BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Latar Belakang Belakang Dalam beberapa tingkat perkembangan banyak sekali hal yang harus manusia ketahui
betapa pentingnya perkembangan yang dilewati oleh setiap orang dari tahap pertama sampai tahap terakhir. Perkembangan tersebut bermacam-macam aspeknya baik berupa kognitif,sosial, fisik, bahasa ataupun moral. Zaman globalisasi ini pendidikan di indonesia lebih banyak menekankan pendidikan merujuk kedalam konteks daya cipta atau kognitif dan ilmu pengetahuan yang lainnya. Padahal perkembangan tingkah laku, sosial, ataupun moral sangatlah penting untuk diajarkan kepada siswa-siswi di sekolah. Apalagi diterapkan terhadap Pendidikan Anak Usia Dini, peran guru sangatlah penting dalam memberikan stimulus sosial atau moral yang baik kepada peserta didik. Apabila perkembangan ini di terapkan di indonesia maka sangat mungkin pendidikan indonesia lebih maju dan terpandang baik oleh negara lain. Dimana, sistim pendidikannya mempunyai kelebihan yang berbeda dari pendidikan lain. Dalam makalah ini akan menjelaskan perkembangan moral menurut homas !ickona. homas !ickona merupakan tokoh yang menjelaskan tentang perkembangan moral. Perkembangan tersebut mempunyai tahapan-tahapan tertentu, di dalam perkembangan moral menurut !ickona menjelaskan pulanilai " nilai etika, aspek " aspek moral, komponen " komponen sebagai fasilitas moral, dan garis besar desain komperehensip praktik pendidikan karakter. 1.2 Rumusa Rumusan n Masalah Masalah #. Apakah Apakah $onsep $onsep Dasar Dasar Perke Perkemba mbanga ngan n %oral !ick !ickona& ona& '. Apa saja saja (ilai (ilai " nilai nilai )tika )tika !ickona !ickona secara Uni*ersal& Uni*ersal& +. Apa saja saja Aspek Aspek " aspe aspek k %oral %oral !ick !ickona ona&& . Apa saja saja $omponen $omponen - komponen komponen sebagai sebagai fasili fasilitas tas Perilaku Perilaku %oral !ickona !ickona&& . agaimana agaimana /aris esar esar Desain Desain $omperhensi $omperhensiff Praktik Praktik Pendidikan Pendidikan $arakter $arakter 0trategi 0trategi untuk /uru& 1.3 Tu Tujuan juan #. Untuk mengetahui mengetahui $onsep $onsep Dasar Perkembangan Perkembangan %oral !ickona !ickona '. Untuk mengetahui mengetahui (ilai (ilai " nilai )tika !ickona !ickona secara secara Uni*ersal Uni*ersal +. Untuk Untuk menget mengetahui ahui Aspe Aspek k " aspek aspek %oral %oral !icko !ickona na . Untuk mengetahu mengetahuii $omponen $omponen - komponen komponen sebagai sebagai fasilitas fasilitas Perilak Perilaku u %oral !ickona !ickona 1
. Untuk mengetahui /aris esar Desain $omperhensif Praktik Pendidikan $arakter 0trategi untuk /uru 1. Man!aat %akalah ini disusun untuk dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis. 0ecara praktis makalah ini bisa dijadikan bahan rujukan pengetahuan bagi para pembaca kalangan mahasiswa maupun praktisi pendidikan atau bagi para orangtua cerdas. 0ecara teoritis makalah ini bermanfaat dalam diskusi keilmiahan berkaitan dengan perkembangan peserta didik.
BAB II PEMBAHA"AN 2.1 #$nse% Dasar
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian berbagai negara dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai the deliberate us of all dimensions of school life to foster optimal character development (usaha secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sosial untuk membantu pembentukan karakter secara optimal). 2
Terminologi pendidikan karakter mulai dikenalkan sejak tahun 1!!"an. Thomas #ickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku yang berjudul The Return of Character Education dan kemudian disusul bukunya, Educating for Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility. $elalui buku"buku itu, ia menyadarkan dunia %arat akan pentingnya pendidikan karakter. Pendidikan karakter menurut Thomas #ickona mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (nowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. &adi, pendidikan karakter ini membawa misi yang sama dengan pendidikan akhlak atau pendidikan moral. 'ecara terminologis, makna karakter sebagaimana dikemukakan oleh Thomas #ickona ! reliable inner disposition to respond to situations in a morally good way." 'elanjutnya dia menambahkan, Character so conceived has three interrelated parts: moral nowing# moral feeling# and moral behavior" . $enurut Thomas #ickona, karakter mulia (good character ) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan komitmen (niat) terhadap kebaikan, dan akhirnya benar" benar melakukan kebaikan. *engan kata lain, karakter mengacu kepada serangkaian pengetahuan (cognitives), sikap (attitides), dan motivasi (motivations), serta perilaku (behaviors) dan keterampilan (sills). *engan demikian, proses pendidikan karakter, ataupun pendidikan akhlak dan karakter bangsa sudah tentu harus dipandang sebagai usaha sadar dan terencana, bukan usaha yang si+atnya terjadi secara kebetulan. %ahkan kata lain, pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh"sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai"
nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. Thomas #ickona menyebutkan tujuh unsur"unsur karakter esensial dan utama yang harus ditanamkan kepada peserta didik yang meliputi 1. 2. . /. 0. . .
-etulusan hati atau kejujuran (honesty ). %elas kasih (compassion) -egagahberanian (courage) -asih sayang (indness) -ontrol diri (self$control) -erja sama (cooperation) -erja keras (deligence or hard wor ). Tujuh karater inti %core characters& inilah, menurut Thomas
#ickona, yang paling penting dan mendasar untuk dikembangan pada peserta didik, disamping sekian banyak unsur"unsur karakter lainnya. 2.2 N&la&'N&la& Et&ka Th$mas L&(k$na se(ara Un&)ersal Pengembangan nilai-nilai etika inti menyiratkan keyakinan tentang apa saja sifat-
sifat karakter dan bagaimana caranya menjadi pribadi yang benar dan baik secara moral. )tika adalah aturan dasar yang digunakan untuk memperoleh seluruh nilai-nilai yang lain. 0eluruh keyakinan tentang apa yang benar dan salah adalah nilai-nilai etika. (ilai etika bersifat uni*ersal dan objektif. (ilai-nilai yang menyediakan standar-standar karakter baik dan etika eksternal dan bersifat sepanjang masa. (ilai-nilai etika menurut homas !ickona 1#22+3 adalah nilai-nilai yang menjunjung tinggi hak a4asi manusia dan memperkokoh martabat manusia. (ilai-nilai yang berlaku berlaku secara uni*ersal di seluruh dunia. (ilai-nilai inti menyuguhkan tanggung jawab sipil dalam alam demokrasi demikian juga dipahami oleh pribadi-pribadi rasional dalam kebudayaan yang berbeda. (ilai-nilai moral itu mencakup kejujuran dan tanggungjawab yang menjadi kewajiban dalam bertindak sekalipun hal itu tidak kita inginkan. 0ecara uni*ersal nilai-nilai etika meliputi5 a. $esalehan 1piety3
/
$esalehan berarti percaya kepada uhan dan memiliki komitmen untuk melaksanakannya, yakni ibadah kepada uhan, menghormati sesama manusia, dan melestarikan dan menjaga lingkungan sebagai habitat hidup. b. $eterpercayaan 1trustworthiness3 $eterpercayaan berarti menjadi percaya pada dan atau percaya dalam. $eterpercayaan meliputi sifat-sifat seperti integritas, keteguhan hati, kejujuran, kebenaran, ketulusan hati, terus terang, andal, menepati janji, dan loyalitas. Percaya adalah esensi bagi hubungan yang bermakna, abadi dan menghargai pertemanan, dan perkumpulan 1asosiasi3 sukses di perguruan tinggi, dalam akti*itas ekstra-kurikuler dan tempat kerja. c. 6ormat 1respect3 6ormat memiliki makna yang setara dengan menghargai semua orang, menghargai martabat, pri*asi, dan kebebasan orang lain, santun, dan toleran atas perbedaan.)sensi hormat adalah menunjukkan kesungguhan dalam menghargai seseorang dan diri sendiri. %emperlakukan orang dengan hormat berarti menghargai keamanan dan kebahagiaan seseorang. 6ormat bekerja sesuai dengan kaidah-kaidah luhur 1the golden rule3, memperlakukan orang lain sebagaimana memperlakukan diri sendiri. d. anggung jawab 1responsibility3 anggung jawab berarti menjadi pribadi yang terhormat, melakukan tugas secara bertanggung jawab, menjadi pribadi yang bertanggung jawab, melakukan tanggung jawab terbaik demi keunggulan, dan berlatih mengendalikan diri.anggung jawab berarti kesadaran untuk melaksanakan hak dan kewajiban secara seimbang, mengetahui apa yang dilakukan 1dan yang tidak dilakukan3, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. anggung jawab secara literer berarti 7kemampuan menanggapi8. anggung jawab dimaknai tugas atau kewajiban positif kita. anggung jawab memanggil kita untuk memenuhi komitmen, campur tangan ketika diperlukan untuk menegakkan apa yang benar, dan membenahi apa yang salah. anggung jawab menggambarkan tentang keandalan atau keterpercayaan, kemampuan untuk melakukan tugas-tugas dan memenuhi kewajiban baik di rumah, di tempat kerja, dan di lingkungan masyarakat atau komunitas. 0eseorang dapat dinilai bertanggung 0
jawab jika ia dapat melakukan pekerjaannya bagi kelompoknya. erdapat tiga kategori tanggung jawab, yakni tanggung jawab yang berpusat pada norma atau 7tanggung jawab kolektif8 1bertindak sesuai dengan nilai-nilai kelompok tertentu3, tanggung jawab empatik atau tanggung jawab personal 1digerakkan oleh penderitaan lain3, dan tanggung jawab prinsipal atau tangg ung jawab sosial 1komitmen terhadap etika uni*ersal3. e. $eadilan 1fairness3 Adil berarti bersifat atau bersikap tidak memihak dan konsisten terhadap orang lain, bersedia mendengar dan terbuka terhadap pandangan yang berbed a, dan mengikuti prosedur yang adil terhadap orang lain dalam situasi yang ada. f. $epedulian 1caring3 $epedulian adalah esensi dari nilai etika. Peduli terhadap nilai, terhadap cinta, kehormatan, memiliki penghargaan tinggi dan berperhatian terhadap makhluk lain, komunitas, kota, negara, dan dunia. $epedulian, dan kebajikan rasa kasih, berjasa, berbuat baik, mementingkan orang lain, kedermawanan, murah hati, dan kebersamaan adalah esensi etika. g. $ewarganegaraan 1citi4enship3 $ewarganegaraan, dalam hal ini kewarganegaraan yang baik, berarti memiliki rasa hormat terhadap hukum dan adat istiadat suatu negara, menghargai bendera dan segala simbol, melakukan gotong-royong membantu ko munitas, bermain sesuai aturan masyarakat, dan menghargai figur penguasa dan representasinya.$ewarganegaraandimaknai sebagai tugas, hak, perilaku dan tanggung jawab warga negara. idak satu pun dari nilai-nilai inti itu dapat diajarkan secara terpisah, hanya dalam suatu kombinasi dan penyatuan ke seluruh mata kuliah yang diajarkan di perguruan tinggi dapat memberi hasil positif. 9leh karenanya, suatu pendekatan sistem diperlukan untuknya.
2.3 As%ek'As%ek M$ral Th$mas L&(k$na Pengertian moral, menurut 0useno 1#22:3 adalah ukuran baik-buruknya seseorang,
baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga negara. 0edangkan pendidikan moral adalah pendidikan untuk menjadaikan anak manusia bermoral dan
manusiawi. 0edangkan menurut 9uska dan ;hellan 1#22<3, moral adalah prinsip baik buruk yang ada dan melekat dalam diri indi*idu=seseorang. ;alaupun moral itu berada dalam diri indi*idu, tetapi moral berada dalam suatu sistem yang berwujut aturan. %oral dan moralitas memiliki sedikit perbedaan, karena moral adalah prinsip baik-buruk sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik-buruk. Dengan demikian, hakekat dan makna moralitas bisa dilihat dari cara indi*idu yang memiliki moral dalam mematuhi maupun menjalankan aturan. Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai moral, dengan tujuan membentuk watak atau karakteristik anak. Pakar-pakar tersebut diantaranya adalah (ewman, 0imon, 6owe, dan !ickona. Dari beberapa pakar tersebut, pendapat !ickona yang lebih cocok diterapkan untuk membentuk watak=karater anak. Pandangan !ickona 1#22'3 tersebut dikenal dengan educating for character atau pendidikan karakter=watak untuk membangun karakter atau watak anak. Dalam hal ini, !ickona mengacu pada pemikiran filosofi %ichael (o*ak yang berpendapat bahwa watak= karakter seseorang dibentuk melalui tiga aspek yaitu, moral knowing , moral feeling , dan moral behavior , yang satu sama lain saling berhubungan dan terkait. !ickona menggarisbawahi pemikiran (o*ak. >a berpendapat bahwa pembentukan karakter=watak anak dapat d ilakukan melalui tiga kerangka pikir, yaitu konsep moral1moral knowing3, sikap moral1moral feeling3, dan prilaku moral1moral beha*ior3. Dengan demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. Pemikiran !ickona ini mengupayakan dapat digunakan untuk membentuk watak anak, agar dapat memiliki karater demokrasi. 9leh karena itu, materi tersebut harus menyentuh tiga aspek moral 1!ickona3, seperti berikut? #. $onsep moral 1moral knowing3 mencakup kesadaran moral 1moral awarness3, pengetahuan nilai moral 1knowing moral *alue3, pandangan ke depan 1perspecti*e talking3, penalaran moral 1reasoning3, pengambilan keputusan 1decision making3, dan pengetahuan diri 1self knowledge3. '. 0ikap moral 1moral feeling3 mencakup kata hati 1conscience3, rasa percaya diri 1self esteem3, empati 1emphaty3, cinta kebaikan 1lo*ing the go od3, pengendalian diri 1self control3, dan kerendahan hati 1and huminity3. +. Prilaku moral 1moral beha*ior3 mencakup kemampuan 1compalance3, kemauan 1will3 dan kebiasaan 1habbit3.
erdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian moral=moralitas adalah suatu tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki indi*idu sebagai moralitas, yang tercermin dalam pemikiran=konsep, sikap, dan tingkah laku. Dalam pembelajaran, moral sangat penting untuk ditanamkan pada anak usia 0D, karena proses pembelajaran di 0D memang bertujuan untuk membentuk moral anak, yaitu moral yang sesuai dengan nilai falsafah hidupnya. %enurut homas !ickona 10utawi, '@#@3, ada #@ aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa, yaitu5 #. %eningkatnya kekerasan pada remaja '. Penggunaan kata-kata yang memburuk +. Pengaruh peer group 1rekan kelompok3 yang kuat dalam tindak kekerasan . %eningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas . $aburnya batasan moral baik-buruk, . %enurunnya etos kerja <. Bendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru :. Bendahnya rasa tanggung jawab indi*idu dan warga negara 2. %embudayanyaketidakjujuran #@. adanya saling curiga dan kebencian di antara sesama. %eski dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari kesepuluh tanda tersebut tampaknya sedang menghinggapi negeri ini. Dari kesepuluh tanda-tanda tersebut, aspek yang kesembilan yakni membudayanya ketidakjujuran tampaknya menjadi persoalan serius di negeri ini. $ejujuran seolah-olah telah manjadi barang langka.Atas dasar itulah maka pendidikan karakter menjadi amat penting. Pendidikan karakter menjadi tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini dari jurang kehancuran yang lebih dalam. %eski hingga saat ini belum ada rumusan tunggal tentang pendidikan karakter yang efektif, tetapi barangkali tidak ada salahnya jika kita mengikuti nasihat dari Character )ducation Partnership bahwa untuk dapat mengimplementasikan program pendidikan karakter yang efektif, seyogyanya memenuhi beberapa prinsip berikut ini5 #. $omunitas sekolah mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilai inti etika dan kinerja sebagai landasan karakter yang baik. 3
'. 0ekolah berusaha mendefinisikan 7karakter8 secara komprehensif, di dalamnya mencakup berpikir 1thinking3, merasa 1feeling3, dan melakukan 1doing3. +. 0ekolah menggunakan pendekatan yang komprehensif, intensif, dan proaktif dalam pengembangan karakter. . 0ekolah menciptakan sebuah komunitas yang memiliki kepedulian tinggi.1caring3 . 0ekolah menyediakan kesempatan yang luas bagi para siswanya untuk melakukan berbagai tindakan moral 1moral action3. . 0ekolah menyediakan kurikulum akademik yang bermakna dan menantang, dapat menghargai dan menghormati seluruh peserta didik, mengembangkan karakter mereka, dan berusaha membantu mereka untuk meraih berbagai kesuksesan. <. 0ekolah mendorong siswa untuk memiliki moti*asi diri yang kuat. :. 0taf sekolah 1 kepala sekolah, guru dan U3 adalah sebuah komunitas belajar etis yang senantiasa berbagi tanggung jawab dan mematuhi nilai-nilai inti yang telah disepakati. %ereka menjadi sosok teladan bagi para siswa. 2. 0ekolah mendorong kepemimpinan bersama yang memberikan dukungan penuh terhadap gagasan pendidikan karakter dalam jangka panjang. #@. 0ekolah melibatkan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam upaya pembangunan karakter. ##. 0ecara teratur, sekolah melakukan asesmen terhadap budaya dan iklim sekolah, keberfungsian para staf sebagai pendidik karakter di sekolah, dan sejauh mana siswa dapat mewujudkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari. erkaitan dengan pengembangan dan peningkatan nilai-nilai inti etika di sekolah, maka sekolah-sekolah di >ndonesia harus menempatkan kejujuran sebagai prioritas utama dalam pengembangan program pendidikan karakter di sekolah. /ordon Allport menyebutkan bahwa 8kejujuran adalah mahkota tertinggi dari sistem kepribadian indi*idu8. Eadi. sehebat apapun kepribadian seseorang jika di dalamnya tidak ada kejujuran, maka tetap saja dia hidup tanpa mahkota, bahkan mungkin justru dia bisa menjadi manusia yang berbahaya dan membahayakan. 2. T&ga#$m%$nen "e*aga& +as&l&tas Per&laku M$ral. homas !ickona menulis di bagian pertama buku yang berjudul Educating for
Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility bahwa down
through history! in countries all over the world! education has had two great goals: to help young people become smart and to help them become good 8 1!ickona, #22#5 3. Dari pernyataan tersebut dapat di kita pahami bahwa menjadikan manusia cerdas dan pintar, boleh jadi mudah melakukannya, tetapi menjadikan manusia agar menjadi orang yang baik dan bijak, tampaknya jauh lebih sulit atau bahkan sangat sulit.%aka dari itu dalam hal ini pendidikan moral atau lebih sering dikenal dengan pendidikan karakter menjadi suatu hal penting untuk lebih dipahami dan di implikasikan dalam kehidupan manusia. 0eperti halnya penjelasan sebelumnya karakter merupaka suatu hal yang menjadikan ciri khas dari setiap manusia untuk dapat menjalani hidup dan berkerjasama dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara. 0uyatno 1dalam 0etiawan. '@#+5 3 mengatakan >ndi*idu yang berkarakter baik adalah indi*idu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan akibat dari keputusan yang dibuatnya. $emudian pendidikan karakter sendiri berkaitan dengan pendidikan tentang nilai. 6al itu senada dengan pendapat $irschenbaum F/olemen 10etiawan, '@#+5 3 Pendidikan karakter pada hakikatnya adalah pendidikan nilai. 0edangankan !ickona 1#22#3 mengemukakan mengemukakan bahwa pendidikan nilai=moral yang menghasilkan karakter, didalamnya terkandung tiga komponen karakter yang baik 1components of good character"! yakni5 pengetahuan tentang moral 1moral knowing"! perasaan tentang moral 1moral feeling 3 dan perbuatan moral 1moral action3. iga komponen inilah yang menjadi hal pokok dalam implemantasi dan tahapan pendidikan karakter. Adapun penjelasan dari ketiganya adalah sebagai berikut5 #. %oral #nowing atau yang lebih dikenal dengan pengetahaun tentang moral, berkaitan dengan kesadaran moral, pengetahuan nilai-moral, pandangan ke depan,penalaran moral, pengambilan keputusan dan pengetahuan diri. '. %oral $eeling yang meliputi kata hati, rasa percaya diri, empati, cinta kebaikan, pengendalian diri dan kerendahan hati. +. %oral %ction berkaitan dengan motif dorongan seseorang untuk berbuat baik, tampak pada aspek kompetensi, keinginan dan kebiasaan yang ditampilkannya. pengetahuan tentang moral 1moral knowing"menjadi sesuatu yang esensial yang harus diajarkan kepada peserta didik. (amun pendidikan karakter hanya sebatas %oral #nowing saja tidak cukup, maka perlu berlanjut sampaiperasaan tentang moral 1moral feeling 3 dan bahkah terus berlanjut pada tahap perbuatan moral 1moral action3. $etika 1!
kita pahami sehingga dapat diartikan bahwa implementasi tiga komponen tersebut harus terbangun secara terkait. 6al itu senada dengan pendapat 0etiawan 1'@#+5 3 ketersusunan tiga komponen moral yang saling berhubungan secara sinergis, menjadi syarat aktualisasi pendidikan karakter dalam mengembangkan kecerdasan moral peserta didik. erkaitan dengan pendidikan karakter yang baik, iga komponen karkater menurut !ickona dapat digambarkan pada +..# berikut ini5 ,am*ar 1- T&ga #$m%$nen Pen&&kan L&(k$na /sum*er "et&a0an 213- 45 Moral Knowing
.
Moral Feeling
&oral %wareness #nowing &oral 'alues (respeective Taking &oral Reasoning )ecision &aking Self #nowledge
*+ Conscience ,+ Self Esteem -+ Empathy .+ /oving The 0ood 1+ Self Control . Humility
Moral Action
*+ Competence ,+ 2ill -+ Habit
2. ,ar&s *esar esa&n k$m%rehens&! %rakt&k %en&&kan karakter strateg& untuk guru Pendidikan karakter telah menjadi perhatian bagi negara dalam mempersiapkan
generasi yang berkualitas. ukan hanya untuk kepentingan indi*idu melainkan untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. %enurut Dalmeri 1'@#, '<#3 pendidikan karakter tidak sekedar mengajarkan man yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang yang baik sehingga peserta didik paham, mampu merasakan, dan melakukan yang baik. Upaya penaman karakter menjadi suatu hal yang urgen mengingat krisis moral yang sedang melandan (egara $esantuan Bepublik >ndonesia. Agar dalam penanaman karakter dapat terwujud dengan baik,maka diperlukan prinsip-prinsip pendidikan karakter yang efektif, menurut !ickona 1dalam 0etiawan, '@#+5 <3 terdapat ## prinsip-prinsp penanaman karakter diantaranya5 1#3 %engembangkan nilai-nilai uni*ersal sebagai fondasi? 1'3 %endefinisikan $arakter secara konmperhesif yang mencangkup aspek pikiran, perasaan, dan perilaku? 1+3 menggunakan pendekatan yang komperhesif dan proaktif? 13 menciptakan komunitas sekolah yang penuh dengan perhatian? 13 11
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan tindakan moral? 13 membuat kurikulum akademik yang bermakna? 1<3 mendorong moti*asi peserta didik? 1:3 melibatkan seluruh komponen sekolah sebagai komunitas pembelajaran moral? 123 menumbuhkan kebersamaan dalam kepemimpinan moral? 1#@3 melibatkan keluarga dan anggota sebagai mitra? dan 1##3 menge*aluasi karakter sekolah baik terhadap staf sekolah sebagai pendidik karakter maupun peserta didik dalam memanifestasikan karakter yang baik. Prinsip moral di atas pada konsep lingkup yang kecil masyarkat dalam hal ini sekolah menurut $tresna 1dalam 0etiawan, '@#+5 <3 dapat diaktualisasikan dengan empat pilar, yaitu5 1#3 kegiatan belajar mengajar di kelas, dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata pelajaran 1embeded approach"? 1'3 kegiatan keseharian dalam bentuk pencipataan budaya sekolah 1School Culture3? 1+3 kegiatan ko kurikuler dan atau ekstrakulikuler? 13 kegiatan keseharian di rumah dan dalam masyarakat. )mpat pilar ini jika dipahami secara lebih mendalam bahwa pendidikan karakter perluadanya desain dalam pemrogramannya. %enurut 0etiawan 1'@#+5 <3 program yang dimaksud adalah sebagai berikut5 #. Desain pendidikan karakter berbasis kelas, desain ini berkaitan dengan relas guru sebagai pendidik dan peserta didik sebagai pembelajaran. Artinya kelas merupakan salah satu tempat strategis dalam upaya penanaman moral atau karakter, di dalam kelas terjadi interaksi antara guru sebagai pendidik dapat melakukan sebuah pembelajaran kepada peserta didik, sehingga *ariasi pembelajaran yang menyenangkan tanpa mengabaikan penanaman nilai moral menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan. Pemilihan model, metode, dan strategi pembelajaran menjadi sangat penting karena dalam hal itu kita dapat menentukan nilai moral atau karakter apa yang akan ditekankan yang nantinya dapat membantu dalam menanamkan karakter kepada peserta didik. Desain pembelajaran pendidikan karakter dapat dilakukan dengan merubah pola pembelajaran kon*ensiaonal menjadi pembelajaran yang lebih ino*atif, hal itu dapat dijelaskan dengan tabel di bawah ini5 Ta*el 2. Penekatan Pem*elajaran #$n)ens&$nal an In$)at&! /"um*er- "et&a0an 2135
Pem*elajaran #$n)ens&$nal
Pem*elajaran In$)at&!
12
Penekatan Teacher Centered D$m&nan Eks%$s&t$r& M&n&m Me&a Textbook Center Pem*elajaran 6er*al&st&k E)aluas& $m&nan k$gn&t&! t&ngkat renah P$s&s& guru se*aga& transfer of knowledge
Pendekatan Student Centered %utli %odel dan %etode %ultimedia %ulti sumber belajar Pembelajaran kontekstual )*aluasi5 $ognitif, Afektif, F Psikomotor Posisi guru sebagai director of learning
'. Desain pendidikan karakter berbasis kultur sekolah yang mampu membentuk karakter peserta didik dengan bantuan pranata sosial sekolah agar nilai tertentu terbentuk dan terbatinkan dalam diri peserta didik. Pranata sosial sekolah disini untuk mengantarkan indi*idu kedalam kehidupan bermasyarakat dan berbudaya, serta untuk menjaga kelangsungan eksistensi masyarakat dan kebudayaannya, sehingga kerjasama semua elemen sekolah baik guru, kariyawan, ataupun penjaga sekolah sebagai orang dewasa diharapkan memiliki kewajiban dan bertanggung jawab untuk menciptakan sebuah lingkungan sekolah yang menanamkan nilai-nilai moral. 0ebagai contoh selalu menanamkan +0 10enyum, 0apa, 0alam3 di lingkungan sekolah. +. Pendidikan karakter berbasis komunitas, dalam hal ini untuk menanamkan karakter atau nilai moral sekolah tidak berjuang sendirian, masyarakat d iluar lembaga pendidikan seperti keluarga, masyakarat, negara juga memiliki tanggung jawab moral untuk mengintegrasikan pembentukan karakter dalam konteks kehidupan peserta didik. erkaitan dengan hal ini semuan elmen yang disebutkan tadi juga perlu memahami n berkaitan dengan moral knowing , moral feeling dan melaksanakan moral action dalam kehidupan bermasyarakatan dan bernegara. Pendidikan karakter dapat terselenggara dengan baik dan efektif jika prinsip prinsip pendidikan karakter seperti penjelasan di atas dapat dilaksanakan melalui tiga desain pendidikan karakter dan dilaksanakan secara simultan dan sinergis. %elalui desain tersebut diharapakan pendidikan karakter dapat berperan dalam mengembangkan kecerdasan moral secara komperhensif dan berkelanjutan.
1
BAB III PENUTUP
3.1 "&m%ulan 3.2 "aran
1/
DA+TAR PU"TA#A
Dalmeri. '@#. (endidikan 3ntuk (engembangan #arakter Telaah Terhadap 0agasan Thomas /ickona )alam Educating $or Character4+ Eurnal. Al Ulum Gol # 1#3. H. Clark Power et al., %oral )ducation5 A 6andbook, Golume # F ', ;estport5 Praeger Publishers, '@@:, '. 0etiawan. '@#+. (eran (endidikan karakter )alam (engembangan #ecerdasan &oral . Eurnal Pendidikan $arakter. Gol + 1#3 homas !ickona, he Beturn of Character )ducation,II dalam )ducational !eadership, Gol. #, (o. +, #22+, "## homas !ickona, )ducating for Character, (ew Jork5 antam ooks, #22#.
10