatan secara PPS (size
berbasis bukti (10). Data dasar yang
adalah
dihasilkan Riskesdas terdiri dari indikator
rumahtangga
dalam
utama
Pengembangan
Ekonomi Nasional (Susenas) 2001 yaitu
jumlah
unit
dan
oleh
di
lingkungan
informasi
kesehatan
kecamatan) (9). Tahap kedua dari setiap
kesehatan
utama
tentang
kecamatan terpilih, dilakukan pemilihan
kesehatan,
status
gizi,
sejumlah
lingkungan,
perilaku
blok
sensus
secara
linier
sistematik sampling, dan tahap terakhir
berbagai
dipilih
Data
16
rumahtangga
secara
linier
aspek dasar
status
kesehatan
kesehatan,
pelayanan skala
dan
kesehatan.
nasional
sistematik sampling pada setiap blok
menggambarkan
sensus terpilih. Untuk daerah perkotaan
kesehatan minimal sampai ke tingkat
rancangan
tahap,
kabupaten/kota. Populasi dan Sampel
blok
Populasi dalam Riskesdas 2007 adalah
pertama
sampel dari
hanya
kerangka
sensus dipilih sejumlah
dua sampel
blok sensus
seluruh
rumah
berbagai
ini
tangga
indikator
di
seluruh
secara linier sistematik sampling dan
Indonesia. Sampel rumah tangga dan
kedua dipilih 16 rumahtangga secara
anggota rumah tangga dalam Riskesdas
linier sistematik sampling dari setiap blok
2007 identik dengan daftar sampel rumah
sensus
tangga
terpilih.
Rancangan
sampling
dan
anggota
sehingga
tangga
Susenas tersebut berlaku untuk sampling
Susenas
data Kor (data pokok) maupun data
penghitungan dan cara penarikan sampel
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
2007,
rumah
metodologi
3
untuk Riskesdas 2007 identik dengan two
dalam 438 kabupaten/kota pada Susenas
stage sampling yang digunakan dalam
2007 terdapat 1.134.225 sampel anggota
Susenas
rumah tangga.
2007.
Dari
setiap
masuk
dalam
Untuk populasi dalam Riskesdas
kerangka sampel kabupaten/kota diambil
2010 adalah seluruh rumah tangga biasa
sejumlah blok sensus yang proporsional
yang mewakili 33 provinsi yang tersebar
terhadap
di
kabupaten/kota
yang
jumlah
rumah
tangga
di
441
kabupaten/kota
di
seluruh
kabupaten/kota tersebut. Kemungkinan
Indonesia (11). Sampel rumah tangga dan
sebuah blok sensus masuk ke dalam
anggota rumah tangga dalam Riskesdas
sampel
2010 dipilih berdasarkan listing Sensus
blok
sensus
kabupaten/kota
pada
bersifat
sebuah
proporsional
Penduduk (SP) 2010.
Proses pemilihan
terhadap jumlah rumah tangga pada
rumah tangga dilakukan BPS dengan two
sebuah
stage
kabupaten/kota
(probability
sampling
yang
sama
dengan
proportional to size). Bila dalam sebuah
Riskesdas 2007/Susenas 2007.
Secara
blok sensus terdapat
keseluruhan,
rumah
lebih
dari
150
jumlah
sampel
rumah tangga maka dalam penarikan
tangga dari 2704 BS adalah 66.906,
sampel di tingkat ini akan dibentuk sub-
dengan jumlah individu 241.946. Jumlah
blok sensus.
rumah
tangga
yang
diharapkan
Berdasarkan sampel blok sensus
terkumpul adalah 70.000 dari 2800 BS.
dalam Susenas 2007 yang berjumlah
Jumlah sampel rumah tangga (66.906)
17.357 sampel blok sensus, Riskesdas
yang diolah adalah mewakili 96,5% dari
berhasil mengunjungi 17.150 blok sensus
total
dari
kabupaten/kota.
diharapkan.Selanjutnya, untuk populasi
Penarikan Sampel Rumah Tangga Dari
dalam Riskesdas 2013 adalah seluruh
setiap blok sensus terpilih kemudian
rumah
dipilih 16 rumah tangga secara acak
kabupaten/kota
sederhana yang menjadi sampel rumah
tangga dan anggota rumah tangga dalam
tangga dengan jumlah rumah tangga di
Riskesdas
blok
Secara
dengan daftar sampel rumah tangga dan
rumah
anggota rumah tangga Susenas 2013.
438
jumlah
sensus
keseluruhan,
tersebut.
jumlah
sampel
sampel
tangga
2013
di
33
(12).
yang
provinsi, Sampel
dirancang
497
rumah terpisah
tangga dari 438 kabupaten/kota Susenas
Riskesdas 2013
2007 adalah 277.630, sedang Riskesdas
11.986 blok sensus (BS) dari 12.000 BS
2007 berhasil mengumpulkan 258.284
yang ditargetkan (99,9%), 294.959 dari
rumah
300.000
tangga.
Selanjutnya,
seluruh
RT
berhasil mengunjungi
(98,3%),
dan
1.027.763
anggota rumah tangga dari setiap rumah
anggota RT (93,0%). Berikut ini hasil
tangga yang terpilih dari kedua proses
temuan kejadian stunting dari SKRT dan
penarikan sampel tersebut diatas diambil
Riskesdas (Gambar 1).
sebagai sampel individu. Dengan begitu,
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
4
Gambar 1. Prevalensi balita stunting di Indonesia (2001-2013)
Apabila melihat grafik prevalensi
kemudian, terjadi peningkatan drastis
stunting tersebut, maka dapat dikatakan
menjadi 36,8%, lalu 35,6% tahun 2010
bahwa prevalensi stunting pada balita
dan 37,2% tahun 2013. Dari semua
terlihat ada peningkatan.
kejadian stunting, kejadian pada anak
Jika merujuk
pada survei kesehatan rumah tangga
laki-laki
tahun 2001, prevalensi stunting mencapai
angka nasional dan anak perempuan.
29,5% dan tahun 2005 sempat menurun
Untuk penyebaran kejadian stunting tiap
menjadi
provinsi, dapat dilihat pada Gambar 2.
28,5%.
Namun
pada
Riset
selalu
lebih
tinggi
daripada
Kesehatan Dasar yang diadakan 2 tahun Gambar 2. Kecenderungan kejadian stunting pada provinsi di Indonesia tahun 2007, 2010,2013
Kejadian stunting selama 7 tahun terakhir
menunjukkan
dan Bengkulu. Secara umum, pada tahun
pergerakan trend di tiap provinsinya, ada
2013 ada 20 provinsi dengan angka
provinsi yang pada tahun 2007 angkanya
kejadian
lebih tinggi dari angka nasional namun
nasional, dan hanya 13 provinsi yang
pada tahun
lebih rendah daripada angka nasional
misalnya
di
Indonesia
peningkatan, misalnya Sumatera Barat
2013 terjadi
Kalimantan
penurunan,
Timur,
Bangka
stunting
melebihi
angka
walaupun tetap di kisaran 20-30 % dan
Belitung, Sumatera Selatan. Ada juga
termasuk
provinsi
itu
menurut WHO. Provinsi dengan kejadian
nasional
stunting yang selalu lebih besar daripada
terjadi
angka nasional adalah Nusa Tenggara
angkanya namun
yang lebih pada
pada
tahun
2007
rendah
dari
tahun
2013
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
masalah
kesehatan
berat
5
Timur, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara
menjadikan perbaikan gizi sebagai arus
Barat dan Papua Barat.
utama
Seluruhnya
pembangunan
daya
berada di Indonesia bagian tengah dan
manusia,
timur
perekonomian,
Kebijakan stunting
dan kompetensi sumber daya manusia di
Peraturan Presiden No.42 tahun 2013
semua sektor, baik pemerintah maupun
tentang Gerakan Nasional Percepatan
swasta, peningkatan intervensi berbasis
Perbaikan Gizi (14)
bukti yang efektif pada berbagai tatanan
Gerakan
nasional
percepatan
sosial
sumber budaya
peningkatan
dan
kapasitas
masyarakat, dan peningkatan partisipasi
perbaikan gizi adalah upaya bersama
masyarakat
antara
pemerintah
sosial yang mendukung perilaku sadar
melalui
penggalangan
dan
masyarakat
penerapan
norma
dan
gizi. Sasaran gerakan ini meliputi seluruh
kepedulian pemangku kepentingan secara
elemen masyarakat, meliputi remaja, ibu
terencana
dan
hamil, ibu menyusui, anak di bawah dua
percepatan
perbaikan
prioritas
pada
partisipasi
untuk
terkoordinasi gizi
seribu
untuk
masyarakat
hari
pertama
kehidupan.
kader
profesi,
media
masyarakat, massa,
organisasi
dunia
usaha,
lembaga swadaya masyarakat dan mitra
Tujuan umum gerakan ini adalah untuk
tahun,
percepatan
gizi
Kegiatan yang dilakukan dalam
masyarakat prioritas pada seribu hari
bentuk kampanye nasional dan daerah,
pertama kehidupan. Tujuan khususnya
advokasi
ada 3 yaitu: 1) Meningkatkan komitmen
pelatihan, diskusi, intervensi kegiatan gizi
para
langsung
pemangku
perbaikan
internasional.
kepentingan
memberikan
untuk
perlindungan
dan
sosialisasi,
(spesifik)
dan
dialog, intervensi
dan
kegiatan gizi tidak langsung (sensitif).
2)
Selain itu juga dibahas pembentukan
Meningkatkan kemampuan pengelolaan
gugus tugas yang dibagi dua menjadi
program gizi, khususnya koordinasi antar
pengarah dan tim teknis yang keduanya
sektor
dipimpin
pemenuhan
gizi
untuk
perbaikan
masyarakat.
mempercepat
gizi.
3)
sasaran
Memperkuat
oleh
jajaran
kementerian,
lengkap dengan pembagian tugasnya.
implementasi konsep program gizi yang bersifat langsung dan tidak langsung. Strategi utama dari gerakan ini adalah
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
6
Rencana
Pembangunan
Jangka
penanganan dalam RPJMN ini adalah
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019
karena stunting merupakan kekurangan
Kementerian
gizi
Kesehatan
Republik
Indonesia (15).
yang
disebabkan
oleh
kemiskinan dan pola asuh tidak tepat,
Dalam latar belakang RPJMN ini disebutkan
kronis
bahwa
pembangunan
yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak
berkembang
maksimal,
mudah
kesehatan pada hakekatnya adalah upaya
sakit dan berdaya saing rendah, sehingga
yang dilaksanakan oleh semua komponen
bisa terjebak dalam kemiskinan.
bangsa Indonesia dengan tujuan untuk
hari pertama kehidupan seorang anak
meningkatkan kemauan dan kemampuan
adalah masa kritis yang menentukan
hidup
agar
masa depannya dan pada periode itu
terwujud derajat kesehatan masyarakat
anak Indonesia menghadapi gangguan
yang setinggi-tingginya sebagai investasi
pertumbuhan yang serius, di mana lewat
bagi pembangunan sumber daya manusia
dari
yang produktif secara sosial ekonomi.
kekurangan gizi sangat sulit diatasi.
sehat
Selain
itu
bagi
setiap
juga
orang
dijelaskan
1000
hari,
Untuk
bahwa
Seribu
dampak
mengatasi
buruk stunting,
pembangunan kesehatan periode 2015-
masyarakat perlu dididik agar memahami
2019 adalah Program Indonesia Sehat
pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak
dengan sasaran meningkatkan derajat
balita.
kesehatan dan status gizi masyarakat
komitmen
melalui
dan
Nutrition) dalam menurunkan stunting,
yang
maka Indonesia fokus pada 1000 HPK
didukung dengan perlindungan finansial
(terhitung sejkan konsepsi hingga anak
dan
berusia 2 tahun) dalam menyelesaikan
upaya
pemberdayaan dan
kesehatan masyarakat
pemerataan
pelayanan
kesehatan.
masalah
Secara aktif turut serta dalam global
stunting
(SUN-Scaling
secara
Up
terintegrasi
Salah satu sasaran pokok RPJMN
karena masalah gizi tidak hanya dapat
2015-2019 adalah meningkatkan status
diselesaikan oleh sektor kesehatan saja
kesehatan
(intervensi spesifik) tetapi juga oleh sektor
dan
gizi
ibu
dan
anak,
termasuk stunting di dalamnya. Alasan
di luar kesehatan (intervensi sensitif).
mengangkat isu stunting menjadi prioritas http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
7
Sasaran pembangunan kesehatan
Indonesia,
pada RPJMN 2015-2019 dari indikator
kebijakan
meningkatnya status kesehatan dan gizi
pemerintah
masyarakat, salah satunya menurunkan
Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
prevalensi stunting pada anak baduta
RI).
(bawah
dua tahun) dari status awal
hierarki
tertinggi
kesehatan pusat
Namun
pembuat
adalah
yaitu
pada
Kementerian
demikian,
32,9% tahun 2013 menjadi 28% tahun
kebijakan
2019.
pertimbangan dari berbagai pemangku Sasaran program bina gizi dan
kesehatan
ibu
dan
meningkatnya keterjangkauan
tetap
saja
sebuah
memerlukan
kepentingan yaitu masyarakat, organisasi
anak
adalah
profesi kesehatan, kalangan akademisi
ketersediaan
dan
serta otorisasi lintas disiplin lainnya.
kesehatan
Prosesnya tidak instan dan melibatkan
pelayanan
bermutu bagi seluruh masyarakat, di
banyak
mana
sasaran
pembuatannya. Empat komponen utama
adalah: persalinan di fasilitas pelayanan
yang menjadi prinsip dalam menentukan
kesehatan mencapai 85% dan ibu hamil
sebuah kebijakan yang berlaku untuk
(bumil)
masyarakat yaitu nilai (value), ideologi
indikator
pencapaian
dengan
kurang
energi
kronis
faktor
sebagai
dasar
(ideology), kepentingan politik (politics),
(KEK) sebesar 18,2%. Untuk mencapai sasaran tersebut,
dan bukti ilmiah (evidence) (16). Idealnya
maka dilakukan kegiatan pembinaan gizi
sebuah
masyarakat di mana indikatornya adalah:
didukung
persentase bumil KEK yang mendapat
bertentangan dengan ideologi bangsa dan
makanan
nilai yang dianut di masyarakat, serta
bumil
tambahan
yang
95%,
mendapat
persentase
tablet
tambah
kebijakan dengan
masyarakat bukti
harus
ilmiah,
tidak
tidak menimbulkan keresahan politik.
darah 98%, persentase bayi usia kurang
Banyak teori tahap pembuatan
dari 6 bulan mendapatkan ASI eksklusif
kebijakan,
50%,
lahir
identifikasi masalah, menentukan tujuan,
mendapatkan inisiasi menyusui dini 50%
menentukan prioritas, membuat pilihan,
dan
mengkritisi
persentase
bayi
persentase
baru
balita
kurus
siklusnya
dimulai
pilihan
tersedia,
mendapatkan makanan tambahan 90%
implementasi
serta
implementasi
memerlukan
mendapatkan tablet tambah darah 30%.
karena
evaluasi
D. PEMBAHASAN
ditemukan masalah yang akan dijadikan
persentase
remaja
putri
Kebijakan kesehatan masyarakat adalah kebijakan yang memberi pedoman bagaimana
upaya-upaya
yang
dasar
dari dalam
dan
yang
dari
evaluasi,
setiap evaluasi
itulah
menentukan
akan
kebijakan
selanjutnya. Untuk stunting,
dan meningkatkan kesehatan penduduk
gerakan Scaling Up Nutrition (SUN) di
(16).
bawah koordinasi Sekjen PBB sebagai
otoritas
pertimbangan
status pangan dan gizi di sebagian besar
dari berbagai pemangku kepentingan. Di
negara berkembang akibat lambat dan
dengan
berwenang
dibentuk
respon negara dunia terhadap kondisi
tertentu
yang
dunia,
di
bidang
tertinggi
tingkat
masalah
tergorganisir dilakukan untuk melindungi Sebuah kebijakan dibuat oleh
di
mengatasi
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
8
tidak
meratanya
Millennium
pencapaian
sasaran
Development
kehidupan
bernegara,
namun
tidak
Goals.
demikian halnya dengan nilai sosial yang
Indonesia merespon SUN movement ini
masih berlaku di masyarakat kita. Dalam
dengan
kebijakan
Peraturan Presiden No.42/2013 secara
langsung dari Presiden berupa Gerakan
jelas juga disebutkan bahwa salah satu
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi di
strategi
Indonesia yang bertujuan meningkatkan
peningkatan
penanganan masalah gizi dengan fokus
yang
pada 1000 HPK, sejak janin masih dalam
masyarakat, dan peningkatan partisipasi
kandungan sampai dengan berusia dua
masyarakat
tahun dan diharapkan pada tahun 2025,
sosial yang mendukung perilaku sadar
proporsi anak balita stunting bisa turun
gizi.
mengeluarkan
sebesar 40%, artinya dari 37,2% menjadi 22,3%.
yang
diterapkan
intervensi
efektif
pada
dan
berbasis
berbagai
untuk
Nilai
adalah tatanan
penerapan
norma
bukti
norma
sosial
yang
mendukung perilaku sadar gizi antara Terbentuknya
ini
lain adalah perilaku makan makanan
hanyalah salah satu dari 4 indikator
bergizi dan merata bagi semua anggota
proses yang ditetapkan oleh sekretariat
keluarga. Makanan bergizi tidak hanya
SUN
1)
diberikan
pada
pemangku
dianggap
tulang
movement,
Meningkatkan
gerakan
yaitu
partisipasi
(17):
ayah
saja
punggung
karena keluarga
kepentingan dalam berbagai pelaksanaan
sehingga mendapatkan porsi makanan
; 2) Terjaminnya kebijakan yang koheren
bergizi
dan adanya kerangka kerja program;3)
Akibatnya, anggota keluarga yang lain
Menyelaraskan program sesuai dengan
termasuk
kerangka program SUN movement; 4)
mendapat makanan dengan porsi yang
Teridentifikasinya sumber pembiayaan
lebih
Komitmen
pemerintah
yang
paling ibu
keberhasilannya
membutuhkan (18).
merupakan
stunting
dunia.
keluarga.
anak-anak
kandungan
pada
masalah gizi di Indonesia yang juga tingkat
di
hanya gizinya
dibandingkan ayahnya, padahal mereka berada
kepedulian
dan
sedikit
demikian tinggi patut dihargai, mengingat mengidentifikasi
tinggi
posisi
yang
makanan
sangat
bergizi
tinggi
Selain itu, hasil studi etnografi di
Sumenep,
Gunung
Mas,
Paling tidak kebijakan tersebut sudah
Sorong Selatan, Tolikara dan Tambraw
memenuhi 4 komponen utama, yaitu
juga
didukung
dibuang
oleh
bukti
ilmiah,
tidak
menemukan karena
bahwa
kolostrum
dianggap
membawa
bertentangan dengan ideologi bangsa dan
penyakit.
Dengan demikian, hilanglah
nilai yang dianut di masyarakat, serta
kesempatan seorang ibu untuk dapat
tidak menimbulkan
keresahan
politik.
melakukan inisiasi menyusui dini (IMD)
perlu
diingat,
sebelum satu jam setelah melahirkan dan
dengan
si bayi mendapatkan air susu yang penuh
nilai yang dianut secara umum, bahwa
dengan zat kekebalan seperti Limfosit B
melindungi kelompok rentan terhadap
dan T, makrofag, neutrofil, antibodi A
masalah kesehatan (dalam hal ini anak
imunoglobulin, faktor bifidus, fibronektin,
dan perempuan) adalah hal utama dalam
laktoferin,
Namun walaupun
demikian, tidak
bertentangan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
lisozim,
asam
lemak
dan
9
oligosakarida
yang
fungsinya
terkait
konsumsi minimal acceptable diet/MAD
dengan membunuh bakteri, virus dsb
(22).
(19).
Data
2013
ditemukan
menunjukkan
hanya
yang
pengambil
Riskesdas 41%
ibu
Dalam
struktur
dominasi
keluarga,
nenek
keputusan
sebagai
pemberian
melakukan IMD sebelum 1 jam setelah
makanan, termasuk kapan disapih dan
melahirkan, sisanya ada yang di atas 1
apa saja yang boleh dimakan (18).
jam sampai dengan 2 hari kemudian (12).
Kebijakan berupa intervensi gizi
Bayi juga tidak diberikan ASI
spesifik yaitu langsung pada sasaran, di
eksklusif karena jika masih menangis
antaranya pada ibu hamil dengan tablet
berarti masih lapar dan perlu mendapat
atau suplementasi zat besi/folat serta
makanan
pemberian makanan tambahan pada ibu
tambahan
berupa
bubur,
pisang, sagu dan mie. Proporsi bayi yang
KEK (kurang energi kronis).
disususi eksklusif hanya 26,5%, masih
pemberian tablet tambah darah yang
sangat
pemerintah
berisi zat besi dan folat (90 butir lebih),
Pengetahuan mereka
sampai saat ini cakupannya hanya 33%
jauh
dari
sebesar 50% (12).
target
Untuk
terkait pemberian makanan pendamping
(12).
ASI juga rendah, sehingga tidak tahu
dicapai
kapan tepatnya mulai diberikan MPASI
Masyarakat menganggap tablet zat besi
yang adekuat dan berkualitas. Padahal
tersebut dianggap sebagai obat dan obat
menurut WHO (20), pemberian MPASI
hanya diminum jika sakit.
haruslah tepat waktu yaitu 6 bulan,
menganggap
karena
sakit,
jika
menimbulkan
terlambat gagal
berpotensi
tumbuh
kembang
Sedangkan tahun
terlalu
diperlukan
menimbulkan
yang
harus
adalah
98%.
demikian
darah
Masyarakat
hamil
minum obat apapun tambah
berpotensi
2019
bahwa
dengan
serta defisiensi zat besi. Sedangkan jika dini
target
bukanlah
tidak
perlu
termasuk tablet
yang
selama
sebenarnya kehamilannya.
infeksi sehingga terkena diare, dehidrasi,
Penelitian di Kota Semarang menemukan
produksi
rentan
ibu hamil yang tidak patuh minum table
terkena alergi (21). Makanan tambahan
besi folat karena mengalami efek samping
yang
kualitas
mual, konstipasi, tinja berubah warnanya
makanan rendah (energi kurang, zat gizi
menjadi hitam, bentuk tablet seperti obat,
tidak memadai, kurang beragam), cara
rasa tidak enak dan bau amis, bosan,
pemberian
lupa
ASI
tidak
menurun
adekuat
tidak
dan
apabila
adekuat
(frekuensi
dan
malas
Walaupun
kurang), keamanan makanan minuman
bahwa tablet tersebut berguna untuk
(makanan
mencegah anemia dan untuk menambah
terkontaminasi,
penyimpanan tidak aman). Di
Indonesia,
darah. pencapaian
sudah
(23).
kurang, konsistensi tidak tepat, kualitas minuman
mereka
konsumsi
mengetahui
Istilah menambah darah pun
dipahami
berbeda.
Penyakit
kurang
indikator pola pemberian makan bayi
darah dan darah rendah dianggap sama,
adekuat berdasarkan Standar Makanan
sehingga pasien hipertensi tidak berani
Bayi dan Anak (WHO/UNICEF) ternyata
minum.
masih rendah, hanya 37% anak usia 6-23
untuk
bulan yang asupannya mencapai pola
diminum jika bumil sedang lelah saja.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Selain itu, karena manfaatnya tambah
darah
maka
hanya
10
Ada juga ibu hamil yang meminumnya
yang harus diingat adalah, pada trimester
bersamaan
teh
pertama kehamilan sangat disarankan
menghambat penyerapan zat besi sampai
untuk mengkonsumsi makanan bergizi
60%.
Penelitian di Jember menemukan
tinggi mikronutrien (seperti zat besi, folat
ibu hamil yang tidak konsumsi tablet besi
dan zinc), selanjutnya trimester kedua
sampai habis beranggapan tidak akan
dan ketiga dibutuhkan zat gizi makro
menimbulkan masalah pada kehamilan
seperti karbohidrat, protein dan lemak.
dan persalinan, serta jika minum banyak
Namun sayangnya penelitian menemukan
dapat menyebabkan bayi besar (24).
banyaknya pantangan selama hamil yang
dengan
Dengan diperlukan
dan
hal
informasi
Dinas
untuk yang
benar-benar penting
jajaran
ini
Puskesmas
padahal
demikian,
terobosan
Kemenkes dalam
teh
di
mengenai
manfaat
tersebut
yang
gizi mikro dan makro.
bawahnya,
Kesehatan
dapat
benar
dari
dapat menyebabkan risiko defisiensi zat
dan
Hasil
penelitian
menunjukkan
di
83%
Pekalongan
ibu
hamil
memberikan
mempraktikkan tabu makanan selama
masyarakat
kehamilannya (25). Makanan yang lebih
ke
tablet
banyak dipantang merupakan sumber
dapat
protein hewani, seperti cumi, udang, ikan
meningkatkan cakupannya. Jika selama
sembilan, semua ikan yang berpatil, telur
ini
dan
pemberian
pemberian diharapkan
tablet
tersebut
hanya
daging
kambing.
Alasan
tabu
sebatas memenuhi target, maka benar-
cenderung irasional, sebagai contoh cumi
benar
pemberian
harus dihindari karena cumi mempunyai
cenderung
tinta yang berwarna ungu/biru, khawatir
persuasif agar masyarakat mengerti dan
saat lahir anaknyapun biru dan kulitnya
bersedia meminumnya.
berwarna
harus
informasi
dipenuhi
lengkap
Demikian
dan
ikan
yang
berpatil karena bayinya dapat mati dalam
kondisi ibu risiko KEK di mana saat ini
kandungan, bila melahirkan maka darah,
prevalensinya
area sekitar perineum dan air susu akan
di
halnya
pantang
dengan
38,5%.
juga
hitam,
Indonesia
sebesar
Mengapa menyoroti masalah
amis.
Pantang
makan
telur,
karena
kurang energi kronis? Karena asupan
khawatir kalau bayinya lahir nanti akan
mikronutrien
tidak lincah dan menjadi bodoh.
umumnya
turut
dipengaruhi oleh asupan makronutrien.
semua
Jika asupan makronutrien saja sudah
makanan
defisiensi,
pantang makanan pokok, hanya setelah
Rendahnya
apalagi asupan
mikronutriennya. makro
dan
hamil
ibu
hamil
tidak
tua
yang
Dari
satupun
mengurangi
berpantang menyatakan makan
nasi
mikronutrien selain karena rendahnya
supaya saat bayinya lahir tidak terlalu
daya beli masyarakat tidak mampu, hal
besar,
lain yang tidak kalah penting adalah
lebih cepat.
sehingga
proses
persalinannya
adanya kepercayaan yang beredar bahwa
Seorang ibu hamil harus naik
jika banyak makan saat hamil dapat
berat badannya minimal 12,5kg selama
menyebabkan janin yang dikandungnya
kehamilannya
besar dan menyulitkan saat bersalin. Hal
masalah
tersebut tidak sepenuhnya salah, namun
Pemerintah
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
agar
pada
terhindar janinnya
sudah
dari kelak.
menargetkan
11
persentase
pemberian
makanan
tambahan (PMT) pada bumil risiko KEK mencapai 95% tahun 2019.
Gambar 3 (18). Gambar 3. Kepatuhan Bumil terhadap
Namun
PMT
program tersebut belum berjalan baik di seluruh wilayah, dari wilayah yang sudah menjalankannya pun ditemui kendala. Makanan
tambahan
yang
diberikan
berupa biskuit terkadang diberikan ke orang lain, sehingga ibu hamil tersebut tetap
tidak
mendapatkan
makanan
tambahan. Berikut ini data kepatuhan bumil terhadap PMT, di mana dari 100% bumil yang menerima PMT, hanya 48,1% yang menghabiskannya.
Sisanya tidak
menghabiskan PMT karena dimakan oleh anggota
keluarga
lain
(56,4%),
menganggap rasanya terlalu manis (39%) dan bosan (31%) seperti terlihat pada
Demikian
pula
halnya
dengan
PMT untuk balita yang ternyata tidak dimakan oleh balita tetapi ada yang dimakan oleh anggota keluarga yang lain, termasuk
kakak/adik,
orang
tua
dll
dengan alasan suka, menemani makan seperti dapat dilihat di Gambar 4 (18)
Gambar 4. Orang yang Ikut Makan PMT Balita dan Alasannya
Solusi yang perlu dipikirkan dari masalah
cara
melihat
tambahan adalah dengan mewajibkan ibu
pertama dia mendapatkannya, apakah
hamil untuk meminum tablet tambah
sesuai atau tidak.
darah sejak trimester 1 dan bagi ibu
Hal
bukannya
tidak
menjadi perhatian pemerintah. Menteri
konsumsi makanan tambahan di tempat
Kesehatan RI mengeluarkan Peraturan
dia mendapatkannya, bisa di puskesmas
Menteri
atau
No.39/2016
pemantauan
ke
KEK,
tersebut
langsung
posyandu.
risiko
dan
dengan
jumlahnya dan menghitung dengan saat
dengan
besi
tersebut
makanan
hamil
tablet
darah
Pendampingan rumah
juga
dan
masih
Kesehatan
Penyelenggaraan
tentang
RI
Pedoman
Program
Indonesia
Pendekatan
Keluarga.
diperlukan, untuk memeriksa apakah ibu
Sehat
hamil sudah konsumsi tablet tambah
Upaya tersebut dilakukan melalui dua
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
dengan
(Permenkes)
12
sayap Puskesmas, yaitu Upaya Kesehatan
Kesehatan
Masyarakat
mencakup
Jaminan
kesehatan,
penguatan
(UKM),
pembangunan
berwawasan
pemberdayaan pendekatan
masyarakat keluarga,
dan
serta
Primer
(UKP)
Kesehatan
mencakup
Nasional
pelayanan
dan
kesehatan
(26,27,28).
Upaya
Dalam hal pendekatan keluarga, tenaga
pendekatan keluarga secara total. Dan
kesehatan
dimasukkan dalam indikator keluarga
wilayah
mengunjungi kerjanya,
mengandalkan
keluarga tidak
upaya
di
hanya kesehatan
sehat
di
cakupannya
mana
walaupun
sudah
tinggi
sekalipun,
bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang
penimbangan
ada, tapi berupaya mengintegrasikan UKP
prioritas karena sasarannya akan terus
dan
berhenti
UKM
yang
berkesinambungan
dan
tetap
nanti
pada
akan
menjadi
tahun
berikutnya
didasari data dan informasi dari profil
dimulai dari 0. Indikator yang dimaksud
kesehatan kelurahan. Masalah stunting
adalah:
tidak
setiap bulan.
akan
tuntas
tanpa
adanya
pertumbuhan
balita
dipantau
Definisi operasionalnya
pendekatan khusus ke keluarga. Anak
adalah jika di keluarga terdapat balita,
harus dipantau pertumbuhannya sejak
terhadap balita tersebut bulan yang lalu
lahir sampai dengan 2 tahun setiap
ditimbang berat badannya untuk dicatat
bulannya
di posyandu serta memantau kondisi ibu
dan
lebih
baik
lagi
jika
dilanjutkan sampai 5 tahun.
hamil, terutama ibu hamil dengan risiko
Dari hasil Riskesdas 2007, ada 25,5%
balita
yang
tidak
pernah
KEK. Untuk mendukung itu, pemerintah memutuskan ada 3 hal yang diperlukan
ditimbang, pada tahun 2013, ada 34,3%
yaitu:
Instrumen
di
balita yang tidak pernah ditimbang (28).
(profil
kesehatan
keluarga
Melihat
informasi
kecenderungan
cakupan
kesehatan
tingkat
keluarga
dan
keluarga),
paket forum
penimbangan Posyandu yang menurun
komunikasi yang dikembangkan untuk
tersebut, dengan demikian mengandalkan
kontak
dengan
Posyandu saja tidak akan cukup, perlu
rumah,
FGD,
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
keluarga
(kunjungan
dasawisma,
PKK,
13
kesempatan konseling di UKBM misalnya posyandu
dan
masyarakat)
forum
serta
masyarakat
yang
keterlibatan
sebagai
kesehatan,
ada
ini
merupakan
tabel
penajaman solusi stunting yang dapat
tenaga
menjadi
(kader
menurunkan
organisasi
Indonesia(18)
mitra
pengurus
di
Berikut acuan
kita
semua
kejadian
dalam
stunting
di
kemasyarakatan setempat seperti PKK dll.
Namun demikian, tidaklah mudah
dengan memfokuskan pada penyebabnya,
mengimplementasikan apa yang sudah
termasuk
ditetapkan
perbaikan
pemerintah
tersebut.
di
antaranya
asupan
hal
pencegahan
Dibutuhkan komitmen dari semua level
penyakit
pemerintah
memerlukan
perbaikan pola asuh dan pola makan
SDM
keluarga,
kuantitas
daerah, dan
memadai
kualitas
untuk
yang
pelaksanaannya,
infeksi,
gizi,
dalam
pelayanan
ketahanan
kesehatan kesehata
pangan,
lingkungan,
dan
peningkatan
memerlukan koordinasi dan bimbingan
pendidikan, pengentasan kemiskinan dan
yang baik dari pemangku kepentingan,
sosial budaya.
memerlukan
dari
pemantauan
dan
semua
Dibutuhkan komitmen
level
pemerintah
daerah,
pengendalian dalam sistem pelaporan,
memerlukan kuantitas dan kualitas SDM
memerlukan integrasi program dengan
yang memadai untuk pelaksanaannya,
kegiatan
dan
manajemen
puskesmas.
memerlukan koordinasi dan bimbingan
Sehingga
apa
yang
digariskan
yang baik dari pemangku kepentingan,
dalam
kebijakan
sudah
tersebut
dalam
memerlukan
pemantauan
dan
dilaksanakan dengan baik dan dapat
pengendalian dalam sistem pelaporan,
mewujudkan
memerlukan integrasi program dengan
derajat
kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya.
kegiatan dan manajemen puskesmas
E. KESIMPULAN
F. UCAPAN TERIMA KASIH
Penurunan
kejadian
stunting
membutuhkan kerjasama semua pihak http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Penulis terima
kasih
ingin yang
menyampaikan setinggi-tingginya
14
kepada Prof. dr. Endang Laksminingsih
6. Stewart CP, Iannotti L, Dewey KG,
Achadi, MPH, DrPH dan Atmarita, MPH,
Michaelsen KF & Onyango AW. 2013.
DrPH
Contextualising
atas
gagasan,
saran
dan
Complementary
masukannya dalam penulisan makalah
Feeding
ini.
Stunting
G. DAFTAR PUSTAKA
Child Nutrition 2013;9 (Suppl 2):27-
1. WHO Multicentre Growth Reference
45.
Study
Group.
2006.
WHO
in a Broader Framework for Prevention.
Maternal
and
Child
7. Black, RE, Victora, CG, Walker, SP,
Growth Standards: Length/height-for-
Bhutta, ZA, Christian P, de Onis, M.
age, weight-for-age, weight-for-length,
2013.
weight-for-height
Undernutrition
and
body
mass
index-for-age:Methods
and
development. Geneva, World Health Organization
Low-Income
and and
and
Child
Overweight
in
Middle-Income
Countries. Lancet 382 8. International Food Policy Research
2. Gluckman, Peter D., Mark A Hanson, Patrick
Maternal
Bateson,
Alan
S
Beedle,
Catherine M Law, Zulfiqar A Bhutta,
Institute.
2014
Global
Nutrition
Report 9. Soemantri, S. Supraptini. 2003.
Konstantin Vanokhin, et al. 2009.
Survei Kesehatan Nasional: Survey
Towards
developmental
terpadu mendukung Indonesia Sehat.
developmental
Buletin Penelitian Kesehatan. 31(3)
a
new
synthesis:Adaptive
plasticity and human disease. Lancet 373(9675): 1654-1657 3. Kusharisupeni. Daur
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2013.
Kehidupan
10. Badan Penelitian dan Pengembangan
Gizi
dalam
2008. Laporan Riset Kesehatan Dasar
(Prinsip-Prinsip
Tahun 2007. Jakarta: Kementerian
Dasar) dalam Gizi dan Kesehatan Masyarakat,
Departemen
Kesehatan
Masyarakat
dan
11. Badan Penelitian dan Pengembangan
Fakultas
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Universitas
2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar
Indonesia. (Cetakan ke-8). Jakarta:
Tahun 2010. Jakarta: Kementerian
Rajawali Press
Kesehatan RI
Kesehatan
Masyarakat
Gizi
Kesehatan RI
4. Achadi, Endang L. 2013. Gizi Ibu dan
12. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Reproduksi dalam Gizi dan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Kesehatan Masyarakat, Departemen
2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar
Gizi
Masyarakat
Tahun 2013. Jakarta: Kementerian
Masyarakat
Kesehatan RI
dan
Kesehatan
Fakultas
Kesehatan
Universitas Indonesia (Cetakan ke-8). Jakarta: Rajawali Press 5. UNICEF.
2013.
13. Trihono, Atmarita, Tjandrarini DH, Irawati A, Utami NH, Tejayanti T,
Improving
Child
Nurlinawati
I.
2015.
Pendek
Nutrition: The Achievable Imperative
(Stunting) di Indonesia, Masalah dan
for
Solusinya. Jakarta: Lembaga Penerbit
Global
Progress.
New
York:
UNICEF
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
15
14. Peraturan
Presiden
Indonesia
Nomor
42
Republik tahun
2013
21. Rosita
2018
Rosita,
Makalah
Perbaikan Gizi.
Profesionalisme
Indonesia.
Kesehatan
2015.
Kementerian
Rencana Strategis
Kesehatan
2015-2019.
Republik RI
tahun
Keputusan
Menteri
2018.
Perencanaan Diet pada Anak Stunting.
tentang Gerakan Nasional Percepatan 15. Kementerian
I.
disampaikan
penanganan
ahli
pada
gizi
masalah
dalam
gizi
yang
terpinggirkan. Bandung 22. Atmarita & Achadi, E.L. Vadis:
MPASI
2017. Quo
Anak
Indonesia.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Makalah disampaikan pada Kongres
HK.02.02/MENKES/52/2015.
Nasional Perhimpunan Dokter Gizi
Sekretaris
Medik
Jenderal.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI 16. Wibowo,
A.
Masyarakat
2014. di
Kesehatan
Indonesia:
Jakarta:
dengan kepatuhan konsumsi
dan
Pembangunan Nasional (Bappenas). 2013. Pedoman Perencanaan Program Gizi.
Desember
sikap
dan
motivasi
besi folat pada ibu hamil.
Nasional
Percepatan
Diakses
VII.
23. Budiarni, W. 2012. Hubungan antara pengetahuan,
Perencanaan
Perbaikan
Ke
Konsep,
Rajawali Pers, 2014
Gerakan
(PDGMI)
Manado, 6 Oktober 2017
Aplikasi dan Tantangan. 17. Badan
Indonesia
pada
2016
tablet
Program
Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 24. Karnasih,
I.G.A.
2011.
Nilai
dan
Budaya Suku Madura dalam Perilaku
30
Konsumsi
dari
Etnografi.
Tablet
Besi:
Jurnal
Studi
Penelitian
http://www.bappenas.go.id/id/profil-
Kesehatan Suara Forikes, Volume II
bappenas/unit-kerja/deputi-sdm/dit-
Nomor
kgm/contents-direktorat-kesehatan-
Nasional
dan-gizi-masyarakat/gerakan-
Percepatan
2018.
Analisis
Eliminasi
Peningkatan
Data
Tuberkulosis,
Mutu
Hari
Kesehatan
25. Harnany, A.S. 2006. Pengaruh Tabu
nasional-percepatan-perbaikan-gizi/ 18. Siswanto.
Khusus
Cakupan
Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi, Konsumsi
Tablet
Besi
dan
Teh
terhadap Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil
di
Kota
Pekalongan
tahun
Imunisasi, dan Penurunan Stunting.
2006. Tesis Magister Gizi Masyarakat.
Makalah disampaikan dalam Rapat
Universitas Diponegoro
Kerja Kesehatan Nasional. Banten 19. Coutsoudis, A.
Kesehatan
RI.
2016.
2004.
Pedoman Umum Program Indonesia
Infant Feeding.
Dalam Gibney, et.al.
Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Public
Nutrition.
Jakarta: Kemenkes RI
Health
Bentley, J.
26. Kementerian
Oxford:
Blackwell Publishing Company 20. World
Health
Organization
27. Kementerian (WHO).
Kesehatan
Republik
Indonesia. 2016. Peraturan Menteri
2003. Global Strategy for Infant and
Kesehatan
(Permenkes)
Young Child Feeding. Geneva: World
No.39/2016
tentang
Health Organization
Penyelenggaraan Program Indonesia
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
RI
Pedoman
16
Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
through
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Unit
28. Trihono. Policy
2016. Analysis
Family
Approach.
Kebijakan
Advanced
Health
Kementerian Kesehatan RI
Case
Study:
.
Jakarta: Kesehatan
Strengthening Public Health Services
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
17
ASSOCIATION BETWEEN MATERNAL NUTRITIONAL KNOWLEDGE, ENERGY AND NUTRITION INTAKE WITH UNDERNUTRITION AND STUNTING IN THE TODDLERS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU, ASUPAN ENERGY DAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN GIZI KURANG DAN STUNTING PADA BALITA NURYANI1 1Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Indonesia E-mail:
[email protected] ABSTRACT Background & Objective: Stunting and undernutrition in the toddlers is problems in developing countries including in Gorontalo regency, Indonesia. The aim of this study was to assess the association of nutritional knowledge of maternal, energy and macronutrient intake with stunting and undernutrition in the toddlers. Materials and Methods: The study was an observational study with cross sectional design. The number of subject were 51 children under five years old obtained by accidental sampling. Results: 37.3% of mothers have low nutrition knowledge, 74.5% toddlers with low energy intake, 25.5% low protein intake, 52.9% low fat intake, 37.3% low carbohydrate intake. Intake analysis was found in age 7 – 11 month, 12 – 36 month and 37 – 60 month intake of energy 980 kkal, 710.5 kkal, 646.4 kkal (RDA 725 kkal, 1125 kkal, 1600 kkal) and intake of protein 28 gr, 58.5 gr, 38.8 gr (RDA 18 gr, 26 gr, 35 gr) respecvely. The bivariate analysis showed that maternal nutrition knowledge, energy, protein, fat and carbohydrate intake were found lower in the undenutrition and stunting toddlers than in normal nutritional status even thought chi-square test did not found significant association. Conclusion: there were not association between maternal nutritional knowledge, energy, protein, fat and carbohydrate intake with the incidence stunting and undernutrition in the toddlers. Keywords : nutritional status, toddlers, knowledge, intake energy and nutrient Pendahuluan & Tujuan: stunting dan gizi kurang pada balita masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak ditemukan di Negara berkembang termasuk di Kabupaten Gorontalo, Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menilai hubungan pengetahuan gizi ibu, asupan energy dan zat gizi dengan kejadian stunting dan gizi kurang pada balita. Bahan dan Metode: Penelitian study observasi dengan desain cross sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 51 balita yang diambil secara accidental sampling. Hasil: 37,3% ibu balita memiliki pengetahuan gizi kurang, 74,5% balita dengan asupan energy kurang, 25,5% asupan protein kurang, 52,9% asupan lemak kurang, 37,3% asupan karbohidrat kurang. Analisis rata – rata asupan energy dan protein balita kategori usia 7 – 11 bulan, 12 – 36 bulan dan 37 – 60 bulan menunjukkan asupan energy 980 kkal, 710,5 kkal dan 646,4 kkal (Angka kecukupan gizi / AKG balita 725 kkal, 1125 kkal, 1600 kkal) sementara asupan protein 28 gr, 58,5gr dan 38,8 gr (AKG protein 18 gr, 26 gr, 35 gr) secara berturut – turut. Analisis bivariat menunjukkan pengetahuan ibu, asupan energy, protein, lemak dan karbohidrat cenderung lebih rendah ditemukan pada balita dengan status gizi stunting dan gizi kurang dibandingkan status gizi normal, meskipun analisis chi square menunjukkan tidak adanya hubungan yang signifikan. Kesimpulan: tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu, asupan energy, protein, lemak dan karbohidrat balita dengan kejadian stunting dan gizi kurang pada balita. Kata Kunci: status gizi, balita, pengetahuan, asupan energi dan zat gizi
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
18
A. PENDAHULUAN
balita memiliki pengetahuan yang rendah
Balita merupakan kelompok yang
sementara
hanya
36,7%
rawan mengalami masalah gizi. Masalah
pengetahuan tinggi (3).
gizi pada balita akan berdampak pada
Asupan
energy
dan
dengan zat
dapat
siklus hidup selanjutnya terutama pada
menjadi salah satu penyebab masalah gizi
perkembangan penyakit degeneratif dan
pada balita. Terdapat hubungan antara
penurunan
asupan
kualitas
sumber
daya
protein
dengan
kejadian
gizi
manusia. Pemantauan status gizi balita
kurang (p = 0,036) dan stunting (p =
pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK)
0,044) pada balita (1). Hasil penelitian di
bahkan saat ini telah menjadi salah satu
Puskesmas Klampis Ngasem, Surabaya
prioritas dalam pengentasan masalah gizi
mendapatkan asupan energy balita tidak
di
adekuat
Negara
berkembang
yang
telah
sementara
asupan
protein
bergabung dalam program scalling up
termasuk
nutrition (SUN).
hubungan antara asupan energi (p =
Beberapa
penelitian
adekuat
dan
terdapat
menilai
0,044) dan asupan protein (p = 0,038)
keterkaitan antara status gizi dengan
dengan status gizi kurang (BB/U) (4).
sosial
Kecendurang asupan zat gizi kurang pada
ekonomi
lainnya
dan
termasuk
variabel
ASI
balita juga ditemukan di Bogor yang
ekslusif, indeks kualitas makanan dan
mendapatkan rata – rata asupan energy
pengetahuan,
867,64
pengasuhan
berat
penting
sikap ibu
lahir,
dan
kkal
(61%
di
bawah
AKG),
Kebanyakan
karbohidrat 106,66 gr (54% di bawah
penelitian menunjukkan hubungan yang
AKG), protein 27,24 gr (83% di bawah
signifikan pada populasi tertentu, kondisi
AKG), lemak 36,07 gr (65% di bawah
geografis wilayah serta kondisi budaya
AKG) dan zat besi 4,21 mg (43% dibawah
lokal yang dianut masyarakat (1).
AKG) (5).
Kurangnya
balita.
perilaku
pengetahuan
gizi
Prevalensi masalah gizi kurang
orang tua khususnya ibu merupakan
dan
salah satu penyebab kekurangan gizi
permasahan yang banyak dijumpai di
pada
sejumlah
balita.
Pendidikan
ibu
tidak
stunting
masih
wilayah
Indonesia.
penelitian
balita 1 . Pengetahuan yang rendah pada
prevalensi gizi kurang 23,6%, stunting
ibu
terhadap
17,8% dan status gizi kurus 23,0% 1.
praktek pengasuhan balita sehingga akan
Hasil penelitian di Desa Sinarsari Bogor
berdampak pada status gizi balita. Hasil
mendapatkan
penelitian
Ekawaty
26,6% dan prevalensi stunting 46,7% (5).
menyatakan
bahwa
akan
berdampak
dkk
(2015)
pengetahuan
ibu
Pangkep
Hasil
berhubungan dengan status gizi pada balita
di
di
merupakan
prevalensi
mendapatkan
gizi
kurang
Sementara penelitian di kota Pekanbaru
tentang gizi dengan kategori baik hanya
menemukan
12,2%, cukup 42,2 %, dan kurang 45,5%
memiliki status gizi kurang 3. Gambaran
(2). Rendahnya pengetahuan ibu balita
status gizi di Desa Mopusi Kecamatan
juga
ditemukan
penelitian
Susanti
sebanyak
32,7%
balita
ditemukan
pada
Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow
dkk
yang
Induk
(2014)
mendapatkan bahwa sebanyak 63,3% ibu http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Sulawesi
Utara
menunjukkan
prevalensi gizi kurang 25,5%, stunting
19
51,1% dan status gizi kurus 12,2% (2).
ini yaitu 51 balita usia 7 – 60 bulan dan
Masalah gizi balita di Indonesia
penarikan subjek penelitian dilakukan
sedikit
secara accidental sampling. Pengambilan
balita
balita sebagai subjek penelitian adalah
berdasarkan data riset kesehatan dasar
balita yang berdomisili dan berada di
tahun 2007, 2010 dan 2013 yakni 18,4%,
lokasi penelitian saat pengumpulan data
17,9% dan 19,6% secara berturut – turut.
berlangsung.
Prevalensi
orang tua maupun keluarga balita tidak
menunjukkan perubahan.
hanya
Gizi
terjadi
kurang
pada
stunting yakni 36,8%, 35,6%
Apabila
responden,
dan 37,2% secara berturut – turut dari
bersedia
tahun 2007, 2010 dan 2013. Sementara
pendataan maka balita tersebut tidak
prevalensi gizi kurus 13,6%, 13,3% dan
dimasukkan sebagai subjek penelitian.
12,1% berturut – turut pada tahun 2007,
Pengumpulan Data
2010 dan 2013. Masalah gizi kurang di provinsi
Gorontalo
pada
tahun
2013
adalah 26,1% dan stunting 38,9% (6). Berdasarkan
Pengumpulan melalui
informasi
data
dilakukan
wawancara dengan
menggunakan
kuesioner.
saat
responden Responden
tersebut
adalah mereka yang tinggal dan dekat
menunjukkan bahwa masalah gizi kurang
dengan subjek penelitian yakni orang tua
dan stunting di provinsi Gorontalo berada
ataupun
diatas prevalensi angka nasional, disisi
status
lain upaya pengkajian terkait penyebab
indikator berat badan menurut umur
masalah gizi balita tersebut masih terus
(BB/U)
diupayakan,
ini
indikator tinggi badan menurut umur
hubungan
(TB/U). Penimbangan berat badan balita
adalah
uraian
memberikan
baik
sehingga
untuk
penelitian
menilai
nenek gizi
dari
Balita.
Variabel
kurang
diukur
dengan
dan
stunting
menggukan
pengetahuan ibu, asupan energy dan zat
menggunakan
timbangan
gizi makro dengan kejadian gizi kurang
pengukuran tinggi badan menggunakan
dan stunting pada balita.
microtoice.
Balita
digital
dan
dikategorikan
mengalami gizi kurang apabila indeks B. BAHAN DAN METODE
BB/U < - 2 SD dan stunting apabila
Desain Penelitian
indeks TB/U berada < - 2 SD, sementara
Jenis
penelitian
adalah
observasional dengan rancangan studi
status gizi normal apabila indeks BB/U dan TB/U bereda > 2 SD.
potong lintas untuk menilai hubungan
Variabel pengetahuan ibu diukur
pengetahuan ibu, asupan energy dan zat
menggunakan kuesioner dengan 20 buah
gizi makro dengan status gizi kurang dan
pertanyaan mengenai ASI esklusif dan MP
kejadian stunting pada balita. Lokasi
ASI.
penelitian
Tinelo,
kolustrum,
Penelitian
pengertian
Kabupaten
dilakukan
di
Gorontalo.
Desa
Pertanyaan
meliputi
manfaat ASI
esklusif,
pengertian kolustrum,
manfaat
ASI
dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016.
esklusif,
Populasi dan Sampel
pengenalan MP ASI, dampak pemberian
pengertian
MP
ASI,
waktu
Populasi dari penelitian ini adalah
MP ASI dini, frekuensi dan konsistensi
seluruh balita yang berdomisili di Desa
MP ASI yang sesuai dengan usia balita.
Tinelo. Jumlah subjek dalam penelitian
Tiap pertanyaan benar diberikan poin 1
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
20
dan
0
apabila jawaban tidak
benar.
dan
karakteristik
balita,
Pengetahuan ibu dikategorikan kurang
asupan
apabila rata – rata nilai skor pengetahuan
dibandingkan dengan AKG. Analisis bi-
berada
variat dilakukan untuk menilai hubungan
di
bawah
nilai
median
total,
energy
yang
antara
apabila rata – rata skor pengetahuan
digunakan adalah chi square test dengan
berada
diatas
Asupan
aplikasi SPSS 16. Hasil analisis bivariate
energy
dan
diukur
dinyatakan signifikan apabilan nilai p
menggunakan
zat
median.
gizi
makro
recall 24 jam, kemudian
Uji
gizi
sementara dikatakan pengetahuan cukup nilai
variabel.
dan
gambaran
statistik
yang
value < nilai α (0,05).
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) untuk masyarakat Indonesia
C. HASIL
tahun 2013. Asupan energy dan zat gizi
Gambaran karakteristik ibu dan
makro dikategorikan cukup apabila total
balita subjek penelitian ditunjukkan pada
asupan ≥ 80% dari AKG yang dianjurkan
Tabel 1. Pekerjaan orang tua yakni ayah
dan dikategorikan asupan kurang apabila
sebagian besar adalah wiraswasta yakni
total asupan < 80% dari AKG yang
52,9% sementara pekerjaan ibu sebagian
dianjurkan. Perbandingan asupan energy
besar adalah ibu rumah tangga yakni
dan zat gizi balita dikelompokkan menjadi
98,0%. Kategori umur ibu berada pada
tiga kategori yakni usia 7 – 11 bulan, 12 –
kategori
36 bulan dan 37 – 60 bulan. Hal ini
pendidikan ibu sebagian besar
berdasarkan
kategori
menengah atas 39,2%. Sebagian besar
umur angka kecukupan gizi (AKG) yang
pendapatan per bulan berada di bawah
dianjurkan bagi masyarakat Indonesia
upah minimum regional yakni < Rp 1,8 jt
berdasarkan
Menteri
yakni 72,5%. Sebagian besar persalinan
Kesehatan Republik Indonesia nomor 75
ibu dibantu oleh tenaga kesehatan yakni
tahun 2013.
bidan 92,2%. Jumlah keseluruhan balita
Analisis Data
yang menjadi subjek penelitian adalah 51
pada
klasifikasi
peraturan
20
–
35 tahun 76,5%
dan
sekolah
Penggunaan aplikasi WHO antro
balita yang terdiri dari usia 6 – 24 bulan
dan nutrysurvey. Analisis data status gizi
sebanyak 25 balita (49,0%) dan usia 25 –
kurang
60 bulan
dan
stunting
menggunakan
sebanyak 26 balita (51,0%).
aplikasi WHO antro, sementara analisis
Status balita anak pertama adalah 31,4%,
asupan dari kuesioner recall 24 jam
anak
menggunakan
nutrisurvey.
27,5%. Balita dengan jenis kelamin laki –
Secara umum analisis data dilakukan
laki 41,2% dan balita perempuan 58,8%.
secara univariat dan bivariat. Analisis
Sebagian besar balita lahir dengan berat
univariat
badan normal yakni 82,4% dan dengan
aplikasi
dilakukan
untuk
melihat
gambaran karakteristik orang tua balita
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
kedua
41,2%
dan
anak
ketiga
persalinan normal yakni 94,1%.
21
Tabel 1. Analisis karakteristik orang tua balita dan balita di desa Tinelo, Kabupaten Gorontalo Karakteristik Jumlah n % Pekerjaan Ayah PNS 6 11,8 Wirasawasta 27 52,9 Buruh, petani 17 33,3 Lainnya 1 2,0 Pekerjaan Ibu PNS 1 2,0 IRT 50 98,0 Umur Ibu 20 – 35 tahun 39 76,5 >35 tahun 12 23,5 Pendidikan Ibu SD 10 19,5 SMP 14 27,5 SMA 20 39,2 Diploma/Sarjana 7 13,8 Pendapatan per bulan < Rp.1.800.000 37 72,5 > Rp.1.800.000 14 27,5 Pembantu persalinan Bidan 47 92,2 Dukun 4 7,8 Umur balita 6 – 24 bulan 25 49,0 24 – 60 bulan 26 51,0 Status bayi Anak pertama 16 31,4 Anak kedua 21 41,2 Anak ketiga 14 27,5 Jenis kelamin Laki – laki 21 41,2 Perempuan 30 58,8 Berat badan lahir BBLR 9 17,6 Normal 42 82,4 Cara lahir Normal 48 94,1 Sexio Caesare 3 5,9 Hasil analisis bivariat yang banyak ibu dengan pengetahuan kurang menghubungkan berat
badan
status
menurut
gizi
indikator
yakni 36,8% dibandingkan pengetahuan
(BB/U)
ibu kategori baik yakni 31,3%, akan
umur
dengan pengetahuan ibu, asupan energy
tetapi
dan zat gizi makro ditunjukkan pada
menunjukkan tidak adanya hubungan
Tabel 2. Dari total keselurahn balita
antara tingkat pengetahuan ibu dengan
subjek
balita
kejadian gizi kurang pada balita. Asupan
terdapat 17 balita (33,3%) dengan status
energy secara keseluruhan menunjukkan
gizi kurang dan 34 balita (66,7%) dengan
sebanyak 74,5% balita dengan asupan
status gizi normal. Secara keseluruhan
energy kurang dan hanya 25,5% balita
pengetahuan
kurang
dengan asupan energy cukup. Pada balita
sebanyak 37,3% dan pengetahuan baik
gizi kurang, asupan energy kurang lebih
62,7%. Pada balita gizi kurung lebih
besar yakni 34,2% dibandingkan dengan
penelitian
ibu
yakni
kategori
51
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
nilai
p value
=
0,682
yang
22
asupan energy cukup 30,8%, meskipun
dan cukup 47,1%. Pada balita dengan gizi
demikian tidak terdapat hubungan yang
kurang
signifikan antara asupan total energy
kurang 25,7% lebih rendah dibandingkan
dengan kejadian gizi kurang pada bali (p
asupan lemak cukup yakni 41,7%, nilai p
value
value = 0,234 yang menunjukkan tidak
=
asupan
1,000).
asupan
dengan kejadian gizi kurang pada balita.
protein cukup 74,5%. Akan tetapi pada
Secara keseluruhan asupan karbohidrat
balita dengan status gizi kurang lebih
kurang 37,3% dan cukup 62,7% ada
banyak
ditemukan
dengan
asupan
balita. Balita dengan status gizi kurang
protein
kurang
yakni
38,5%
lebih banyak dengan asupan karbohidrat
cukup
cukup yakni 37,5% dibandingkan asupan
hanya 30,8%. Hasil analisis chi square
karbohidrat kurang yakni hanya 26,3%.
diperoleh nilai p value = 0,650 yang
Hasil uji chi square diperoleh nilai p value
menunjukkan tidak adanya hubungan
= 0,413 yang menunjukkan tidak adanya
antara asupan protein dengan kejadian
hubungan yang signifikan antara asupan
gizi
karbohidrat dengan status gizi kurang
dibandingkan
lebih
lemak
terdapat hubungan antara asupan lemak
25,5%
kurang
keseluruhan
asupan
rendah
yakni
protein
Secara
menunjukkan
dibandingkan
asupan
kurang
pada
protein
balita.
Secara
keseluruhan asupan lemak kurang 52,9%
pada balita.
Tabel 2. Analisis hubungan antara pengetahuan orang tua, asupan energy dan zat gizi dengan status gizi kurang pada balita (indikator BB/U) di Desa Tinelo Kabupaten Gorontalo Pengetahuan, BB/U Total asupan energy p - value Gizi kurang Normal dan zat gizi n % n % n % Pengetahuan Kurang 7 36,8 12 63,2 19 37,3 0,682 Baik 10 31,3 22 68,8 32 62,7 Asupan energy Kurang 13 34,2 25 65,8 38 74,5 1,000 Cukup 4 30,8 9 69,2 13 25,5 Asupan protein Kurang Cukup
5 12
38,5 31,6
8 26
61,5 68,4
13 38
25,5 74,5
0,650
Asupan lemak Kurang Cukup
7 10
25,9 41,7
20 14
74,1 58,3
27 24
52,9 47,1
0,234
5 12
26,3 37,5
14 20
73,7 62,5
19 32
37,3 62,7
0,413
66,7 subjek
51 100,0 penelitian yakni
Asupan karbohidrat Kurang Cukup Total Hasil
17 analisis
menghubungkan
51
balita
terdapat 13 balita (25,5%) dengan status
(TB/U)
gizi stunting dan 38 balita (74,5%) dengan
dengan pengetahuan ibu, asupan energy
status gizi normal. Pada balita stunting
dan zat gizi makro ditunjukkan pada
menunjukkan pengetahuan ibu kategori
Tabel 3. Dari total keselurahn balita
kurang 21,1% lebih rendah dibandingkan
badan
menurut
gizi
34 yang
indikator
tinggi
status
33,3 bivariat umur
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
23
dengan pengetahuan ibu kategori yakni
28,1%,
sementara
pada
baik
76,3%. Analisis chi square diperoleh nilai
balita
p value = 0,891 yang menunjukkan tidak
dengan status normal pengetahuan ibu
terdapat
kategori
besar
protein dengan kejadian stunting pada
dibandingkan pengetahuan ibu kategori
balita. Asupan lemak kategori kurang
baik yakni 71,9%. Nilai p value = 0,820
18,5% lebih rendah dibandingkan asupan
yang
terdapat
lemak cukup yakni 33,3% pada balita
antara
dengan status stunting, semikian halnya
kejadian
juga pada balita status gizi normal yakni
stunting pada balita. Pada balita dengan
81,5% asupan lemak kurang lebih besar
status gizi stunting menunjukkan asupan
dibandingkan
energy
cukup yakni 66,7%. Nilai p value = 0,374
kurang
78,9%
menunjukkan
hubungan
yang
pengetahuan
dibandingkan
tidak signifikan
ibu
kurang
lebih
dengan
28,9%
asupan
lebih energy
besar cukup,
yang
hubungan
dengan
menunjukkan
antara
asupan
asupan tidak
lemak terdapat
sementara pada balita dengan status gizi
hubungan antara asupan lemak dengan
normal asupan energy kurang 71,1%
kejadian stunting pada balita. Asupan
lebih rendah dibandingkan asupan energy
karbohidrat kategori kurang 21,1% dan
cukup 84,6%. Nilai p value = 0,549 yang
kategori cukup 28,1% pada balita dengan
menunjukkan tidak terdapat hubungan
status
antara asupan total energy balita dengan
balita dengan status gizi normal sebanyak
kejadian stunting. Asupan protein kurang
78,9% asupan karbohidrat kurang lebih
30,8% lebih besar dibandingkan asupan
besar dibandingkan asupan karbohidrat
protein
kategori cukup yakni 71,9%. Nilai p value
cukup
yakni
hanya
23,7%
gizi
0,820
stunting,
yang
sementara
menunjukkan
pada
ditemukan pada balita dengan status gizi
=
bahwa
stunting, sementara pada balita dengan
asupan karbohidrat tidak berhubungan
status gizi normal asupan protein cukup
dengan kejadian stunting pada balita.
Tabel 3. Analisis hubungan antara pengetahuan orang tua, asupan energy dan zat gizi dengan stunting pada balita (indikator TB/U) di Desa Tinelo Kabupaten Gorontalo Pengetahuan, TB/U Total pasupan energy Stunting Normal value dan zat gizi n % n % n % Pengetahuan Kurang 4 21,1 15 78,9 19 37,3 0,820 Baik 9 28,1 23 71,9 32 62,7 Asupan energy Kurang 11 28,9 27 71,1 38 74,5 0,549 Cukup 2 15,4 11 84,6 13 25,5 Asupan protein Kurang 4 30,8 9 69,2 13 25,5 0,891 Cukup 9 23,7 29 76,3 38 74,5 Asupan lemak Kurang 5 18,5 22 81,5 27 52,9 0,374 Cukup 8 33,3 16 66,7 24 47,1 Asupan karbohidrat 4 21,1 15 78,9 19 37,3 0,820 Kurang 9 28,1 23 71,9 32 62,7 Cukup Total 13 25,5 38 74,5 51 100,0 Gambaran asupan energy, zat gizi ditunjukkan pada Tabel 4. Pada kategori makro dan zat gizi mikro pada balita http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
usia 7 – 11 bulan, 12 – 36 bulan dan 37 –
24
60 bulan berturut – turut rata – rata
D. PEMBAHASAN
asupan energy 980 kkal, 710,5 kkal,
Pada hasil penelitian ini terdapat
646,4 kkal (AKG 725 kkal, 1.125 kkal,
33,3% balita dengan gizi kurang dan
1.600 kkal), protein 28 gr, 58,2 gr, 38,8 gr
25,5% balita stunting. Persentasi masalah
(AKG 11 gr, 26 gr, 35 gr), lemak 27,2 gr,
gizi kurang dan stunting pada balita pada
37,1 gr, 45,5 gr (AKG 36 gr, 44 gr, 62 gr),
penelitian ini lebih tinggi dibandingkan
karbohidrat 166,3 gr, 170,6 gr, 177,2 gr
hasil
(AKG 82 gr, 155 gr, 220 gr), vitamin C 41
Selatan yang mendapatkan prevalensi gizi
mg, 25,9 mg, 15,7 mg (AKG 50 mg, 40
kurang 23,6% dan stunting 17,8% dan
mg, 45 mg), vitamin E 3,07 mg, 2,6 mg,
hasil
2,3 mg (AKG 5 mg, 6 mg, 7 mg), kalsium
mendapatkan
611,1 mg, 345,6 mg, 223,4 mg (AKG 250
26,6%,
mg, 650 mg, 1.000 mg), zat besi 7,0 mg,
dibandingkan dengan prevalensi stunting
5,4 mg, 4,9 mg (AKG 7 mg, 8 mg, 9 mg),
yakni 46,7% 1,5. Prevalensi gizi kurang
dan mineral seng 3,8 mg, 1,6 mg, 1,2 mg
pada
(AKG 3 mg, 4 mg, 5 mg).
dibandingkan dengan prevalensi stunting
penelitian
penelitian
di
Pangkep
di
prevalensi
namun
penelitian
lebih
ini
Sulawesi
Bogor gizi
yang kurang
rendah
lebih
jika
tinggi
pada balita di Brazil yakni 12,2% (7). Tabel 4. Analisis asupan energy dan zat gizi pada balita di Desa Tinelo Kabupaten Gorontalo Energy dan zat Kategori umur Asupan AKG gizi 7 – 11 bulan Energy (kkal) 980,0 ± 454,3 725 Protein (gr) 28,0 ± 13,9 18 Lemak (gr) 27,2 ± 21,1 36 Karbohidrat (gr) 166,3 ± 74,6 82 Vit C (mg) 41,0 ± 38,1 50 Vit E (mg) 3,07 ± 2,6 5 Ca (mg) 611,1 ± 538,8 250 Fe (mg) 7,0 ± 5,2 7 Zn (mg) 3,8 ± 2,2 3 12 – 36 bulan Energy (kkal) 710,5 ± 356,9 1125 Protein (gr) 58,2 ± 105,4 26 Lemak (gr) 37,1 ± 23,7 44 Karbohidrat (gr) 170,6 ± 81,2 155 Vit C (mg) 25,9 ± 28,0 40 Vit E (mg) 2,6 ± 1,9 6 Ca (mg) 345,6 ± 300,5 650 Fe (mg) 5,4 ± 4,2 8 Zn (mg) 1,6 ± 1,5 4 37 – 60 bulan Energy (kkal) 646,4 ± 205,1 1600 Protein (gr) 38,8 ± 23,4 35 Lemak (gr) 45,4 ± 19,2 62 Karbohidrat (gr) 177,2 ± 93,4 220 Vit C (mg) 15,7 ± 23,9 45 Vit E (mg) 2,3 ± 1,8 7 Ca (mg) 223,4 ± 279,5 1000 Fe (mg) 4,9 ± 4,2 9 Zn (mg) 1,2 ± 1,3 5 Sementara di Kenya menunjukkan status status gizi kurang 54,3% pada balita laki gizi balita 39% stunting, 7,1% kurus, dan
– laki dan 40,7% pada balita perempuan
18,1% berat badan kurang (8). Prevalensi
sementara stunting 53,1% pada balita
masalah gizi di Nigeria menunjukkan
laki
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
–
laki
dan
32,1%
pada
balita
25
perempuan (9).
pengasuhan
Tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara
pengetahuan
ibu
dipengaruhi
oleh
pengetahuan ibu dalam mengasuh balita mereka, sehingga pengetahuan yang baik
dengan kejadian gizi kurang dan stunting
akan
pada balita. Hasil penelitian ini sejalan
pengasuhan yang baik pula, sehingga
dengan penelian terdahulu di Sulawesi
status gizi balita dalam kategori normal.
Utara yang menyatakan tidak terdapat
Pada
hubungan antara status gizi (IMT/U) dan
menunjukkan adanya hubungan yang
(TB/U) dengan pengetahuan gizi ibu (2).
signifikan
Namun
hasil
dengan status gizi kurang dan stunting
Pekanbaru
pada balita. Hal ini kemungkinan karena
mendapatkan adanya hubungan antara
varibel pengetahuan yang diukur hanya
pengetahuan
gizi
sebatas pengetahuan mengenai ASI dan
(BB/U) balita usia 1 – 3 tahun (p value =
MP ASI, tidak dilakukan pengukuran
0,004)
tidak
penelitian
sesuai
di
Kota
ibu
3.
dengan
dengan
Penelitian
menemukan signifikan
adanya antara
status
berdampak
hasil
terhadap
penelitian
antara
praktek
ini
tidak
pengetahuan
ibu
lainnya
juga
sikap dan praktek pengasuhan ibu balita.
hubungan
yang
Pengetahuan
pengetahuan
ibu
dapat
yang
baik
dipraktekkan
belum
dalam
tentu
kehidupan
dengan status gizi balita (p = 0,047)(10).
sehari – hari, sebab sejumlah faktor
Hasil
penghambat
penelitian
di
Nigeria
juga
yang
mungkin
dirasakan
menunjukkan adanya hubungan antara
oleh ibu balita yang belum dikaji dalam
pengetahuan ibu dengan gizi kurang (p =
penelitian ini.
0,004) dan stunting (p = 0,002) (9).
Tidak terdapat hubungan yang
Penelitian Hadju et al. (2017) menemukan
signifikan antara asupan energy dan zat
adanya hubungan yang signifikan antara
gizi makro balita dengan kejadian gizi
pendidikan
gizi
kurang dan stunting pada balita. Hasil
kurang (p = 0,028), akan tetapi tidak
penelitian ini sesuai dengan penelitian
berhubungan dengan kejadian stunting (p
terdahulu
= 0,215) 1. Terdapat hubungan antara
energy dan lemak tidak berhubungan
pendidikan ibu dengan status gizi balita
dengan status gizi kurang dan stunting.
(BB/TB) yakni r = 0,25; p = 0,001) (11).
Hasil penelitian pada 174 balita usia 0 –
Pengetahuan kurang sebanyak 92,7% ibu
23 bulan di Pangkep mendapatkan tidak
balita
ditemukan
di
ibu
dengan
Kajiado,
kejadian
Kenya,
ditemukan
terkait
hubungan
hubungan
yang
asupan
signifikan
adanya hubungan yang signifikan antara
antara asupan energy (p = 0,497) dan
pengetahuan
balita
lemak (p = 0,087) tidak berhubungan
dengan konsumsi makanan harian pada
dengan kejadian gizi kurang, demikian
balita (p < 0,05) (12). Hasil penelitian di
halnya juga dengan kejadian stunting
Mexico mendapatkan adanya hubungan
tidak
antara pengasuhan ibu dengan kejadian
energy (p = 0,610) dan asupan lemak (p =
stunting (13). Terdapat hubungan positif
0,515) pada balita (1). Hasil penelitian
antara pengetahuan praktek pengasuhan
pada balita Semarang juga mendapatkan
ibu dengan status gizi balita (TB/U) (p =
tidak terdapat hubungan antara asupan
0,005)
karbohidrat (p = 0,653 dan p = 0,162),
di
pengasuhan
Ghana
ibu
(14).
Praktek
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
berhubungan
dengan
asupan
26
protein (p = 0,955 dan p = 0,314) dan
belum melakukan pengkajian mengenai
asupan lemak (p = 0,191 dan p = 0,729)
kejadian infeksi maupun kecacingan pada
dengan status gizi BB/U dan TB/U.
subjek penelitian yang kemungkinan juga
Demikian juga hasil penelitian Setyawati
akan
dan
kejadian masalah gizi balita.
Faizah
(2012)
menemukan tidak
turut
adanya hubungan yang signifikan antara
berpengaruh
Asupan
terhadap
energy,
protein,
asupan protein (r = 0,143; p = 0,270),
karbohidrat, kalsium zat besi dan seng
asupan zat besi (r = 0,089; p = 0,35) dan
balita pada usia 7 – 11 bulan sesuai
asupan seng (r = 0,122; p = 0,300)
dengan
dengan status gizi balita (15). Akan tetapi
terjadi penurunan asupan energy dan zat
terdapat
gizi
hubungan
yang
signifikan
AKG,
pada
akan
tetapi
balita
cenderung
sejalan
dengan
antara kejadian gizi kurang dan stunting
bertambahnya usia. Rendahnya asupan
dengan asupan protein yakni berturut –
energy dan zat gizi pada balita juga
turut p = 0,036 dan p = 0,044 (1). Hasil
ditemukan pada hasil penelitian Febriani
penelitian ini juga tidak sesuai dengan
(2017) di Bogor yang mendapatkan rata –
penelitian di Surabaya yang menyatakan
rata asupan energy 867,64 kkal (61% di
terdapat hubungan antara asupan energi
bawah AKG), karbohidrat 106,66 gr (54%
(p = 0,044) dan asupan protein (p = 0,038)
di bawah AKG), protein 27,24 gr (83% di
dengan status gizi kurang (BB/U) pada
bawah AKG), lemak 36,07 gr (65% di
balita (4). Demikian halnya juga dengan
bawah AKG) dan zat besi 4,21 mg (43%
hasil penelitian Sahalessy dkk (2015)
dibawah AKG) (5). Hasil penelitian di
yang
hubungan
Semarang pada balita menunjukkan rata
antara asupan energy dan status gizi
– rata asupan protein 6,8 gr – 31,5 gr, zat
balita indikatot BB/U (koefisien korelasi
besi 1,3 mg – 6 mg, seng 1,5 – 5,6 mg,
(r)
kebanyakan asupan protein (61,9%), zat
mendapatkan
sebesar
-0,245
adanya
dan
nilai
p
0,02
<α=0,05) (16). Pada
besi (90,5%) dan seng (100%) termasuk penelitian
ini
ditemukan
kategori defisit (15).
Rendahnya asupan
tidak adanya hubungan antara variable
energy dan zat gizi balita pada penelian
penelitian kemungkinan disebabkan oleh
dapat
tekhnik pengumpulan data asupan yang
konsumsi makanan utama yakni pada
hanya dilakukan 1 hari yakni tekhnik
usia
recall 24 jam sehingga asupan yang
didukung oleh asupan ASI dan seiring
terekam dalam penelitian ini bukanlah
bertambahnya usia frekuensi penyusuan
hasil yang representative dengan asupan
berkurang
balita secara umum dalam kehidupan.
makanan pendamping ASI. Pada rentang
Selain hal tersebut jika dibandingkan
usia 12 – 60 bulan asupan zat gizi makro
dengan teori kerangka dari united nation
maupun
for children fund (UNICEF) pada tahun
mengalami
1993 menunjukkan bahwa masalah gizi
asupan zat gizi mikro kemungkinan akan
pada balita secara langsung disebabkan
berdampak
oleh
stunting pada balita, sebab berdasarkan
dua
kejadian
faktor infeksi.
yakni Pada
asupan penelitian
dan ini
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
disebabkan 7
–
11
tahun
dan
zat
adanya
gizi
masih
digantikan
mikro
penurunan. pada
peralihan
dengan
cenderung Rendahnya
peningkatan
hasil penelitian Biesalski
banyak
risiko
et al., (2013)
27
mendapatkan
bahwa
sebagai
mengenai ASI dan MP ASI, asupan energy
sebuah indikator defesiensi zat gizi mikro
dan zat gizi makro pada balita dengan
dalam jangka waktu lama yang dikenal
kejadian
dengan kelaparan tersembunyi (17).
Meskipun asupan energy dan protein
Faktor
stunting
risiko
kurang
kurang
dan
stunting.
dan
kategori kurang lebih banyak ditemukan
stunting berbeda menurut wilayah dan
pada balita dengan status gizi kurang dan
keadaan
stunting.
sosial
gizi
gizi
ekonomi.
Menurut
Terjadi
kecenderungan
Ramalho et al. (2013) masalah stunting
penurunan asupan energy dan zat gizi di
pada balita berkaitan erat dengan indek
bawah angka kecukupan gizi pada balita
kesejahteraan keluarga, kondisi tempat
sejalan
tinggal orang tua, berat badan ibu dan
Diperlukan penelitian lanjutan dengan
kepemilikan jamban, sementara status
instrumen yang telah diuji validitas dan
gizi kurus berhubungan dengan
reliabitasnya
usia
dengan
pertambahan
guna
mendapatkan
yang
massa tubuh ibu sebelum hamil (7).
penelitian yang lebih besar agar dapat
Penelitian
merepresentasikan populasi balita pada
mendapatkan signifikan
et
adanya
antara
keluarga
al.,
(2014)
hubungan jumlah
yang (p =
0,047) 8. Namun penelitian lain tidak adanya
jumlah
subjek
wilayah lokasi penelitian
anggota
dengan status gizi balita
menemukan
serta
data
balita, tempat tinggal ibu dan indeks Badake
akurat
usia.
hubungan
yang
F. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih pemerintah
dan
kepada aparat
pihak
Desa,
kader
signifikan antara status sosial ekonomi
posyandu Desa Tinelo kecamatan Telaga,
dengan status gizi balita (14). Penelitian
Kabupaten
di Ethiopia mendapatkan
menfasilitasi
bahwa balita
Gorontalo tim
yang
telah
peneliti
selama
dengan ibu yang bekerja memiliki indeks
melakukan pengumpulan data di lokasi
BB/TB
penelitian. Pihak lembaga penelitian dan
lebih
baik
(p
=
0,001)
dibandingkan dengan indeks BB/U (p <
pengabdian
masyarakat
0,001), indeks massa tubuh dan tinggi
Universitas
badan ibu berhubungan dengan BB/TB
pengarahan
(p = 0,04) dan BB/U (p = 0,01) pada balita
penelitian ini dapat terselesaikan
Gorontalo ijin
atas
(LP3M) bantuan
penelitian
hingga
11. Salah satu keterbatan pada penelitian ini
adalah
bivariat
tidak
yang
dilakukan
analisis
menghubungkan
G. DAFTAR PUSTAKA
status
1. Hadju V, Yunus R, Arundhana AI,
sosial ekonomi dengan status gizi balita
Salmah AU, Wahyu A. Nutritional
dan juga tidak dilakukan pengukuran
Status of Infants 0-23 Months of Age
status gizi pada ibu balita, hanya pada
and
pengetahuan ibu mengenai ASI dan MP
Socioeconomic Factors in Pangkep.
ASI, asupan energy dan zat gizi dengan
Asian journal of clinical nutrition.
status gizi balita.
2017; 9(2): 71 – 76.
E. KESIMPULAN Disimpulkan hubungan
antara
its
2. Ekawaty tidak
terdapat
pengetahuan
ibu
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Kapantow
Relationship
MM, NH.
Kawengian Hubungan
with
SE, antara
pengetahuan ibu tentang gizi dengan
28
status gizi anak umur 1- 3 tahun di Desa
Mopusi
Kabupaten Induk
Kecamatan Bolaang
Sulawesi
9. Jemide JO, Ene-Obong HN, Edet EE,
Lolayan
Udoh EE. Association of maternal
Mongondow
nutrition knowledge and child feeding
Utara.
Jurnal
e-
biomedik. 2015; 3(2): 609 – 614.
practices with nutritional status of children
in
Calabar
South
Local
3. Susanti R, Indriati G, Utomo W.
Government Area, Cross River State,
Hubungan pengetahuan ibu tentang
Nigeria. International Journal of Home
gizi dengan status gizi anaka usia 1-3
Science. 2016; 2(1): 293 – 298.
tahun. Jom psik. 2014; 1(2): 1 – 7. 4. Jati DK dan Nindya TS. Energi
dan
Protein
10. Tantejo B, Chriastianto E, Restastuti
Asupan
T.
Hubungan
pengetahuan
ibu
Berhubungan
tentang gizi dengan statusgizi balita di
dengan Gizi Kurang pada Anak Usia
wilayah kerja Puskesmas XIII Koto
6-24 Bulan. Amerta Nutr. 2017; 1(2):
Kampar tahun 2013. 2014; Jom 1(2):
124 – 132.
1 – 10.
5. Febriani W. asupan,
Gambaran status gizi,
dan
kualitas
11. Negash C, Susan JW, Carol JH, Tefera
konsumsi
B, Tewodros GH. Association between
makanan pada ibu dan balita di Desa
maternal and child nutritional status
Sinarsari
Ilmiah
in Hula, Rural Southern Ethiopia: a
Pendidikan Islam Anak Usia Dini.
cross sectional study. Plos one. 2015.
2017; 2(1): 59 – 70.
DOI:10.1371/journal.pone.0142301.
Bogor.
6. Kementerian Indonesia.
Jurnal
Kesehatan Riset
2013.
Republik
kesehatan
Jakarta:
dasar
Kementerian
Kesehatan RI; 2013.
page 1 – 8. 12. Change
Relationship
Kuria
between
EN.
nutrition
practices of children under five in
Martins AC, Oliart-Guzmán1H, Brãna
Kajiado
AM,
health
FL,
and
knowledge of caregivers and dietary
7. Ramalho AA, Delfino BM, Pereira1 TM, Branco
PM
Campos
RG,
County, bull.
In
Kenya.
Women‘s
press:e43829.
doi:
Guimarães AS, Araújo TS, Oliveira1
10.17795/whb-43820. 2017: pages 1
CSM, Codeço CT, Muniz PT, Silva-
– 5.
Nunes
M.
Nutritional
status
of
13. Reyes HR, Perez-Cuevas A, Sandoval
children under 5 years of age in the
R, Castillo JI, Santos SV, Doubava,
Brazilian Western Amazon before and
Gutierrez G. 2004. The family as a
after the Interoceanic highway paving:
determinant of stunting in children
a population-based study. BMC Public
living in conditions of extreme poverty:
health. 2013; 13(1098): 1 – 12.
A case – control study. BMC public
8. Badake QD, Maina I, Mboganie MA, Muchemi G, Kihoro EM, Chelimo E, Mutea children
K.
Nutritional
under
five
status years
of and
health. Vol 4.10.1186/1471-2458-457. 14. Saaka mothers‘
M.
Relationship
nutritional
between
knowledge
in
associated factors in Mbeere South
childcare practices and the growth of
District, Kenya. African Crop Science
children living in impoverished rural
Journal. 2014; 22 (s4): 799 – 806. http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
29
communities. J health popul nutr.
Utara
2014.
Jurnal
2014; 32 (2): 237 – 248.
2015.; 3(3): 690 – 694.
e-Biomedik.
15. Setyawati VA dan Faizah Z. Hubungan
17. Biesalski HK. 2013. Hidden hunger.
antara asupan protein, besi, dan seng
Spinger. Stuttgart. Germany. ISBN-
dengan status gizi pada anak balita
13:9783642339509.
Halaman
25
gizi buruk di wilayah kerja dinas kesehatan
Kota
Semarang.
Jurnal
visikes. 2012; 11(1): 47 – 58. 16. Sahalessy
RKF,
Kapantow
NH,
Mayulu N. Hubungan antara asupan energi dengan status gizi batita umur 1-3 tahun di Desa Mopusi Kecamatan Bolaang Mongondow Induk Sulawesi
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
30
PREVENTING STUNTING IN OSING TRIBE: THE STUDY OF PHENOMENOLOGY OF FOOD TABOO’S AND RECOMENDED FOOD FOR PREGNAN WOMAN PENCEGAHAN STUNTING PADA SUKU OSING: STUDI FENOMENOLOGI PANTANGAN DAN ANJURAN MAKANAN BAGI IBU HAMIL 1
FARIDA WAHYU NINGTYIAS1*, TAUFIK KURROHMAN2 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Jember, Indonesia 2 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jember, Jember, Indonesia E-mail:
[email protected]
ABSTRACT Background and objetive: The Osing tribe is a community of people who live in Banyuwangi, East Java who still holds a strong culture. Pregnant women are one of the groups at risk of malnutrition because the taboo on food is still common in societies with strong ethnic cultures. The purpose of this study was to identify the habit of pregnant women in the Osing tribe in terms of food taboo and recommended foods. Method: This research is a qualitative research with phenomenology approach. This research was conducted in July 2017 in Glagah District and Belimbingsari Sub-district, Banyuwangi District. The main informants in this study were pregnant women, while the main informants were midwives and pregnant women families as additional informants. Data analysis using content analysis with data validation using source triangulation. Results: The results showed there was still food taboo on pregnant women in the form of pineapple and durian because of heat and can cause miscarriage; animal source foods in the form of shrimp, shellfish and squid for symbolic reasons. While the suggestion is to increase the portion of eating vegetables and fruits to be healthy. Necessary extension by village midwife related to pregnancy nutrition in pregnant mother, posyandu cadre, community elder, and family. Conclusion: Pregnant women should be encouraged to eat nutritious foods and not abstain from foods that can exclude certain nutrients from daily consumption of pregnant women. Keywords : Pregnan woman, Osing tribe, food taboo Pendahuluan dan Tujuan: Suku Osing adalah komunitas masyarakat yang tinggal di Banyuwangi, Jawa Timur yang masih memegang teguh budaya. Ibu hamil merupakan salah satu kelompok berisiko kekurangan gizi karena tabu terhadap makanan masih banyak dijumpai pada masyarakat dengan etnis budaya yang masih kuat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kebiasaan ibu hamil di suku Osing dalam hal makanan yang ditabukan dan makanan yang dianjurkan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2017 di Kecamatan Glagah dan Kecamatan Belimbingsari Kabupaten Banyuwangi. Informan utama pada penelitian ini adalah ibu hamil, sedangkan informan utama adalah Bidan dan keluarga ibu hamil sebagai informan tambahan. Analisis data menggunakan analisis isi dengan validasi data menggunakan triangulasi sumber. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan masih ada makanan yang ditabukan pada ibu hamil berupa buah nanas dan durian karena panas dan bisa menyebabkan keguguran; makanan sumber hewani berupa udang, kerang dan cumi karena alasan simbolis. Sedangkan anjurannya adalah menambah porsi makan sayur dan buah agar sehat. Diperlukan penyuluhan oleh bidan desa terkait gizi kehamilan pada ibu hamil, kader posyandu, tetua masyarakat, dan keluarga. Kesimpulan: Ibu hamil perlu didorong untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan tidak berpantang makanan yang dapat mengeksklusikan zat gizi tertentu dari konsumsi harian ibu hamil. Kata Kunci: Ibu hamil, suku Osing, makanan tabu
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
31
A. PENDAHULUAN Masa
Tabu
kehamilan
merupakan
makanan
dapat
mengakibatkan
konsep ‗dapat‘ (eatable) atau ‗tidak‘ suatu
periode yang sangat menentukan kualitas
makanan
sumber daya manusia di masa depan,
masyarakat. Pada kondisi kelaparan pun,
karena
masyarakat
tumbuh
kembang
anak
dimakan
dipengaruhi oleh kondisinya saat masa
makan
janin dalam kandungan1. Pola konsumsi
makanan
telah diketahui sebagai salah satu faktor
pantangan2.
risiko dari masalah gizi ibu
hamil2.
Pola
cenderung
daripada
jumlah
oleh
memilih
harus
tersedia Pada
ibu
kelompok
mengonsumsi
yang tahun
hamil
tidak
menjadi
2010,
Indonesia
data yang
konsumsi makan ibu hamil dipengaruhi
mengonsumsi kebutuhan energi di bawah
oleh
minimal tergolong tinggi sekitar 44,2% 11.
pola
konsumsi
keluarga
dan
distribusi makanan3 yang terdiri dari
Mitos yang terjadi dimasyarakat tidak
jumlah, jenis, frekuensi, serta pantangan
sepenuhnya
berjalan
makan4.
Pantangan dalam mengonsumsi
pengetahuan
yang
jenis
makanan
bahkan
dipengaruhi kepercayaan
oleh
tertentu faktor
yang
dapat
budaya
kehamilan
telah
banyak
berkembang, mitos
yang
ilmu tentang
membahayakan
dalam
keselamatan ibu dan janin. Kematian ibu
masyarakat setempat5. Pola makan yang
adalah kematian seorang wanita terjadi
baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk
saat hamil, bersalin, atau 42 hari setelah
memenuhi kebutuhan gizi, terutama ibu
persalinan
hamil yang membutuhkan gizi yang baik.
berhubungan
Beberapa
terdapat
atau
masih
dengan
penelitian
di
dunia
langsung
dengan
penyebab
langsung
terhadap
atau
tidak
persalinan.
World
menemukan bahwa ibu hamil merupakan
Health
kelompok risiko tinggi kekurangan gizi
memperkirakan
karena tabu makanan (food taboo). Di
meninggal
setiap
beberapa wilayah di Indonesia, ibu hamil
komplikasi
kehamilan
pantang mengonsumsi udang, ikan pari,
kelahiran.
cumi, dan kepiting karena dianggap dapat
kematian
menyebabkan kaki anak mencengkeram
berkembang.
rahim ibu dan sulit untuk dilahirkan.
maternal
Tabu
meningkatnya
makanan
dapat
meningkatkan
Organization
99%
dari
seluruh
terjadi
di
negara
80%
kematian
komplikasi
persalinan12.
hamil6.
negara-negara
persalinan Angka
dan
kematian
Asia
Tenggara
akibat selama setelah ibu
di
yaitu
peningkatan
Indonesia 214 per 100.000 kelahiran
kebutuhan zat gizi kehamilan7,8,9. Tabu
hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran
makanan umumnya berkembang dalam
hidup,
tatanan
masih
kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000
arus
kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000
informasi berkembang sangat cepat dan
kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per
luas,
100.000
sosial
sederhana. tabu
oleh
proses
merupakan
vitamin A, kalsium, dan zat besi ibu diperparah
akibat
dan
Sekitar
kehamilan,
gizi
perempuan
harinya
Sekitar
risiko defisiensi protein hewani, lemak, Selain itu, risiko kekurangan zat
(WHO)
800
ibu
yang
politik
Meskipun makanan
yang saat masih
ini
banyak
dijumpai pada masyarakat Indonesia10. http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Nutrition
Vietnam
160
per
100.000
kelahiran
hidup12.
Global
Report
tahun
2014
32
menunjukkan Indonesia termasuk dalam
kg.
17 negara, di antara 117 negara, yang
mempengaruhi daya tahan dan kesehatan
mempunyai
si
tiga
masalah
gizi
yaitu
Tentunya bayi.
hal
Memasuki
ini
masa
sangat persalinan
stunting, wasting dan overweight pada
merupakan suatu periode yang kritis bagi
balita13.
para
Persepsi
terhadap
kehamilan
baik
maupun
kesakitan
mitos
masalah
kematian
pada
ibu
sesungguhnya tidak terlepas dari faktorfaktor
sosial
dalam
budaya
masyarakat
dan
lingkungan
dimana
mereka
berada. Disadari atau tidak, faktor-faktor kepercayaan dan pengetahuan budaya seperti
konsepsi-konsepsi
mengenai
berbagai pantangan, hubungan sebabakibat
antara
makanan
sehat-sakit,
kondisi
kebiasaan
ketidaktahuan, dampak
dan
baik
seringkali positif
dan membawa
maupun
negatif
terhadap kesehatan reproduksi ibu dan kesehatan anak. Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan ibu hamil yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap beberapa makanan tertentu. Budaya pantang pada ibu hamil sebenarnya justru merugikan kesehatan ibu hamil dan janin yang dikandungnya. Misalnya ibu hamil dilarang makan telur dan daging, padahal telur dan daging justru
sangat
diperlukan
untuk
pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin.
Berbagai
akhirnya kekurangan
pantangan
menyebabkan gizi
seperti
tersebut
ibu anemia
hamil dan
kurang energi kronis (KEK). Dampaknya, ibu mengalami pendarahan pada saat persalinan
dan
bayi
yang
dilahirkan
memiliki berat badan rendah (BBLR) yaitu bayi lahir dengan berat kurang dari 2.5 http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
ibu
hamil
kemungkinan
karena
dapat
segala
terjadi
sebelum
berakhir dengan selamat atau dengan kematian. Keberhasilan persalinan ibu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu mulai dari ada tidaknya faktor resiko kesehatan
ibu,
pemilihan
penolong
persalinan,
keterjangkauan
ketersediaan
pelayanan
dan
kesehatan,
kemampuan penolong persalinan sampai sikap
keluarga
dalam
menghadapi
keadaan gawat. Sebagian besar kelahiran berlangsung normal, namun bisa saja tidak, seperti akibat pendarahan dan kelahiran
yang
sulit.
Persalinan
merupakan peristiwa (kesehatan) besar, sehingga
komplikasinya
dapat
menimbulkan konsekuensi sangat serius. Sejumlah komplikasi sewaktu melahirkan sebenarnya
bisa
dicegah,
misalnya
komplikasi akibat melahirkan yang tidak aman bisa dicegah dengan pertolongan bidan
atau
tenaga
medias
lain.
Komplikasi seperti ini menyumbang 6% dari angka kematian14. Banyak
mitos
mengenai
kehamilan dan kesehatan bayi. Mitos adalah pendapat atau anggapan dalam sebuah
kebudayaan
mempunyai tentang
yang
kebenaran
anjuran
dianggap
yang
maupun
isinya larangan
mengenai kehamilan yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu hingga sekarang tentunya masing
banyak daerah
kebenarannya.
beredar dan
Beberapa
bertahan
karena
kehidupan
sehari-hari.
di
masing-
belum
tentu
mitos
dapat
sesuai Banyak
dengan mitos
33
terutama
dengan
hamil, sedangkan informan kunci adalah
kehamilan dan melahirkan terbukti salah
Bidan dan keluarga ibu hamil sebagai
dan tidak juga efektif serta tidak sesuai
informan tambahan.
dengan
yang
berkaitan
kemajuan
kedokteran
dan
Analisis data menggunakan analisis
teknologi sekarang15.
isi dengan validasi data menggunakan
Terdapat beberapa mitos yang ada di
triangulasi sumber. Yaitu dari ibu hamil,
Indonesia yaitu ibu hamil tidak boleh
bidan dan keluarga ibu hamil untuk
makan nanas, durian, mentimun karena
mengkroscek data yang telah diperoleh.
bisa mengakibatkan keputihan. Bahkan mereka
percaya
bahwa
nanas
menyebabkan
keguguran.
mengkonsumsi
nanas,
justru
disarankan
C. HASIL
Faktanya
dan
karena
bisa
mentimun kaya
akan
Berdasarkan
desa, makanan yang dipantangkan untuk kehamilan
menjaga
nanas,
tubuh
dan
wawancara
dengan ibu hamil, keluarga, dan bidan
vitamin C dan serat yang penting untuk kesehatan
hasil
antara lain
buah
meliputi
durian,
buah
buah
nangka,
melancarkan proses pembuangan sisa-
mangga kweni, buah semangka, udang,
sisa pencernaan. Adapun keputihan tidak
cumi-cumi, dan hati ayam. Bahkan ada
selalu
hamil
yang menyebutkan tidak diperbolehkan
maupun melahirkan adalah normal jika
mengonsumsi buah pisang dan kerang
ibu mengalami keputihan. Kecuali jika
yang tidak mereka ketahui alasannya.
membahayakan.
Saat
keputihan tersebut terinfeksi oleh bakteri,
―Buah duren sama nanas itu mbak
jamur, dan virus yang biasanya ditandai
panas kan aku pernah baca juga di
dengan
dan
internet pas hamil gak boleh makan nanas
warnanya kekuningan, kehijauan, atau
ada kandungannya apa gitu yang bisa
kecoklatan16. Tujuan penelitian ini adalah
menyebabkan keguguran. Awalnya kan
untuk
dikasih tau orang-orang gak boleh makan
gatal,
bau
tidak
mengidentifikasi
sedap
kebiasaan
ibu
hamil di suku Osing dalam hal tabu
nanas,
makanan/pantangan terhadap makanan
kenapa nanas ini gak boleh dimakan
dan makanan yang direkomendasikan
orang hamil ternyata ya itu tadi bisa
atau makanan yang dianjurkan. Angka
menyebabkan keguguran gitu salah satu
Gizi Buruk di Kabupaten Banyuwangi
zat di dalamnya. Ya mungkin kalau dikit
mencapai 909 kasus pada tahun 201317.
aja boleh makan, tapi aku gak mau ambil
Penelitian ini menggunakan desain kualitatif
Kecamatan Blimbingsari,
Glagah
dan dan
Kabupaten
dilakukan
di
Kecamatan Banyuwangi,
Jawa Timur, pada Juli 2017. Jenis data yang
digunakan
adalah
coba
tak
browsing
resiko mbak hehe‖—N1
B. BAHAN DAN METODE deskriptif
akhirnya
data
primer
melalui wawancara mendalam. Informan
―kan
duren,
nanas,
kerang,
semangka, pisang itu. ya kata orang tua gak boleh makan nanas, gak boleh makan duren, kerang itu gak boleh. kerang kan ada tutupnya itu mbak, katanya kayak kemaluan.
Ya
ndak
boleh
pokoknya
mbak‖—N2
utama pada penelitian ini adalah ibu http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
34
Ada
beberapa
menyadari
akan
ibu
hamil
pentingnya
yang
makanan
yang ditabukan tersebut. Mereka mencari
meyakini
karena
mengalami
sanak
saudara
keguguran
setelah
mengonsumsi nanas.
yang
―...ada beberapa yang bilang gak
sudah banyak tersedia di dalamnya dan
boleh makan buah, terlalu banyak gas nya
menganggap pantangan makan terseut
itu seperti durian, nanas sama nangka
hanya mitos.
gitu.
informasi
melalui
―aku
se
media
online
orangnya
gak
begitu
percaya sama apa yang orang bilang ya
Kata
bidan
itu
gitu,
gak
tau
mengandung gas apa pokoknya gak boleh terlalu banyak makan buah itu‖—N2
mbak, ya pokok aku manuti omongane
―darahnya kurang nanti mbak pas
bidan aja wes mbak. Gak pernah neko-
melahirkan
neko kabeh tak maem mbak‖ (saya sih
pendarahan nanti kalo darahnya kurang
orangnya gak begitu percaya dengan apa
gimana mbak. jare wong-wong iku kan
yang dibilang orang mbak, ya pokok saya
getihe metu akeh mbak, dadi kadung
mengikuti nasihat bidan aja udah mbak.
mangan semongko iku ngko getihe ntek
Gak
jare mbak pas lahiran‖ (kata orang-orang
pernah
aneh-aneh,
semua
saya
makan mbak – N1)
kalau
makan
semangka,
itu kan darahnya keluar banyak mbak,
―oh ada mbak saya itu gak boleh makan nanas, makan udang juga gak
jadi jika makan semangka nanti darahnya akan habis saat melahirkan – N4)
boleh tapi aku tetep makan soalnya aku
―...ya semangka sama durian itu
coba cari-cari artikel tentang ibu hamil itu
kan gak dibolehin kan ya, ya ndak berani
gakpapa i makan udang, memang kalau
saya gak makan. kalau nanas gak bisa
nanas nya gak boleh aku bacanya, duren
dipungkiri mbak, ponakan saya hamil 4
juga gak boleh banyak-banyak‖ (N2)
bulan beli nanas mbak, nanas yang di
―iya nangka
betul,
jare
gak
mbak,
boleh
Keguguran, langsung tebluk anake ya
udang, jare heng oleh mbak, tapi saya
mbak. Kepingin nanas habis makan nanas
makan mbak, kan mitos.‖ (iya betul, gak
langsung pelayonan nanag rumah sakit
boleh
pendarahan mbak. Makan sedikit, 2500
nangka
sama
mika 2500an itu langsung keluar mbak.
ikan
makan
terus
makan
katanya
mbak,
terus ikan udang juga tidak boleh mbak.
ya mbak tiga potong kecil—N2
Tapi tetep saya makan mbak karena itu kan mitos – N3)
yang
dipantangkan
selain buah-buahan adalah udang, cumi-
Ibu hamil di Banyuwangi rata-rata menyebutkan
Makanan
bahwa
mereka
tidak
cumi, dan hati ayam. Udang dipercaya dapat menyebabkan bayi susah keluar
diperbolehkan mengonsumsi buah nanas,
saat
buah durian, dan buah semangka karena
ayam dihindari karena orang tua mereka
buah-buahan
mengandung
meyakini jika memakan cumi-cumi dan
membahayakan
hati ayam maka kulit dan bibir bayi akan
janin, serta dilarang mengonsumsi buah
hitam seperti tinta cumi-cumi dan hati
semangka karena mereka meyakini buah
ayam.
semangka
tersebut
unsur
gas
tersebut
yang
dapat
bisa
membahayakan
ibu
ketika proses persalinan. Sebagian sangat http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
persalinan.
Mereka dari
Cumi-cumi
mendapat saudara,
dan hati
larangan orangtua,
tetangga, dan pengalaman dari ibu hamil
35
pernah
Ya saya rasa cuma itu sih mbak, gak
melanggar pantangan tersebut dan terjadi
mungkin kalo orang sini gak makan ikan,
seperti yang tidak diinginkan.
disini mudah di dapat, kalaupun gak
di
lingkungan
sekitar
yang
―oh iya ndak boleh makan udang
makan ya pasti karna mual atau mungkin
mbak sama ati ayam itu. takut bibirnya
alergi.
Disini
ya
hitam itu dek kalau kata orang desa kalau
alhamdulilah
makan hati ayam‖—N5
walaupun masih banyak yang rodok bebel
sudah
orang-orangnya pada
ngerti
ya
―sama ndak boleh makan udang
yo mbak nek dikandani. Nanti takut dikira
mbak katanya anaknya nanti maju
durhaka sama orang tuanya kalau gak
mundur pas melahirkan. Yaitu kalau
nurut mbak, kan biasanya gitu itu dari
makan udang kayak susah gitu wes
orang
mbak keluarnya‖—N6
ngelarang‖—K1
tua
apa
saudaranya
yang
―ya saya apa aja gitu dimakan
―kalau aku menganjurkan makan
mbak, kalau katanya ndak boleh ya
itu semua harus dimakan mbak, gak usah
tetep makan tapi dikit‖—N3
pilih pilih maeman gitu. Cuma aku lebih
Informan bidan desa mengatakan
menganjurkan susu itu harus di minum
bahwa ibu hamil sekarang sudah banyak
tiap hari. Kalo tak kasih biskuit gitu yo tak
yang
pentingnya
peseni “di dahar nggeh bu biskuitnya” gitu
mengkonsumsi buah, sayur, dan ikan.
mbak. Makanan juga kalo bisa tiap makan
Selain makanan yang dipantangkan, ada
itu harus ada sayurnya, jangan yang
makanan
untuk
ikan-ikan tok, lagi kalo bisa makan itu
rajin
secukupnya aja tapi sering gitu mbak.
mengerti
yang
dimakan
ibu
akan
dianjurkan hamil
seperti
meminum susu, perbanyak makan sayur
Orang
dan
maemnya di akehi mbak‖—K1
buah.
Beberapa
memang
tidak
kan
wes
hamil
gitu
―...kalau ada yang BGM gitu kan
makan seafood karena baunya yang amis dikasih
dan menyebabkan mual.
biasanya
PMT
nanti,
ibunya
yang
―ya sebagian memang ada yang
kekurangan gizi juga dikasih susu ibu
percaya kalo makan buah duren nanas itu
hamil, dikasih biskuitnya buat ibu hamil
gak baik buat janin yang dikandungnya,
itu juga‖—K1
tapi ya cuman beberapa aja yang bener-
Hampir
semua
ibu
hamil
bener takut makan buah ee itu tadi, kalau
menyebutkan bahwa mereka mendapat
secara keseluruhan udah pada ngerti
saran dari bidan atau dokter di tempat
mbak, boleh makan tapi gak banyak.
mereka
Kalau ikan-ikanan kayak udang gitu,
meminum
koyoe nang kene gak ada yang gak
menambah porsi sayur dan buah.
kontrol susu
kehamilan saat
hamil
untuk dan
disini
―kalau kata dokter disuruh minum
bahan makanan itu mudah di dapat,
susu ibu hamil itu, sama tetep di isi
mudah dijangkau. Ya mungkin ada yang
perutnya
gak makan ikan pas hamil mungkin karna
meskipun mual-mual terus, makan apa aja
gak tahan bau amis nya. Karna kan ibu
yang dimau katanya‖—N3
konsumsi
udang
mbak.
Karna
kalo
bisa
jangan
kosong
hamil sensitif mbak, ada yang bau parfum aja muntah, ada yang bau ikan muntah. http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
36
―sama mangan
bidan
buah
mbak,
kon kan
akeh-akeh
dapat berdampak tidak saja pada ibu
aku
hamil,
wes
memang doyan sayur mbak‖—N2
tetapi
juga
pada
bayi
yang
dilahirkan6.
―Pas udah hamil itu priksa lagi
Buah-buahan dan sayuran kaya
disarankan banyak makan sayur sama
akan serat dan zat gizi. Kekurangan serat
buah, dari situ aku tiap hari makan buah
dapat memperparah kondisi konstipasi
mbak, disuruh minu susu juga‖—N4
yang umum ditemui pada kehamilan18
―disuruh minum susu mbak, soale
Selain serat, buah pisang, nanas, nangka,
mesti dapat susu dari bidan itu gratis
dan durian merupakan buah yang kaya
sama biskuitnya juga. Kalau pas hamil itu
karoten (prekursor vitamin A), vitamin C,
disuruh ikut senam aku. Sama banyak-
zat besi, asam folat, dan mineral seperti
banyak makan buah, minum susu. Tapi
kalium, fosfor, serta kalium19,20,21.
kan aku gak suka susu ya mbak, jadi aku
Defisiensi
vitamin
A
pada
gak minum susu. Kalau buah sama sayur
kehamilan
aku memang suka sayuran, paling ya
malformasi organ pada janin seperti paru-
buahnya yang ditambah porsinya‖—N2
paru,
―pas hamil disuruh makan sayur-
dapat
jantung,
meningkatkan
dan
saluran
risiko
urinaria.
Kekurangan zat besi, vitamin C, dan
sayuran mbak, ikan, telor. kalau pengen
asam
folat
bersama-sama
dapat
anak cowok makan daging kata orang-
menyebabkan anemia ibu hamil dan anak
orang itu, sama minum susu kata bidan‖—
yang dilahirkan19. Lauk hewani yang ditabukan pada
N5
ibu hamil suku Osing Banyuwangi adalah D. PEMBAHASAN Makanan
udang, yang
dipantang
ibu
Pantangan
hamil suku Osing terdiri dari kelompok
hewani
buah-buahan karena
yang
mengandung
cumi-cumi,
dan
makanan
sangat
hati
berupa
terkait
ayam. protein
dengan
risiko
dianggap
keras
stunting pada bayi yang akan dilahirkan
gas
akan
karena protein hewani sangat penting
yang
membahayakan janin dan juga kelompok
untuk
lauk hewani yang dianggap tak lazim dan
seperti udang, cumi-cumi, dan hati ayam
dianggap menyulitkan proses persalinan
dapat mengeksklusikan zat gizi seperti
dan mempengaruhi kondisi fisik bayi
asam lemak omega 3 dan omega 6,
ketika lahir. Ditinjau dari tabu makanan
protein
yang ada, terdapat beberapa zat gizi yang
kobalalamin22. Kekurangan asam omega
akhirnya tidak dikonsumsi oleh ibu hamil
tiga dapat menyebabkan pertumbuhan
suku
bayi terhambat, Intelligence Quotient (IQ)
Osing,
tersebut
Banyuwangi.
antara
lain
serat,
Zat
gizi
mineral,
pada
pertumbuhan.
hewani,
anak
Tabu
makanan
niasin,
menjadi
dan
rendah,
vitamin, dan protein. Selama kehamilan,
perkembangan saraf dan penglihatan bayi
kebutuhan zat gizi meningkat dan tabu
terganggu, serta anemia ibu hamil23,24.
makanan dapat memperparah kejadian
Status
kurang gizi selama kehamilan. Jika tabu
kehamilan
makanan bersifat sangat ketat, defisiensi
stunting pada bayi baru lahir9. Pantangan
gizi
normal penting
pada dalam
ibu
saat
mencegah
zat gizi tersebut menjadi lebih parah dan http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
37
makan berimbas juga kepada status ibu
mengonsumsi makanan yang bergizi dan
hamil.
tidak memantang makanan yang dapat Semua tabu makanan ibu hamil
bertujuan untuk melindungi ibu hamil dan
janin
dari
bahaya
yang
karena alasan yang bersifat magis atau makanan diasosiasikan dengan bentuk
dana dari penelitian kami selama dua
makanan. Hal tersebut dapat dilihat pada
tahun dari 2017 - 2018. Kami juga
pantangan
cumi-
sampaikan
terima
cumi. Ibu hamil pantang makan cumi-
Universitas
Jember,
cumi karena dipercaya dapat membuat
Jember, para surveyor, para responden
bibir anak berwarna hitam seperti cumi-
yang telah membantu peneliti.
Pantangan
magis,
Terima kasih peneliti sampaikan pada DRPM Kemenristekdikti atas dukungan
makan
sisi
F. UCAPAN TERIMA KASIH
bahaya
cumi.
Dari
dietnya
dapat
ditimbulkan dari makanan tertentu baik kesehatan.
mengeksklusikan zat gizi tertentu dari
udang
atau
makan
jenis
LP2M
kepada Universitas
ini
menggunakan alasan pendekatan secara simbolis. Alasan pendekatan pantangan
G. DAFTAR PUSTAKA 1. Atmarita T. Analisis Situasi Gizi dan
makan lainnya yaitu secara fungsional
Kesehatan
melihat suatu makanan berdasarkan nilai
Direktorat
manfaatnya
Departemen
terhadap
kasih
kesehatan25.
Pantangan makan seperti ini misalnya adalah pantangan makan buah semangka
Masyarakat. Gizi
Jakarta:
Masyarakat,
Kesehatan.
Jakarta.
2004 2. Fatimah, Hadju V, Bahar B, Abdullah
yang dapat mengakibatkan darah rendah,
Z.
Pola
Konsumsi
makanan ‗ber-gas‘ dan makanan yang
Hemoglobin
bersifat menggugurkan
Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
pada
dan
Ibu
Kadar
Hamil
di
Makara Kesehatan. 2011 15(1):31-6. E. KESIMPULAN
3. Soekirman.
Makanan yang dipantang ibu hamil suku Osing terdiri dari kelompok buahbuahan yang dianggap keras karena bergas yang akan membahayakan janin dan
Ilmu
Gizi
Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. 2000 4. Suhardjo. Sosio Budaya Gizi. Bogor. Institut Pertanian Bogor. 1989
kelompok lauk yang dianggap tak lazim
5. Sulityoningsih
seperti membuat proses persalinan susah
Kesehatan
dan mempengaruhi kondisi fisik bayi
Yogyakarta. Graha Ilmu. 2011.
ketika lahir. Alasan tabu makanan di
dan
H. Ibu
Gizi
Untuk
dan
Anak.
6. Varadarajan, A, Prasad S. Regional
suku Osing terjadi karena pendekatan
Variation
secara simbolis, fungsional, dan nilai.
Among Tribals of Andhra Pradesh.
Diperlukan penyuluhan terkait gizi kehamilan
kepada
posyandu,
tetua
ibu
hamil,
masyarakat,
kader dan
keluarga oleh pihak terkait seperti bidan
in
Nutritional
Status
Study Tribes Tribals. 2009; 7(2):13741. 7. Swasono MF. Kehamilan, Kelahiran, dan
Perawatan
Ibu
dan
Bayi.
desa. Ibu hamil perlu didorong untuk http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
38
Jakarta:
Penerbit
Universitas
Indonesia (UI Press). 1998.
16. Sinsin.
Masa
Kehamilan
dan
Persalinan. Jakarta: PT. Elwk Media
8. Alwi Q, Oemiati R. Tradisi Makanan Sehari-hari dan Makanan Pantang
KompuTindo. 2008. 17. Dinas
Kesehatan
Ibu-Ibu Papua Selama Hamil dan
Banyuwangi.
Persalinan. Jurnal Kedokteran Yarsi.
Banyuwangi
2004; 12: 61-71.
Banyuwangi:
9. Pusparini, Ernawati F, Hardinsyah, Briawan D. Indeks Massa Tubuh
Profil
Kabupaten Kesehatan
Tahun DinKes
2013. Kabupaten
Banyuwangi. 2013 18. Martin HD. Pregnancy and Lactation.
Rendah Pada Awal Kehamilan Dan
Historicalmaterials
Defisiensi Vitamin A Pada Trimester
the internet]. Lincolin: University of
Kedua
Nebraska-Lincolin Extention. 1992.
Sebagai
Faktor
Risiko
Gangguan Pertumbuhan Linier Pada
Cycle.
(3) 191-200
Belmont: D.
Makanan
Tabu
di
Jeneponto Sulawesi Selatan. Jurnal Gizi dan Pangan. 2007; 2(1):42-6. 11. Departemen
Kesehatan
on
19. Brown JE. Nutrition through the Life
Bayi Lahir. J. Gizi Pangan. 2016; 11 10. Sukandar
[monograph
3rd
ed.
United
States,
Wadsworth/Thompson.
2005. 20. Ozcan, M.M., Arslan, D. Bioactive and Some Nutritional Characteristic
Republik
of Pepino (SolanummuricatumAiton)
Indonesia. Laporan Nasional Riset
fruits. Journal of Agricultural Science
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
and Technology. 2011; 1:133-7.
2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan,
Departemen Kesehatan RI. 2010. 12. World Health Organization (WHO). WHO, UNICEF, UNFPA, The World Bank. Trensd in Maternal Mortality : 1990 to 2013. Geneva World Health Organization. 2014. 13. Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Situasi Balita Pendek. Jakarta: Kemenkes RI. 2016 14. Peter
S.
Millenium
Development
Goals. Jakarta: Kementrian Negara Perencanaan
Pembangunan
Nasional. 2008. 15. Nirwana
AB.
Kehamilan.
Kapita Yogyakarta:
Selekta Huna
21. Khoo HE, Ismail A, Esa NM, Idris S. Carotenoid Content of Underutilized Tropical Fruits. Plant Food Human Nutrition. 2003; 63:170-5. 22. Almatsier S, Soetardjo S, Soekantri M. Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Utama. 2011. 23. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 2006. 24. Innis S. Review : Dietary Omega 3 Fatty Acids and Developing Brain. American Society for Nutrition. 2007;137 : 855-9. 25. Fessler, D.M.T., Navarette, C.D. Meat is Good to Taboo: Dietary Proscription As a Product of the Interaction of Psycological Mechanism and Social Process. Journal of Cognitive and Culture. 2003; 3
Medika. 2011.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
39
ANALYSIS SOCIO DEMOGRAPHY, WEIGHT BIRTH AGE WITH STUNTING AT GORONTALO REGENCY IN 2017 ANALISIS SOSIO DEMOGRAFI, BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING DI KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2017 1Prodi
RAHMAWATI1*, YENI PARAMATA1 IKM,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo E-mail:
[email protected] ABSTRACT
Background and Objective: Stunting is a chronic condition that represents stunted growth due to malnutrition. This study aims to analyze the sociodemographic relationship with the incidence of stunting in Kabupaten Gorontalo. Method: This research is a quantitative research that is analytic through cross sectional approach. The sample of under-fives aged 24-59 months in Gorontalo Regency amounted to 410 children under five years old. Purposive Sampling Sampling Technique. Results: The results of the study of 410 samples found stunting events of 163 infants (39.8%) and those who did not stunting 247 toddlers (60.2%). Based on the results of bivariate analysis with Chi-square test showed income and Birth weight associated with the incidence of stunting (p 0.000). Conclusion: The result of bivariate analysis shows that the related variable is Birth Weight with stunting event value p = 0,000
A. PENDAHULUAN Masalah
dihitung
kekurangan
gizi
yang
dari
sejak
hari
pertama
kehamilan, kelahiran bayi sampai anak
mendapat banyak perhatian akhir-akhir
usia
ini adalah masalah kurang gizi kronis
merupakan periode 1000 hari pertama
dalam
kehidupan manusia. Periode ini telah
bentuk
"stunting‖.
Oleh
anak karena
pendek
atau
masalah
gizi
2
tahun,
dibuktikan
maka
secara
ini
merupakan
tersebut terkait erat dengan masalah gizi
periode
dan kesehatan ibu hamil dan menyusui,
kehidupan, oleh karena itu periode ini
bayi yang baru lahir dan anak usia di
ada yang menyebutnya sebagai "periode
bawah
emas", "periode kritis" (1).
dua
tahun
(baduta).
Apabila
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
yang
ilmiah
periode
menentukan
kualitas
40
Balita kelompok
merupakan
rentan
salah
kurang
gizi
satu karena
pengetahuan
gizi
sering
dihubungkan
dengan kejadian malnutrisi (4).
berada dalam proses tumbuh kembang
Berdasarkan hasil analisis besar
yang cepat sehingga kebutuhan akan zat-
risiko berat badan lahir rendah terhadap
zat
dari
kejadian stunting, diperoleh OR sebesar
kelompok lain, selain itu mereka rawan
5,250. Artinya responden yang memiliki
terpapar berbagai infeksi dan saluran
balita dengan berat badan lahir rendah
cerna.Gizi
mempunyai risiko
mengalami
5,250
besar
gizinya
relatif
lebih
kurang
berdampak
tinggi
pada
balita
negatif
akan
terhadap
kali
lebih
stunting
dibandingkan
pertumbuhan, perkembangan intelektual,
dengan responden yang memiliki balita
serta
dengan berat badan lahir normal. Karena
dapat
meningkatkan
angka
kesakitan dan kematian balita (2). Kejadian
anak
(CI) = 95% dengan lower limit (batas
merupakan suatu proses kumulatif yang
bawah) = 1,897 dan upper limit (batas
terjadi sejak kehamilan, masa kanak-
atas) = 14,532 tidak mencakup nilai satu,
kanak dan sepanjang siklus kehidupan.
maka besar risiko tersebut bermakna.
Pada
Dengan
masa
terjadinya peluang
stunting
rentang nilai pada tingkat kepercayaan
ini
pada
merupakan
stunting
pada
peningkatan
proses
anak
stunting
gizi
masa
anak selalu dengan kekurangan yang spesifik
rendah merupakan faktor risiko kejadian
terjadi
stunting pada balita usia 12-36. Hal
rendah atau pendek merupakan salah
mineral
satu faktor risiko balita stunting usia 12-
berhubungan
36 bulan dengan nilai p = 0,000 dan nilai
tertentu.
OR = 2,81, hal ini menunjukkan bahwa
dimulai dari
ini
mengenai
dari kekurangan
serupa juga terdapat pada penelitian yang
dihubungkan
terakhir
banyak penelitian
lahir
menyebutkan bahwa panjang badan lahir
dengan mikronutrien Beberapa tahun
badan
anak-
vitamin
dan
berat
dan
dalam 2 tahun pertama kehidupan. Kekurangan
demikian
telah
bayi yang lahir dengan panjang lahir
dampak
rendah atau pendek memiliki risiko 2,8
mikronutrien, meningkatnya
risiko
kali mengalami stunting
dibandingkan
dengan bayi yang lahir dengan panjang
terhadap penyakit infeksi dan kematian
lahir
yang dapat menghambat pertumbuhan &
menunjukan
perkembangan mental (3). Faktor sosial
stunting lebih banyak ditemukan pada
demografi rendah,
meliputi pendidikan
ekonomi
Hasil
penelitian
bahwa,
proporsi
ini balita
pendapatan
yang
balita dengan berat badan lahir rendah
orang
yang
dibandingkan balita dengan berat badan
tua
rendah, jumlah anggota keluarga, dan faktor
normal.
dalam
rumah
tangga
lahir normal (5). Menurut
WHO,
suatu
secara tidak langsung juga berhubungan
dikategorikan
dengan
Pendapatan
masalah kesehatan jika angka stunting
akan mempengaruhi pemenuhan zat gizi
masih 20 persen. Jika persentase masih
keluarga
pada posisi itu atau lebih, pertanda
kejadian dan
stunting.
kesempatan
dalam
mengikuti pendidikan formal. Rendahnya
kesehatan
pendidikan
buruk.Jika
disertai
rendahnya
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
masih
negara
balita
di
menghadapi
Indonesia
menggunakan
masih
parameter
41
WHO
tersebut,
dari
di
karakteristik sosio demografi dan berat
Indonesia hanya dua provinsi dengan
lahir anak serta pengukuran Berat Badan
angka stunting di bawah 20 persen, yaitu
dan Tinggi Badan anak; 2) Data sekunder
Bengkulu
ialah
dan
34
provinsi
Kepulauan
Bangka
data
yang
diambil
dari
dinas
Belitung. Selebihnya, angka stunting di
kesehatan kabupaten gorontalo.
provinsi lain masih buruk, alias di atas
Tabel 1. Karakteristik Responden
20 persen, termasuk di DKI Jakarta.
Karakteristik Umur Ibu (Tahun) < 20 20 - 35 > 35 Pendidikan Ibu Tidak Sekolah SD SMP SMA Diploma Sarjana Pekerjaan Ibu PNS Wirausaha Petani Buruh IRT Lainnya Pendapatan > Rp 1.8750.000 < Rp 1.8750.000 Berat Badan Lahir < 2500 gr > 2500 gr Kejadian stunting Stunting Tidak Stunting Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Sedangkan daerah-daerah dengan tingkat angka stunting tinggi di antaranya Nusa Tenggara Timur (41,7 persen), Sulawesi Barat (38,4 persen), Kalimantan Selatan (37,2 persen), Gorontalo (36,5 persen) (6). Berdasarkan belakang
diatas
uraian
maka
dari
latar
penelitian
ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan Sosio
Demografi,
Berat
Badan
Lahir
kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo tahun 2017, B. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan survei
analitik
dengan
menggunakan
rancangan cross sectional study, Untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting di kabupaten gorontalo. Populasi dan Sampel Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah Seluruh balita umur 24-59 bulan yang
ada
di
daerah
Analisis menjawab
balita.
dilakukan
besar
sampel
dalam
%
19 309 82
4.6 75.4 20
9 177 122 75 4 23
2.2 43.2 29.8 18.3 1 5.6
22 3 14 3 360 8
5.5 0.7 3.4 0.7 87.8 2
42 368
10.2 89.8
105 305
25.6 74.4
163 247
39.8% 60.2%
220 190
53.7 46.3
Analisis Data
pegunungan
kabupaten Gorontalo berjumlah 4.472 Adapun
Jumlah
data
dilakukan
permasalahan melalui
untuk
penelitian
analisis
statistik
penelitian ini berjumlah 410 balita yang
dengan
ditentukan dengan menggunakan rumus
software SPSS (Statistical packages for
Lemeshow (1990) dengan kriteria sampel
service solution). Analisis univariat yang
yaitu : Anak usia 24-59 bulan,Anak yang
dimaksudkan
tidak cacat fisik dan mental, Ibu yang
tabel
bersedia untuk diwawancarai
mengukur
Pengumpulan Data
bebas
Data yang dikumpulkan berupa : 1)
Data
primer
ialah
data
yang
alat
bantu
untuk
distribusi dan
komputer
menggambarkan
frekuensi.
hubungan variabel
melalui
antara terikat
Untuk variabel ini
dikaji
secara bivariat menggunakan Uji ChiSquare pada tingkat kemaknaan 95 %
didapatkan dari hasil wawancara meliputi http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
42
atau nilai α = 0,05. Jika nilai lebih besar
Tingkat pendidikan SD (43.2%), untuk
0,05 berarti H0 diterima atau Ha ditolak,
pekerjaan Ibu paling banyak ibu dengan
senaliknya nilai yang kurang dari 0,05
status sebagai ibu rumah tangga (87.8%).
menyatakan H0 ditolak atau Ha diterima.
Untuk
C. HASIL
responden 89,8% pendapatannya kurang
Univariat
dari Rp 1.875.000, untuk berat badan
Karakteristik
pendapatan
sebagian
besar
sosiodemografi
lahir anak paling banyak terdistribusi
dalam penelitian ini meliputi : umur ibu,
pada berat badan diatas 2500 gr (74.4 %),
pendidikan
ibu,
untuk kejadian stunting sebagian besar
pendapatan. Pada Tabel 1 didapatkan
anak masuk dalam kategori tidak stunting
umur ibu paling banyak pada umur 20
(60.2%) dan untuk kategori jenis kelamin
sampai
paling banyak anak berjenis kelamin laki-
ibu,
35
Pendidikan
tahun Ibu
pekerjaan
(75.4%),
paling
untuk
banyak
pada
laki (53,7%).
Tabel 2 Analisis Hubungan Umur Ibu dengan Kejadian Stunting Variabel Independent
Kejadian Stunting Stunting Tidak tunting n (%) n (%)
UMUR Kurang dari 20 tahun 20-35 tahun Diatas 35 tahun PENDIDIKAN Pendidikan Rendah
Total
P 0.505
9 47.4% 118 38.2% 36 43.9%
10 52.6% 191 61.8% 46 56.1%
19 100.0% 309 100.0% 82 100.0%
75 40,3% 88 39.3%
111 59,7% 136 60.7%
186 100,0% 224 100.0%
143 39.7% 21 40.8%
217 60.3% 29 59.2%
360 100.0% 50 100.0%
8
34
42
19.0% 155
81.0% 213
100.0% 368
42.1%
57.9%
100.0%
0.991
Pendidikan Tinggi PEKERJAAN Tidak Bekerja
1.000
Bekerja PENDAPATAN Kurang dari Rp 1.8750.000
0.006
Lebih dari Rp 1.875.000 BERAT BADAN LAHIR BBLR
0.000 100 95.2% 63 20.7% 163 39.8%
Normal TOTAL
5 105 4.8% 100.0% 242 305 79.3% 100.0% 247 410 60.2% 100.0% 0.505),pendidikan ibu
Bivariat
(p
0,991),
Hasil analisis bivariat dapat dilihat
pekerjaan ibu (p 1.000) dengan kejadian
pada tabel 2 diperoleh hasil tidak ada
stunting pada anak balita dan terdapat
hubungan
hubungan antara pendapatan (p 0.006)
antara
umur
ibu
(p
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
43
dan berat badan lahir (p 0.000) dengan
penelitian Farah dkk 2015 dimana hasil
kejadian stunting pada anak balita.
analisis menunjukkanterdapat hubungan
D. PEMBAHASAN
yang
signifikan
antara
pendapatan
WHO (2013) membagi penyebab
keluarga terhadap kejadian stunting pada
terjadinya stunting pada anak menjadi 4
anak balita baik yang berada di daerah
kategori besar yaitu faktor keluarga dan
pedesaan maupun di perkotaan (7). Sama
rumah tangga, makanan tambahan /
halnya
komplementer
menyatakan
yang
tidak
adekuat,
menyusui dan penyakit infeksi (15). Faktor
keluarga
penelitian
bahwa
lain
status
yang
ekonomi
keluarga yang rendah di Maluku Utara
rumah
berhubungan signifikan dengan kejadian
tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal
stunting dan severe stunting pada balita
dan faktor lingkungan rumah. Faktor
usia 0 –59 bulan (8). Apabila ditinjau dari
maternal berupa nutrisi yang kurang
karakteristik pendapatan keluarga bahwa
pada saat prekonsepsi, kehamilan, dan
akar masalah dari dampak pertumbuhan
laktasi, tinggi badan ibu yang rendah,
bayi dan berbagai masalah gizi lainnya
infeksi, kehamilah pada usia remaja,
salah satunya disebabkan dan berasal
kesehatan
dari krisis ekonomi. Sebagian besar anak
mental,
dan
dengan
Intrauterine
growth
restriction (IUGR) dan kelahiran preterm,
balita
Jarak
pertumbuhan memiliki status ekonomi
kehamilan
hipertensi.
yang
Faktor
pendek,
lingkungan
dan
rumah
yang
mengalami
gangguan
yang rendah.
berupa stimulasi dan aktivitas anak yang
Penelitian
lainnya
tidak adekuat, perawatan yang kurang,
menunjukkan
sanitasi dan pasukan air yang tidak
stunting
adekuat, akses dan ketersediaan pangan
adalah dibawah UMR yakni sebanyak 67
yang kurang, alokasi makanan dalam
responden
rumah tangga yang tidak sesuai, edukasi
memiliki pendapatan diatas UMR hanya
pengasuh yang rendah.
sedikit yakni sebanyak 45 orang (22%)
Dari
hasil
uji
chi-square
(9).
Hal
bahwa
lebih
pada
juga
banyak
(35,8%),
ini
sesuai
kelompok
pendapatannya
sedangkan
dengan
pendapat
didapatkan hubungan antara pendapatan
Sulistyoningsih
keluarga dengan kejadian stunting pada
pendapatan akan meningkatkan peluang
anak
berdasarkan
untuk membeli pangan dengan kualitas
kerangka pikir penyebab masalah gizi,
dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya
pendapatan termasuk dalam penyebab
penurunan
akar masalah terjadinya masalah gizi
menyebabkan
dimana pendapat yang kurang atau tidak
pangan
mencukupi
maupun kuantitas (10).
balita
(p
0.006),
menyebababkan
masalah
bahwa
yang
meningkatnya
pendapatan
yang
menurunnya baik
secara
akan daya
beli
kualitas
dalam hal akses terhadapat pangan yang
Tingginya penghasilan yang tidak
bergizi sehingga mempengaruhi asupan
diimbangi pengetahuan gizi yang cukup,
pangan/gizi yang kurang yang secara
akan menyebabkan seseorang menjadi
langsung
sangat konsumtif dalam pola makannya
menyebabkan
masalah
gizi
dalam hal ini stunting. Penelitian ini sejalan dengan hasil http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
sehari-hari,
sehingga
pemilihan
suatu
bahan makanan lebih didasarkan kepada
44
pertimbangan selera dibandingkan aspek
berupa gagal tumbuh (grouth faltering),
gizi.Keadaan yang tidak stunting terjadi
penelitian Sirajudin dkk tahun 2011 anak
bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
pendek 3 kali lebih besar di banding non
yang digunakan secara efisien, sehingga
BBLR, pertumbuhan terganggu, penyebab
memungkinkan
wasting,
pertumbuhan
pertumbuhan
fisik,
otak, kemampuan kerja
dan
risiko
malnutrisi.
Anak
mengalami stunting, disebabkan karena
dan kesehatan secara umum pada tingkat
pada
setinggi
Status gizi kurang
sudah mengalami retardasi pertumbuhan
terjadi bila tubuh mengalami kekurangan
atau pertumbuhan yang terhambat saat
satu atau lebih zat-zat lebih esensial (11).
masih didalam kandungan (Intra Uterine
mungkin.
saat
didalam
kandungan
Berat lahir merupakan prediktor
Growth
terhadap
penentuan
disebabkan oleh kemiskinan, penyakit
ukuran tubuh dikemudian hari. Hal ini
dan defisiensi zat gizi. Artinya ibu dengan
karena pada umumnya bayi mengalami
dengan gizi kurang sejak trimester awal
intra Uterine Growth Retardation (IUGR)
sampai akhir kehamilan akan melahirkan
tidak dapat mengejar pertumbuhan ke
BBLR,
bentuk
beresiko besar menjadi stunting (16).
kuat
normal
terhadap
selama
masa
kanak-
kanak.
Retardation/IUGR).
anak
yang
kedepannya
BBLR Pada tabel 2 terlihat bahwa dari
sangat
IUGR
anak
erat
ini
akan
kaitannya
dengan mortalitas dan mordibitas janin.
105 balita yang berat badan lahir rendah
Keadaan
paling banyak stunting 100 balita (95,2%)
pertumbuhan
dan normal 5 (4,8%).P Value (0,000 ˂ α
kognitif, kerentanan terhadap penyakit
0,05) ini berarti H0 ditolak, berarti ada
kronis di kemudian hari. Pada tingkat
hubungan
populasi, proporsi bayi dengan BBLR
berat
badan
lahir
rendah
ini
dapat dan
menghambat perkembangan
dengan kejadian stunting di Kabupaten
adalah
gambaran
Gorontalo. Peneletian ini menunjukkan
kesehatan
masyarakat
terdapat
bermakna
yang kekurangan gizi jangka panjang,
antara berat badan lahir rendah dengan
kesehatan yang buruk, kerja keras dan
kejadian stunting pada balita usia 24-59
perawatan
bulan.
yang buruk. Secara individual, BBLR
hubungan
Penelitian
yang
ini
sejalan
dengan
merupakan
kesehatan prediktor
multimasalah mencakup
dan
ibu
kehamilan
penting
dalam
penelitian yang dilakukan oleh Wanda
kesehatan dan kelangsungan hidup bayi
Lestari dkk (2014) (12), di Kecamatan
yang baru lahir dan berhubungan dengan
Penanggalan Kota Subulussalam Provinsi
risiko tinggi pada kematian bayi dan
Aceh, (OR=3,26, 95% CL: 1,46-7,31 ,
anak.
p=0,0003). Yang menyatakan anak yang dilahirkan
kurang
dari
2500
gram,
E. KESIMPULAN
memiliki risiko menjadi stunting sebesar
Pendapatan dan berat badan lahir yang
3,26 kali dibandingkan dengan anak yang
kurang dari 2500 gr memiliki hubungan
lahir
dengan kejadian stunting pada anak usia
dengan
berat
badan
normal
(12,13,14). Dampak lanjutan dari BBLR dapat http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
24-59 bulan. Dari hasil penelitian ini dapat
disarankan
bahwa
pentingnya
45
upaya
pemeliharaan
kesehatan
dan
asupan gizi ibu pada saat hamil atau pada masa 1000 hari pertama kehidupan disamping
itu
berupan
upaya
lintas
intervensi
pengadaan
sektoral
sensitive
yaitu
kerja
dan
lapangan
peningkatan
keterampilan
meningkatkan
pendapatan
untuk keluarga.
Selanjutnya diperlukan penelitian tentang tingkat pengetahuan dan sikap ibu terkait dengan
stunting
bagaimana
untuk
tingkat
mengetahui
pengetahuan
dan
sikap ibu terhadap kejadian stunting
Sectional Household Survey : Biomed Central 4. Amin, Nur Afia., Julia, Madarina. 2014.
Faktor
tinggi badan
orang
hubungannya
dengan
pihak
terlaksananya pihak
yang
Ristekdikti
menbantu
ini
sebagai
serta
kejadian bulan
Volume 2 No 3 September 2014 5. Swathma, Hariati Lestari, Ririn Teguh Ardiansyah,
Analisis
Faktor
Risiko
Bblr, Panjang Badan Bayi Saat Lahir Riwayat
Imunisasi
Kejadian
Dasar
Stunting
Pada
Balita Usia 12-36 Bulan Di Wilayah
telah
penelitian
tua
: Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia,
Terhadap Semua
dan
stunting pada balita usia 6-23
Dan
F. UCAPAN TERIMA KASIH
Sosiodemografi
terutama
penyandang
dana penelitian ini.
Kerja Puskesmas Kandai Kota Kendari Tahun
2016
Kesehatan
Dandara
Masyarakat
Fakultas Universitas
Halu Oleo Vol 1, No 3 (2016) 6. Badan Penelitian Dan Pengembangan
G. DAFTAR PUSTAKA
Kesehatan Kementerian Kesehatan Ri
1. Renyoet, Brigitte Sarah., Hadju, Veni.,
,Riset
Rochimiwati., St Nur. 2012. Pola Asuh
2013
dengan Kejadian Stunting Anak Usia 6-23
bulan
di
Wilayah
7. Farah
Kesehatan
Dasar
Riskesdas
Okky
Aridiyah,
Ninna
Pesisir
Rohmawati, Mury Ririanty, Faktor-
Kecamatan Tallo Kota Makassar :
faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Jurnal
Stunting pada Anak Balita di Wilayah
2. Faradevi, Reny., Noer, Etika Ratna. 2011.
Perbedaan
Besar
Pedesaan dan Perkotaan (The Factors
dan
Affecting Stunting on Toddlers in Rural
Pengeluaran Keluarga, Jumlah Anak
and Urban Areas) Fakultas Kesehatan
serta Asupan Energi dan Protein Balita
Masyarakat, Universitas Jember Jln.
antara Balita
Kalimantan 37 Kampus Tegal Boto,
Kurus dan Normal. :
Jurnal
68121, Jurnal
3. Chirande, Lulu., Charwe, Deborah., Mbwana,
Hadijah.,Victor,
Kimboka, Sabas.,
Issaka,
8. Ramli, Agho KE, Inder KJ, Bowe
Rose.,
SJ,Jacobs
J
dan
Abukari
Prevalence
And
Risk
Dibley Factor
MJ. For
Ibrahim.,Baines, Surinder K., Dibley,
Stunting And Severe Stunting Among
Michael J.,
Kingsley
Under Fives In North Maluku Province
Emwinyore. 2015. Determinants Of
Of Indonesia. BMC Pediatrics. 2009:
Stunting And Severe
Vol
Among Evidence
Agho,
Under-Fives From
The
Stunting In
Tanzania:
2010
(9):
64-73
http://www.biomedcentral.com
Cross-
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
46
9. Rr. Dewi Ngaisyah, Hubungan Sosial Ekonomi Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita
Di
Desa
Kanigoro,
Case Control study In Nepal. KUMJ. 2012; (39): 18-24 14. Aryu
Candra,
Niken
Purhita,
JC
Saptosari, Gunung Kidul Vol X Nomor
Susanto.Risk
4
Among 1-2 Years Old Children In
Oktober
2015
-
Jurnal
Medika
Respati ISSN : 1907 - 3887
Semarang
10. Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu Jakarta:
PT.
Gramedia
Pustaka
Utama, 2001 anak
Stunting
City.Media
Media
12 WHO
Health
Organization.
Child
Growth
2013.
Standards,
Length/Height for Age: Methods and Development. Geneva: Department of
12. Lestari Wanda.Faktor risiko stunting pada
Of
Indonesiana 45 Nomor 3. 2011 ; 20615. World
11. Almatsier, S. Prinsip dasar ilmu gizi.
factors
umur
Kecamatan
6-24
bulan
Penanggalan
di
Nutrition for Health and Development. 16. Sirajuddin , Abdullah Tamrin,
Rudy
Kota
Hartono, Manjilala. Pengaruh Paparan
Subulussalam Propinsi Aceh (Tesis).
Asap Rokok Tehadap Kejadian Berat
Semarang:
Badan Lahir Bayi Di Sulawesi Selatan
Universitas
Diponegoro;
2013. p. 36-59 13. Paudel R, Pradhan B, Wagle, Pahari,
, Jurnal Media Gizi Pangan, Vol. XI, Edisi 1, Januari – Juni Tahun 2011
Onta SR. Risk Factors For Stunting Among Children : a Community Based
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
47
RISK FACTORS OF CHRONIC ENERGY DEFICIENCY AMONG PREGNANT WOMAN IN NORTH GORONTALO DISTRICT, INDONESIA FAKTOR RISIKO KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK PADA IBU HAMIL DI KABUPATEN GORONTALO UTARA, INDONESIA 1
RIFA’I ALI 1, ZUL ADHAYANI ARDA 1, SRI WAHYUNINGSIH HARUN 1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT
Background: Chronic Energy Deficiency (CED) is the condition of someone who suffered from malnutrition (Calories and Protein) lasted long marked weight <40 kg with upper arm circumference level <23,5 cm. The purpose of study was to determine the relationship between maternal employment, education, mother's age, birth distance, and parity of chronic energy deficiency among pregnant woman at North Gorontalo District in 2016. Method: This research uses observational analytic with case control study design. The sample in this research is 690 pregnant women. Case groups consisted of 345 pregnant women who experienced CED, and control group consisted of 345 pregnant women who did not experience CED. The sampling technique used was purposive sampling. Results: The study result showed that maternal employment (OR=1,247; 95% CI; 0,695-2,235) is risk factor for CED but not significantly. Mother age (OR=1,409; 95% CI;1,017-1,951) is significant risk factor for CED. For maternal education (OR=0,922), birth distance (OR=0,686) and parity (OR=0,952) were protective factors for CED. Conclusion: Occupation and mother age were risk factors of chronic energy deficiency. It is recomended to make cross-sectoral and cross-program involvement to reduce CED prevalence and maternal mortality rate. Keywords : CED, occupation, education, mother's age, birth distance, parity Pendahuluan : Kurang Energi Kronik (KEK) adalah keadaan seseorang yang mengalami kekurangan gizi (Kalori dan Protein) yang berlangsung lama ditandai berat badan <40 kg dengan LILA < 23,5 cm. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan, pendidikan, usia ibu, jarak kelahiran, dan paritas terhadap kejadian kekurangan energi kronik pada ibu hamil di wilayah kabupaten gorontalo utara tahun 2016. Metode: Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain case control. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 690 ibu hamil. Kelompok kasus sebnayak 345 ibu hamil yang mengalami KEK dan kelompok kontrol sebanyak 345 ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan ibu (OR=1,247; 95% CI; 0,6952,235) dan) merupakan faktor risiko kejadian KEK tetapi tidak signifikan. Untuk variabel umur ibu (OR=1,409; 95% CI;1,017-1,951) merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian KEK. Sedangkan pendidikan ibu (OR=0,922), jarak kelahiran (OR=0,686) dan paritas (OR=0,952) merupakan faktor protektif terhadap kejadian KEK. Kesimpulan: Pekerjaan dan usia ibu merupakan faktor risiko kejadian KEK. Perlu keterlibatan lintas sektor dan lintas program untuk menurunkan prevalensi KEK dan angka kematian ibu. . Kata Kunci: KEK, pekerjaan, pendidikan, usia ibu, jarak kelahiran, paritas
A. PENDAHULUAN
(KEK) yaitu suatu keadaan dimana ibu
Salah satu masalah gizi pada ibu
hamil menderita kekurangan makanan
hamil adalah Kekurangan Energi Kronik
yang berlangsung lama (kronik) disertai
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
48
tim bulnya berbagai gangguan kesehatan
sesudah melahirkan, dan biasanya saat
pada
persalinan ibu juga kekurangan tenaga
ibu
hamil
(1).
Secara
global
prevalensi anemia pada wanita usia 15-
untuk
49 tahun sebesar 29% dan prevalensi
dengan cara operasi cenderung tinggi bagi
anemia tertinggi terdapat di Negara SEA
ibu hamil yang kekurangan nutrisi (5).
Region sebesar 42% serta di Negara
mengejan
Di
sehingga
Indonesia
persalinan
prevalensi
wanita
Amerika sebesar 17%. Proporsi wanita
KEK umur 15-49 tahun sebanyak 24,2%.
hamil yang kekurangan gizi, sekitar 50%
Prevalensi risiko KEK tertinggi terdapat di
dari wanita hamil di Negara berkembang
Provinsi Nusa Tenggara Timur (45,5%)
menderita
dan
anemia
(2).
Berdasarkan
prevalensi
terendah
terdapat
di
penelitian di Delhi, India bahwa, hampir
Provinsi Bali (10,1%) (4). Berdasarkan
80% dari 334 wanita menerima beberapa
data Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo
bentuk
diketahui
pemanfaatan
pelayanan
bahwa
ibu
hamil
yang
pada
tahun
2014
dan
tahun
2015
pemeriksaan kehamilan (antenatal care)
mengalami
KEK
yang tidak memadai. Hal ini disebabkan
berjumlah
13,1%
karena kemiskinan, buta huruf serta
berjumlah
kurangnya
peningkatan tapi masih rendah dibanding
konsumsi
protein
dan
mikronutrien seperti zat besi, kalsium,
14,2%,
mengalami
target nasional AKI dan AKB (6).
vitamin A, vitamin C, tiamin, riboflavin
Berdasarkan
data
dari
Dinas
niasin, seng dan vitamin B12 pada wanita
Kesehatan Kabupaten Gorontalo Utara
hamil tersebut (3).
jumlah ibu hamil yamg mengalami KEK
Indikator untuk menggambarkan
mengalami peningkatan yang signifikan
adanya risiko Kekurangan Energi Kronik
yaitu pada tahun 2014 berjumlah 281
(KEK) dalam kaitannya dengan kesehatan
orang (13,43%), tahun 2015 berjumlah
reproduksi pada wanita hamil dan WUS
331 orang (14,4%) dan pada tahun 2016
digunakan ambang batas nilai rerata
berjumlah 345 orang (14,66%) (7). Berdasarkan
Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm (4). Ibu
hamil
yang
mengalami
KEK
masalah
tersebut,
belakang
peneliti
ingin
tentang
Faktor
diperkirakan akan melahirkan bayi dalam
melakukan
kondisi BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah)
risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK)
dan bayi yang dalam kondisi beratnya
pada wanita hamil di Kabuaten Gorontalo
kurang
Utara.
akan
mempunyai
risiko-risiko
penelitian
latar
yang fatal misalnya: gizi kurang pada bayi, kematian bayi, gangguan terhadap
B. BAHAN DAN METODE
pertumbuhan anak dan juga gangguan
Desain Penelitian
terhadap perkembangan fisik maupun
Jenis penelitian yang digunakan
perkembangan otak anak. Dampak saat
observasional analitik dengan rancangan
Persalinan
kasus kontrol (Case Control Study).
Ibu
dengan
kondisi
kekurangan nutrisi berisiko persalinan sulit atau lama, melahirkan bayi dalam
Populasi dan Sampel Populasi
pada
penelitian
ini
kondisi premature (lahir belum cukup
adalah seluruh ibu yang mengalami KEK
bulan), terjadinya perdarahan pada ibu
yang terdaftar di seluruh puskesmas yang
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
49
ada di Kabupaten Gorontalo Utara pada
Variabel independen adalah pekerjaan
tahun 2016 yang berjumlah 2.954 ibu
ibu, pendidikan ibu, umur ibu, jarak
hamil. Sampel kasus adalah ibu hamil
kelahiran,
yang
dikumpulkan dari catatan rekam medik
menderita
KEK
di
Kabupaten
dan
paritas.
Data
Gorontalo Utara sebanyak 345 orang.
ibu hamil
Sedangkan sampel kontrol adalah ibu
menggunakan lembar observasi.
hamil
Analisis Data
yang
tidak
menderita
KEK
di
Kabupaten Gorontalo Utara sebanyak 345
dan hasil wawancara dengan
Penelitian
ini
menggunakan
orang. Teknik pengambilan sampel yang
analisis univariat dan analisis bivaiat.
digunakan
Analisis
dimana
yaitu
purposive
sampel
dipilih
sampling berdasarkan
univariat
menjelaskan
bertujuan
atau
untuk
mendeskripsikan
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
karakteristik setiap variabel penelitian (8).
peneliti.
Sedangkan analisis bivariat digunakan
Variabel Penelitian
untuk
Variabel penelitian Kekurangan
dependen
ini
adalah
Energi
Kronik
dalam kejadian (KEK).
menganalisa
risiko
variabel berdasarkan
antara
2
hipotesis. Untuk
menguji hipotesis tersebut menggunakan uji Odds Ratio (OR)
Tabel 1. Faktor Risiko Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Kabupaten Gorontalo Utara Tahun 2016 KEK OR 95% CI Variabel Independen Total Kasus Kontrol (LL – UL) 1. Pekerjaan Ibu 1,247 a. Risiko Tinggi 27 (7,8%) 22 (6,4%) 49 (7,1%) (0,695 – b. Risiko Rendah 318 (92,2%) 323 (93,6%) 641 (92,9%) 2,235) 2. Pendidikan Ibu 0,922 a. Risiko Tinggi 176 (51,0%) 183 (53,0%) 359 (52,0%) (0,684 – b. Risiko Rendah 169 (49,0%) 162 (47,0%) 331 (48,0%) 1,243) 3. Usia Ibu 1,409 a. Risiko Tinggi 118 (34,2%) 93 (27,0%) 211 (30,6%) (1,017 – b. Risiko Rendah 227 (65,8%) 252 (73,0%) 479 (69,4%) 1,951) 4. Jarak Kelahiran 0,686 a. Risiko Tinggi 318 (92,2%) 326 (94,5%) 644 (93,3%) (0,374 – b. Risiko Rendah 27 (7,8%) 19 (5,5%) 46 (6,7%) 1,259) 5. Paritas 0,952 a. Risiko Tinggi 213 (61,7%) 217 (62,9%) 430 (62,3%) (0,700 – b. Risiko Rendah 132 (38,3%) 128 (37,1%) 260 (37,7%) 1,295) Pekerjaan ibu yang dimaksud C. HASIL Penelitian
dalam penelitian ini adalah aktifitas ibu ini
dilaksanakan
di
atau
responden
sehari-hari
untuk
seluruh wilayah kerja puskesmas yang
memenuhi kebutuhan hidup. Responden
berada di Kabupaten Gorontalo Utara.
yang memiliki risiko rendah dari segi
Hasil
bahwa
pekerjaan sebanyak 641 orang (92,9%).
distribusi responden menurut kelompok
Hasil uji statistik dengan odds rasio
umur adalah paling banyak responden
menunjukkan
berumur 20-24 tahun yaitu sebanyak 296
merupakan
orang (42,9%).
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
Analisis Bivariat
ibu hamil dengan nilai OR = 1,247, tetapi
penelitian
menunjukkan
bahwa faktor
pekerjaan risiko
ibu
terjadinya
tidak signifikan karena nilai Lower Limit http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
50
(LL)= 0,695 - Upper Limit (UL)= 2,235
protektif terhadap terjadinya KEK dengan
mengandung nilai 1 (Tabel 1).
nilai OR = 0,952 (Tabel 1).
Responden yang memiliki tingkat pendidikan sebanyak
≤
SLTP
359
(risiko
responden
tinggi)
(52%),
D. PEMBAHASAN
176
Pekerjaan dalam arti luas adalah
responden diantaranya menderita KEK.
aktivitas
Hasil uji statistik
manusia.
menunjukkan bukan
dengan
bahwa
merupakan
odds rasio
pendidikan
faktor
risiko
utama
yang
Dalam
arti
dilakukan sempit,
oleh istilah
ibu
pekerjaan digunakan untuk suatu tugas
atau
atau kerja yang menghasilkan uang bagi
faktor protektif terjadinya KEK dengan
seseorang, khususnya seorang ibu.
nilai OR = 0,922 (Tabel 1).
Hasil penelitian ini menunjukkan
Usia ibu yang dimaksud dalam
bahwa pekerjaan ibu merupakan faktor
penelitian ini adalah usia responden saat
risiko terjadinya KEK (OR=1,247), namun
datang
kehamilannya.
tidak signifikan. Penelitian ini sejalan
Responden yang berusia 20-35 tahun
dengan penelitian yang dilakukan oleh
(risiko rendah) sebanyak 479 responden
Mahirawati (2014) yang menunjukkan
(69,4%), 252 diantaranya tidak menderita
bahwa risiko kejadian KEK lebih banyak
KEK. Hasil uji statistik dengan odds rasio
dijumpai pada ibu hamil yang tidak
menunjukkan bahwa usia ibu merupakan
bekerja
faktor risiko yag signifkan terjadinya KEK
penelitian
pada ibu hamil dengan nilai OR = 1,409.
diperoleh bahwa ada hubungan pekerjaan
Artinya, ibu yang berusia <20 tahun atau
dengan kejadian KEK pada ibu hamil di
>35 tahun berisiko 1,409 kali lebih besar
Kabupaten Banjarnegara (10).
memeriksakan
untuk menderita KEK dibandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun (Tabel 1). <
2
tahun
(risiko
Serta
didukung
Surasih
(2005),
oleh
dimana
Pekerjaan juga merupakan salah satu gambaran status ekonomi keluarga.
Responden yang memiliki jarak kelahiran
(9).
tinggi)
Pekerjaan mempunyai peran yang penting terutama
dalam
memberikan
efek
sebanyak 644 responden (93,3%), 318
terhadap taraf hidup mereka. Dimana
responden diantaranya menderita KEK.
dengan
Hasil uji statistik
memperoleh
menunjukkan bukan
dengan
bahwa
merupakan
odds rasio
jarak
faktor
kelahiran
risiko
atau
faktor protektif terhadap terjadinya KEK dengan nilai OR = 0,686 (Tabel 1).
pekerjaan
pendapatan
dalam
keluarga
430 responden (62,3%), 213 responden
anggota
diantaranya menderita KEK. Hasil uji
pendidikan
statistik
perubahan
menunjukkan merupakan
bahwa
faktor
paritas
risiko
atau
termasuk
rasio
gizi
dan
pendidikan
secara
langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi
odds
akan
kesehatan.
0 atau ≥ 3 anak (risiko tinggi) sebanyak
dengan
yang
akan
digunakan untuk mencukupi kebutuhan
Tingkat
Responden yang memiliki paritas
mereka
pola
keluarga
hidupnya
sehari-hari,
juga perilaku.
dan faktor
mengakibatkan Semakin
tinggi
bukan
tingkat pendidikan seseorang maka akan
faktor
semakin
muda
menerima
informasi
sehingga semakin bnayak pengetahuan http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
51
yang dimiliki.
diasumsikan sebagai semakin berumur
Hasil penelitian ini menunujukkan
semakin
banyak
pengalaman
bahwa pendidikan ibu bukan merupakan
pengetahuan
faktor risiko terjadinya KEK (OR= 0,922).
berusia < 20 atau >35 tahun, mempunyai
Hasil
risiko yang tinggi untuk hamil karena
penelitian
ini
didukung
oleh
penelitian yang dilakukan oleh Hafifah
dapat
Wijayanti (2016) yang menyatakan tidak
hamil
ada
mengalami
hubungan
pendidikan
dengan
kejadian KEK pada ibu hamil (11). rendahnya
membahayakan maupun
Wanita
yang
kesehatan
janinnya,
pendarahan
ibu
berisiko
dan
dapat
menyebabkan ibu mengalami kekurangan
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan
seseorang.
dan
pengetahuan
energi
kronik.
mempengaruhi
Usia
ibu
timbulnya
dapat
kekurangan
masyarakat tentang kekurangan energi
energi kronik yaitu semakin rendah usia
kronik
ibu semakin rendah Hemoglobinnya.
itu
sendiri.
pengetahuan
seorang
Kurangnya ibu
tentang
Jarak
perilaku yang akan diterapkan dalam
kehamilan berikutnya. Jarak kelahiran
keluarga, dalam hal ini perilaku makan
yang terlalu dekat dapat menyebabkan
yang sesuai dengan anjuran gizi.
terjadinya kekurangan energi kronik. Hal
dilahirkan penelitian
waktu
sampai yang
ibu
sampai
waktu
sejak
adalah
hamil
adalah
kesehatan dapat berpengaruh terhadap
Usia
ibu
kelahiran
terjadinya
sejak
ini dikarenakan kondisi ibu masih belum
dilaksanakannya
pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat
dinyatakan
dengan
gizi
belum
optimal,
sudah
harus
tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan
memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang
bahwa usia ibu merupakan faktor risiko
dikandung.
yang signifikan terhadap terjadinya KEK (OR=1,409).
Artinya,
ibu
hamil
Hasil penelitian ini menunjukkan
yang
bahwa jarak kelahiran bukan merupakan
berusia < 20 atau >35 tahun mempunyai
faktor risiko terjadinya KEK (OR=0,686).
risiko sebesar 1,457 tehadap kekurangan
Yang
energi kronik dibandingkan ibu hamil
merupakan
yang berusia 20-35 Tahun.
kejadian kekurangan energi kronik pada
Hasil ini sesuai dengan penelitian Mulyaningrum
(2009),
tentang
faktor-
berarti
jarak
faktor
kelahiran
protektif
ibu
terhadap
ibu hamil. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
faktor yang berhubungan dengan risiko
Handayani
kurang energi kronis (KEK) pada ibu
menyatakan bahwa ada hubungan antara
hamil di provinsi DKI Jakarta, yang
jarak kelahiran dengan kejadian KEK
menunjukkan bahwa ibu hamil
yang
(13). Jarak melahirkan yang terlalu dekat
berumur kurang dari 20 tahun memiliki
(< 2 tahun) akan menyebabkan kualitas
risiko KEK yang lebih tinggi, bahkan ibu
janin atau anak yang rendah dan juga
hamil yang umurnya terlalu muda dapat
akan merugikan kesehatan ibu. Jarak
meningkatkan
melahirkan
risiko
KEK
secara
bermakna (12). Umur
dan
yang
menyebabkan berhubungan
dengan
kurang energi kronik karena umur dapat http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
kesempatan tubuhnya
Suci
(2011)
terlalu
ibu
tidak
untuk sendiri
dekat
yang
akan
memperoleh memperbaiki
dimana
ibu
52
memerlukan energi yang cukup untuk
hamil atau pada masa 1000 hari pertama
memulihkan keadaan setelah melahirkan
kehidupan disamping itu upaya lintas
anaknya (14).
sektoral
Paritas adalah jumlah anak yang
yaitu
berupan
pengadaan
intervensi lapangan
sensitive kerja
dan
telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
peningkatan
keterampilan
lahir hidup maupun lahir mati. Seorang
meningkatkan
pendapatan
ibu yang sering melahirkan mempunyai
Selanjutnya diperlukan penelitian tentang
risiko
tingkat pengetahuan dan sikap ibu terkait
mengalami
kronik
pada
kekurangan
kehamilan
energi
berikutnya
dengan
stunting
keluarga.
untuk
mengetahui
apabila tidak memperhatikan kebutuhan
bagaimana
nutrisi. Hasil penelitian ini menunjukkan
sikap ibu terhadap kejadian stunting
bahwa paritas bukan merupakan faktor
tingkat
untuk
Pekerjaan
pengetahuan
ibu
dan
usia
merupakan
berarti paritas ibu merupakan faktor
kejadian
protektif terhadap kejadian kekurangan
Akan tetapi hanya variabel usia ibu yang
energi kronik pada ibu hamil.
memiliki
ini
sejalan
dengan
dengan
risiko
ibu
risiko terjadinya KEK (OR=0,952). Yang
Penelitian
faktor
dan
Kekurangan
Energi
hubungan kejadian
terhadap
yang KEK.
Untuk
yang
mempersiapkan diri dalam menghadapi
tidak
ada
hubungan antara paritas dengan kejadian
kehamilannya
KEK
prevalensi kejadian KEK.
(13).
Pada
paritas
>3
dapat
agar
hamil
itu
disarankan
bahwa
ibu
signifikan
penelitian Handayani dan Suci (2011) menyatakan
kepada
Kronik.
dapat
untuk
menekan
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan, seperti meningkatkan risiko terjadinya
kematian
janin
F. UCAPAN TERIMA KASIH
didalam
Puji syukur kehadira Allah SWT
kandungan dan perdarahan sebelum dan
atas petunjuk dan rahmatNya. Ucapan
setelah
2-3
terima kasih kepada seluruh pihak yang
merupakn paritas paling aman ditinjau
telah membantu dalam penelitian sampai
dari sudut kematian maternal, pariras >3
jurnal ini terpublikasi.
melahirkan.
mempunyai
angka
Paritas
kematian
maternal
yang lebih tinggi. Kecenderungan bahwa
G. DAFTAR PUSTAKA
semakin banyak jumlah paritas maka
1.
akan
semakin
tinggi
angka
kejadian
Furqi, A.N. 2016. Faktor-faktor yang Berhubugan
kekurangan energi kronik
dengan
Kejadian
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada Ibu Hamil di Puskesmas Halmahera
E. KESIMPULAN
Semarang.
Pendapatan dan berat badan lahir yang
kurang
dari
2500
gr
memiliki
eprints.dinus.ac.id.
Maret 2017]. 2.
WHO.
2011.
Prevention
hubungan dengan kejadian stunting pada
Deficiency
anak
http//www.who.int.
usia
24-59
bulan.
Dari
hasil
penelitian ini dapat disarankan bahwa pentingnya
upaya
pemeliharaan
kesehatan dan asupan gizi ibu pada saat http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
[16
Anaemia
In [
Of
Irion
Adolescent. 09
Januari
2017]. 3.
Devasenapathy, et,al. 2015. Antenatal Care
(ANC)
Utilization,
Dietary
53
Practices and Nutritional Outcomes In pregnant
4.
5.
and
Recently
Delivered
pada
India: An Exploratory Cross Sectional
Banjarnegara.
Study.
Universitas Negeri Semarang.
Journal
International
Of
di
Kabupaten
Skripsi.
Semarang.
Kemenkes, RI. 2013. Riset Kesehatan
faktor
Dasar
Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada
(Riskesdas)
2013.
Jakarta:
Hafifah.
yang
Faktor-
Berhubungan
dengan
Ibu
Firdaus. 2014. Dampak Kekurangan
Bantul, Yogyakarta. Program Studi
Gizi
Kehamilan.
Bidan Pendidik Jenjang Diploma IV.
http://www.firdaus45.com/2014/12/
Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas
dampak-kekurangan-gizi-saat-
‗Aisyiyah Yogyakarta.
saat
Hamil
2016.
Kemenkes RI.
di
Puskesmas Jetis II
12. Mulyaningrum.
2014.
Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah
Kesehatan
Provinsi
Dinas
Ibu
Hubungan
Faktor
Profil
Risiko
2009.
Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo.
Hamil
dengan
(BBLR) Di Rumah Sakit Umum Barru. Kesehatan
Kabupaten
Gorontalo
Utara.
Kesehatan
Kabupaten
2015.
Profil
Gorontalo
Media Gizi Pangan, Vol. VII, No.1. 13. Handayani dan Suci Budianingrum.
2011.
Analisis
Mempengaruhi
Notoatmodjo, Metodelogi
Soekidjo. Penelitian
2005.
Kesehatan.
Jakarta: Rhineke Cipta. 9.
hamil
11. Wijayanti,
Utara. 8.
ibu
Reproductive Health, Biomed Central.
Gorontalo. 7.
berhubungan dengan kejadian KEK
Women in in Urban Slums of Delhi,
kehamilan.html. [20 Maret 2017]. 6.
10. Surasih, H. 2005. Faktor-faktor yang
Faktor
yang
Kekurangan
Energi
Kronis pada Ibu Hamil di wilayah Puskesmas Klaten. 14. Baliwati,
Yayuk
Farida.
2004.
Mahirawati, Vita K. 2014. Related
Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta:
Factors of Chronic Energy Deficiency
Penebar Swadaya
at Pregnant Woman in Kamoning and Tambelangan Sub District, Sampang District, West Java, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan Vol. 17 No. 2 April 2014: 193–202.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
54
RELATED OCCUPATION, EDUCATION AND PARITY WITH CHRONIC ENERGY DEFICIENCY (CEC) OF PREGNANT WOMEN AT BIRU HEALTH CENTER HUBUNGAN PEKERJAAN, PENDIDIKAN DAN PARITAS DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BIRU 1Akademi
MUSNI 1, ST. MALKA1 Kebidanan Batari Toja Watampone, Kab.Bone, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT
Background and objective: Pregnant women with experiencing chronic energy deficiency will bring impact to the health, mothers and babies safety, and the quality of the baby born. The nutritional status of woman be affected occupation, education, and women‘s socio economic status. To analyzing the relationship of education, occupation, and parity with chronic energy deficiency on pregnant women. Method: The study used analytical survey method with cross sectional approach. The population is all of pregnancy woman in the Primary Health Center Biru region. The Sampling technique in total sampling and total samples 320 respondents. Analyzing is using statistic Chi Square test with α=0,05. Result: There was positive correlation between occupation (p value 0,010) and education (p value 0,002) with chronic energy deficiency on pregnant women, nothing correlation between parity of pregnant women (p value 0,190) with chronic energy deficiency on pregnant women. Conclusion: Increase the public knowledge especially for mothers about the importance of nutrition during pregnancy greatly affect the life of children. Keywords : pregnant women, chronic energy deficiency (CED) Pendahuluan dan tujuan: Ibu hamil yang mengalami KEK akan berdampak terhadap kesehatan, keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi yang dilahirkan. Status gizi ibu dipengaruhi oleh pekerjaan, pendidikan dan Status Ekonomi ibu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pekerjaan, pendidikan dan paritas dengan KEK pada ibu hamil di Puskesmas Biru. Metode: Metode survey analitic dengan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Biru.Teknik pengambilan sampel secara total sampling dengan jumlah sampel 320 orang. Analisis data menggunakan uji statistik Chi Square dengan α=0,05. Hasil: ada hubungan antara pekerjaan (p value 0,10) dan pendidikan (p value 0,002) dengan KEK pada ibu hamil, tidak ada hubungan antara paritas (p value 0,190) dengan KEK pada ibu hamil. Kesimpulan: upaya peningkatan pengetahuan masyarakat khususnya kepada ibu-ibu tentang pentingnya status gizi selama kehamilan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak. Kata Kunci: Ibu Hamil, Kekurangan Enegi Kronik (KEK)
A. PENDAHULUAN Kehamilan paling
adalah
yang dikandung juga akan sehat (1).
akan
menyebabkan risiko dan komplikasi pada
ditentukan. Dalam keadaan hamil banyak
ibu antara lain: anemia, pendarahan,
hal yang harus diperhatikan baik untuk
berat badan ibu tidak bertambah secara
ibu
normal, dan terkena penyakit infeksi.
atau
untuk
wanita
yang
Gizi kurang pada ibu hamil dapat
kualitas
bagi
masa
karena
disinalh
penting
dikandung. Dari ibu yang sehat dan bayi
seorang
bayi
anak
yang
sedang
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
55
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat
tahun adalah sebanyak 21,4% yang hamil
mempengaruhi
proses
pertumbuhan
dan 13,6% yang tidak hamil. Hal ini
janin
dapat
menimbulkan
menunjukkan proporsi WUS (Wanita Usia
dan
keguguran,
abortus,
bayi
lahir
mati,
Subur)
resiko
KEK
mengalami
kematian neonatal, cacat bawaan, anemia
peningkatan dalam kurun waktu selama
pada bayi, asfiksia intra partum, lahir
7 tahun. Enam belas provinsi dengan
dengan berat badan lahir rendan (BBLR)
prevalensi resiko KEK diatas nasional,
(1).
yaitu Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Kehamilan
meningkatnya
menyebabkan metabolisme
energi,
Banten, Kalimantan Selatan, Aceh, DI Yogyakarta,
Nusa
karena itu kebutuhan energi dan zat gizi
Sulawesi
Selatan,
lainnya
Maluku
Utara,
meningkat
selama
Tenggara Sulawesi
Barat, Tengah,
SulawesiTenggara,
kehamilan.Peningkatan energi dan zat gizi
Sulawesi Barat, Papua Barat, Maluku,
tersebut diperlukan untuk pertumbuhan
Papua dan Nusa Tenggara Timur (4).
dan perkembangan janin, pertambahan besar
organ
kandungan,
perubahan
Berdasarkan data yang diperoleh di Dinas kesehatan Kabupaten Bone pada
komposisi dan metabolisme tubuh ibu.
tahun 2013 sebanyak
Bila status gizi ibu kurang maka ibu
mengalami Kekurangan Energi
hamil
(KEK), pada tahun 2014 terdapat 530 ibu
akan
mengalami
masalah
gizi
yang
dan anemia gizi. Kehamilan yang berjarak
Kronis
kurang
mengalami penurunan yaitu terdapat 466
setahun
dari
kehamilan
(KEK)
dan
sebelumnya akan menguras cadangan
yang
zat-zat gizi, pertumbuhan janin mungkin
Kronis (KEK) (5).
mengalami
dapat dilindungi namun kesehatan ibu dapat menurun (2). dipengaruhi
oleh
keadaan
tahun
Kekurangan
Biru,
Energi 2015 Energi
data ibu
UPTD
hamil
yang
menderita KEK meningkat dari 50 orang
dan
pada tahun 2015 meningkat menjadi 61
ekonomi ibu sebelum hamil, keadaan
orang pada tahun 2016 (6). Berdasarkan
kesehatan dan gizi ibu, jarak kelahiran
dari data tersebut peneliti merasa perlu
yang
melakukan penelitian untuk mengetahui
dikandung,
paritas,
sosial
pada
Berdasarkan Puskesmas
Status gizi ibu sewaktu konsepsi
Kekurangan
Kronis
seperti Kekurangan Energi Kronis (KEK) dari
mengalami
396 ibu yang
dan
usia
kehamilan pertama (3). Berdasarkan
Hubungan data
Riskesdas
pekerjaan,
pendidikan
dan
paritas dengan KEK pada ibu hamil
tahun 2013, proporsi wanita usia subur resiko KEK usia 15-19 tahun yang hamil
B. BAHAN DAN METODE
sebanyak 38,5% dan yang tidak hamil
Jenis penelitian ini adalah analitik
sebanyak 46,6%. Pada usia 20-24 tahun
dengan desain cross sectional. Penelitian
adalah sebanyak 30,1% yang hamil dan
ini
yang tidak hamil sebanyak 30,6%. Selain
Kab.Bone pada bulan November 2017.
itu,
pada
usia
25-29
tahun
dilakukan
adalah
Populasi
sebanyak 20,9% yang hamil dan 19,3%
adalah
yang tidak hamil. Serta pada usia 30-34
berkunjung
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
di
pada
seluruh di
Puskesmas
ibu
penelitian hamil
Puskesmas
Biru
Biru ini yang pada
56
tahun 2016. Teknik pengambilan sampel
2. Hubungan Pendidikan dengan KEK
yang digunakan adalah total sampling yaitu
jumlah
populasi
sama
dengan
jumlah sampel. Adapun besar sampel pada penelitian ini yaitu 320 ibu hamil. Data yang digunakan adalah data
pada ibu hamil Tabel 2. Hubungan Pendidikan dengan KEK pada Ibu Hamil di Puskesmas Biru
sekunder. Data mengenai karakteristik
SD
pribadi, pendidikan, pekerjaan, paritas,
SMP
dan LILA ibu hamil, diperoleh dari buku
Status Gizi
Tingkat Pendidikan
Normal n % 112
program
data
yang
digunakan
18
dengan
SPSS
menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat
kepercayan
95%
(p<0,05)
untuk melihat hubungan antara dua variabel
yaitu
variabel
dependen
dengan variabel independen)
dengan
KEK
pada ibu hamil Tabel 1. Hubungan Pekerjaan dengan KEK pada Ibu Hamil di Puskesmas Biru Pekerjaan
Status Gizi Normal n % 3 0,9
Bekerja Tidak Bekerja Total
256 80
Total
KEK N % 4 1,3
N 7
% 2,2
57 17,8 313
97,8
259 80,9 61 19,1 320
100
P Value 0.010
yang paling sedikit adalah yang memiliki status gizi normal dan bekerja yaitu 3 (0,9 %) dan
responden
paling
banyak yang memiliki status gizi normal dan tidak bekerja yaitu 256 responden (80 %). Dari hasil analisi statistik p=0,010 (p<0,05)
yang
berarti
ada
6,3 132
41,3
SMA PT Total
9,1
144
45
32
10
9
2.8
41
12,8
0
0
3
0,9
3
0,9
259
80,9 61 19,1 320
100
Berdasarkan tabel 2. Tidak ada responden normal
yang pada
memiliki
status
gizi
tingkat
pendidikan
Perguruan Tinggi dan 3 orang (0,9%) yang mengalami
KEK.
Responden
dengan
KEK
sebanyak
29
orang
(9,1%) dan status gizi normal 115 orang (35,
9%).
p=0,002
Dari
hasil
(p<0,05)
hubungan
analisi
yang
antara
statistik
berarti
pendidikan
ada
dengan
KEK pada ibu hamil di Puskesmas Biru 3. Hubungan Paritas Dengan KEK pada ibu hamil Tabel 3. Hubungan Paritas dengan KEK pada Ibu Hamil di Puskesmas Biru
Berdasarkan tabel 1. Responden
orang
20
%
35,9 29
mengalami Pekerjaan
35
n
tingkat pendidikan SMP paling banyak
C. HASIL 1. Hubungan
KEK N %
0.002 115
register Puskesmas Biru. Analisis
P Value
Total
hubungan
antara pekerjaan responden dengan KEK pada ibu hamil di Puskesmas Biru.
Paritas
Status Gizi Total Normal KEK n % n % N % Paritas 1-3 218 68,1 44 13,8 262 81,9 Paritas >3
41
12,8
Total
259 80,9
17
5,3
58
18,1
61 19,1 320
100
P Value 0,190
Berdasarkan tabel 3. Responden dengan paritas 1-3 paling banyak yang memiliki status gizi normal yaitu 218 orang (68,1%) dan yang mengalami KEK sebanyak 44 orang (13,8%), responden yang paling sedikit yaitu yang mengalami KEK dengan paritas >4 sebanyak 17 orang (5,3%). Dari hasil analisi statistik p=0,190 (p<0,05) yang berarti tidak ada
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
57
hubungan antara paritas dengan KEK
upaya
pengajaran
pada ibu hamil di Puskesmas Biru.
Pendidikan
dan
formal
pendidikan
yang
pendidikan.
adalah
jalur
berstruktur
dan
D. PEMBAHASAN
berjenjang yang terdiri atas pendidikan
1. Hubungan pekerjaan dengan KEK
dasar,
pada ibu hamil
pendidikan
menengah,
dan
pendidikan tinggi. Dengan pendidikan
Ibu hamil yang bekerja mempunyai
tinggi maka seseorang akan cenderung
waktu lebih sedikit dalam menyiapkan
mendapatkan informasi baik dari orang
makanan yang berpengaruh pada jumlah
lain maupun media. Sebaliknya tingkat
makanan
pendidikan
yang
dikonsumsi
sehingga
yang
kurang
akan
berpengaruh pada status gizi ibu hamil
menghambat perkembangan dan sikap
(7). Kegiatan fisik atau beban pekerjaan
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru
dibagi menjadi 4 derajat yaitu: kegiatan
diperkenalkan.
ringan, sedang, berat dan sangat berat . Kegiatan
ringan
meliputi
belakang
pendidikan
rumah
seseorang merupakan salah satu unsur
tangga dan kegiatan sedang, berat dan
penting yang dapat mempengaruhi status
sangat berat terdiri dari ibu yang bekerja.
kesehatan dan gizi, karena seringkali
Beban pekerjaan pada ibu hamil dapat
masalah
menambah pengeluaran energy sehingga
karena
asupan
banyak
informasi tentang kesehatan dan gizi yang
dibutuhkan dibanding ibu hamil yang
memadai. Pendidikan formal dari ibu
tidak bekerja. Apabila kebutuhan
sering
makanan
ibu
Latar
lebih
sesuai asupan energy
tidak
yang dibutuhkan
kesehatan
dan
ketidaktahuan
kali
gizi atau
mempunyai
timbul kurang
asosiasi
yang
positif dengan pengembangan pola-pola
dapat menyebabkan kurang gizi pada ibu
konsumsi
hamil (8).
Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu
Berdasarkan hasil penelitian, dari
makanan
dalam
keluarga.
maka semakin baik pengetahuan gizi dan
7 ibu hamil yang bekerja 4 diantanya
semakin
menderita KEK. Dari hasil analisis uji
jumlah
statistik
dikonsumsi. Dari hasil penelitian semua
p=0,01
yang
berarti
ada
diperhitungkan makanan
hubungan antara pekerjaan dengan KEK
ibu
pada
ini
pendidikan
selaras dengan penelitian Vita Kartika M
mengalami
di
jumlah
ibu
hamil.
Hasil
Puskesmas
penelitian
Kamoning
dan
yang
yang
hamil
jenis
serta
dipilih
untuk
dengan
perguruan KEK,
hal
responden
tingkat
tinggi ini
yang
(PT)
disebabkan sedikit
pada
Tambelangan (2013) yang menyatakan
pendidikan tinggi hanya 3 orang (0,9%),
ada hubungan antara pekerjaan dengan
namun
KEK pada ibu hamil (9).
menderita
2. Hubungan Pendidikan dengan KEK
tingkat pendidikan dasar yaitu SD dan
pada ibu hamil Pendidikan pengubahan
sikap
demikian KEK
ibu
hamil
yang
paling
banyak
pada
SMP. Dari hasil analisis statistik p=0,002 adalah dan
proses
(p<0,05)
yang
berarti
ada
hubungan
perilaku
antara pendidikan dengan KEK pada ibu
seseorang atau kelompok orang dalam
hamil di Puskesmas Biru. Hasil Penelitian
usaha mendewasakan manusia melalui
ini selaras dengan penenilitian Sri H dan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
58
Suci B di Puskesmas Wedi Klaten (2011)
E. KESIMPULAN
dan Siti (2004) yang menyatakan bahwa
Berdasarkan penelitian yang telah
ada pengaruh antara pendidikan dengan
dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
KEK pada Ibu Hamil (10).
hubungan
3. Hubungan paritas dengan KEK pada
pendidikan dengan KEK pada ibu hamil,
ibu hamil
Tidak
Paritas
adalah
status
seorang
wanita sehubungan dengan jumlah anak
antara
ada
dengan
pekerjaan
hubungan
KEK
antara
pada
ibu
dan paritas
hamil
di
Puskesmas Biru
yang pernah dilahirkan. Paritas yang termasuk
dalam
faktor
resiko
tinggi
dalam kehamilan adalah grademultipara, dimana
ini
dapat
Perkenankan
Penulis
menimbulkan
mengucapkan terimakasih kepada Ketua
keadaan mempengaruhi optimalisasi ibu
Yayasan Makassar Indonesia, Direktur ,
maupun janin pada kehamilan
yang
Dosen, Staf, dan Mahasiswa Akbid Batari
kalau
Toja Watampone atas dukungan moral,
dihadapi.
hal
F. UCAPAN TERIMA KASIH
Dapat
disimpulkan
paritas yang tidak lebih dari 4 tidak
tenaga maupun materi yang diberikan
berisiko mengalami gangguan (11). Paritas
yang
grandemultipara berjarak
lebih
dan
kurang
dari
3atau
kehamilan
yang
setahun
dari
dari
G. DAFTAR PUSTAKA 1. Koes Irianto. Gizi Seimbang Dalam Kesehatan
Reproduksi
kehamilan sebelumnya akan menguras
Nutrition
In
cadangan zat-zat gizi, yang bepengaruh
Bandung : Alfabeta; 2014.
(Balanced
Reproductive
Health).
pada kondisi kesehatan dan status gizi
2. Sunita A, Susirah S, Moesijanti S. Gizi
ibu . Paritas merupakan salah satu faktor
Seimbang Dalam Daur Kehidupan.
penyebab terjadinya KEK pada ibu hamil.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama;
Albugis D, menyatakan bahwa ibu hamil
2011.
yang mempunyai paritas lebih dari 4 orang lebih berisiko KEK dibandingkan dengan
ibu
yang
mempunyai
kurang dari 4 orang (2). analisis
statistik
pada
3. Arisman. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC; 2004.
paritas
4. Badan Penelitian dan Pengembangan
Dari hasil
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
penelitian
ini
Riset
Kesehatan
p=0,190 (p<0,05) yang berarti tidak ada
2013).
hubungan antara paritas dengan KEK
www.depkes.go.id
pada ibu hamil di Puskesmas Biru.
5. Profil
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian Sri H dan Suci B (2011)
dan
berbeda dengan penelitian Laila Rahmi
Dasar
(Riskesdas
Jakarta; Dinas
Kesehatan
2013. Kabupaten
Bone. Bone; 2015. 6. Buku Register Puskesmas Biru. 2015, 2016.
(2015) di Puskesmas Belimbinh Padang
7. Bendich and Shaw. Study Nutritional
yang menyatakan ada hubungan antara
Anemia An Assesment of Information
paritas dengan KEK pada ibu hamil
Compilation
For
(10,1).
Formulating
National
Supporting Policy
and and
Programme. Directorate fo Community http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
59
Nutrition
Center
and
Center
for
Nutrition Research and Development Ministry of Health. 2003 8. Arisman. Gizi dalam daur kehidupan. Jakarta: EGC; 2007 9. Vita Kartika M. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan
Kekurangan
Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil di Kecamatan
Kamoning
dan
Tambelangan, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 2014 April;17(2):193-202 10. Sri H dan Suci B. Analisis Faktor yang Mempengaruhi
Kekurangan
Energi
Kronis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Puskesmas
Wedi
Klaten.
Involusi
Kebidanan. 2011 Januari;1(1):42-60 11. Manuaba. Penyakit
IBG.
Ilmu
kanduangn
Kebidanan,
dan
keluarga
berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC; 2010. 12. Laila
Rahmi.
Berhubungan
Faktor-Faktor Dengan
yang
Kekurangan
Energi Kronis (KEK) Pada Ibu Hamil Di
Puskesmas
Belimbing
Padang.
Medika Siantika;8(1):35-46
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
60
EFFECTIVENESS OF EDUCATION CLASS OF LOCAL COMPELEMENTARY FOOD ON NUTRITIONAL STATUS AMONG CHILD UNDER TWO YEARS OLD EFEKTIVITAS KELAS EDUKASI MP-ASI BERBASIS PANGAN LOKAL TERHADAP STATUS GIZI BADUTA 1Jurusan
DWI ERMA KUSUMAWATI1, ANSAR1 Gizi, Poltekkes Kemenkes Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT
Background and objective: RISKESDAS report by MoH of Indonesia on 2013 showed that the prevalence of underweight children was 19.6% in Indonesia. In Central Sulawesi Province based on Nutritional Status Monitoring on 2014 it was found that prevalence of underweight was 28.2%. One of the public health intervention particularly in overcoming nutrition problem among child under two yo is complementary feeding. This study was aimed to know effectiveness of education class about local complementary food on nutritional status among child under two yo in Pantoloan Health Center work area. Methode: This study was a case cotrol with quasy experiment non-equivalent controlled group design. Samples were child under two yo with age 6-23 mo residing in Pantoloan Health Center work area. There were 38 mother/care giver involved in intervention group and 38 mother/care giver involved in control group. Intervention group was given education about local complementary food. Data were analyzed using paired t-test and independent t-test. Result: Study result showed that among intervention group there was effect of education class on HAZ-score (p=0.02), and there was no effect on WAZ-score, WHZ-score, and BAZ-score before and after intervention. Conclusion: Whereas among control group there is no difference of HAZ-score, WAZ-score, WHZ-score, and BAZ-score at baseline and endline. There is no difference of HAZ-score, WAZ-score, WHZscore, and BAZ-score for intervention and control group. Keywords : Complementary food, Nutritional status among child under two years Pendahuluan dan Tujuan: Prevalensi anak balita gizi kurang di Indonesia sebesar 19,6%. Di Propinsi Sulawesi Tengah berdasarkan hasil PSG tahun 2014 ditemukan prevalensi anak balita gizi kurang sebesar 28,2%.. Salah satu program intervensi kesehatan masyarakat khususnya terkait perbaikan gizi pada baduta adalah pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping ASI. Penelitian ini bertujuan untuk melihat efesiensi kelas edukasi Makanan Pendamping ASI berbasis pangan lokal terhadap status gizi baduta diwilayah kerja puskesmas Pantoloan Sulawesi Tengah. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian case control dengan rancangan eksperimen semu (quasy experiment) non-equivalent controlled group. Sampel adalah baduta yang berusia 6-23 bulan yang berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Pantoloan sebanyak 38 ibu/pengasuh baduta pada kelompok intervensi dan 38 ibu/pengasuh pada kelompok kontrol. Kelompok intervensi diberikan edukasi MP ASI berbasis pangan lokal. Analisis data digunakan uji t berpasangan (paired t-test), dan untuk membandingkan antar kelompok digunakan uji t tidak berpasangan (independent t-test). Hasil penelitian : pada kelompok intervensi terdapat pengaruh z-skore indeks antropometri PB/U sebelum dan sesudah penelitian dengan nilai p=0.02. dan tidak terdapat pengaruh zskore indeks antropometri BB/U, BB/PB dan IMT/U sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi. Pada kelompok kontrol tidak terdapat perbedaan Z-Skore indeks antropometri status gizi di awal dan di akhir pengukuran. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan antara nilai Z-Skore berdasarkan BB/U, PB/U, BB/PB terhadap kelompok ibu /pengasuh baduta yang diberikan kelas edukasi MP-ASI lokal dan kelompok ibu /pengasuh baduta yang tidak diberikan kelas edukasi MP-ASI lokal Kata Kunci: Makanan Pendamping ASI, Status Gizi Baduta
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
61
A. PENDAHULUAN
kebutuhan gizi harian sehingga makanan
Permasalahan
kekurangan
gizi
pendamping
ASI
menjadi
pada anak-anak utamanya anak balita
utama
merupakan
perkembangan baduta. Kesalahan atau
masalah
masyarakat
utama
berkembang
termasuk
kesehatan
di
negara-negara Indonesia
(1).
untuk
pendukung
pertumbuhan
ketidakberhasilan makanan
dalam
pendamping
dan
pemberian
ASI
ini
akan
Secara global, anak-anak yang mengalami
menjadi faktor kontribusi kejadian gizi
kekurangan gizi akut sedang (moderate)
kurang bahkan gizi buruk pada anak
dan kekurangan gizi akut parah (severe)
balita khususnya anak baduta. Selain itu,
sekitar 60 juta dan 13 juta anak (2). Di
usia anak dibawah 2 tahun merupakan
Indonesia, prevalensi gizi kurang masih
golden period dimana dasar pertumbuhan
cukup
dan perkembangan yang baik dibentuk.
tinggi.
Berdasarkan
Laporan
Riskesdas tahun 2013 prevalensi anak
Program
pemberian
makanan
balita gizi kurang/underweight (BB/U < -
tambahan sebagai makanan pendamping
2SD)
ASI
di
Indonesia
sebesar
19,6%
pada
baduta
telah
banyak
meningkat 1,7% dari tahun 2010 (17,9%)
menunjukkan perbaikan yang signifikan.
(3,4).
Akan
Di
Propinsi
Sulawesi
Tengah
tetapi,
tidak
sedikit
dari
berdasarkan hasil Pemantauan Status
pelaksanaan program ini yang kemudian
Gizi
hanya
(PSG)
tahun
2015
ditemukan
memberikan
dampak
dalam
prevalensi anak balita gizi kurang (BBU <
periode yang singkat. Setelah program
-2SD) pada kelompok usia 0-59 bulan
pemberian
sebesar
dihentikan
20,3%
dimana
merupakan
angka
diindonesia
melebihi
angka
ini
makanan atau
tambahan terpaksa
ini
harus
kejadian
tertinggi
dihentikan, maka tidak ada keberlanjutan
angka
nasional
yang terjadi pada masyarakat sehingga
sebesar 14,9%.(5)
status
Sekitar 8 sampai 11 juta anak
gizi
baduta
akan
kembali
terancam.
usia dibawah 5 tahun meninggal setiap
Berbagai
macam
faktor
tahun secara global (6). Lebih dari 35%
penghambat menjadi pemicu terhentinya
kematian anak balita ini disebabkan oleh
keberlanjutan pemberian MP ASI yang
kekurangan gizi yang merupakan hal
berkualitas di masyarakat, diantaranya
yang dapat dicegah salah satunya melalui
adalah
intervensi
(7).
digunakan untuk membuat MP ASI tidak
Salah satu program intervensi kesehatan
berasal dari daerah setempat atau susah
masyarakat khususnya terkait perbaikan
untuk diakses dan memerlukan biaya
gizi
yang besar dalam pengadaannya. Salah
pada
kesehatan
baduta
masyarakat
adalah
pemberian
bahan
pendamping ASI.
perhatian utama dalam pembuatan MP
merupakan
hal
yang
sangat
semestinya
yang
satu
baduta
yang
makanan
makanan tambahan sebagai makanan Makanan pendamping ASI pada
hal
baku
menjadi
ASI adalah bahan baku lokal yang mudah diakses
oleh
masyarakat
setempat
krusial keberadaanya karena memasuki
bahkan bisa didapatkan tanpa harus
usia lebih dari 6 bulan asupan zat gizi
mengeluarkan
yang berasal dari ASI tidak mencukupi
mudah dalam pengolahannya sehingga
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
biaya
yang
besar
dan
62
masyarakat
bisa
mandiri
dalam
pengadaan MP ASI lokal tersebut.
yang
efektif
dan
efesien
termasuk
evaluasi terhadap program yang telah
Jika ditinjau dari sumber daya
diterapkan
dimasyarakat.
lokal yang ada, maka berbagai macam
uraian
pangan lokal yang tersedia di sekitar kita
melakukan
sesungguhnya
sumber
efektifitas kelas edukasi MP-ASI lokal
pangan yang kaya akan zat gizi. Pangan
terhadap Status Gizi baduta di wilayah
lokal
kerja puskesmas Pantoloan tahun 2017.
ini
merupakan masih
sangat
kurang
diatas
maka
Berdasarkan
peneliti
tertarik
untuk
melihat
penelitian
dimanfaatkan bahkan cenderung tidak eksplorasi untuk mendukung ketahanan
B. BAHAN DAN METODE
pangan
Desain Penelitian.
keluarga
dan
meningkatkan
status gizi masyarakat. Beberapa bahan
Metode penelitian yang digunakan
makanan lokal jika digabungkan dalam
dalam
satu menu penyajian akan menyediakan
dimana
makanan yang padat akan zat gizi.
pengasuh yang diberikan kelas edukasi)
Sumber pangan lokal yang khas
akan
penelitian
adalah
kelompok
dibandingkan
case
control
intervensi
(ibu/
dengan
(indigenous local food) merupakan potensi
kontrol
budaya yang bernilai besar dalam tatanan
diberikan kelas edukasi) terhadap status
masyarakat
gizi
kita.
Jika
kita
mampu
(ibu/pengasuh
kelompok
baduta.
Desain
tidak
penelitian
yaitu
memanfaatkan potensi budaya lokal yang
eksperimen
berdampak
derajat
controlled group. Perubahan yang diukur
seperti
dalam penelitian ini adalah nilai Z-Skore
pemanfaatan sumber pangan lokal, maka
Status Gizi anak baduta antara kelompok
intervensi kesehatan (gizi masyarakat)
intervensi dan kelompok kontrol.
dengan pendekatan pangan lokal akan
Populasi dan Sampel.
memberi kontribusi yang besar dalam
Populasi
kesehatan
besar
terhadap
masyarakat
peningkatan
derajat
kesehatan
masyarakat secara Nasional. Berdasarkan
data
semu
yang
dalam
non-equivalent
penelitian
ini
adalah seluruh Baduta usia 6-23 bulan yang
berdomisili
di
Wilayah
Kerja
Puskesmas
Puskesmas Pantoloan pada tahun 2017.
pantoloan tahun 2014 diperoleh informasi
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38
prevalensi status gizi anak balita yang
baduta untuk masing-masing kelompok
bermasalah menurut BB/U sebesar 9,7%
yang ditentukan dengan menggunakan
untuk gizi kurang, 3,9% untuk gizi buruk
perhitungan rumus besar sampel sampel
dan 4,1% untuk gizi lebih. Prevalensi
untuk data proporsi pada populasi tidak
bermasalah menurut TB/U sebesar 8,6%
terbatas (infinite).
untuk pendek dan 3.1% untuk sangat
Teknik pengambilan sampel dalam
pendek. Prevalensi bermasalah menurut
penelitian
BB/TB sebesar 0,8% untuk sangat kurus
yaitu
dan 3,2% untuk gemuk.(8)
berdasarkan pertimbangan yang dibuat
Prevalensi
tersebut
tidak
akan
adalah
teknik
Purposive
pengambilan
peneliti
berdasarkan
menurun atau bahkan bisa meningkat
populasi
yang
jika tidak dilakukan upaya perbaikan
Pantoloan.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Sampling
ada
sampel
karakteristik di
kecamatan
63
berdasarkan
Pengumpulan Data.
analisis
univariate
dan
Jenis data yang diperlukan dalam
analisis bivariate dengan menggunakan
penelitian ini adalah data primer dan data
Ms. Office Excel dan aplikasi komputer
sekunder. Data Primer berupa data berat
pengolahan data. Pada analisis bivariate
badan dan tinggi badan baduta usia 6 -23
dilakukan
bulan serta karakteristik ibu/pengasuh
berpasangan untuk data Z-Skore indeks
baduta usia 6-23 bulan yang ada di
antropometri status gizi baduta sebelum
wilayah
Pantoloan
dan sesudah pada kelompok intervensi
sedangkan data sekunder di peroleh dari
yang ibu/pengasuhnya diberikan kelas
data yang ada di Puskesmas Pantoloan
edukasi
dan kecamatan Pantoloan.
berpasangan dilakukan pada data Z-
kerja
Kelas
Puskesmas
edukasi
MP-ASI
Lokal
uji
hubungan
MP-ASI
lokal.
gizi
ibu/pengasuh
intervensi dan kontrol.(9)
berdomisili
di
Uji
T
uji
T
tidak
Skore indeks antropometri antara status
diberikan pada kelompok intervensi yaitu yang
yaitu
anak
baduta
pada
kelompok
kelurahan yang terpilih dan diberikan kelas edukasi sebanyak sekali sebulan
C. HASIL
selama 2 bulan disertai pengaktifan peran
Karakteristik Responden
kader dan melibatkan mahasiswa dalam
Berdasarkan
mendampingan ibu/pengasuh. Kelompok
diketahui
intervensi
di
bagi
terbesar
bahwa
Tabel
1
dapat
umur
responden
adalah berusia 25-35 tahun
menjadi 3 kelompok kecil kelas edukasi
yaitu 18 orang (47,4%) pada kelompok
MP-ASI
kali
intervensi dan 20 orang (52,6%) pada
pertemuan diberikan materi pemberian
kelompok kontrol. Berdasarkan pekerjaan
makanan
dan
ibu dapat diketahui responden dominan
60
bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu
lokal
demontrasi menit.
yang
pada
selama
anak
MP-ASI
Sedangkan
2
baduta
lokal kader
selama
pendamping
sebanyak
35
orang
(92,1%)
pada
kelompok kecil adalah kader yang telah di
kelompok intervensi dan 36 orang (94,7%)
beri
pada
pelatihan
pemberian
kader
makan
dengan
pada
anak
materi pada
kelompok
kontrol.
Berdasarkan
pekerjaan ayah pada kelompok intervensi
kegiatan sebelumnya selama 150 menit.
yang
Mahasiswa
pendampingan
sebagai buruh yaitu sebesar 21 orang
kader adalah mahasiswa yang sudah
(55,3%) sedangkan di kelompok kontrol,
mengambil mata kuliah MP-ASI.
pekerjaan
Analisis Data.
adalah sebagai wiraswasta. Berdasarkan
Data
membantu
yang
dikumpulkan
akan
memilki
pendidikan
ayah
pekerjaan
yang ibu,
paling pada
kelompok
intervensi
dan
parameter
sebanyak 18 Orang (47,4%) dan pada
antropometri yang diukur dan diperoleh
kelompok kontrol banyak yang tamat SD
akan diolah menggunakan software WHO
yaitu sebanyak 14 orang ( 36,8%).
Data
yang
banyak
diolah melalui tahap editing, coding, entry clearning.
banyak
terbanyak
tamat
SLTA
Antro untuk mendapatkan nilai indeks antropometri dalam standar deviasi ZSkore.
Selanjutnya
data
akan
diolah
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
64
Tabel 1 Karakteristik Pengasuh Responden Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Pantoloan. Kasus
Karakteristik Pengasuh/Orang Tua Umur <25 Tahun 25-35 Tahun >35 Tahun Pekerjaan Ibu Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Mahasiswa Pekerjaan Ayah Pegawai Negeri Sipil Pegawai Swasta Wiraswasta Buruh Petani Pendidikan Ibu Tidak Tamat SD SD SMP SLTA DIII/Sarjana
Berdasarkan menggambarkan
bahwa
Kontrol
n=38
%
n=38
%
16 18 4
42,1 47,4 10,5
12 20 6
31,6 52,6 15,8
2 35 1
5,3 92,1 2,6
2 36 0
5,3 94,7 0
1 1 15 21 0
2,6 2,6 39,5 55,3 0
0 4 19 9 6
0 10,5 50 23,7 15,8
0 12 8 18 0
0 31,6 21,1 47,4 0
1 14 9 13 1
2,6 36,8 23,7 34,2 2,6
Tabel
2
yang mempunyai berat badan lahir >
umur
baduta
2500 pada kelompok intervensi berjumlah
yang terbanyak menjadi sampel pada
26
kelompok intervensi adalah berusia 13-24
kelompok kontrol berjumlah 30 orang
bulan yaitu sebanyak 26 orang (68%) dan
yaitu (78,9%). Berdasarkan pemberian
pada kelompok kontrol terbanyak usia
ASI
13-24 bulan sebanyak 24 orang (63,2%).
kelompok intervensi berjumlah 27 orang
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki pada
yaitu (71,1%) dan pada kelompok kontrol
kelompok intervensi berjumlah 16 orang
berjumlah
yaitu (42%) dan pada kelompok kontrol
Berdasarkan pemberian MP-ASI dengan
berjumlah 22 yaitu (57%), yang berjenis
usia < 6 bulan pada kelompok intervensi
kelamin
berjumlah 4 orang yaitu (10,5%) pada
perempuan
intervensi (57,9%)
pada
berjumlah dan
berjumlah
16
pada
22
kelompok
orang
kelompok
orang
yaitu
yaitu kontrol
(42,1%).
orang
yaitu
Esklusif
27
(68,4%)
yang
dan
pada
diberikan
orang
yaitu
pada
(71,1%).
kelompok kontrol berjumlah 8 orang yaitu (21,1
%),
dan
usia
≥6
bulan
pada
kelompok intervensi berjumlah 34 orang
Berdasarkan berat badan lahir ≤ 2500
yaitu (89,5%)
pada
kelompok
pada kelompok intervensi berjumlah 12
berjumlah 30 orang yaitu (78,9%).
kontrol
orang yaitu (31,6%) dan pada kelompok kontrol berjumlah 8 orang yaitu (21,1%),
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
65
Tabel 2. Karakteristik Baduta Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pantoloan Kasus
Karakteristik Baduta Umur 6-9 Bulan 10-12 Bulan 13-24 Bulan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Berat Badan Lahir <2500 gram ≥2500 gram Asi Ekslusif Ya Tidak Usia Pemberian MP-ASI < 6 Bulan ≥ 6 Bulan
Kontrol
n=38
%
n=38
%
5 7 26
13,2 18,4 68,4
7 7 24
18,4 18,4 63,2
16 22
42 57,9
22 16
57 42,1
12 26
31,6 68,4
8 30
21,1 78,9
27 11
71,1 28,9
27 11
71,1 28,9
4 34
10,5 89,5
8 30
21,1 78,9
Tabel 3 Hasil Uji Pengaruh Kelas Edukasi MP-ASI Berbasis Pangan Lokal Terhadap Status Gizi PB/U, BB/PB dan IMT/U Baduta Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pantoloan. Rerata (s.b) Selisih (s.b) IK 95% Nilai P BB/PB Sebelum -0.83 (1.31) -0.17 (0.78) -0.51 0,194 BB/PB Sesudah -0.66 (1.29) PB/U Sebelum -1.18 (1.26) Kasus -0.21 (0.53) -0.35 0.023 PB/U Sesudah -0.98 (1.15) IMT/U Sebelum -0.69 (1.32) -0.18 (0.83) -0.55 0.196 IMT/U Sesudah -0.51 (1.37) BB/PB Sebelum -0.91 (1.08) -0.17 (0.84) -0.55 0.224 BB/PB Sesudah -0.74 (1.28) PB/U Sebelum -1.38 (1.16) Kontrol -0.25 (0.88) -0.57 0.086 PB/U Sesudah -1.13 (1.34) IMT/U Sebelum -0.75 (1.00) -0.14 (0.85) -0.56 0.326 IMT/U Sesudah -0.67 (1.21) Pengaruh Kelas Edukasi MP-ASI wilcoxon. Interpretasi status gizi Berbasis Pangan Lokal Terhadap Status
berdasarkan nilai Z-Score mempunyai
Gizi Balita.
arti gizi baik dan normal jika berada di
Berdasarkan uji statistik untuk
rentang -2 SD sampai dengan 2 SD.
setiap kelompok dengan membandingkan
Semakin
nilai Z-skore baduta yang di peroleh
angka 0 maka semakin bagus nilainya
antara
yang menunjukkan bahwa anak balita
sebelum
kelompok
dan
intervensi
sesudah dan
pada
pengukuran
tersebut
nilai
Z-Skore
memiliki
berat
mengarah
badan
ke
dan
antara awal dan akhir penelitian pada
panjang badan sesuai dengan umurnya.
kelompok kontrol menggunakan uji T
Hasil analisis uji statistik yang diperoleh
berpasangan untuk nilai Z-Skore untuk
di gambarkan dalam tabel di bawah ini.
PB/U, BB/PB dan IMT/U sedangkan nilai Z-Skore
BB/U
menggunakan
uji
di
uji
alternatif
statistik yaitu
uji
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Berdasarkan menunjukkan
bahwa
tabel nilai
3 z-skore
berdasarkan indeks antropometri BB/PB,
66
PB/U dan IMT/U baik pada kelompok
skore yang lebih baik dari pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sama-
kontrol. Hasil uji statistik menunjukkan
sama berada di rentang -2 SD samapai
hanya
dengan -0 SD yang menunjukkan bahwa
intervensi
rata-rata anak baduta di wilayah kerja
antara
puskesmas pantoloan memiliki status gizi
dengan P < 0,05 ( P=0.023). Selebihnya
normal. Jika di bandingkan nilai z-skore
tidak
pada kedua kelompok nampak kelompok
tandai dengan nilai P> 0.05.
indeks yang
PB/U
PB/U
pada
kelompok
mempunyai
pengaruh
sebelum
mempunyai
dan
pengaruh
sesudah yang
di
intervensi mempunyai nilai rata-rata zTabel 4 Hasil Uji Pengaruh Kelas Edukasi MP-ASI Berbasis Pangan Lokal Terhadap Status Gizi BB/U Baduta Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pantoloan. Rerata (s.b) Nilai P BB/U Sebelum (n=38) -1.16 (1.52) Kasus 0.261 BB/U Sesudah (n=38) -1.02 (1.45) BB/U Sebelum (n=38) -1.40 (1.11) Kontrol 0.530 BB/U Sesudah (n=38) -1.13 (1.50) Tabel 5 Uji Perbedaaan Status Gizi antara Kelompok Kasus dan Kontrol Baduta Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Pantoloan. Perbedaan rerata (IK Status Gizi Rerata (s.b) Nilai P 95%) BB/U Kasus -1,22 0,82* 0.12 (-0.56-0.79) Kontrol -1.33 PB/U Kasus 0,60** 0.15 (-0.42-0.72) -0.98 Kontrol -1.13 BB/PB Kasus -0.66 0.79** 0.08 (-0.50-0.65) Kontrol -0.74 IMT/U Kasus -0.51 0,72** 0.11(-0,48-0.70) Kontrol -0.62 Ket: * Uji Mann- Whitney, ** Uji T Tidak Berpasangan Berdasarkan menunjukkan
tabel
bahwa
nilai
4
peningkatan nilai z-skore terbanyak pada
z-skore
kelompok kasus yaitu sejumlah 22 anak
berdasarkan indeks antropometri BB/U baik
pada
kelompok
dan
Berdasarkan uji statistik baik di
kelompok kontrol sama-sama berada di
kelompok intervensi dan kontrol tidak
rentang -2 SD samapai dengan -0 SD
terdapat
yang menunjukkan bahwa rata-rata anak
terhadap status gizi berdasarkan BB/U
baduta
pada
di
wilayah
intervensi
baduta.
kerja
puskesmas
anak
pengaruh baduta
kelas di
edukasi
wilayah
kerja
pantoloan memiliki status gizi baik. Jika
puskesmas pantoloan. Uji statistik untuk
di bandingkan nilai z-skore antara kedua
melihat perbedaan antara nilai z-skore
kelompok tersebut nampak tergambarkan
pada kelompok intervensi dibandingkan
bahwa
kelompok
dengan kelompok kontrol menggunakan
bandingkan
uji t tidak berpasangan untuk nilai z-
nilai
intervensi dengan
z-skore
lebih
baik
kelompok
pada di
kontrol
dengan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
skore indeks antropometri PB/U, BB/PB
67
dan
IMT/U.
indeks
Sedangkan
antropometri
menggunakan
uji
nilai
BB/U alternatif
z-skore
perkawinan dini yang di tandai dengan
di
uji
terdapatnya usia responden di bawah 21
Mann-
tahun dan sebagian besar ibu mengasuh
whitney.
anaknya sendiri di rumah dan tidak
Berdasarkan
tabel
5
memiliki aktifitas di luar lainnya.
menggambarkan bahwa baik status gizi
Tingkat
pendidikan
yang
berdasarkan indeks antropometri BB/U,
terbanyak adalah SLTA, tetapi pendidikan
PB/U,
antara
ibu yang hanya tamat SD juga termasuk
kelompok kasus dan kelompok kontrol
tinggi yaitu sebesar 34.2% bahkan ada
tidak terdapat perbedaan dengan nilai P>
juga 1 orang ibu yang tidak tamat SD hal
0,05 yang berarti hipotesis penelitian di
ini
tolak. Hanya saja berdasarkan nilai rerata
pendidikan dasar di wilayah tersebut
z-skore
masih
BB/PB
dan
yang
IMT/U
diperoleh
nilai
pada
menggambarkan rendah.
bahwa
tingkat
Kemampuan
ekonomi
berupa pendapatan
keluarga
kelompok kasus lebih baik yang di tandai
keluarga
dengan
yang digunakan untuk belanja pangan
nilai
z-skore
lebih
besar
di
keluarga tergambar dari pekerjaan kepala
bandingkan dengan kelompok control.
keluarganya. Pekerjaan ayah responden D. PEMBAHASAN Penelitian
tertinggi dalam penelitian ini ditempati dilaksanakan di dua
oleh
wiraswasta
dan
buruh
sebesar
dan
39,5%.
ditanyakan
berapa
kelurahan yang ada di wilayah kerja
masing-masing
puskesmas pantoloan yaitu kelurahan
Walaupun
pantoloan
dengan
nominal pendapatan bulanan tapi dari
karakteristik wilayah yang sama yaitu
jenis pekerjaan tersebut di daerah rural
daerah rural. Penentuan yang di tetapkan
dapat di simpulkan bahwa pendapatan
sebagai
dari pekerjaan tersebut masuk dalam
boya
dan
daerah
baiya
kelompok
intervensi
adalah daerah yang kader posyandunya
44.7%
tidak
kelompok ekonomi rendah.
kader
Umur anak baduta yang menjadi
pengasuh
responden banyak berada di usia 12-24
mengenai praktek pemberian Makanan
bulan yaitu sebesar 65.8% . Usia ini
Pendamping
dengan
merupakan usia tahap 3 pemberian MP-
rekomendasi WHO. Jumlah responden
ASI di mana tekstur yang di berikan
seluruhnya 76 anak baduta yang terbagi
sudah merupakan makanan keluarga dan
ke
jenis mekanannya sudah menggunakan 4
pernah
mendapatkan
dalam
pendampingan Asi
kelompok
pelatihan ibu sesuai
intervensi
sejumlah
38
orang dan kelompok kontrol 38 orang.
bintang
yang
berarti
makanan
karakteristik ibu berdasarkan usia ibu.
makanan
Dimana masih terdapat ibu dengan usia
lauk hewani, lauk nabari, sayur dan buah
di bawah 25 tahun cukup banyak yaitu
dalam menu makanan kesehariannya.
ibu
responden
sebagai
ibu
yang
rumah
tertinggi tangga.
adalah Hal
pokok
berisi
dari
Hasil penelitian menggambarkan
sebanyak 28 orang (36.8%) dan pekerjaan
utamanya
komposisi
sumber
sumber
karbohidrat,
Walaupun usia pemberian MP-ASI banyak di usia yang tepat, tapi masih ada
ini
juga prevalensi yang memberikan MP-ASI
menunjukkan bahwa masih ada usia
dini di usia < 6 bulan sebanyak 12 orang
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
68
(15.8%) dan 1 orang memberikan MP-ASI
karena stunting mengindikasikan adanya
terlambat yaitu pada usia anak 9 bulan.
gangguan kronis pada pertumbuhan anak
Pemberian usia yang terlalu dini atau
akibat
terlambat akan menyebabkan masalah
makanan dalam waktu lamam. Adanya
gizi
penyakit infeksi, atau kondisi kesehatan
kedepannya
terhadap
tumbuh
kembang anak.(10)
tidak
terpenuhinya
suplai
lingkungan buruk yang disebabkan oleh
Anak usia 0-24 bulan merupakan
kemiskinan
(13).
Untuk
periode emas yang tidak boleh terabaikan
stunting,
pemenuhan
dilakukan
bersama-sama
dengan
kesehatannya secara optimal karena akan
memperbaiki
determinan
seperti
berdampak
terhadap
kemiskinan, pendidikan, penyakit infeksi
mereka
usia
di
kebutuhan
gizi
dan
kualitas
dewasa.
hidup
Salah
satu
adalah
pemberiam
makanan
gizi
yang
harus
gizi,
dan pemberdayaan perempuan (14).
praktek pemberian makan pada periode tersebut
intervensi
mengatasi
Berdasarkan untuk
hasil
perbedaan
z-skore
penelitian status
gizi
pendamping ASI pada usia 6-24 bulan
berdasarkan indeks antropometri, tidak
yang adekuat. Salah satu kreteria atau
terdapat
syarat makanan pendamping ASI yang
intervensi dan kelompok kontrol. Hanya
baik adalah sebaik berasal dari bahan-
saja melihat dari besaran rerata nilai z-
bahan lokal yang tersedian (11)
skore menunjukkan bahwa nilai z-skore
Hasil
penelitian
untuk
melihat
pada
perbedaan
kelompok
antar
kasus
kelompok
lebih
baik
di
pengaruh kelas edukasi MP-ASI berbasis
bandingkan dengan kelompok kontrol.
pangan lokal di peroleh hasil bahwa
Nilai z-skore yang mendekati angka nol
hanya
antropometri
menunjukkan adanya pertumbuhan linier
yang berpengaruh.
dan massa jaringan yang bagus sesuai
z-skore
indeks
berdasarkan PB/U Status
Gizi
berdasarkan
PB/U
umurnya.
Adanya
perhatian
ibu
menggambarkan kondisi gizi kronik yang
pengasuh terhadapa kesediaan makanan
artinya jika status gizi berdasarkan PB/U
dan cara pemberian makan anak yang
tercapai dengan baik sesuai umur maka
baik
hal itu berarti zat gizi baduta tersebut
pertumbuhan anak yang optimal.
terpenuhi dengan baik secara kontinu pada
masa
merefleksikan
lampau.
Indeks
efek
komulatif
berkontribusi
Pangan lokal mempunyai nilai gizi
PB/U
tinggi yang harganya terjangkau kadang
dari
kurang dimanfaatkan dengan baik oleh
undernutrition dan infeksi sebelum lahir.
ibu
Pengukuran
pendamping
tersebut
terhadap
dapat
rumah
tangga ASI
sebagai
yang
di
makanan karenakan
diinterpretasikan sebgai sebuah indikasi
kurangnya pemahaman terhadap manfaat
kondisi
atau
makanan
tersebut.
dari
mengenai
makanan
lingkungan
gangguan
yang
jangka
jelek
panjang
pertumbuhan potensial anak. (12). Stunting menggunakan menjadi
yang indeks
determinan
diukur PB/U
berbasis
pangan
Kelas
edukasi
pendamping
lokal
telah
ASI
mampu
dengan
meningkatkan pengetahuan ibu rumah
dapat
tangga mengenai pemanfaatan berbagai
kemiskinan
di
pangan lokal yang ada dalam pemberian
banding indikator antropometri lainnya
makan pada anak sehingga menciptakan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
69
menu makanan yang beraneka ragam
G. DAFTAR PUSTAKA
serta
1. Asfaw M, et.al. 2015. Prevalence of
memotivasi
dalam
pemberian
undernutrition and associated factors
makan anak itu sendiri.
among children aged between six to fifty nine months in Bule Hora District,
E. KESIMPULAN Ada
kelompok
kasus
terdapat
pengaruh z-skore indeks antropometri
South Ethiopia. BMC Public Health (2015) 14:41.
PB/U sebelum dan sesudah penelitian
2. Glewwe P, Miguel EA. 2007. The
dengan nilai p=0.02. dan tidak terdapat
impact of child health and nutrition on
pengaruh z-skore indeks antropometri
education in less developed countries.
BB/U, BB/PB dan IMT/U pada kelompok
Oxford: Elsevier B.V;2007.p.3561-606.
kasus.
Pada
kelompok
kontrol
tidak
3. Badan
Litbangkes
Kementrian
terdapat perbedaan antara z-skore indeks
Kesehatan RI, 2010. Laporan Riset
antropometri status gizi di awal dan di
Kesehatan Dasar. Jakarta.
akhir pengukuran pada kelompok ibu /pengasuh
baduta
di
wilayah
kerja
4. Badan
Litbangkes
Kesehatan
puskesmas Pantoloan tahun 2017. Tidak
Hasil
terdapat perbedaan antara nilai Z-Skore
Jakarta.
berdasarkan terhadap
BB/U,
PB/U,
kelompok
ibu
BB/PB
/pengasuh
RI.
2013.
RISKESDAS
5. Dinkes
Kementrian
Sulteng,
Pokok-Pokok
Indonesia 2015.
2013.
Diseminasi
Laporan Pemantauan Status Gizi (PSG)
baduta yang diberikan kelas edukasi MP-
Propinsi
Sulawesi
Tengah.
Dinas
ASI lokal dan kelompok ibu /pengasuh
Kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah.
kelas
6. Singer PA, et.al. 2011. What could
edukasi MP-ASI lokal di wilayah kerja
infant and young child nutrition learn
puskesmas Pantoloan tahun 2017.
from sweatshops? BMC Public Health.
baduta
yang
tidak
diberikan
2011;11:276 F. UCAPAN TERIMA KASIH
7. Black RE, et.al. Maternal and child
Terima
Kasih
diucapkan
pihak
yang
telah
semua
pada
membantu
pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih
undernutrition:
global
and
regional
exposures and health consequences. Lancet, 2008; 371(9608): 243-60.
terucap kepada direktur poltekkes palu,
8. Dinas Kesehatan. (2015). Diseminasi
kepala puskesmas pantoloan, petugas gizi
Laporan Pemantauan Status Gizi (PSG)
puskesmas pantoloan, kader posyandu,
Propinsi Sulawesi Tengah. Sulawesi
mahasiswa
Tengah.
poltekkes
kemenkes
palu
jurusan gizi angkatan 2016, ibu balita
9. Dahlan
S.
2011.
Statistik
untuk
yang menjadi sampel dalam penelitian ini
Kedokteran dan Kesehatan. Salemba
dan pihak yang telah membantu yang
Medika. Jakarta.
tidak
bisa
persatu.
disebutkan
Semoga
namanya
penelitian
ini
satu bisa
bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
10. Ditjen Bina Gizi dan
KIA Kemenkes
RI.2011. Pelatihan Konseling Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). Jakarta.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
70
11. Unicef, 2007. Breast Crawl: Initiation of
Breastfeeding by Breast Crawl.
Breast Crawl.Org
made towards the achievement of MDG 1. 14. Butta, ZA., et al.2008. What Works?
12. Patimah, Sitti, 2017. Gizi Remaja Putri
Interventions for Matrenal and Child
plus 1000 hari pertama kehidupan.
Undernutrition and Survival. Lancet
Refika Aditama. Bandung
2008
13. SCN Task Force, 2008. Establishing stunting as an additional indicator of endemic poverty to monitor progress
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
71
RISK FACTORS OF STUNTING IN BALITA 2-5 YEARS OLD IN SIGI, CENTRAL SULAWESI FAKTOR RISIKO STUNTING PADA BALITA USIA 2-5 TAHUN DI SIGI, SULAWESI TENGAH RAHMAWATI1*, NURDIN RAHMAN1, MUH JUSMAN RAU2 Gizi Kesmas, Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako 2Bagian Epidemiologi Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako E-mail: [email protected]
1Bagian
ABSTRACT Background and objective: Stunting in infants is the most significant obstacle to the development and growth of a child caused by long-term malnutrition conditions. In Sigi district the prevalence of stunting is 41% (2015) and in Biromaru public health centre aged 2-5 years reaches 60 cases (2017). This research aims to find out the risk factors of stunting occurence. Method: This was a case control research with comparison 1:2, total sample was 180 respondents, sampling was drawn using purposive sampling technique with age and sex as the matching. Seafood intake and goitrogenic intake were obtained through interview using SQ-FFQ. Analysis used was odd ratio with significant degree 95%. Results : Colostrums OR 6.057 (CI 95% 2.971-12.350), infectious disease OR 24.182 (CI 95% 8.210-71.221), the number of goitrogenic intake OR 2.410 (CI 95% 1.180-4.925) are the risk factor of stunting and have the significant relationship with stunting occurrence, and the number of seafood intake OR 1.455 (CI 95% 0.744-2.738) do not have significant relationship with stunting occurrence. Conclusion: The mothers of toddlers that always join the activity in integrated service post (POSYANDU) to monitor the growth of the toddlers so the stunting occurrence can be identified early. Keywords : Stunting, Toddler Pendahuluan dan tujuan: Stunting pada balita merupakan hambatan paling signifikan untuk perkembangan dan pertumbuhan seorang anak yang disebabkan oleh malgizi dalam jangka waktu yang lama. Di Kabupaten Sigi prevalensi stunting yakni 41,% (2015) dan di Puskesmas Biromaru usia 2 - 5 mencapai 60 kasus (2017). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian stunting. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah case control dengan perbandingan 1:2, jumlah seluruh sampel 180 responden, pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan umur dan jenis kelamin sebagai matching. Derajat stunting dinyatakan dengan z-score tinggi badan menurut umur. Data kolostrum dan penyakit infeksi diperoleh melalui wawancara menggunakan kuesioner, asupan seafood dan asupan goitrogenik diperoleh melalui wawancara menggunakan SQ-FFQ. Analisis yang digunakan yaitu odd ratio dengan tingkat kemaknaan 95%. Hasil : Kolostrum OR 6,057 (CI 95% 2,971 - 12,350), penyakit infeksi OR 24,182 (CI 95% 8,210 - 71,221), jumlah asupan zat goitrogenik OR 2,410 (CI 95% 1,180 - 4,925) merupakan faktor risiko stunting dan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting, dan jumlah asupan seafood OR 1,455 (CI 95% 0,744 - 2,738) tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian stunting. Kesimpulan: ibu balita agar selalu hadir mengikuti kegiatan posyandu untuk memantau pertumbuhan anak sehingga kejadian stunting dapat diketahui sejak dini Kata Kunci: Stunting, Balita ,asupan goitrogenik
A. PENDAHULUAN Stunting proses
merupakan
pertumbuhan
bentuk anak
dari yang
terhambat yang disebabkan oleh kondisi
untuk
menilai
adalah
melalui
status (TB/U),
anak nilai
stunting z-score
(TB/U) kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) termasuk dalam kategori stunting
[1].
malgizi kronis, indikator yang digunakan http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
72
Secara global 80% balita terhambat
goitrogenik diperoleh melalui wawancara
pertumbuhannya tinggal di 14 negara
menggunakan kuesioner, analisis yang
termasuk
digunakan yaitu odd ratio dengan tingkat
indonesia[2],
data
Riskesdas
menunjukkan prevalensi stunting tahun
kemaknaan 95%.
2013 (37,2%), tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007 (36,8%) tidak menunjukkan penurunan yang signifikan[3], sedangkan
C. HASIL Hasil analisis Odds Ratio OR dengan
di Sulawesi Tengah sebesar 41,1% dan
confidence
tertinggi berada di wilayah Kabupaten
adanya
Sigi 45,2%
terhadap stunting OR = 6,057 (2,971-
[4].
Kabupaten
Sigi,
data
stunting
interval
risiko
12,350),
95%
menunjukkan
pemberian
penyakit
kolostrum
infeksi
terhadap
diperoleh sebesar 51%, Desa Maranatha,
stunting OR = 24,182 (8,210-71,221),
Desa
jumlah
asupan
merupakan beberapa desa dengan kasus
stunting
OR
stunting yang tertinggi yakni 92 kasus
sedangkan jumlah asupan seafood OR =
Sidera
dan
Desa
Jono
Oge [5],
goitrogenik =
2,410
dan terdapat 60 balita stunting umur 2-5
1,455
tahun,
hubungan yang bermakna.
studi
pendahuluan
yang
(0,744-2,738)
dilakukan pada 11 balita, 8 diantaranya
D. PEMBAHASAN
mengalami stunting, 11 balita mengalami
Pemberian Kolostrum
penyakit
infeksi,
tidak
memiliki
Pada penelitian ini diperoleh hasil
mendapatkan kolostrum, jenis seafood
bahwa kolostrum merupakan faktor risiko
yang
ikan
stunting, terlihat pada (tabel 1) bahwa
layang, ikan teri, ekor kuning, sedangkan
kelompok kasus jumlah balita yang tidak
zat goitrogenik yang umum di konsumsi
mendapatkan
adalah singkong, daun singkong, bayam,
banyak dibandingkan dengan balita yang
kedelai dan sawi.
mendapatkan
Berdasarkan dipaparkan
balita
(1,180-4,925)
tidak
umum
3
terhadap
dikonsumsi
latar maka
adalah
belakang perlu
yang
dilakukan
kolostrum
51,7%
kolostrum
lebih 48,3%,
sebaliknya pada kelompok kontrol jumlah balita
lebih
banyak
mendapatkan
penelitian tentang faktor risiko stunting
kolostrum 85% dibandingkan yang tidak
pada balita 2-5 tahun di wilayah kerja
mendapatkan kolostrum 15%.
Puskesmas
Biromaru
Kecamatan
Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi
Kolostrum memiliki komposisi yang lengkap
dan
proteinnya
kaya
akan
kandungan
―immunoglobin‖,
B. BAHAN DAN METODE
banyak
Jenis penelitian yang digunakan adalah
usia 6 bulan dimana tinggi
case control berjumlah 180 responden
vitamin,
perbandingan 1:2 (60 kasus dan 120
inhibitor[6],
kontrol),
sampel
kekebalan penyebab penyakit pada bayi
menggunakan teknik purposive sampling
yakni dari bakteri, virus, jamur, dan
dengan umur dan jenis kelamin sebagai
bahkan parasit protozoa seperti giardia[7],
matching. Data kolostrum dan penyakit
serta
infeksi,
pengambilan
asupan
seafood
dan
mengandung
kolostrum
energi,
antibodi
lipid
kolostrum
dan dapat
kemampuannya
sampai mineral, tripsin melewati
untuk
asupan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
73
memfasilitasi adanya bifidus flora dalam saluran
pencernaan[8].
risiko stunting, dapat dilihat pada tabel 1 yang menyatakan bahwa pada kelompok
Penelitian sejalan dengan Teshome et
kasus
jumlah
balita
yang
memiliki
al (2009) pemberian kolostrum sangat
penyakit infeksi sebanyak 93,3% lebih
signifikan
stunting,
banyak dibandingkan dengan balita yang
kolostrum
tidak memiliki penyakit infeksi sebanyak
sebanyak 52% dan 2,1 kali terhambat
6,7%, sebaliknya pada kelompok kontrol
pertumbuhannya
jumlah
balita
yang
terhadap
yang
kejadian
kehilangan
dibandingkan
balita
balita
yang
tidak
memiliki
penyakit infeksi sebanyak 63,3%, lebih
menerimanya[9].
Penyakit Infeksi
banyak
Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa penyakit infeksi merupakan faktor
memiliki
dibandingkan penyakit
balita
infeksi
yang
sebanyak
36,7%.
Tabel 1. Distribusi Kejadian Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Biromaru Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Sigi Stunting Faktor Risiko
Kasus n %
OR (CI 95%)
Kontrol n
%
18 102
15 85
6,057 (2,971-12,350)
44 76
36,7 63,3
24,182 (8,210-71,221)
63 57
52,5 47,5
1,455 (0,744-2,738)
72 48
60 40
2,410 (1,180-4,925)
Kolostrum Berisiko 31 51,7 Tidak Berisiko 29 48,3 Penyakit Infeksi Berisiko 56 93,3 Tidak berisiko 4 6,7 Jumlah Asupan Seafood Berisiko 37 61,7 Tidak Berisiko 23 38,3 Jumlah Asupan Goitrogenik 47 78,3 Berisiko 13 21,7 Tidak Berisiko Penyakit infeksi memberikan dampak
dengan
peneilitian
negatif terhadap status gizi balita dalam
bahwa
anak
hal
dan
memiliki risiko sebesar 5,71 kali untuk
penyerapan zat gizi dalam usus, terjadi
menjadi stunting dibandingkan dengan
peningkatan
anak yang tidak pernah menderita ISPA
mengurangi
nafsu
makan
katabolisme
sehingga
yang
yang
menyatakan
menderita
ISPA,
cadangan yang tersedia akan tidak cukup
[12],
sehingga
ISPA dan kejadian stunting pada anak (p
pertumbuhan
perkembangan
anak
dan
akan
menjadi
terhambat pertumbuhannya hingga akan mengalami stunting, penelitian lain juga menunjukkan
bahwa
faktor
riwayat
dan ada hubungan riwayat penyakit
= 0,005)
[13].
Jumlah Asupan Seafood Jumlah memiliki
asupan
hubungan
seafood yang
tidak
bermakna
penyakit infeksi, frekuensi sakit diare
terhadap stunting, terlihat pada tabel 1
menjadi faktor risiko stunting
[10].
yang
mengatakan
kelompok kontrol jumlah asupan seafood
Penilitian bahwa
riwayat
diikuti
dengan
sejalan penyakit
infeksi
peningkatan
stunting sebesar 2,332 kali
akan
kejadian
[11],
serupa
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
berisiko
menunjukkan lebih
banyak
bahwa (52,5%),
pada sama
halnya dengan kelompok kasus yang memiliki jumlah asupan seafood berisiko
74
lebih banyak (61,7%) dibandingkan yang
pada
tidak berisiko, tidak adanya hubungan
persentasi lebih kecil dibandingkan dari
yang bermakna ini kemungkinan balita
kelompok kasus.
yang
sekarang
mengonsumsi
seafood
Zat
kelompok
kontrol
goitrogenik
memiliki
merupakan
salah
diatas rata-rata sebenarnya juga dibawah
satu faktor sehingga terjadinya defisiensi
standar,
iodium,
pengaruh faktor lain
seperti
dikarenakan
zat
goitrogenik
pemberian kolostrum, penyakit infeksi
dapat menghambat penyerapan iodium
dan
dalam
jumlah
asupan
goitrogenik
yang
tubuh
dan
mengakibatkan
dimana merupakan faktor risiko stunting
terhambatnya pertumbuhan pada balita
pada penelitian ini.
hingga
Asupan
seafood
berdampak
berisiko
stunting.
rendahnya
asupan
goitrogenik menurut FAO/WHO adalah
iodium sebagian balita, defisiensi iodium
10 mg/hari, rata-rata jumlah asupan
akan
memberikan
pertumbuhan,
aman
kejadian
yang
menggambarkan
Batas
pada
sianida
zat
dampak
gagalnya
goitrogenik setiap hari yang dikonsumsi
pembesaran
kelenjar
oleh balita pada kelompok kasus dan
tiroid, myxdema (pertumbuhan tulang
kontrol yaitu sebanyak 17,47 mg/hari.
yang terhambat pendek, perut buncit,
Penelitian yang dilakukan
kulit kering dan rambut rontok dan
(2013)
abortus (kematian ibu anak) Seafood merupakan
mengatakan
korelasi
[14].
oleh Fannisa
bahwa
hasil
uji
spearman menunjukkan tidak
makanan yang
adanya hubungan yang signifikan antara
tinggi akan iodium yang berfungsi untuk
frekuensi konsumsi makanan goitrogenik
mengatur reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan kadar iodium urin (p>0.05)
dengan
Hal ini sejalan dengan penilitan yang
energi
sel,
mengatur
pertumbuhan, perkembangan dan laju
dilakukan
metabolisme,
merupakan
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
bagian dari tiroksin dan senyawa lain
yang bermakna antara konsumsi sianida
yang disintesis kedalam kelenjar tiroid
dengan kadar iodium urin. Hasil uji
iodium
juga
[15].
oleh
Penelitian yang dilakukan di Ibadan
korelasi
Nigeria ada hubungan yang signifikan
asupan
antara
kekurangan
iodium
(gondok)
kadar iodium urin
dengan
kejadian
stunting
dimana
Firdanisa
[17].
Pearson sianida
antara
(2011),
hubungan
(goitrogenik)
dengan
[18]
didapatkan (p <0,05) sebanayak 21,7
E. KESIMPULAN
%[16].
Kolostrum,
Jumlah Asupan Goitrogenik
asupan zat goitrogenik merupakan faktor
jumlah
asupan
goitrogenik
risiko
penyakit
stunting
infeksi,
dan
jumlah
mempunyai
merupakan faktor risiko stunting, hal ini
hubungan
dapat dilihat pada tabel 1 menjelaskan
kejadian
bahwa
asupan seafood tidak memiliki hubungan
pada
kelompok
kasus
jumlah
asupan goitrogenik berisiko 78,3% lebih
yang stunting,
bermakna
dengan
sedangkan
jumlah
yang bermakna dengan kejadian stunting
banyak dibandingkan dengan balita yang memiliki jumlah
asupan
goitrogenik
yang tidak berisiko 21,7%, sedangkan http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
F. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada ibu dr. Nurul Eksan
75
selaku kepala Puskesmas Biromaru yang
of Age in Food Surplus Region of
telah
untuk
Ethiopia : The Case of West Gojam
melakukan penelitian kemudian kepada
Zone. Journal of Health and Nutrition.
ibu
Volume 23 (No 2). pp. 98–99.
mengizinkan Aliflaela
peneliti
yang
meluangkan
telah
bersedia
waktunya
untuk
10. Nasikhah R & Margawati A. 2012. Faktor resiko kejadian stunting pada
mendampingi selama penelitian.
balita
usia
24—36
bulan
di
G. DAFTAR PUSTAKA
Kecamatan Semarang Timur, Journal
1. Kementerian Kesehatan, 2016. Info
of Nutrition College, 1(1), 176—184.
Datin
Pusat
Data
dan
Informasi
Kementrian Kesehatan RI.
11. Picauli
dan
toy.
2013.
The
Determinant Analysis and the Impact
2. United Nation Children Emergency
of Stunting for School Children School
Fund. 2013. Improving Child Nutrition
Performance in Kupang and Sumba
the Achievable Imperative For Global
Timur, NTT. Jurnal Gizi dan Pangan.
Progress. 3 United Nations Plaza. New
Vol 8 No. 1. (ISSN 1978 – 1059).
York. NY 10017 USA. 3. Kementerian
12. Lestari,
Kesehatan,
K.,
W.,
Margawati,
A.
and
2013.
Rahfiludin, M. Z. 2014. Faktor Risiko
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013.
Stunting Pada Anak Umur 6-24 Bulan
Badan Penelitian dan Pengembangan
di
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Subulussalam Provinsi Aceh.
4. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2015. Data Stunting Tahun 2015. Kota Palu. 5. Dinas 2015.
Jurnal
Gizi Indonesia. Volume 3 (Nomor 1), pp. 37–45.
Sigi.
Kejadian Stunted Pada Anak Usia 7-
Penimbangan
Gizi
24
6. Soetjiningsih. 2007. ASI dan
Kota
Kabupaten
Kabupaten Sigi: Bora. Tenaga
Penanggalan
13. Lestari, R. I. 2016. Faktor Risiko
Kesehatan Laporan
Kecamatan
Kesehatan.
Petunjuk Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Bulan
Desa
Kecamatan
Kokap,
Kulonprogo.
Yogyakarta.
Hargorejo, Kabupaten Naskah
Publikasi. 14. Hasdiana,
7. Roesli Utami. 2015. Mengenal ASI
di
Siyoto,
Peristyowati.
Y.
Sandu
Dan
2014.
Gizi,
eksklusif seri 1. Trubus agriwidya:
Pemanfaatan Gizi Diet Dan Obesitas.
Jakarta.
Yogyakarta: Nuha Medika.
8. Nadiyah, Briawan, D. & Martianto, D.,
15. Almatsier, S. 2010. Prinsip dasar ilmu
2014. Faktor Risiko Stunting Pada
Gizi. Jakarta: PT Gramdeia Pustaka
Anak Usia 0-23 Bulan di Provinsi Bali,
Utama.
Jawa Timur.
Barat,
dan
Jurnal
Nusa
Gizi
dan
Tenggara
16. Sanusi, R. A. and Ekerette, N. N.
Pangan,
2009. Nutrition and Goiter Status of
Volume 9 (Nomor 2), pp.125–132. 9. Teshome, Getahun, Magnitude
B., Z.
Kogi-makau,
and and
Taye,
G.
Primary School Children in Ibadan, W.,
2009.
Determinants
of
Stunting in Children Under Five Years http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Nigeria. African Journal OF Biomedical Research. Volume 12 (Nomor 1). 17. Fannisa.
2013.
Konsumsi
Pangan,
Status Gizi Dan Status Yodium Anak
76
Sekolah
Dasar
Pegunungan Skripsi.
Di
Kabupaten
Institut
Pertanian
Wilayah
18. Firdanisa. 2011. Hubungan Antara
Cianjur.
Konsumsi Sianida Makanan Dengan
Bogor.
Ekskresi Iodium Urin Pada Anak SD
Bogor.
di Daerah Endemik GAKY. Skripsi. Universitas
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Diponegoro.
Semarang
77
DIFFERENCES OF HEMOGLOBIN CONTENTS BETWEEN THE PREGNANT WOMAN WHO COMES AND FOOLIN CONSUMPTION OF BISCUITS PMT FOR FREGNANT WOMEN PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN ANTARA PADA IBU HAMIL YANG PATUH DAN TIDAK PATUH DALAM KONSUMSI BISKUIT PMT IBU HAMIL HENRICK SAMPEANGIN1* Nursing Academy of Parepare E-mail: [email protected]
1Fatima
ABSTRACT Background and objective: Today the anemi condition of pregnant women has become a particular concern in Indonesia, where there are 37.1% of pregnant women who have low HB levels. This study aims to analyze differences in HB levels among obedient pregnant women and non-compliance to consume PMT biscuit. Method: This research uses purposive sampling where the respondent is chosen based on certain criteria. A total of 54 questionnaires were distributed to the respondents and analyzed by using Independent Sample T-test on SPSS program version 23. Results: There was a significant difference of HB levels between obedient pregnant women and non-adherent consume PMT biscuits. However, obedient maternal mothers had slightly higher HB levels (11,571 g / dL) than non-adherent pregnant women (10,738 g / dL) although not significantly [Sig (2-tailed) 0.176]. Conclustion: The provision of PMT biscuits pregnant women has a fairly effective effect on increasing levels of HB Pregnant Women. This study only uses a small number of respondents, so further research needs to be done by using larger samples. This study provides a rationale for identifying the effectiveness of PMT biscuit in pregnant women in order to increase HB levels. Keywords : Hemoglobin, PMT Biscuits Pregnant Women, Anemia Pendahuluan dan tujuan : Saat ini kondisi anemi ibu hamil sudah menjadi perhatian khusus di Indonesia, dimana terdapat sebesar 37,1% ibu hamil yang mempunyai kadar HB rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan kadar HB di kalangan ibuhamil yang patuh dan tidak patuh mengkonsumsi biscuit PMT. Metode: Penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana responden dipilih berdasarkan criteria tertentu. Sebanyak 54 kuesioner didistribusikan kepada responden dan dianalisa dengan menggunakan Independent Sample T-test pada program SPSS versi 23. Hasil: Penelitian ini menemukan bahwa terdapat perbedaan kadar HB yang signifikan antara ibu hamil yang patuh dengan yang tidak patuh mengkonsumsi biskuit PMT. Namun Ibu hamil yang patuh mempunyai kadar HB sedikit lebih tinggi (11,571 g/dL) dibandingkan dengan Ibu hamil yang tidak patuh (10,738 g/dL) meskipun tidak terlalu signifikan [Sig (2-tailed) 0,176]. Kesimpulan: Sehingga Pemberian biskuit PMT Ibu Hamil memiliki pengaruh yang cukup efektif terhadap peningkatan kadar HB Ibu Hamil. Penelitian ini hanya menggunakan jumlah responden yang kecil, sehingga penelitian lebih lanjut perlu dilakukan dengan menggunakan sampel yang lebih besar. Penelitian ini memberikan dasar pemikiran untuk mengindentifikasi efektivitas pemberian biscuit PMT pada ibu hamil dalam rangka meningkatkan kadar HB Kata Kunci: Hemoglobin, Biskuit PMT Ibu Hamil, Anemia
A.
PENDAHULUAN
berdampak kumulatif pada status gizi
Kematian ibu dan anak dapat
janin yang direpresentasikan
disebabkan masalah gizi yang sebenarnya
badan
masih dapat dicegah. Kekurangan gizi
Rendahnya asupan zat gizi dan status gizi
yang terjadi selama kehamilan
kurang pada ibu hamil selama kehamilan
dapat
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
lahir
yang
tidak
oleh berat optimal.
78
dapat mengakibatkan berbagai dampak
yaitu
buruk bagi ibu dan bayi (1). Salah satu
proporsi kejadian
dampaknya
pada
terjadi di Sulawesi Tengah (16,2%) dan
kekurangan
zat
menyebabkan
ibu
hamil
besi
anemia
adalah
(Fe) (2);
yang
11,1%.
Pada tahun 2013, BBLR
paling tinggi
terendah di Sumatera Utara (8,2%) (10).
dampak
Berbagai cara untuk mencegah
terhadap bayi dapat berupa bayi lahir
terjadinya gangguan pertumbuhan dan
dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
kematian janin salah satunya adalah
yaitu
perawatan
berat badan lahir di bawah 2500
gram.
Studi
menunjukkan dengan
kohort bahwa
kejadian
ibu
hamil.
Perawatan
retrospektif
kehamilan merupakan salah satu upaya
berkaitan
yang dapat dilakukan untuk mencegah
BBLR penyakit
jantung
terjadinya komplikasi
dan
koroner, hipertensi, dan diabetes tipe 2.
kematian
Kejadian penyakit tidak menular tersebut
kesejahteraan janin menjadi optimal. Ibu
merupakan
hamil
akibat
kegagalan
sehingga
kehamilan pertumbuhan
diharapkan
dapat
dan
melakukan
pertumbuhan dan perkembangan pada
perawatan kehamilannya dengan
masa janin yang berakibat permanen
(11, 12). Terdapat beberapa faktor yang
terhadap
mempengaruhi
struktur,
metabolisme terlahir
tubuh
BBLR
meninggal
fisiologi, (3,4).
Bayi
memiliki
35
kali
dan
perilaku
ibu
benar dalam
yang
merawat kehamilannya, meliputi faktor
peluang
internal dan eksternal. Faktor internal
lebih
tinggi
adalah
usia
dan
faktor
di atas 2500 gram (5).
sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis,
Badan
berhubungan nutrisi
baik
selama
dengan makro
kehamilan.
meningkat
seiring
kehamilan,
Lahir
juga
pemenuhan maupun
mikro
Kebutuhan
gizi
bertambahnya
usia
pertumbuhan
perkembangan
janin
dengan
pengetahuan,
tenaga dan fasilitas kesehatan dukungan orang
terdekat,
pendidikan.
Hal
pekerjaan ini
akan
dan
berdampak
positif pada peningkatan antropometri bayi lahir (13).
dan
bersama
adalah
sedangkan
dibandingkan dengan berat badan lahir Berat
eksternal
paritas,
Penelitian ditemukan
di
Lombok
timur
bahwa
wanita
yang
perubahan jaringan serta metabolisme
mengkonsumsi
tubuh
dan
mengalami pengurangan 18% kematian
perkembangan janin semakin cepat pada
bayi baru lahir, di bandingkan dengan
kehamilan
kematian
ibu.
Pertumbuhan
trimester
ketiga
sehingga
suplemen
bayi
pada
wanita
MMN
yang
diperlukan asupan energi dan protein
menggunakan IFA, serta penurunan 25%
yang
kematian
cukup.
Tingkat
kecukupan
gizi
bayi
wanita
kurang
badan lahir (6-8). Prevalensi BBLR di
status anemia, penurunan 11% kematian
dunia diperkirakan sebesar 15% dimana
akibat neonatal serta penurunan 33%
38% terjadi terutama di negara-negara
bayi
berkembang (9). Data Riskesdas 2013
rendah (14).
sebesar 10,2% menurun dari tahun 2010 http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
lahir
penurunan
yang
selama hamil berpengaruh terhadap berat
menunjukkan bahwa persentase BBLR
gizi,
dari
dengan
berat
ibu dengan
badan
lahir
Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut
maka
pemberian
multi
79
mikronutrien
ini
perlu
dilakukan
di
dengan
menggunakan
Uji
Indonesia, mengingat terbatasnya laporan
Independent Sample T-test:
tentang pemberian multi mikronutrien
Tempat dan Waktu Penelitian
Beda
pada ibu hamil dan dampaknya terhadap
Penelitian ini dilakukan di kota
outcome kehamilan salah satunya adalah
Parepare. Sebelum pemberian intervensi,
berat badan lahir. Selama ini, program
dilakukan
pemberian suplemen untuk ibu hamil
Penelitian dilaksanakan pada bulan April
terbatas pada zat besi secara tunggal
2017- Desember 2017.
saja.
Populasi dan Sampel Penelitian
Pemberian
multi
mikronutrien
semakin dirasakan penting di negara
1. Populasi
berkembang wanita
seperti
atau
data
awal.
Indonesia
karena
Populasi penelitian adalah seluruh ibu
hamil
yang
hamil yang mempunyai usia kehamilan
ibu
mengkonsumsi
pengambilan
multi
mikronutrien
trimester I di Kota Parepare.
adalah mereka yang sebenarnya cukup
2. Sampel
mengkonsumsi
Sampel penelitian adalah 54 ibu hamil
sementara
dalam
yang
diet
berisiko
sehari-hari kekurangan
yang
mempunyai
usia
kehamilan
justru tidak mengkonsumsinya (8,15,16).
trimester I di Kota Parepare. Sampel
Saat
penelitian diperoleh
ini
pemerintah
sementara
dengan
metode
melaksanakan ujicoba biskuit PMT ibu
purposive sampling
hamil
sampel berdasarkan kriteria yang telah
namun
tentang
belum
efektivitasnya
ada
informasi
terhadap
kadar
yaitu pengambilan
ditentukan.
hemoglobin ibu hamil dan berat badan
Instrumen Penelitian
lahir bayi. Untuk itu dianggap perlu
nstrument
melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
penelitian
tentang
studi
efektivitas program ujicoba biscuit PMT
a. b.
Tes
hematology.
pemeriksaan
perbedaan kadar hemoglobin pada Ibu
(HB)
Hamil
Microcuvet.
patuh
dan
tidak
patuh
mengkonsumsi biskuit PMT Ibu Hamil. Penelitian
ini
diharapkan
memberi
c.
peningkatan
menggunakan
Ibu
kadar
dengan
hemoglobin menggunakan
Analisis Data Data
kesehatan
Dilakukan
Checklist dan kuesioner
dampak perumusan kebijakan program kualitas
dalam
menggunakan Doppler.
Penelitian ini untuk mengetahui yang
digunakan
Pemeriksaan denyut jantung janin
terhadap kadar hemoglobin ibu hamil dan berat badan lahir.
yang
yang
diperoleh analisis
diolah
dengan
univariabel,
Hamil terutama pada 1000 Hari Pertama
bivariabel. Untuk uji statistik, tingkat
Kehidupan
kemaknaan yang digunakan p ≤ 0,05.
B. BAHAN DAN METODE
C. HASIL
Rancangan Penelitian Rancangan menggunakan
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat penelitian
―Quasy
ini
Eksperiment”
54
responden
yang
mengkonsumsi
Biskuit PMT Ibu Hamil yang terdiri dari 17 Ibu Hamil yang patuh dan 37 Ibu
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
80
Hamil yang tidak patuh. Ibu Hamil yang
kadar
patuh
Adapun
mengkonsumsi
Biskuit
PMT
Haemoglobin perbedaan
(p=0,097) HB
(16).
yang
tidak
ditemukan kadar hemoglobinnya 11,571
signifikan kemungkinan disebabkan oleh
g/dL, sedangkan kadar hemoglobin Ibu
rendahnya
Hamil yang tidak patuh 10,738 g/dL.
PMT pada ibu hamil yang
Tabel 2 menunjukkan bahwa
tidak
cakupan
konsumsi
biscuit
kurang atau
tidak mengonsumsi biscuit
PMT oleh
terdapat perbedaan yang signifikan kadar
karena biskuit PMT terasa enek dan
HB antara ibu hamil yang patuh (11,571
hanya rasa strawberry, padahal sebagian
g/dL) dengan yang tidak patuh (10,738
besar
g/dL)
adanya variasi rasa dan bau yang normal.
mengkonsumsi
biskuit
PMT,
dengan nilai p > 0,05 (p= 0,176).
ibu
hamil
Penelitian
KEK
lainnya
mengharapkan menunjukkan
bahwa pemberian PMT bagi ibu dapat D. PEMBAHASAN
meningkatkan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hamil
kadar
dengan
haemoglobin
peningkatan
hemoglobin
kadr Hb ibu hamil yang patuh dengan
sebesar 2.2 gr/dl, kelompok pembanding
dengan tidak patuh dalam mengkonsumsi
sebanyak 1.17 gr/dl dan beda rata-rata
biscuit PMT.
kedua
dilakukan
oleh
menemukan hubungan
hasil
bahwa antara
penelitian
yang
Dahlia
(2014),
tidak
terdapat
pemberian
kelompok
kadar
tidak terdapat perbedaan yang bermakna
Berdasarkan
pada
ibu
kelompok
1.03
perlakuan
gr/dl
dengan
p<0.05 serta CI 95% (0.45-1.61) (17).
PMT-
pemulihan pada ibu hamil KEK dengan Tabel 1 Deskripsi Responden Tentang Pemberian Biskuit PMT Ibu Hamil Pemberian_Biskuit N Mean Std. Std. Error Deviation Mean HB PATUH 17 11,571 1,4721 ,3570 TIDAK PATUH 37 10,738 2,2865 ,3759 Tabel 2 Uji Beda Independent Sample T-test Levene's Test for Equality of Variances F
HB
Equal variances assumed Equal variances not assumed
,286
Sig.
,595
t-test for Equality of Means
t
Df
hamil
yang
Std. Error Differenc e
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
1,373
52
,176
,8328
,6066
-,3845
2,050
1,606
46,00
,115
,8328
,5184
-,2108
1,876
Anemia merupakan masalah gizi ibu
p
Mean Differenc e
menyumbang
permasalahan berat lahir bayi. Hal ini karena ibu yang mengalami anemia pada http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
saat hamil akan meningkatkan risiko ibu melahirkan bayi dengan BBLR (18). Penelitian
menunjukkan
bahwa
kondisi yang mempengaruhi peningkatan
81
dan penurunan status gizi baik pada ibu
screening.
Journal
hamil dan balita kemungkinan adalah
Researc, 30, 110-117.
budaya turun temurun warga berupa
2. Citra, 2012
pantangan dalam mem-berikan sayur dan
3. Barker
buah
baik
pada
masa
keha-milan
ibumaupun pada masa pertumbuhan dan perkembangan tahun,
balita
sertakondisi
hingga
umur
pemberian
1
PMT-P
2004.
origins
of
4. RI
2012.
makanan
tambahan
pendamping
makanan utama (19)
peningkatan kadar HB Ibu Hamil, apabila Ibu
hamil
Penelitian
patuh
dan
Kesehatan
Yakoob of
&
Bhutta
multiple
2011.
micronutrient
supplementation during
memiliki pengaruh (efektifitas) terhadap
dan
Kementerian RI. Effect
Pemberian biskuit PMT Ibu Hamil
disease.
Demografi
Badan
5. Haider,
E. KESIMPULAN
adult
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012. Pengembangan
sebagai
developmental
Survei
makanan
bukan
Nutrition
Acta Paediatrica, 93, 26-33.
Jakarta:
dan
The
chronic
(susu dan biskuit) yang dijadikan sebagai utama
of
pregnancy
on maternal and birth outcomes. BMC Public Health,11, S19. 6. Arkkola
2009.
Diet
during
mengkonsumsinya.
pregnancy:dietary pattern and weight
Perbedaan antara Ibu Hamil yang patuh
gain rate among finnish pregnant
dan
women. Universitasis Ouluensis : D
yang
tidak
patuh
tidak
terlalu
signifikan. Oleh karena itu, kadar gizi multi
mikronutrien
dalam Biskuit ditingkatkan.
yang
PMT Ibu Hal
terkandung Hamil
tersebut
perlu
mengingat
medika, 1037. 7. Athanasiadis, Menexes,
Michaelidou,
Theodoridis,
Tzevelekis,
Fotiou,
Ganidou,
Assimakopoulos
&
biskuit PMT Ibu Hamil dapat membantu
Tarlatzis 2011. Correlation of 2nd
peningkatan kadar HB Ibu hamil. Selain
trimester amniotic fluid amino acid
itu,
dan
profile
Ibu
estimated fetal weight. J Matern Fetal
masih
sosialisasi
minimnya manfaat
promosi
biskuit
PMT
Hamil, berdampak pada ketidaktahuan Ibu
Hamil
akan
pentingnya
mengkonsumsi biskuit tersebut.
with
gestational
age
and
Neonatal Med, 24, 1033-8. 8. Andersen, Holst, Michaelsen, Baker & Sorensen 2012. Weight and weight gain during early infancy predict
F. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian
ini
dapat
childhood
terlaksana
atas
bantuan Hibah doktor dari Dikti.
The 1. H.A.
Bawadia
2010. improves
a
case-cohort
study. Int J Obes (Lond), 36, 1306-11. 9. Bailey,
G. DAFTAR PUSTAKA
obesity:
West
Jr
&
Black
Epidemiology
of
2015. Global
Micronutrient Deficiencies. Annals of &
Al-Mehaisenb.
Gestational outcomes
nutrition of
vaginal
deliveries in Jordan: an epidemiologic
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Nutrition and Metabolism, 66, 22-33. 10. Kementerian
Kesehatan
Laporan
Riset
Dasar
Hasil
(Riskesdas)
2013.
2013.
Kesehatan Jakarta:
82
Kementerian
Kesehatan
RIDinKes
Jateng. 11. Easter,
Solmi,
Corfield,
Bye,
Schmidt,
Taborelli,
Treasure
&
Micali 2015.
Hemoglobin
Dan
Badan
Hamil Kurang
Ibu
Kenaikan
Berat Energi
Kronis. https://publikasi.polije.ac.id/index.p hp/jii/article/viewFile/25/20
12. Amir, Micha, Ariel, Liat, Jehoshua &
17. Ayu
Dwi
Putri
Rusman.
Adrian 2007. Predicting factors for
Pemberian
endometrial
during
(PMT) Pada Ibu Hamil Trimester III
treatment with assisted reproductive
Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan
technology. Fertil Steril, 87, 799-804
Kadar
13. Wahyuni,
thickness
Juliann
&
Rahtiluclin
2004. Hubungan Asupan Zat Gizi Makro
Dan
Trimester
Micro III
Ibu
Dengan
Hemoglobin.
Universitas Gadjah Mada 18. Baker, Wheeler, Sanders, Thomas, Seed & Poston 2009. A prospective study
of
micronutrient
adolescent 1124
infant death in Indonesia: a double-
19. Nurina,
371, 215-227.
Program of
in
American
Rahma.
Complementary
Intake
status
pregnancy.
blind cluster-randomised trial. Lancet 15. Hartriyanti, Suyoto, Muhammad &
Jones,
Journal of Clinical Nutrition, 89, 1114-
supplementation on fetal loss and
Nutrient
:
Status
micronutrient
2012.
Yogyakarta
Hutchinson, Clarke, Berry,
14. Shankar 2008. Effect of maternal
Palupi
Tambahan
Hamil
Antropometri Bayi Lahir. multiple
Makanan
2014.
Status Infants
to of in
2016.
Foods Increase
Pregnant Cilamaya
Giving Nutritional
Women
and
Kulon
and
Pregnant Women in Indonesia: A
Cilamaya Wetan District, Karawang.
Review.
Jurnal Care, 1(1):44-49
Malaysian
journal
of
nutrition, 18, 113-124. 16. Dahlia
Indah
Hubungan
Amareta.
Pemberian
2016.
Makanan
Tambahan-Pemulihan Dengan Kadar
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
83
THE ROLE OF ZINC AND PSYCHOSOCIAL FACTOR TOWARDS POSTPARTUM BLUES OCCURRENCE OF MOTHERS FROM SMOKING AND NON-SMOKING FAMILIES PERAN ZINK DAN FAKTOR PSIKOSOSIAL TERHADAP KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU DARI KELUARGA PEROKOK DAN NON PEROKOK YESSY KURNIATI1, WARDIHAN SINRANG2, SAIDAH SYAMSUDDIN3, BOHARI4 1Akademi Kebidanan Ina U Makassar, Indonesia 2Bagian Fisiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia 3Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Indonesia 4Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRACT Background & Objective: Most mothers experience postpartum blues after delivery. The research aimed at comparing the zinc factor and psychosocial factor towards the postpartum blues incident of the mothers of the smoking and non-smoking families. Methods: The research was conducted in Mother and Child Hospital, Siti Fatimah with 70 samples. The zinc content measurement was carried out using the blood plasma taken in the morning when the mothers were not fasting, then examined by the colorimetric method. The postpartum blues was measured EPDS. Results: The zinc content of the mothers of the smoking family tends to be lower (13.61 μg /dl) compared with the mothers of non-smoking family (10.01 μg/dl), however, the difference is not significant (0.063). The mothers with the husbands and family‟s support are mostly found on the respondents of the non-smoking family namely 59,9% and 100% compared the respondents of the smoking family. There are also more mothers of the non-smoking family who get married on their own choice (76,9%). The postpartum blues incident on the mothers of the smoking family is a big higher (59,9%) than the mothers of the non-smoking family (46,2%). There is no correlation between the zinc content and postpartum blues incident on the mothers of the smoking family (r=0.096), and non-smoking family (r=0.639). Conclusion: The zinc has not become the biological factor causing the postpartum blues and its content is lower on the mothers of smoking family. Keywords : antioxidants, depression, pasif smokers, postpartum blues, zinc Pendahuluan & Tujuan: Sebagian besar ibu mengalami postpartum blues setelah melahirkan. Penelitian ini bertujuan membandingkan peran zink dan faktor psikososial terhadap kejadian postpartum blues pada ibu dari keluarga perokok dan nonperokok. Metode: Penelitian ini dilaksanakan di RSIA Siti Fatimah.Sampel sebanyak 70 orang.. Pengukuran kadar zink dilakukan menggunakan plasma darah yang diambil pada pagi hari saat ibu tidak berpuasa, kemudian diperiksa dengan metode kolorimetrik. Kejadian postpartum blues diukur dengan EPDS Hasil: Kadar zink pada ibu dari keluarga perokok cenderung lebih rendah (13.61 μg /dl) bila dibandingkan dengan ibu dari keluarga nonperokok (10.01 μg/dl), tetapi perbedaannya tidak bermakna (0.063). Ibu yang mendapat dukungan suami dan keluarga lebih banyak ditemukan pada responden dari keluarga non perokok, yaitu 59,9% dan 100% bila dibandingkan dengan responden dari keluarga perokok. Juga lebih banyak ibu dari keluarga nonperokok yang menikah dengan pilihannya sendiri (76,9%). Kejadian postpartum blues pada ibu dari kelurga perokok sedikit lebih tinggi (59,6%) dibandingkan dengan ibu dari keluarga nonperokok (46,2%). Tidak ditemukan korelasi antara kadar zink dan kejadian postpartum blues pada ibu dari keluarga perokok (r=0.096) dan nonperokok (r=0.639) Kesimpulan: Zink belum menjadi faktor biologis yang menyebabkan postpartum blues dan kadarnya ditemukan lebih rendah pada ibu dari keluarga perokok Kata Kunci: antioksidan, depresi, perokok pasif, postpartum blues, zink
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
84
A. PENDAHULUAN
seperti
Setelah persalinan, ibu biasanya akan mengalami
perubahan
Perubahan
psikologis
psikologi. pada
masa
serotonin
mikronutrient
(5).
yang
Salah
berperan
satu penting
pada depresi adalah zink. Zink berperan sebagai
neuroreseptor
dan
postpartum tersebut biasanya terdiri dari
neurotransmisi. Zink berpengaruh secara
tiga
langsung maupun tidak langsung pada
bentuk,
depresi
yaitu
postpartum
postpartum
dan
blues,
psikosis
postpartum (1). Namun, secara umum
keseimbangan glutamatergik (6). Pada tikus coba, perilaku yang lebih
masalah psikologis itu disebut sebagai
agresif
dan
cemas
ditunjukkan
pada
Depresi Postpartum (DPP).
subjek yang mengalami defisiensi zink sering
bila dibandingkan dengan kontrol (7).
merasa cemas dan khawatir berlebihan
Hewan coba yang terpapar situasi stress,
terkait dengan persalinan dan peran baru
baik yang kronis maupun akut memiliki
sebagai
Fakta
konsentrasi zink yang lebih rendah secara
menunjukkan bahwa depresi pada ibu
signifikan bila dibandingkan kelompok
akan berbahaya tidak hanya bagi ibu
control (8). Pada manusia, kadar zink
sendiri, namun juga akan berdampak
yang
pada bayi dan keluarganya. DPP dapat
gangguan
mempengaruhi
terlihat konsisten pada berbagai usia,
Ibu
yang
mengalami
orang
DPP
tua
(2).
kecerdasan
bayi
dan
rendah
berhubungan
mood.
Hubungan
dengan tersebut
perkembangan sosialnya.Selain itu, pada
dari usia dewasa muda
ibu sendiri bila kondisi situasi tersebut
lanjut. Beberapa studi juga menunjukkan
tidak
jadi
adanya hubungan tentative antara zink
menyebabkan kecendrungan ibu untuk
dan pengaturan mood pada bayi dan
bunuh diri (3).
anak-anak (9).
diatasi,
Risiko
maka
DPP
bisa
meliputi
Selain berhubungan dengan depresi
stress
secara umum, zink juga berperan pada
psikologis, dukungan sosial ekonomi yang
terjadinya DPP pada ibu (10). Sebuah
tidak
studi
gangguan
pada
mental
sebelumnya,
memadai
persalinan
ibu
hingga usia
dan
yang
pengalaman
sulit.
Ibu
yang
wanita
kohort
dilakukan
yang
diberikan
66
suplementasi
mengalami stress secara fisiologi juga
zink.Serum
rentan mengalami DPP (4).
pada tiga titik waktu, yaitu satu bulan
Dalam tinjauan fisiologis, penyebab terjadinya
DPP
terdiri
dari
beberapa
zink
terhadap
kemudian
diperiksa
sebelum melahirkan, 3 hari dan 30 hari setelah
melahirkan.
faktor.Pertama, defisiensi zat gizi dan
menunjukkan
ketidakseimbangan
metabolik.
Kedua,
berhubungan dengan keparahan gejala
penurunan
hormon
kehamilan
depresi pada ibu yang mengalami DPP
kadar
yaitu progesterone dan estrogen yang terjadi secara cepat setelah persalinan. Ketiga,
terjadinya
mekanisme adernokortikal
alterasi
bahwa
Hasilnya kadar
zink
(11). Pada KONAS IAKMI tahun 2016, telah
pada
dipresentasikan perbandingan kadar zink
hipotalamic-pituitary-
ASI pada ibu dari keluarga perokok dan
(HPA
axis).
Keempat,
terjadinya alterasi kadar neurotransmiter, http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
non
perokok.
Studi
yang
dilakukan
secara cross-sectional tersebut mengukur
85
kadar zink ASI pada ibu yang memiliki
postpartum blues pada ibu sebesar 80%
bayi
(14).
usia
0-6
sebanyak
bulan
45
di
Kota
responden.
menunjukkan
Binjai
Hasilnya
bahwa kadar zink ASI
Berdasarkan tersebut,
berbagai
maka
tujuan
paparan
penelitian
ini
pada ibu keluarga perokok jauh lebih
adalah untuk melihat bagaimana kadar
rendah dari ibu keluarga non perokok.
zink dan kejadian postpartum blues pada
Nilai rata-rata zink pada ASI ibu dari
ibu
keluarga perokok adalah 23,53 mg/l,
perokok
sedangkan pada ibu dari keluarga non
B. BAHAN DAN METODE
perokok adalah 29,39 mg/l. Hasil uji
Lokasi dan Rancangan Penelitian
beda
menemukan
bermakna
(12).
dilakukan
di
perbedaan
Dari Binjai
penelitian tersebut,
dari
keluarga
perokok
Penelitian ini dilaksanakan di RSIA
yang
Siti Fatimah Makassar . Jenis penelitian
dapat
yang
dilakukan
adalah
studi
dengan desain cross sectional.
dari
Populasi dan sampel
dibandingkan
perokok kadar
lebih
zink
rendah
ibu
non
yang
diasumsikan bahwa kadar zink pada ibu keluarga
dan
dari
Populasi
penelitian
analitik
ini
adalah
keluarga non perokok. Karena kadar zink
seluruh ibu melahirkan yang dirawat di
pada ASI tentunya merupakan gambaran
RSIA Siti Fatimah periode Mei-Juni 2017
kadar
sendiri.
yang dipilih secara purposive sampling
Rendahnya kadar zink pada ibu dari
yang telah memenuhi kriteria inklusi,
keluarga perokok, karena ibu tersebut
yaitu Ibu postpartum yang dirawat di RS
menjadi perokok pasif. Paparan asap
St. Fatimah Periode Maret-Mei
rokok pada perokok pasif menyebabkan
melahirkan secara normal, ibu multipara
terbentuknya
yang
dan bersedia menjadi responden (mengisi
membutuhkan lebih banyak antioksidan
informed consent). Berdasarkan kriteria
untuk
yang telah ditetapkan terpilih 70 ibu
zink
pada
ibu
radikal
menetralisirnya.
itu
bebas Salah
satu
antioksidan yang dibutuhkan adalah zink
nifas.
(13).
Metode pengumpulan data
Di Indonesia, DPP jarang ditinjau dari
Pengumpulan
data
2017,
dilakukan
oleh
aspek fisiologis. Studi tentang zink juga
petugas lapangan dan petugas kesehatan
jarang
yang
yang
postpartum.
dilakukan Padahal
pada
ibu
berdasarkan
merawat
dikumpulkan
ibu.
oleh
Skor
petugas
lapangan
berbagai literatur ditemukan hubungan
menggunakan
antara zink dan DPP. Selain itu, studi
Depression Scale, yang merupakan alat
tentang hubungan zink dan DPP belum
ukur depresi pasca melahirkan yang telah
pernah dilakukan pada ibu dari keluarga
terstandarisasi. Selain itu, dikumpulkan
perokok dan non perokok. Postpartum
juga data tentang aspek merokok melalui
blues, sebagai salah satu jenis depresi
kuesioner. Data zink ditentukan melalui
pada ibu postpartum cukup prevalen di
pemeriksaan
Indonesia. Salah satu penelitian yang
dikumpulkan
dilakukan pada ibu postpartum di RSUD
keadaan responden tidak berpuasa oleh
Pangkep
petugas kesehatan yang merawat ibu.
menemukan
prevalensi
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Edinburg
depresi
plasma pada
pagi
Postnatal
darah
yang
hari
dalam
86
Kemudian kadar zink diperiksa melalui
besar adalah wiraswasta, yaitu sebanyak
metode
menggunakan
45,7%. Pendapatan keluarga responden
QuantiChrom Zink Assay Kit (DIZN-250).
sebagian besar adalah dua juta atau lebih
Merupakan kit pemeriksaan zink yang
perbulannya,
memiliki tingkat sensitifitas dan akurasi
Jumlah anggota rumah tangga paling
yang
banyak adalah 4 orang atau kurang yaitu
kolorimetrik
baik
serta
perlakuan
tidak
persiapan
membutuhkan
terhadap
sampel
yaitu
sebanyak
52,9%.
sebanyak 57,1% (Tabel 1).
(pretreatments).
Tabel 1. Karakteristik Responden di
Analisis data
RSIA St. Fatimah Tahun 2017
Data penelitian diolah menggunakan SPSS
versi
16.
Untuk
mengetahui
perbedaan kadar zink pada ibu dari keluarga
perokok
dan
non
perokok
digunakan uji t tidak berpasangan. Untuk mengetahui
perbedaan
kejadian
postpartum blues pada ibu dari keluarga perokok
dan
keluarga
non
perokok
digunakan uji chi square. Sedangkan untuk mengetahui korelasi antara kadar zink dan kejadian postpartum blues pada ibu
dari
keluarga
perokok
dan
non
perokok digunakan uji spearman. C. HASIL Responden pada penelitian ini sebagian besar berada pada usia produksi sehat (usia 20-36) tahun yaitu sebanyak 75,7%. Sedangkan yang paling sedikit adalah yang berusia kurang dari 20 tahun, yaitu sebanyak
4,3%.
Berdasarkan
aspek
pendidikan, terlihat bahwa baik pada responden sebagian
maupun suaminya ternyata besar
tamat
SMA
yaitu
sebanyak 44,3%. Sedangkan yang paling sedikit pada responden adalah
tamat
Perguruan Tinggi yaitu 5,7% dan pada suami responden adalah tidak sekolah yaitu
5,7%.
Berdasarkan
pekerjaan,
sebagaian besar responden adalah Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 94,3%, dan sisanya bekerja sebagai PNS (1,4%), karyawati
(1,4%)
Pekerjaan
suami
dan
guru
responden
(2,9%). sebagian
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Jumlah n %
Karakteristik
Usia Ibu (n=70) < 20 tahun 3 4.3 20-36 tahun 53 75.7 >36 tahun 14 20 Pendidikan Ibu (n=70) Tidak sekolah 6 8.6 Tamat SD 10 14.3 Tamat SMP 19 27.1 Tamat SMA 31 44.3 Tamat PT 4 5.7 Pendidikan suami (n=70) Tidak sekolah 4 5.7 Tamat SD 13 18.6 Tamat SMP 16 22.9 Tamat SMA 31 44.3 Tamat PT 6 8.6 Pekerjaan ibu (n=70) PNS 1 1.4 Karyawan 1 1.4 Guru honorer 2 2.9 IRT 66 94.3 Pekerjaan suami (n=70) PNS 1 1.4 Karyawan 1 1.4 Wiraswasta 32 45.7 Buruh 25 35.7 Supir 6 8.6 Nelayan 2 2.9 Teknisi 2 2.9 Satpol PP 1 1.4 Pendapatan keluarga (n=70) < 2 juta 33 47.1 > 2 juta 37 52.9 Jumlah Anggota RT (n=70) < 4 orang 40 57.1 > 4 orang 30 42.9 Kadar zink pada ibu dari keluarga perokok dan non perokok Kadar berasal
zink
dari
pada keluarga
responden
yang
perokok
lebih
rendah (10,02µg/dl) dibandingkan kadar zink pada responden yang berasal dari keluarga
bukan
perokok
(13,61µg/dl).
87
Besar perbedaannya adalah 3,49µg/dl.
57,9%.
Namun belum ditemukan hubungan yang
bermakna (p=0,703). Berdasarkan jumlah
bermakna
rokok
antara
status
merokok
Namun yang
perbedaan
dihisap
tidak
oleh
keluarga
bahwa
kejadian
keluarga responden dengan kadar zink
responden,
pada responden (p=0,052) (Tabel 2).
postpartum blues pada responden yang
Tabel 2. Kadar Zink berdasarkan Status Merokok Keluarga Responden di RSIA St. Fatimah Tahun 2017 Status Keluarga Kadar Zink ((µg/dl)) Ibu mean SD p* 6.4 0.06 Keluarga Perokok 10.02 3 3 Bukan keluarga 4.8 13.61 perokok 6
keluarganya menghisap kurang dari 10
Kejadian
Korelasi
postpartum
blues
pada
terlihat
itu
batang per hari lebih tinggi yaitu 61,3% bila
dibandingkan
responden
dengan
jumlah rokok yang dihisap oleh keluarga 10 batang atau lebih dalam sehari, yaitu 57,7%.
Namun
perbedaan
itu
tidak
zink
dan
ibu
dari
bermakna (p=0,783) (Tabel 3). antara
kadar
ibudari keluarga perokok dan non
postpartum
perokok
keluarga perokok dan non perokok
Kejadian postpartum blues
sedikit
Keluarga
blues
perokok,
pada
responden
yang
lebih tinggi pada responden yang berasal
menderita postpartum blues
dari
kadar zink yang lebih tinggi yaitu 11,18
keluarga
dibandingkan
perokok dengan
yaitu
59,6%,
responden
yang
memiliki
µg/dl, sedangkan responden yang tidak
berasal dari keluarga bukan perokok
menderita postpartum blues
yaitu 46,2 %. Namun perbedaan itu tidak
kadar zink 8,29 µg/dl. Besar perbedaan
bermakna (p=0,375). Berdasarkan lama
kadar zinknya adalah 2, 89 µg/dl. Tidak
terpapar
terlihat
ditemukan korelasi antara kadar zink dan
pada
kejadian postpartum blues pada ibu dari
dengan
asap
rokok,
bahwa kejadian postpartum blues
responden yang terpapar kurang dari 10
keluarga
tahun
keluarga non perokok, responden yang
lebih
tinggi
yaitu
62,2%
bila
perokok
(r=0,096).
memiliki
dibandingkan dengan responden dengan
menderita
durasi paparan selama 10 tahun atau
memiliki kadar zink yang lebih tinggi,
lebih, yaitu 46,2%. Namun perbedaan itu
yaitu 14,34 µg/dl, sedangkan responden
tidak bermakna (p=0,599). Berdasarkan
yang tidak menderita postpartum blues
durasi
memiliki kadar zink
paparan
harian
dengan
asap
postpartum
blues
Pada juga
13.06 µg/dl. Besar
kejadian
perbedaan kadar zink adalah adalah 1,28
pada responden yang
µg/dl. Tidak ditemukan korelasi antara
terpapar 2 jam atau lebih dalam sehari
kadar zink dan kejadian postpartum blues
lebih
pada ibu dari keluarganon
rokok,
terlihat
postpartum blues tinggi
dibandingkan
bahwa
yaitu dengan
63,2%, responden
bila yang
perokok
(r=0,639) (Tabel 4).
terpapar kurang dari 2 jam sehari, yaitu
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
88
Tabel 3. Kejadian Postpartum blues berdasarkan Karakteristik Merokok keluarga Responden di RSIA St. Fatimah Tahun 2017 Kejadian Post partum Blues Karakte-ristik Ya Tidak Inter-pretasi p* n % n % Keluarga Perokok (n=70) Tidak Ya 34 59.6 23 40.4 0.375 berbeda Tidak 6 46.2 7 53.8 Lama terpapar (n=57) Tidak <10 thn 23 62.2 14 37.8 0.599 berbeda > 10 thn 11 55 9 45 Durasi paparan harian (n=57) Tidak <2 jam 22 57.9 16 42.1 0.703 berbeda > 2 jam 12 63.2 7 36.8 Jumlah rokok (n=57) Tidak < 10 19 61.3 12 38.7 0.783 berbeda > 10 15 57.7 11 42.3 Tabel 4. Korelasi antara Kadar Zink dan Kejadian Postpartum blues pada Keluarga Perokok dan Non Perokok Status Keluarga Responden Keluarga Perokok (n=57) Bukan keluarga perokok (n=13)
Postpartum blues Ya (n=34) Tidak (n=23) Ya (n=6) Tidak (n=7)
Kadar Zink (µg/dl) min max 0.59 21.72 0.54 20.9 10.55 20.28 2.24 17.78 responden
D. PEMBAHASAN
r* mean 11.18 0.096 8.29 14.34 0.639 13.06 tidak berpuasa. Hasil
penelitian ini sama dengan hasil studi
Pada penelitian ini ditemukan bahwa
yang melihat kadar micronutrient pada
kadar zink pada responden yang berasal
ibu hamil di Kecamatan Bontonompo.
dari
Studi tersebut menemukan bahwa kadar
keluarga
(10,02µg/dl) pada
perokok
dibandingkan
responden
keluarga
lebih
bukan
yang perokok
rendah
kadar
zink
zink
pada
ibu
hamil
berasal
dari
Bontonompo dan Bontonompo Selatan
(13,61µg/dl).
semuanya mengalami defisiensi (<65mg/l)
Kecamatan
Besar perbedaannya adalah 3,49µg/dl.
(15).
Namun belum ditemukan hubungan yang
dilakukan
bermakna
Takalar tahun 2004, menemukan bahwa
antara
status
merokok
Sedangkan
di
oleh
keluarga responden dengan kadar zink
90,6%
pada responden (p=0,052).
resoponden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar zink pada responden seluruhnya
ibu
penelitian
Daud
di
hamil pada
yang
Kabupaten
yang studi
menjadi tersebut
mengalami defisiensi zink (16). Studi
ini
menemukan
kejadian
berada di bawah normal, yaitu <66 µg/dl
postpartum blues sedikit lebih tinggi pada
berdasarkan standar yang diberikan oleh
responden yang berasal dari keluarga
2nd
perokok
National
Health
and
Nutrition
yaitu
59,6%,
dibandingkan
Examination Survey of USA. Kadar zink
dengan
tersebut diukur pada pagi hari saat
keluarga bukan perokok yaitu 46,2 %.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
responden
yang
berasal
dari
89
Namun perbedaan itu tidak bermakna
tersebut juga menemukan bahwa kadar
(p=0,375).
korelasi
zink berkorelasi positif dengan skor EPDS
kejadian
justru pada 6 minggu pasca partum (18).
antara
Tidak
kadar
ditemukan zink
dan
postpartum blues pada ibu dari keluarga perokok (r=0,096) blues
pada ibu dari
keluarga non perokok (r=0,639).
Demikian pula penelitian
yang menilai perbedaan kadar zink pada 3 kelompok wanita, yaitu wanita yang
Wanita yang mengalami postpartum
memiliki
riwayat
depresi
blues
biasanya lebih mudah menangis,
wanita
yang
lebih
cemas,
depresi
postpartum
lebih
labil
Crayton,
dan
lebih
tidak
postpartum,
memiliki dan
riwayat
wanita
yang
emosional bila dibandingkan biasanya.
menderita depresi namun tidak memiliki
Postpartum blues
riwayat
biasanya terjadi pada
depresi
postpartum.
Ternyata
hari ke 3 sampai hari ke 5 setelah
tidak ditemukan perbedaan kadar zink
persalinan.
yang bermakna pada ke 3 kelompok
Menurut
postpartum blues
Miller,
kejadian
tidak terkait dengan
riwayat
psikiatrik,
konteks
budaya,
paritas.
Namun
stress
lingkungan,
wanita tersebut (19). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyusuan
ataupun
kadar zink pada responden yang berasal
faktor-faktor
tersebut
dari
keluarga
biasanya berpengaruh ketika postpartum
(10,02µg/dl)
blues
pada
berkembang
menjadi
depresi.
perokok
lebih
dibandingkan
responden
zink
berasal
dari
keluarga
dialami 60% wanita hampir sama dengan
Besar perbedaannya adalah 3,49µg/dl.
gejala depresi pada umumnya. Namun
Namun belum ditemukan korelasi yang
memiliki beberapa karakteristik spesifik
bermakna
seperti mimpi buruk, imsomnia, phobia,
keluarga responden dengan kadar zink
kecemasan,
pada responden (r=0,052).
dan
perubahan
mood.
sensitifitas Sedangkan
perokok
kadar
Gejala depresi pasca melahirkan yang
meningkatnya
bukan
yang
rendah
antara
(13,61µg/dl).
status
merokok
Mekanisme zink sebagai antidepresan
menurut Sloane, gejala depresi pasca
dapat
salin adalah kurang nafsu makan, sedih,
mekanisme. Yang pertama yaitu melaui
murung, imsomnia, anoreksia, merasa
teori
terganggu dengan perubahan fisik, sulit
merupakan
konsentrasi, melukai diri, lemah dalam
reseptor NMDA. Karena hal tersebut zink
kehendak,
memicu aktivitas antidepresan melalui
untuk
tidak
masa
mempunyai
depan
dan
harapan
tidak
mau
berhubungan dengan orang lain (17).
dijelaskan
melalui
glutamatergik. antagonis
beberapa
Dimana dari
zink
kompleks
kompleks tersebut (20). Selain itu, terapi kronis dengan zink dapat meningkatkan
Hasil studi ini sama seperti yang
ekspresi BDNF di tingkat gen dan protein
ditemukan di Swedia, pada studi yang
serta mengurangi afinitas glisin pada
dilakukan untuk menilai risiko depresi
reseptor NMDA. Selain itu zink juga
postpartum
saat
merupakan antagonis dari MGlu 1 dan
persalinan, menemukan bahwa tidak ada
group II reseptor glutamate metabotropic
perbedaan kadar zink pada penderita
yang merupakan reseptor yang berperan
postpartum blues dan tidak (p=428) pada
penting pada mekanisme antidepresan
pengukuran 3 hari postpartum. Studi
(21).
dengan
kadar
zink
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
90
Mekanisme
yang
kedua
adalah
tidak signifikan. Tidak ditemukan korelasi
melalui inhibisi terhadap enzim GSK-3
antara
(Glycogen
postpartum blues
Synthetase
yangmerupakan
enzim
menyebabkan synthetase
Kinase-3) yang
deaktivasi
melalui
glycogen
fosforilasi.
kadar
zink
dan
kejadian
baik pada ibu dari
keluarga perokok dan non perokok. Perlu dilakukan
upaya
pencegahan
Zink
peningkatan jumlah ibu yang menjadi
menghambat aktivitas fosforilasi GSK-3
perokok pasif melalui upaya edukasi,
yang terkait dengan aktivitas terapeutik
promosi dan advokasi mengingat dampak
dari ion tersebut. GSK-3 menghambat
buruk asap rokok terhadap kesehatan ibu
aktivitas CREB dan berkorelasi negative dengan BDNF, sehingga penghambatan
F. UCAPAN TERIMA KASIH
pada aktivitas GSK-3 akan meningkatkan
Penulis
aktifitas CREB dan meningkatkan fungsi
kepada Kementrian Riset, Teknologi dan
BDNF (22).
Pendidikan Tinggi untuk biaya penelitian
Mekanisme melalui
yang
interaksi
transporter estrogen
antara
serotonin.
postpartum,
ketiga
zink
Dalam
penurunan dan
adalah
terima
kasih
yang diberika, Rumah Sakit Ibu dan Anak
dan
St. Fatimah Makassar atas izin penelitian
kondisi
yang diberikan serta para ibu yang telah
hormone
progesterone
mengucapkan
akan
bersedia
menjadi
responden
pada
penelitian ini.
menurunkan aktifitas serotonergic pusat. Penurunan serotonin akan menyebabkan
G. DAFTAR PUSTAKA
depresi. Kadar zink sendiri dipengaruhi
1. Sinclair.
oleh banyak variabel seperti inflamasi, perubahan
hormone
dan
asupan
demikian,
postpartum blues
pada
kejadian
sepertinya peran zink
tidak terlihat. Karena bisa jadi postpartum blues
Saku
Kebidanan.
Jakarta : EGC, 2009. 2. Yonkers
et
al
.
Diagnosis,
Pathophysiology and Management of
makanan. Meski
Buku
sebagai
bagian
dari
depresi
Mood
Disorder
Postpartum
in
Woman..
Pregnant 2011,
and
Obstet
Gynecol, pp. 961-977. 3. Green
et
al. in
Role
of
Estradiol
postpartum lebih didominasi oleh faktor
Withdrawal
Anhedonic'Socrose
psikososial dan perubahan hormon yang
Consumption : A Model of Postpartum
cepat. Sehingga peran zink tidak terlihat
Depression.. 2009, Physiol Behavior,
pada kejadian tersebut.
pp. 259-265. 4. Corwin et al. Symptoms of Postpartum Depression Associated With Elevated
E. KESIMPULAN Kadar
zink
pada
keluarga
Levels of Interleukin-1 B During The
perokok lebih rendah bila dibandingkan
First Month Postpartum.. 2008, Biol
ibu dari keluarga non perokok. Kejadian
Res Nurs, pp. 128-133.
postpartum blues lebih
tinggi
pada
ibu
dari
juga terlihat sedikit ibu
dari
5. Etebary et al. Postpartum Depression
keluarga
and Role of Serum Trace Elements..
perokok dibandingkan ibu dari keluarga
2010, Iranian J Psychiatry, pp. 40-46.
non perokok. Meski perbedaan tersebut http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
91
6. Mlyniec.. Zink in The Glutamatergic Theory of Depression. 2015, Current Neuropharmacology, pp. 505-513. 7. Takeda et al. Enhacement of Socil Isolation-Induced Aggressive Behavior of Young Mice by Zink Deficiency. 2008, Life Science, pp. 909-14. 8. Teng et al. Effect of Restraint Stress on Iron, Zink, Calcium and Magnesium Whole Blood Levels in Mice.. 2008, Biol Trace Elem Res, pp. 243-8. 9. DiGirolamo & Ramirez-Zea. Role of Zink in Maternal and Child Mental Health.. 2009, American Journal of Clinical Nutrition, pp. 940S-945S. 10. Ellsworth-Bowers & Corwin. Nutrition and The Psyshoneuroimmunology of Postpartum Depression.. 2012, Nutr Res Rev, pp. 180-192. 11. Wojcik et al. Antepartum/Postpartum Depressive Symptoms and Serum Zink and
Magnesium
Levels.
2006,
Pharmacol Rep, pp. 571-576. 12. Sudaryati et al. Perbedaan Kadar Zink Dalam ASI pada Keluarga Perokok dan Bukan Perokok di Kota Binjai Tahun 2016.. Makassar : FKM Unhas, 2016. KONAS IAKMI XIII. p. 275. 13. Viroonudompol et al. Effect of Active and Passive Smoking on Heavy Metal Toxic and Antioxidant Trace Element. 2016,
Journal
of
Medical
and
Bioengineering, pp. 58-62. 14. Meilina,
AR.
Hubungan
Postpartum Blues Persalinan Pangkep Tesis
di
Antar
dan
Pengalaman
RSUD
Kabupaten
Tahun
2014.
Pascasarjana
Makassar : Universitas
Hasanuddin, 2014.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
15. Syah et al. Status Zat Gizi Mikro (besi, asam folat dan seng) dan kerusakan DNA pada anemia ibu hamil di Kecamatan Bontonompo dan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa Tahun 2012.. 2012, e journal pps unhas. 16. Daud, Nurpudji Astuti. Pengaruh Pemberian
Zink
pada
Ibu
Hamil
Kurang Energi Kronik Terhadap Berat Lahir
dan
Kabupaten
Status
Gizi
Bayi
Takalar.
di
Makassar :
Disertasi PPS Unhas, 2004. 17. Sloane & Benedict. Petunjuk Lengkap Kehamilan. Jakarta : Pustaka Mitra, 2008. 18. Magnusson,
Karin.
Risk
for
Postpartum Depression in Association With Zink, Magnesium and Calcium Levels at Delivery. Swedia : Upsala University, 2011. 19. Crayton & William. Elevated Serum Copper
Levels
History
of
in
Woman
Postpartum
With
a
Depression..
2007, Journal of Trace Element in Medicine and Biology, pp. 17-21. 20. Bernadeta-Szewcyzk
et
al.
Antidepressant Activity of Zink and Magnesium: the View of The Current Hypothese of Antidepressant Action.. 2008,
Pharmacological
Report,
pp.
588-599. 21. Pilc et al . Mood Disorder Regulation By Metabotropic Glutamate Receptors.. 2008, Biochem Pharmacol, pp. 9971006. 22. Ilouz et al . Inhibition of Glycogen Synthase Kinase-3 B by Divalet Zink Ions : Insight Into The Insulin-Mimetic Action of Zink. 2002, Biochem Biophy S Res Common, pp. 102-106
92
THE RISK FACTOR OF UNDERWEIGHT ON TODDLER AT BIROBULI PUBLIC HEALTH CENTER OF SOUTH PALU DISTRICT FAKTOR RISIKO GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BIROBULI KECAMATAN PALU SELATAN LISDA RONGKONG*1, NURDIN RAHMAN1, HERMAN2 Gizi Kesmas , Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako 2Bagian Promosi Kesehatan Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako E-mail: [email protected] 1Bagian
ABSTRACT Background and objective: Underweight has an impact on the quality of human resources, if not resolved can cause lost generation. Nationally, prevalence of underweight condition of 2013 was 19.6% consisted of 5.7% malnutrition and 13.9% underweight. When compared with the national prevalence rate of 2007 (18.4%) and 2010 (17.9%) was improve. This research aims to find out the risk factor of underweight on toddler at Birobuli Public health center of south Palu district. Method: Type of research used was quantitative method with case control approach. Case subject was mother who toddler‘s underweight and mother‘s group control which not has toddler‘s underweight, sample case were 86 and 86 control. Case sampling used total sampling technique and control sample used purposive sampling technique with age matching and genders. The research analysis used odd ratio test with the level of meaning 5% and logistic regression. Results : Infectious diseases (OR=11.693 and CI 95%=5.717-23.915), exclusive breastfeeding (OR=4.622 and CI 95%=2.419-8.832), and family income (OR=25.758 and CI=95=11.359-58.409) is a risk factor for dystrophy. The four significant variables give an effect on dystrophy with infectious disease values (ρ 0.007, OR 7.323, CI 95% 1.727-31.043), exclusive breastfeeding (ρ 0.000, OR 293.968, CI 95% 26.0473.3183), knowledge (ρ 0.021, OR 0.171, CI 95% 0.038-0.769) and income (ρ 0.000, OR 38.849, CI 95% 9.370-161.065), the most influential variable is family income with Wald value 25.439. Conclusion: Tooddler‘s parents can pay attention to balanced nutrition for the need of children sufficient. Keywords : Infection, Breastfeeding, Knowledge, Income Pendahuluan dan Tujuan: Gizi kurang dapat memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia, jika tidak diatasi dapat menyebabkan lost generation. Secara nasional, prevalensi keadaan gizi kurang (underweight) pada tahun 2013 adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4%) dan tahun 2010 (17,9%) terlihat meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor Risiko Gizi Kurang Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Birobuli Kecamatan Palu Selatan. Metode: Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan pendekatan case control. Subjek kasus adalah ibu yang memiliki balita gizi kurang dan kelompok kontrol ibu yang tidak memiliki balita gizi kurang Sampel kasus sebanyak 86 dan kontrol 86. Pengambilan sampel kasus menggunakan teknik total samplingdan sampelkontrol menggunakan teknik purposive sampling dengan matching umur dan jenis kelamin. Analisis penelitian menggunakan uji odd ratio dengan tingkat kemaknaan 5% dan regresi logistik. Hasil: penyakit infeksi (OR=11,693dan CI 95% =5,71723,915), ASI Eksklusif (OR=280,500dan CI 95%=36,695-2144), Pengetahuan Ibu (OR=4,622dan CI 95% =2.419-8,832), dan Pendapatan keluarga (OR=25,758dan CI 95=11,359-58,409) merupakan faktor risiko gizi kurang. Ke empat variabel signifikan berpengaruh terhadap gizi kurang dengan nilai penyakit infeksi (ρ 0,007, OR 7,323, CI 95% 1,727-31,043), ASI Ekslusif (ρ 0,000, OR 293,968, CI 95% 26,047-3,3183), pengetahuan (ρ 0,021, OR 0,171, CI 95% 0,038-0,769) dan pendapatan (ρ 0,000, OR 38,849, CI 95% 9,370161,065), variabel yang paling berpengaruh adalah pendapatan keluarga dengan nilai Wald 25,439. Disarankan kepada orang tua balita dapat memperhatikan gizi seimbang untuk kebutuhan anaknya agar tercukupi. Kata kunci: Infeksi, Asi, Pengetahuan, Pendapatan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
93
A.
PENDAHULUAN
Pengambilan sampel kasus menggunakan
Gizi kurang merupakan salah satu penyakit
akibat
merupakan Secara
gizi
masalah
global,
masih
menggunakan teknik purposive sampling
Indonesia[1].
dengan matching umur dan jenis kelamin.
yang di
Prevalensi
teknik total samplingdan sampel kontrol
gizi
kurang
Analisis penelitian menggunakan uji odd
tertinggi terdapat di wilayah Perserikatan
ratio dengan tingkat kemaknaan 5% dan
Bangsa-Bangsa (PBB) yaitu Asia Selatan
regresi
(28%), diikuti oleh Afrika Barat (20%),
penelitian
Oceania dan
Afrika Timur (keduanya
perbandingan sampel 1:1 (86 kasus dan
18%), Asia Timur (16%), Afrika Tengah
86 kontrol), tingkat kemaknaan 5%, dan
(15%) dan Afrika Selatan (11%)[2]. Secara
derajat kepercayaan (CI) 95%.
logistik. ini
Total
sampel
dalam
adalah
172
dengan
nasional, prevalensi keadaan gizi kurang (underweight) pada tahun 2013 adalah
C. HASIL
19,6 %, terdiri dari 5,7 % gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang[3].
Hasil penelitian dengan analisis OR menunjukkan bahwa penyakit infeksi
Sulawesi Tengah termasuk Kota
OR 11,693 (CI 95% 5,717-23,915), ASI
Palu dengan prevalensi sebanyak 17,9%
Eksklusif OR 280,500 (CI 95% 36,695-
tahun 2013[4]. Kota Palu, jumlah kasus
2144,192), pengetahuan OR 4,622 (CI 95%
gizi kurang di Kota Palu pada tahun 2013
2,419-8,832), dan pendapatan OR 25,758
adalah sebanyak 861 kasus, pada tahun
(CI
2014 sebanyak 631 kasus dan pada
Faktor Risiko Gizi Kurang Pada Balita di
tahun
Wilayah
2015
Berdasarkan tahun
sebanyak jumlah
833
kasus
berturut-turut,
kasus.
untuk
terlihat
3
95%
secara
fluktuatif.
Kerja
merupakan
Puskesemas
Birobuli
Kecamatan Palu Selatan
bahwa
jumlah kasus gizi kurang di Kota Palu terjadi
11,359-58,409).
Berdasarkan
Analisis menunjukkan
bahwa
regresi
logistik
penyakit
infeksi
data dari Puskesmas Birobuli, jumlah
berisiko terhadap gizi kurang pada balita
kasus gizi kurang pada tahun
2013
dengan nilai OR (Odd Ratio) sebesar 7.323
adalah sebanyak 183 kasus, pada tahun
kali, ASI Eksklusif berisiko 293.968 kali,
2014 sebanyak 121 kasus, pada tahun
pengetahuan ibu berisiko 0.171 kali, dan
2015 sebanyak 146 kasus. Berdasarkan
pendapatan keluarga berisiko 38.849 kali,
jumlah kasus untuk 3 tahun
berturut-
serta ke empat variabel tersebut memiliki
turut, terlihat bahwa jumlah kasus gizi
hubungan yang signifikan dengan nilai
kurang di Puskesmas Birobuli terjadi
penyakit infeksi (ρ= 0,007), ASI Eksklusif
secara fluktuatif.
(ρ= 0,000), pengetahuan ibu (ρ= 0,021), dan
B. BAHAN DAN METODE kasus-kontrol
yaitu
untuk
mengetahui faktor risiko gizi kurang pada balita Birobuli
di
Wilayah Kecamatan
keluarga
(ρ=
0,000)
terhadap kejadian gizi kurang, namun
Jenis penelitian yang digunakan adalah
pendapatan
Kerja Palu
variabel yang paling berpengaruh adalah pendapatan keluarga dengan nilai Wald 25,439
Puskesmas Selatan.
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
94
D. PEMBAHASAN Risiko
penyakit
yang tidak menderita penyakit infeksi infeksi
terhadap
dengan nilai OR= 11,693 CI 95% 5,717-
kejadian gizi kurang pada balita Penyakit
infeksi
23,915.
mengakibatkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
peningkatan kebutuhan dan peningkatan
penelitian
energi
menunjukkan
tinggi,
nafsu
makan
rendah,
Rochmawati bahwa
(2016)
yang
balita
yang
kehilangan unsur hara akibat muntah,
mengalami penyakit infeksi berisiko 5,714
diare, pencernaan yang buruk, rendahnya
(CI 95%= 1,925-16,965) kali mengalami
penyerapan dan pemanfaatan zat gizi,
kejadian gizi kurang[7]. Sementara Glenn
serta
et
gangguan
metabolisme[5].
keseimbangan
Pada
penelitian
al
(2014)
dalam
peneltiannya
ini
meengemukakan bahwa risiko balita yang
terdapat risiko penyakit infeksi terhadap
menderita infeksi adalah 2,81 kali lebih
gizi kurang yang artinya responden yang
tinggi mengalami gizi kurang dan tidak
menderita penyakit infeksi lebih banyak
memiliki makna yang signifikan (ρ=0,18
banyak mengalami gizi kurang dibanding
atau ρ>0,05)[8].
Tabel 1. Distribusi Faktor Risiko Gizi Kurang Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Birobuli Kecamatan Palu Selatan Faktor Risiko Gizi Kurang
Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko Risiko
Penyakit Infeksi ASI Eksklusif Pengetahuan Pendapatan Keluarga
tinggi rendah tinggi rendah tinggi (< 50%) rendah (≥ 50%) tinggi (<1.675.000) rendah (≥1.675.000)
Gizi Kurang Kasus n % 68 79,1 18 10,9 85 98,8 1 1,2 54 62,8 32 37,2 75 87,2 11 12,8
Total Kontrol n % 21 12,2 65 75,6 20 23,3 66 76,6 23 26,7 63 73,3 18 20,9 68 79,1
89 83 105 67 77 95 93 79
OR (CI 95%) 11,693 (5,717-23,915) 280,50 (36,69 -2144,192) 4,622 (2,419-8,832) 25,758 (11,359-58,409)
Sumber : Data Primer 2017 tidak mudah terserang oleh penyakit[9]. Risiko
Pemberian
ASI
Eksklusif
terhadap Gizi Kurang
Hasil penelitian ini terdapat risiko antara Pemberian ASI Eksklusif terhadap gizi
Balita yang telah diberikan ASI Eksklusif memiliki daya tahan tubuh
kurang dengan nilai OR 280,500 CI 95% 36,695-2144,192.
yang lebih bagus sehingga balita tersebut Tabel 2. Analisis Permodelan Regresi Logistik Faktor Risiko Gizi Kurang Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Birobuli Kecamatan Palu Selatan Variabel Penelitian
B
Wald
Sig.
Penyakit Infeksi
1.991
7.299
0,007
ASI Eksklusif
5.683
21.126
0,000
Pengetahuan
1.766
5.302
0.021
Pendapatan Keluarga
3.660
25.439
0,000
Constant
6.684
27.085
0,000
OR 95% CI 7.323 (1.727-31.043) 293.968 (26.047-03.183) 0.171 (0.038-0.769) 38.849 (9.370-161.065)
Sumber : Data Primer 2017 http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
95
Hal ini sejalan dengan penelitian
E. KESIMPULAN
Bentian dkk (2015) yang menyatakan
Penyakit
infeksi,
ASI
bahwa anak yang tidak diberikan ASI
pengetahuan dan pendapatan keluarga
eksklusif memiliki risiko 4,030 kali (95%
merupakan faktor risiko terhadap gizi
CI 1,372-11,839) lebih besar menderita
kurang pada balita di Wilayah Kerja
gizi kurang[10].
Puskesmas
Risiko Pengetahuan Ibu terhadap Gizi
Selatan.
Birobuli
Eksklusif,
Kecamatan
Palu
Kurang Pengetahuan tentang status gizi
F. UCAPAN TERIMA KASIH
merupakan hal yang penting bagi para
Terima kasih kepada Kepala Puskesmas
ibu, karena dapat mengarahkan pada ibu
Birobuli dan kepala bagian gizi serta
untuk
pihak
melakukan
pemantauan
yang
berkontribusi
terhadap
pertumbuhan dan perkembangan balita
penelitian ini baik dalam bentuk material
[11].
maupun non material demi kelancaran
(Istichomah, 2013)
Hasil penelitian ini
terdapat risiko anatara penegtahuan ibu
penelitian ini.
terhadap gizi kurang pada balita dengan nilai OR= 4,622 CI95% 2,419-8,832.
G. DAFTAR PUSTAKA
Hasil penelitian Khikmah (2014), terdapat
hasil
sampling
dari
uji
consecutive
didapatkan
hubungan
1. Zulfita, P.N.S., 2013. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Kejadian
Gizi
Kurang Buruk Pada Balita Di Wilayah
pengetahuan ibu dengan status gizi balita
Kerja
dengan nilai ρ = 0,020 dan nilai OR =
Padang Tahun 2013. Padang: Stikes
7,412 (95% CL: 1,455-37,746) [12].
Mercu Bakti Jaya.
Risiko Pendapatan Keluarga terhadap Gizi Kurang mempengaruhi
keluarga terhadap
sehari-hari
sangat konsumsi
sehingga
dapat
mempengaruhi kebutuhan gizi seseorang yang akan menyebabkan kekurangan gizi bagi seseorang[13]. Pada penelitian ini terdapat
Air
Dingin
Kota
2. WHO, 2016. Underweight In Children Global Health Observatory (GHO data.
Pendapatan makanan
Puskesmas
risiko
antara
pendapatan
http://www.who.int/gho/mdg/poverty _hunger/underweight_text/en/. Diakses 10 November 2016. 3. Riskesdas.
2013.
Riset
Kesehatan
Dasar 2013. Jakarta. 4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BALITBANKES). 2013. Riset
keluarga dengan gizi kurang pada balita
Kesehatan
dengan nilai OR= 25,758 CI 95% 11,359-
Jakarta. Kementerian Kesehatan RI.
58,407.
Dasar
(RISKESDAS).
5. Asfaw, M. et al., 2015. Prevalence of
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Undernutrition and Associated Factors
Lestari
among Children Aged Between Six to
dkk
(2014)
yang
menyatakan
bahwa rumah tangga dengan pendapatan
Fifty
keluarga yang tergolong rendah adalah
Ddistrict,
8,5 kali (95% CI 2,68-26,89, ρ=0,001)
Central Public health, 15(41), pp.1-9.
lebih besar menderita gizi kurang[14].
Nine
6. Cervantes,
Months South E.
&
in
Bule
Ethiopia. San,
A.,
Hora
BioMed 2011.
Malnutrition and Gastrointestinal and http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
96
Respiratory Infections in Children : A
Sangihe
Provinsi
Public health Problem. International
Program
Studi
Journal of Environmental Research ang
Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Public Health, 8,pp.1174-1205.
11. Istichomah, dkk.
7. Glenn, J.C. et al., 2014. Assessment of
Sulawesi IKM
Utara‟,
Pascasarjana
Hubungan Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Kurang
Environmental
Pada Balita Terhadap Kejadian Gizi
Factors Associated with Undernutrition
Kurang Di Desa Penusupan Tahun
in Children Less than Five Years Old in
2013. Program Studi D III Kebidanan
a
Politeknik Harapan Bersama.
Child,
Mother,
Maya
Mexico.
and
Community
in
International
Yucatan,
Journal
of
12. Khikmah, I. N. (2014). Faktor-faktor
Children Health and Nutrition, 3(352),
Yang Berhubungan Dengan Status
pp.204-212.
Gizi Balita Usia 1-5 Tahun di Desa
8. Glenn, J.C et al., 2014. Assessment of Child,
Mother,
and
Environmental
Factors Associated with Undernutrition
Pekucen
Banyumas
Tahun
2013.
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(1). 13. Lutviana,
E
& Budiono I,
2010,
in Children Less than Five Years Old in
„Prevalensi Determinan Kejadian Gizi
a
Kurang pada Balita‟, Jurusan Ilmu
Maya
Mexico. Children
Community
in
International Health
Yucatan,
Journal
and
of
Nutrition,
3(352),pp.204-212. 9. Purwanti, Penerapan
S, ASI
H,
Kesehatan Ilmu
Masyarakat,
Keolahragaan,
Fakultas Universitas
Negeri Semarang, Indonesia. (2012),
‗Konsep
14. Lestari, Nurul Fauzizah Ayu. 2014.
Eksklusif‟.
Jakarta.
Hubungan Antara Pengetahuan Ibu
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
dan Pola Asuh Gizi Dengan Status
10. Bentian, dkk, 2015, „Faktor Risiko
Gizi Balita di Desa Ngebung Kecamtan
Terjadinya Gizi Kurang pada Anak TK
Kalijambe Kabupaten Sragen. KTI,
Di Wilayah Kerja Puskesmas Siloam
Universitas
Tamako
Surakarta.
Kabupaten
Kepulauan
http://fkm.untad.ac.id/prosidingsign2018/
Muhammadiyah
97
Jakarta, 9 Agustus 2018 No. : 0005.26221365/JI.3.1/SK.ISSN/2018.08 Hal. : SK Penerbitan ISSN no. 2622-1365 Kepada Yth., Penanggung-jawab / Pemimpin Redaksi “Prosiding Simposium Internasional Gizi dan Pangan” Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km.9. Kota Palu, Sulawesi Tengah Tel : 085253587076 Fax : Surat-e : [email protected] PUSAT DOKUMENTASI DAN INFORMASI ILMIAH LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA sebagai Pusat Nasional ISSN (International Standard Serial Number ) untuk Indonesia yang berpusat di Paris, dengan ini memberikan ISSN (International Standard Serial Number ) kepada terbitan berkala di bawah ini : Judul ISSN
: :
Penerbit
:
Prosiding Simposium Internasional Gizi dan Pangan 2622-1365 (media cetak) Mulai edisi Vol. 1, Tahun 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Tadulako
Sebagai syarat setelah memperoleh ISSN, penerbit diwajibkan : 1. Mencantumkan ISSN di pojok kanan atas pada halaman kulit muka, halaman judul dan halaman daftar isi terbitan tersebut di atas dengan diawali tulisan ISSN, tanpa titik dua. Mencantumkan kodebar atau barcode ISSN di pojok kanan bawah pada halaman kulit belakang untuk terbitan ilmiah, sedangkan terbitan non ilmiah/popular di pojok kiri bawah pada halaman kulit muka. 2. Mengirimkan terbitannya minimal 2 (dua) eksemplar setiap nomor terbitan sebagai wajib simpan terbitan ke PDII LIPI. 3. Pengelola/Penerbit juga wajib mengirimkan berkas digital atau softcopy setiap nomor terbitan dalam format PDF dalam melalui email [email protected], baik untuk terbitan tercetak maupun online, agar dapat dikelola dan diakses melalui Indonesian Scientific Journal Database (ISJD). 4. Apabila judul dan atau sub judul terbitan diganti, pengelola terbitan harus segera melaporkan ke PDII untuk mendapatkan ISSN baru. 5. ISSN untuk terbitan tercetak tidak dapat digunakan untuk terbitan online. Demikian pula sebalik nya, kedua media terbitan tersebut harus didaftarkan ISSN nya secara terpisah. 6. ISSN mulai berlaku sejak tanggal, bulan, dan tahun diberikannya nomor tersebut dan tidak berlaku mundur. Penerbit atau pengelola terbitan berkala tidak berhak mencantumkan ISSN yang dimaksud pada terbitan terdahulu. Kepala Pusat Nasional ISSN, Hendro Subagyo, M.Eng. NIP 197501231994021001 Catatan : Surat Keputusan ini diproduksi secara elektronik dan tidak membutuhkan tanda-tangan pengesahan. Konfirmasi atas keabsahan nomor ISSN ini bisa dilakukan dengan melihat kesesuaiannya dengan nomor registrasi 1532406469 di situs ISSN Online (http://issn.pdii.lipi.go.id ).
Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9. Kota Palu Sulawesi Tengah, 94118