Perpustakaan Unika
PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Oleh: LUKITO DWI H 00. 40. 0174
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009 i
Perpustakaan Unika
Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi
Pada Tanggal : …………………
Mengesahkan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Dekan,
(Th. Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si)
Dewan Penguji
Tanda Tangan
1.
Drs. Pius Heru Priyanto, M.Si
_______________
2.
………………………………..
_______________
3.
………………………………...
_______________ ii
Perpustakaan Unika
PERSEMBAHAN
~ Karya ini Kupersembahkan untuk Kedua orang tuaku, Kakakku dan istri, Sinta " My Lovely " Damayanti, serta Sahabat-sahabatku semuanya ~
iii
Perpustakaan Unika
MOTTO
. . .Tuhan tidak akan memberi apa yang kita minta, namun Tuhan akan memberi apa yang kita perlukan . . .
iv
Perpustakaan Unika
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat dan karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan. Dengan menulis dan menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan banyak pengalaman yang nantinya dapat menjadi bekal dan pelajaran bagi kehidupan penulis. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada skripsi ini, maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi terwujudnya hasil skripsi yang baik. Dalam proses pembuatan skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dengan segala kerendahan hati kepada : 1. Panutanku Nabi Muhammad SAW, terima kasih atas teladan yang telah kau berikan padaku. 2. Bapak dan Ibu yang kucinta dan kusayang, terima kasih untuk kerja keras dan pengorbanannya sehingga penulis tidak pernah merasa kekurangan selama menjalani studi; terimakasih untuk dukungan moril, kepercayaan dan doa sebagai bentuk kasih sayang bagi penulis selama ini. 3. Ibu Th. Dewi Setyorini S. Psi. Msi selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang atas bimbingan dan pengarahan selama penulis menempuh pendidikan. 4. Bapak Drs. Pius Heru Priyanti MSi selaku Dosen Pembimbing Utama dalam penyusunan Skripsi ini, yang dengan penuh kesabaran, dan
v
Perpustakaan Unika
perhatian telah banyak meluangkan waktu
memberikan petunjuk,
saran, dan nasehat selama bimbingan sehingga terselesaikannya skripsi ini 5. Seluruh staf
Tata Usaha dan non-edukatif Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata: Mbak Ike, Mbak Tatik, Mbak Retno, Mas Gandhi, dan Mas Supriyadi yang telah banyak memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses administrasi selama penulis menempuh pendidikan. 6. Seluruh staf Perpustakaan Fakultas Psikologi dan Perpustakaan Universitas Soegijapranata Semarang yang telah membantu dalam hal kepustakaan penulis. 7. Teman – teman Unika Soegijapranata, Jhon Family, Kendeng 69, Tebuko da Gondezz Agency yang telah membantu mengisi skala. 8. Kakakku J.J Thomas H.S dan istri Karunia " Rani ". 9. Sinta “My Lovely” Damayanti, yang tak pernah lelah untuk memberikan dorongan, doa dan cinta untuk aku. 10. Deddy penasehat spiritualku, terima kasih atas ilmu-ilmu spiritualnya yang membuat aku menjadi manusia yang lebih benar. 11. Dia “Bidadari Penyelamat”, terima kasih sempat menjadi bagian dari hidupku yang memberi banyak pelajaran tentang hidup. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, maaf jika ada yang terlupa, yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaganya dalam membantu terselesaikannya skripsi ini.
vi
Perpustakaan Unika
Semoga Allah S.W.T berkenan membalas segala jasa dan budi baik kepada mereka semua yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semarang,November 2009
Penulis
vii
Perpustakaan Unika
DAFTAR ISI Halaman Judul ............................................................................................
i
Halaman Pengesahan
...............................................................................
ii
.............................................................................
iii
........................................................................................
iv
Halaman Persembahan Halaman Motto
Ucapan Terima Kasih Daftar Isi
..............................................................................
v
..................................................................................................
vii
Daftar Tabel
.............................................................................................
Daftar Lampiran BAB I
.......................................................................................
PENDAHULUAN
................................................................
A. Latar Belakang Masalah
xii 1
................................................
1
...........................................................
7
C. Manfaat Penelitian ..........................................................
7
TINJAUAN KEPUSTAKAAN ...............................................
9
A. Perilaku Minum-Minuman Keras ...................................
9
B. Tujuan Penelitian
BAB II
xi
1. Pengertian Perilaku Minum Minuman Keras pada Remaja.........................................................................
9
2. Batasan dan Tahap Dalam Perilaku Minum Minuman Keras ...........................................................................
13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Minum Minuman Keras...........................................................
15
4. Aspek-aspek Dalam Pengukuran Perilaku Minum Minuman Keras ..........................................................
viii
19
Perpustakaan Unika
B. Ketidakharmonisan Keluarga ............................................
21
1. Pengertian Ketidakharmonisan Keluarga....................
21
2. Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga.............
22
3. Ciri Ketidakharmonisan Keluarga ..............................
23
C. Hubungan Ketidakharmonisan Keluarga dengan Perilaku Minum Minuman Keras ................................................... D. Hipotesis BAB III
BAB IV
25
........................................................................
29
METODE PENELITIAN .......................................................
30
A. Identifikasi Variabel Penelitian .......................................
30
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian .........................
30
1. Perilaku Minum Minuman Keras................................
30
2. Ketidakharmonisan Keluarga......................................
31
C. Subyek Penelitian .............................................................
31
1. Populasi .......................................................................
31
2. Teknik Pengambilan Sampel ...................................
32
D. Metode Pengumpulan Data .............................................
32
E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur..................................
35
1. Validitas Alat Ukur ....................................................
35
2. Reliabilitas Alat Ukur ................................................
36
F. Metode Analisis Data ........................................................
36
LAPORAN PENGUMPULAN DATA....................................
37
A. Orientasi Kancah Penelitian .............................................
37
B. Persiapan Pengumpulan Data ............................................
38
1. Penyusunan Skala Penelitian ......................................
38
ix
Perpustakaan Unika
a. Skala Perilaku Minum Minuman Keras ...............
39
b. Skala Ketidakharmonisan Keluarga .....................
40
2. Perijinan Penelitian ...................................................
41
C. Pelaksanaan Pengumpulan Data........................................
41
D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ........................
42
1. Uji Validitas................................................................
42
2. Uji Reliabilitas............................................................
43
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................
44
A. Hasil Penelitian ...............................................................
44
1. Uji Asumsi ................................................................
44
a. Uji Normalitas ..................................................
44
b. Uji Linieritas
.....................................................
45
...........................................................
45
...................................................................
46
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................
52
A. Kesimpulan ......................................................................
52
B. Saran .................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................
54
LAMPIRAN
56
BAB V
2. Uji Hipotesis B. Pembahasan BAB VI
…………............................................................................
x
Perpustakaan Unika
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Blue Print Skala Perilaku Minum Minuman Keras ................
33
Tabel 2 : Blue Print skala Ketidak Harmonisan Keluarga ......................
35
Tabel 3 : Sebaran Skala Perilaku minum - minuman keras .................
40
Tabel 4 : Sebaran Skala Ketidakharmonisan keluarga............................
40
Tabel 5 : Rincian Item valid dan tidak valid Skala Ketidakharmonisan keluarga ....................................................................................
xi
43
Perpustakaan Unika
DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN .............................................................................................. LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
: DATA KASAR ........................................................... A-1
Data Kasar Perilaku Minum Minuman Keras..
A-2
Data Kasar Ketidak Harmonisan Keluarga......
: UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS .................. B-1
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D
LAMPIRAN E
: SKALA PENELITIAN ............................................... C-1
Skala Perilaku Minum Minuman Keras...........
C-2
Skala Ketidak Harmonisan Keluarga...............
: UJI ASUMSI ............................................................. D-1
Uji Normalitas ...............................................
D-2
Uji Linieritas .................................................
: ANALISIS DATA .................................................... E-1
LAMPIRAN F
Skala Ketidak Harmonisan Keluarga...............
Hasil Korelasi Produk Moment ......................
: SURAT IJIN PENELITIAN DAN BUKTI PENELITIAN ............................................................. F-1
Surat Ijin Penelitian .........................................
F-2
Bukti Penelitian .....................................................................
xii
56
Perpustakaan Unika
PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA
SKRIPSI Oleh: LUKITO DWI H 00. 40. 0174
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2009
xiii
Perpustakaan Unika
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam menghadapi masa dewasa yang lebih mandiri, karena remaja sebagai generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa di antara remaja tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan minuman beralkohol. Pada kasus tersebut tidak sedikit pula di antara remaja-remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu serta tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total. Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar, menurunkan produktivitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol
xiv
Perpustakaan Unika
mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik fisik maupun mental (Hawari, 1991, h.25). Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak–kanak ke masa dewasa (Atkinson, 1991, h.134). Di dalam hal ini remaja berkembang ke arah kematangan seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa
yang
memantapkan
kritis
bagi
pengalaman
individu
dalam
yang
diperoleh
mengembangkan sejak
kecil
dan dalam
membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa dirinya sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya sering menimbulkan masalah– masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol. Mc. Donald (dikutip Hawari, 1991, h.41) mengadakan penelitian tentang penyalahgunaan alkohol di Amerika serikat. Hasil penelitian tersebut diperoleh data sebagai berikut : 1. Satu pertiga kecelakaan lalu lintas disebabkan pengemudi di bawah pengaruh alkohol. 2. Kecelakaan lalu lintas tersebut menyebabkan kematian sebanyak 25.000 jiwa setiap tahunnya.
xv
Perpustakaan Unika
3. Tercatat kematian 15.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan dengan pembunuhan atau bunuh diri dibawah pengaruh alkohol. 4. 40 juta anak dan suami atau istri menanggung derita mental karena salah satu atau lebih dari anggota keluarganya menderita ketergantungan alkohol. 5. Tercatat kematian 20.000 jiwa setiap tahunnya yang berkaitan dengan
penyakit
(komplikasi
medik)
yang
disebabkan
penyalahgunaan alkohol. 6. Setiap tahunnya terdapat 5 juta kasus penahanan yang dilakukan oleh polisi yang berkaitan dengan penyalahgunaan alkohol, hal ini merupakan 50% dari seluruh kasus penahanan oleh pihak kepolisian. 7. Diperkirakan sekitar 5% dari seluruh angkatan kerja menderita ketergantungan alkohol, dan 5% lainnya adalah penderita yang gawat. Di Indonesia, ada Undang-Undang yang mengatur tentang pembuatan, penjualan dan pemakaian NAPZA termasuk diantaranya minuman beralkohol. Hal ini tercantum dalam Undang-undang (UU) 1947 Nomer 29 (29/1947). Selain itu di Indonesia yang mayoritasnya beragama Muslim terdapat dengan jelas di dalam Al Quran maupun Hadist larangan bagi kaum Muslim mendekati bahkan mengkonsumsi alkohol. Seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Abas dalam Hadist R.A yang
berbunyi
“Sesungguhnya
(Allah)
yang
meminumnya, mengharamkan juga menjualnya”.
xvi
mengharamkan
Perpustakaan Unika
Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, begitu mudah remaja mendapatkan benda tersebut. Banyak warung-warung, toko kelontong ataupun warung tenda yang secara terbuka menjual minuman beralkohol tersebut. Para penjual sendiri sepertinya tidak ambil pusing dengan adanya Undang-Undang yang mengatur tentang penjualan ataupun penggunaan minuman beralkohol ataupun NAPZA. Penjual membutuhkan sesuatu dari menjual minuman beralkohol tersebut yaitu untuk mendapatkan keuntungan yang besar secara cepat. Hal ini didukung oleh Drever (1980, h.300) yang mengatakan bahwa adanya kebutuhan ditandai dengan perasaan kekurangan-kekurangan akan sesuatu atau keinginan untuk mewujudkan tindakan tertentu. Kalaupun para penjual minuman beralkohol tersebut kena razia, penjual tetap akan
bersikap
santai
karena
mereka
mempunyai
cara
untuk
membebaskan diri dari hukuman yang ada. Contohnya dengan membayar uang sogokan atau uang jaminan. Murray (dalam Prihantono, 2003 h.14) menegaskan bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan secara berbeda. Pembeli sendiri mempunyai bermacam-macam alasan untuk mencari, membeli dan mengkonsumsi minuman beralkohol tersebut. Alasan yang berbeda-beda tersebut dikarenakan adanya perbedaan motivasi atau keinginan dari pembeli tersebut. Ada yang membeli minuman keras karena permintaan teman-temannya, meskipun pembeli tidak mengkonsumsinya. Ada pula seseorang membeli minuman keras tersebut karena memang mengkonsumsi minuman keras tersebut baik
xvii
Perpustakaan Unika
untuk dikonsumsi sendiri maupun bersama teman-temanya. Di dalam pemenuhan kebutuhannya pun pembeli mempunyai dasar yang berbeda-beda, sesuai dengan kadar, gradasi atau tingkatannya. Seseorang yang sudah berada dalam tahap kecanduan pasti akan mengkonsumsi lebih banyak dari seseorang yang belum kecanduan. Seseorang juga sering menggunakan minuman keras sebagai media untuk mendapatkan teman baru, solider terhadap teman, menenangkan diri dari segala permasalahannya. Hal ini didukung oleh pendapat Hawari (2000, h.6), bahwa untuk melepas konflik yang dialaminya, remaja cenderung akan mencari pelarian dengan meminum minuman keras. Penjelasan di atas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman, 1990, h.488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Kondisi keluarga merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian ini. Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam
xviii
Perpustakaan Unika
keluarga. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang
mempengaruhi
pribadinya
maka
seluruh
interaksi
akan
terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu bila ada sesorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi serta sosial sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain serta lingkungan sosialnya (Gunarsa, 1995, h.26). Lebih lanjut Gerungan (1991, h.26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif. Pada lingkungan yang tidak harmonis dapat menyebabkan remaja
berperilaku
delinquen
(nakal),
criminal
serta
tidak
menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (dalam Chairini, 1997, h.6) mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga menimbulkan perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan, ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan
xix
Perpustakaan Unika
menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain. Bila
masalah
tersebut
belum
terpecahkan,
maka
dapat
menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Mengacu pada pemaparan di atas menimbulkan pertanyaan pada diri peneliti, apakah ada hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum-minuman beralkohol pada remaja?, sehingga peneliti melakukan penelitian dengan judul ”Perilaku Minum-minuman
Keras
Pada
Remaja
Ditinjau
Dari
Ketidakharmonisan Keluarga”.
Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minumminuman beralkohol pada remaja.
xx
Perpustakaan Unika
Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberi sumbangan pengetahuan di bidang Psikologi Perkembangan Remaja dan Psikologi Keluarga terutama yang berkaitan dengan perilaku minum-minuman keras pada remaja dengan ketidakharmonisan keluarga. 2. Manfaat Praktis Memberi informasi yang berguna bagi remaja, orang tua, dan pendidik
terutama
ketidakharmonisan
dalam
keluarga
minuman keras pada remaja.
xxi
yang
memahami menyebabkan
permasalahan penggunaan
Perpustakaan Unika
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku Minum Minuman Keras 1. Pengertian Perilaku Minum Minuman Keras pada Remaja. Dalam kamus psikologi Chaplin (1975, h. 8) disebutkan bahwa perilaku mempunyai beberapa arti, yaitu (a) Beberapa yang dilakukan organisme, (b) sebagai salah satu respon spesifik dari seluruh pola respond an (c) suatu kegiatan atau aktivitas. Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengartikan perilaku sebagai segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat diobservasi dengan berbagai cara. Kartono & Dali Gulo (1987, h. 9) juga menambahkan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat. Sedangkan dalam kamus (Anshori 1996, h. 8) menyebutkan bahwa perilaku adalah : a. setiap tanggapan yang dibuat oleh suatu organism, b. secara spesifik merupakan bagian dari suatu pola rangsangan total, c. suatu tindakan, aktivitas atau tingkah laku dan d. merupakan suatu pergerakan atau gerakan yang rumit. Ajzen (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengatakan bahwa bila seseorang ingin melakukan suatu perilaku, maka orang tersebut memberi penilaian positif pada tingkah laku tersebut dan yakin bahwa orang lain mempunyai arti penting baginya serta menghendakinya untuk melakukan tingkah laku itu.
xxii
Perpustakaan Unika
Definisi-definisi perilaku diatas mengandung pengertian bahwa perilaku merupakan tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh individu dan dapat diamati secara langsung. Minuman keras atau alkohol merupakan suatu senyawa alifatis etil alkohol dan tergolong kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan alkohol saja. WHO memasukan etil alkohol kedalam jenis obat berbahaya (drug) dan alkohol termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang bersama dengan transkuiliser, sedative, atau hipnotikum dan narkotika atau opial (Yatim 1991, h. 5). Hundleby dan Mercer (dikutip Hardani 1999, h. 9) menggolongkan minuman keras menjadi tiga jenis yaitu : (a) bir dengan kadar alkohol 1% hingga 5%, (b) anggur dengan kadar alkohl 5% hingga 20% dan (c) liquar dengan kadar alkohol 20% hingga 55%. Makin tinggi kandungan alkohol makin besar pengaruhnya bagi si peminum. Jumlah alkohol yang diminum juga akan mempunyai pengaruh yang berbeda-beda pada tubuh manusia. Dalam tahap yang ringan yaitu 0,05% alkohol dalam darah manusia hanya mempengaruhi kemampuan kontrol dan pertimbangan seseorang. Bila kadar alkohol mencapai 0,10% dalam darah maka terjadi gangguan pusat bicara, keseimbangan dan kecekatan tangan. Gerakan motorik tubuh akan terganggu pada saat alkohol dalam darah mencapai 0,45% akan terjadi koma atau hilangnya kesadaran seseorang. Pernafasan dan jantung akan berhenti berdenyut bila kadar alkohol dalam adalah mencapai 0,70% (Joewana dalam Hardani 1999, h.9).
xxiii
Perpustakaan Unika
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku minum-minuman keras adalah tindakan individu yang dapat diamati secara langsung dengan jumlah dan kadar yang diminum dari yang terendah sampai yang tertinggi. Definisi-definisi minuman keras diatas mengandung pengertian bahwa minuman keras adalah suatu senyawa alifatis etil alkohol dan tergolong kelompok alkohol yang mempunyai kadar berbeda-beda yang mempunyai efek pada tubuh si pengkonsumsi. Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata adolescere (adolescentia berarti remaja ) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 1996, h. 208). Remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju ke masa dewasa, yang pada masa tersebut terjadi perkembangan – perkembagan baik fisik, fisiologis, dan sosial. Hal serupa juga di kemukakan oleh Atkinson (1991, h.134) bahwa masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Piaget (dikutip Hurlock, 1992, h. 206) mengatakan secara psikologis masa remaja adalah usia saat individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak – anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang – orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang – kurangnya dalam masalah hak. Mereka tidak dapat dan tidak mau lagi diperlakukan sebagai kanak – kanak karena mereka sekarang hidup dengan orang dewasa, di dalam masyarakat orang dewasa yang menuntut penyesuaian dengan orang dewasa.
xxiv
Perpustakaan Unika
Remaja memiliki proses perkembangan yang sangat kompleks, sehingga sering menimbulkan permasalahan baik padaremaja itu sendii maupun lingkungan. Hal ini didukung oleh Tambun (Dikutip Hartanti, 2002) bahwa remaja adalah masaperkembangan yang penuh dinamik, warna dan gejolak, karena itu dibutuhkan suatu pendekatan yang utuh dalam mendekati remaja yang penuh gejolak. Hal senada juga diutarakan oleh Monks (1992, h.255) bahwa masa remaja merupakan salah satu tahap dalam perkembangan manusia, seperti dalam masa perkembangan yang lainnya, masa ini mempunyai ciri – ciri khusus seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya, dan sebagainya. Hurlock (dikutip Hartanti, 2002) menyatakan bahwa masa remaja dimulai sekitar usia 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Gunarsa, bahwa rentang usia remaja berlangsung antara 12 tahun sampai dengan 21 tahun. Rentang ini disebabkan karena masa remaja di bagi menjadi tiga periode yaitu : • Masa remaja awal, dimulai dari usia 12 tahun – 15 tahun • Masa remaja tengah, dimulai dari usia 15 tahun – 17 tahun • Masa remaja akhir, dimulai dari usia 17 tahun – 21 tahun. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku minum-minuman keras pada remaja adalah tindakan individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, yang minum mengandung kadar alkohol secara langsung dengan jumlah dan kadar dari yang terendah sampai yang tertinggi.
xxv
Perpustakaan Unika
2. Batasan dan Tahap Dalam Perilaku Minum Minuman Keras Batasan mengenai perilaku minum minuman keras dan juga obatobatan terlarang berbahaya menurut Fuhrman (1990, h. 479) dibedakan atas penggunaan yang bersifat: a. Eksperimen Pada tahap ini biasanya seseorang menggunakan minuman keras ataupun obat-obatan pada saat tertentu dan umumnya digunakan bila ada ditengah-tengah kelompok sebaya agar mendapat penerimaan dan pengakuan dari kelompok tersebut, oleh karena itu toleransi obat-obatan dan miras itu sangat rendah. b. Kebiasaan Jika seseorang meningkatkan penggunaan menjadi tahap kebiasaan, maka remaja mulai meningkatkan minum minuman keras untuk mendapatkan efek yang sama seperti pada pengguna sebelumnya, lebih sering menggunakan dan mulai berbahaya, memiliki perasaan bersalah, menyembunyikan keterlibatan mereka dengan minuman keras, c. Ketergantungan Pada tahap ketergantungan mereka secara teratur menggunakan dan selalu menginginkan efek yang lebih dari sebelumnya. Remaja juga mempunyai kemungkinan untuk menggunakan obat-obatan berbahaya lainnya. Pada tahap ini pula pemakainya mulai menunjukan gangguan yang bersifat fisik maupun psikologis seperti kehilangan kesadaran, melakukkan tindakan kriminal, berat badan turun dengan cepat, keluar
xxvi
Perpustakaan Unika
dari sekolah, tidak mampu bekerja dengan baik, selalu membuat alasan dan memanfaatkan keadaan ketergantungan. Tahap-tahap
perilaku
mengkonsumsi
obat-obatan
terlarang
minuman keras (Joewana 1989, h. 10) yaitu : a. Tahap coba-coba Merupakan tahap awal perkenalan terhadap obat-obatan dan minuman keras. Tahap ini dapat berkembang menjadi pemakai kadangkadang atau berhenti sama sekali setelah merasakan bahan tersebut. Pemakai atau peminum kadang-kadang dapat digolongkan dalam pemakai atau peminum sosial atau situasional. Pemakai atau peminum sosial menggunakan obat atau minuman keras pada acara-acara tertentu saja, seperti pada acara pesta, berkemah dan lain-lain. Pemakai atau peminum sosial memakai obat atau minuman keras pada saat mengalami ketegangan, masalah, atau kekecewaan. b. Tahap Ketergantungan Pada tahap ini, seseorang telah menjadi pemakai atau peminum tetap obat-obatan atau minuman keras dan menunjukan adanya gangguan fisik dan sosial akibat pemakaian tersebut. Berdasarkan pada pemahaman mengenai perilaku minuman keras dan tahap-tahap penggunaan minuman keras dapat disimpulkan bahwa perilaku minum minuman keras adalah tindakan individu yang secara langsung, minum minuman keras dari tahap coba-coba hingga tahap ketergantungan.
xxvii
Perpustakaan Unika
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Minum Minuman Keras Penggunaan minuman keras yang berlebihan diketahui dapat menimbulkan pengaruh buruk, baik yang bersifat fisik maupun psikis. Namun remajatampaknya seringkali mengabaikan bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan dari minum minuman keras. Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkool tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri)). Faktor sosial (ekstern) yang mempengaruhi perilaku miumminuman keras yaitu : a. Ketaatan Beribadah Hubungan antara ketaatan beribadah dengan perilaku minum minuman keras sangat erat. Pemakai obat-obatan dan minuman keras cenderung kurang berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan, kurang rajin beribadah dan urang memiliki komitmen keagamaan. (Oelting dan Beauvais 1987, h. 12) Penelitian yang dilakukan oleh Ronodikoro dan Afiatin (1990, h.14) menunjukan bahwa pengaruh keagamaan merupakan faktor penangkal yang utama dalam mencegah penggunaan obat-ibatan dan minum minuman
xxviii
Perpustakaan Unika
keras. Penelitian diatas menunjukan bahwa ketaatan beragama memegang peranan penting dalam mencegah seseorang menggunakan minuman keras berlebihan. b. Pengaruh Keluarga Kebanyakan penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obat-obatan ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12). Dari beberapa penelitian dilaporkan, beberapa gejala yang berkaitan dengan keluarga dan penggunaan miuman keras pada remaja yaitu orang tua yang mengkonsumsi minuman keras cenderung memiliki anak yang mengkonsumsi minuman keras, remaja yang mengkonsumsi minuman keras merasa ditolak dan jauh dari orangtua, dan remaja dari keluarga otoriter dan permisif cenderung mengkonsumsi minuman keras. Keadaan keluarga yang tidak baik atau tidak harmonis ini menyebabkan anak dapat berperilaku negatif. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan
dengan
kegagalan
atau
ketidakmampuan
dalam
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa 1995, h. 26). Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga
xxix
Perpustakaan Unika
yang gagal memenuhi kewajjibannya yang sesuai dengan perasaan atau fungsi sosialnya. Kehangatan keluarga dan kontrol yang positif dari dari orang tua berkorelasi positif dengan tidak adanya penyalahgunaan yang juga ditujukan dengan tidak adanya gangguan emosi dan kenakalan. Penelitian-penelitian ini menunjukan bahwa suasana keluarga memberi sumbangan yang cukup besar dalam mencegah remaja mengkonsumsi minuman keras. c. Pengaruh Sekolah Lingkungan sekolah seringkali dipandang tidak efektif dalam mencgah atau menghentikan penggunaan minuman keras. Sekolah sama halnya dengan orang tua yang seringkali bersikap otoriter atau permisif dan tidak efektif dalam mempromosikan pemecahan masalah kesehatan yang dibutuhkan remaja dalam menangkal penggunaan minuman keras. Umumnya penyuluhan-penyuluhan hanya menunjukan fakta-fakta dan merupakan taktik untuk menakut-nakuti, sehingga bukan saja metode tidak efektif tetapi juga menurunkan kredibilitas sekolah di mata remaja (Fuhrman 1990, h. 489). Remaja yang memiliki permasalahan mengenai sekolah cenderung terlibat dalam penggunaan minuman keras dan sikap sekolah yang otoriter semakin membuat remaja menjauhi sekolah.
xxx
Perpustakaan Unika
Faktor kepribadian (intern) yang mempengaruhi perilaku minum minuman keras yaitu : a. Harga diri Menurut Meadov (dikutip Ratih 1998, h. 12) adalah penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Harga diri seseorang dapat nampak oleh sebab hal-hal yang bersifat jasmaniah dan rohaniah. Orang yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil, ia akan bersikap realistis dalam melihat kemampuan dirinya, sebalknya dengan individu yang mempunyai harga diri rendah, ia akan melakukkan segala upaya agar terlihat mampu melakukan sesuatu seperti orang lain tanpa melihat realita yang ada dengan mengkonsumsi minuman keras. b. Pemberontakan / Memberontak Pada pengkonsumsi terdapat kecenderungan untuk selalu menolak cara atau prosedur yang telah diakui oleh masyarakat atau keluarga. Ini dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Keadaan ini memang nampak jelas pada mereka karena pada dasarnya mereka memiliki dasar-dasar permusuhan yang besar sekali terhadap segala bentuk otoritas yang ada. Mereka tidak pernah belajar berusaha sama dengan segala bentuk otoritas. Padahal orang lain umumnya melakukan itu (Hilman dalam Yatim dan Irwanto 1991, h. 18). c. Percaya Diri Rasa percaya diri ini merupakan sikap yakn bahwa dirinya benar, juur, kuat tidak tergantung orang lain dan mempunyai kemandirian serta
xxxi
Perpustakaan Unika
dirinya mampu dan dapat menerima keyakinan dan berfikir positif sehingga dapat menyelesaikan dan menangani masalah dengan baik sehingga berhasil dengan baik. Berbeda dengan orang yang mempunyai rasa percaya diri rendah atau kurang, mereka akan melarikan diri ke minuman keras untuk menyelesaikan dan menangani masalahnya. d. Usia Fuhrman (1990, h. 479) mengatakan bahwa minuman keras merupakan jenis obat-obatan yang paling banyak digunakan oleh remaja di SMA, usia remaja menunjukan keterlibatan yang lebih dalam penggunaan minuman keras ataupun obat-obatan terlarang. Hal ini terjadi mungkin karena usia remaja merupakan masa seorang remaja sibuk mencari pengalaman baru, mereka ingin mencoba hal baru tetapi seringkali kurang memperdulikan akibat yang akan ditimbulkan. Hasil penelitian
terhadap remaja
menunjukan
bahwa ada peningkatan
penggunaan minuman keras sejalan dengan meningkatnya usia. Berdasarkan uraian diatas, tampak bahwa perilaku minum minuman keras pada remaja dipengaruhi oleh faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern ketaatan beribadah,
pengaruh
keluarga
(ketidakharmonisan
pengaruh sekolah) saling berinteraksi.
xxxii
keluarga),
dan
Perpustakaan Unika
4. Aspek-aspek Dalam Pengukuran Perilaku Minum Minuman Keras Cara-cara seseorang berperilaku pada suatu obyek berhubungan erat dengan kepercayaan, perasaan, dan intensitasnya terhadap obyek tersebut (Fieshbein dan Ajzen 1975, h. 18). Menurut Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 18) perilaku dapat diukur yakni dengan melihat apa yang dikerjakan seseorang dan mendengar apa yang dikatakan seseorang, sehingga dapat dibuat suatu kesimpulan tentang perasaan-perasaan, sikap-sikap, pemikiran dan proses mental yang lain. Melalui pengukuran perilaku maka kejadian mental yang biasanya disembunyikan menjadi lebih dapat diketahui. Perilaku mempunyai komponen-komponen kognitif, afektif atau perasaan suka dan aktivitas serta dapat diobservasi dan diukur dengan berbagai cara. Perilaku minum-minuman keras seperti perilaku pada umumnya, dibentuk dari aspek-aspek perilau sebagai berikut: (Twiford, dikutip Nugroho, 2006. h. 13) a. Frekuensi minum yaitu seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang muncul. b. Durasi atau lamanya berlangsung yaitu seberapa lama subyek dalam menggunakan minuman keras. c. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam menggunakan minuman keras. Aspek perilaku minum-minuman keras (Hardani 1999,h. 19):
xxxiii
Perpustakaan Unika
a. Frekuensi
minum,
yang
ditunjukan
intensitas
subyek
dalam
menggunakan minuman keras. b. Kadar minuman keras yang di minum. c. Jumlah minuman yang diminum. d. Cara meminum minuman keras, yang ditunjukan bagaimana subyek meminum minuman keras. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek minum – minuman keras dibagi menjadi 3 yaitu frekuensi minum, durasi atau lamanya berlangsung, dan intensitas. B. Ketidakharmonisan Keluarga 1. Pengertian Ketidakharmonisan Keluarga Menurut Polak (1979, h. 363) ketidakharmonisan keluarga atau disharmonisasis terjadi bilamana seorang anggota keluarga hilang atau bilamana susunan kekariban menjadi retak atau kacau. Marhiyanto (dikutip Chairini 1997, h. 25) menyebutkan ketidakharmonisan dapat berupa ketidak
utuhan keluarga, ketidakcocokan hubungan keluarga dan
ketegangan keluarga. Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi kewajjibannya yang sesuai dengan perasaan atau fungsi sosialnya. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan
xxxiv
Perpustakaan Unika
dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa 1995, h. 26). Lebih lanjut Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan bahagia dan memberikan dampak yang negatif pada anak (remaja) yang salah satunya adalah minum minuman keras. 2. Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga Bentuk-bentuk Ketidakharmonisan Keluarga menurur Soekanto (1987, h. 27) adalah : a. Unit keluarga yang tidak lengkap karena hubungan diluar pernikahan walaupun secara sosial dan hukum terbentuk suatu keluarga tetapi termasuk disharmonis karena ayah secara biologis gagal dalam mengisi perannya demikian pula keluarga ibu atau ayah. b. Ketidakharmonisan keluarga karena putusnya perkawinan karena perceraian, perpecahan meja dengan tempat tidur dan lain sebagainya.
xxxv
Perpustakaan Unika
c. Adanya kekurangan dalam keluarga tersebut yaitu dalam komunikasi antar anggota keluarga. d. Krisis keluarga. Misalnya gangguan keseimbangan kejiwaan salah satu anggota keluarga. Bentuk-bentuk ketidakharmonisan keluarga menurut Polak(1979,h. 364) adalah : a. Keluarga dengan satu orang tua karena kematian b. Keluarga dengan orang tua tunggal karena perceraian c. Keluarga dengan orang tua tunggal karena perpisahan d. Keluarga dengan orang tua tunggal karena hubungan diluar nikah e. Keluarga yang interaksinya memburuk Dari uraian diatas tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ada bermacam-macam bentuk disharmonis keluarga diantaranya perceraian, kematian, perpisahan dan sebagainya yang kesemuanya sama-sama berakibat negative bagi ibu, ayah dan anak-anak mereka. 3. Ciri Ketidakharmonisan Keluarga Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif. Gunarsa (1995, h. 26) juga mengatakan ketidakharmonisan keluarga terjadi jika seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan, serta merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaanya. Kurangnya komunikasi dalan keluarga akan cukup banyak menimbulkan persoalan (Walgito 1984, h. 57)
xxxvi
Perpustakaan Unika
Dari pendapat beberapa tokoh di atas diambil sebagai ciri ketidakharmonisan keluarga yaitu : a. Interaksi sosial yang tidak wajar. Manusia selalu membutuhkan manusia yang lain dalam segala hal, karena itu ia selalu kontak dengan sesamanya termasuk didalam keluarga, bila interaksi sosial dalam keluarga ini tidak berjalan dengan semestinya akan mengakibatkan disharmonis dalam keluarga (Irwanto 1991, h. 258) b. Orang tua sering cekcok : Bila orang tua dalam keluarga sering cekcok atau bertengkar akan mengakibatkan ketidaknyamanan bagi anggota keluarga. c. Saling bermusuhan : Jika seiap anggota keluarga saling bermusuhan, masing-masing tidak mau mengalah akan mengakibatkan disharmonis keluarga. d. Tindakan agresif : Merupakan perilaku menentang baik secara fisik ataupun verbal atau baru berupa ancaman karena adanya permusuhan dalam keluarga (Ayah Bunda 1992, h. 38). e. Ketegangan : Jika dalam keluarga itu saling bermusuhan orang tua sering cekcok, hubungan antar keluarga tidak baik akan menimbulkan ketegangan. f. Kekecewaan : Kekecewaan ini timbul jika individu mempunyai keinginan yang tidak tercapai atau juga akibat dari ketegangan yang dirasakan dalam keluarga (Hilman dalam Yatim 1991, h. 18)
xxxvii
Perpustakaan Unika
g. Kurangnya komunikasi : Komunikasi dalam keluarga dengan sesama anggota keluarga sangat penting, jika komunikasi ini kurang akan menimbulkan banyak persoalan (Walgito 1984, h. 58) Dari uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan yang merupakan ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar,
kekecewaan,
ketegangan,
tindakan
agresif
dan
kurangnya
komunikasi. Dalam keadaan seperti itu (keluarga yang tidak harmonis), anak (remaja) lebih sering menjadi korban dari ketidakharmonisan tersebut dan biasanya anak (remaja) akan merasa tertekan didalam rumah dan cenderung untuk mencari pelampiasan diluar rumah dengan melakukan hal yang negatif salah satunya minum minuman keras.
xxxviii
Perpustakaan Unika
C. Hubungan Ketidakharmonisan Keluarga dengan Perilaku Minum Minuman Keras Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam menghadapi masa dewasanya yang lebih mandiri, karena remaja sebagai generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa diantara mereka tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan mereka seperti
berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan
minuman beralkohol. Dari hal tersebut tidak sedikit pula di antara remajaremaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total. Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan remaja dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar remaja, menurunkan produktifitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik fisik, maupun mental ( Hawari, 1991, h.25 ).
xxxix
Perpustakaan Unika
Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa ( Atkinson, 1991, h.134 ). Dalam hal ini remaja berkembang kearah kematangan seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa remaja sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya remaja sering menimbulkan masalah – masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol. Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, banyak sekali terlihat di tiap sudut kota berdiri warung – warung tenda atau non permanen menjual minuman keras. Yang lebih memprihatinkan sebagian besar dari pengunjung atau pembeli adalah kaum remaja. Tidak hanya sebatas itu saja, sering kali banyak terlihat di tempat – tempat hiburan terlihat remaja baik laki – laki maupun perempuan. Hal ini biasanya terjadi karena banyak hal yang menjadi later belakangnya. Baik dari dalam maupun luar. Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman
xl
Perpustakaan Unika
beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Selain itu, hasil penelitian Sukaryo (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab minum-minuman keras di kalangan remaja Desa Pedawang antara lain: kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu, hubungan remaja dengan orang tua yang kurang harmonis, kurangnya kontrol orang tua terhadap remaja dalam perilakunya sehari-hari, dan kehidupan keagamaan remaja masih kurang. Berdasarkan beberapa faktor diatas maka kondisi keluarga merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian ini. Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang
xli
Perpustakaan Unika
tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26) (Gunarsa 1995, h. 26) menambahkan bahwa ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya Pada lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak berperilaku
deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan
perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6) mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain dan perilaku negatif lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14)
xlii
Perpustakaan Unika
mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku minum
minuman
keras
biasanya
berhubungan
erat
dengan
ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras. Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Berdasarkan
penjelasan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
ketidakharmonisan keluarga dapat menjadi penyebab remaja untuk mengkonsumsi
minuman
keras.
Dimana
xliii
semakin
tinggi
tingkat
Perpustakaan Unika
ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum minuman keras pada remaja. B. Hipotesis Ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras. Semakin tidak harmonis keluarga semakin tinggi pula perilaku remaja minum minuman keras.
xliv
Perpustakaan Unika
BAB III METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan analisis statistik, adapun variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah : • Variabel tergantung : Perilaku Minum-minuman Keras • Variabel bebas
: Ketidakharmonisan Keluarga
B. Definisi Operasional Variabel 1. Perilaku Minum-minuman Keras Perilaku minum-minuman keras pada remaja adalah tindakan minum individu yang dapat diamati secara langsung yang meliputi pemakaian minuman keras dari tahap penggunaan coba-coba hingga ketergantungan. Hal ini diungkap melalui skala perilaku minumminuman keras dari Christiawan Adi Nugroho (2006) yang meliputi 3 aspek yaitu : frekwensi minum, durasi atau lamanya berlangsung, dan intensitas. Semakin tinggi skor skala perilaku minum-minuman keras yang diperoleh maka semakin tinggi seseorang dalam mengkonsumsi minuman keras. Semakin rendah skor skala perilaku minum-minuman keras maka semakin rendah pula tingkat ketergantungan seseorang dalam mengkonsumsi minuman keras.
xlv
Perpustakaan Unika
2. Ketidakharmonisan Keluarga Ketidakharmonisan keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota keluarga yang mengalami perpecahan, karena ada anggota keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan, kekecewaan, merasa tidak puas dan tidak bahagia. Ketidakharmonisan keluarga diukur dari sudut pandang anak (remaja) dengan lima aspek yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, kekecewaan, ketegangan, tindakan serta kurangnya komunikasi. Semakin tinggi skor ketidakharmonisan keluarga yang diperoleh maka semakin rendah tingkat ketidakharmonisan keluarga. Semakin rendah skor skala ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula tingkat ketidakharmonisan keluarga. C. Subjek Penelitian 1. Populasi Menurut Hadi (1987, h. 220) populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai cir-ciri tertentu atau sifat-sifat yang sama. Menurut Azwar (1998, h.77), populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek lain. Subjek pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang tinggal di kota Semarang dengan rentang usia maksimal 21 tahun,
xlvi
Perpustakaan Unika
peminum ( dengan kadar alkohol 19% - 40%, tiap hari minum minuman keras baik 1 sloki sampai beberapa botol, dan minimal sudah 2 tahun minum minuman keras ) dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis ( orang tua yang sering bertengkar baik verbal maupun non verbal dan kejadian tersebut sudah berjalan minimal 2 tahun). 2. Teknik Pengambilan sampel Pada penelitian ini tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah snow ball. Menurut Moleong (2009, h. 10) menyatakan snow ball yaitu sampel yang diambil berdasarkan atas informasi secara estafet dari informan yang mengambil kerakteristik subyek penelitian. D. Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh individu yang menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 1984, h. 80). Dalam penelitian ini digunakan dua skala yaitu skala perilaku minum minuman keras dan skala ketidakharminisan keluarga. 1. Skala perilaku minum minuman keras pada remaja Skala ini meliputi tiga aspek yaitu (a) aspek frekuensi minum yaitu keseringan individu dalam mengkonsumsi minuman keras, (b) aspek durasi atau lamanya berlangsung yang ditujukan subyek dalam menggunakan minuman keras, (c) aspek intensitas yang ditujukan subyek dalam menggunakan minuman keras. Skala ini sebelumnya telah digunakan oleh Nugroho (2006) untuk mengetahui perilaku penyalahgunaan alkohol pada
xlvii
Perpustakaan Unika
remaja di daerah Tambak Mulyo tepatnya Rt 09 / Rw 15, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara pada tahun 2006. Skala ini terdiri dari 18 item yang setelah diujicoba menjadi 17 item. Ujicoba dilakukan pada
40 orang anggota Karang Taruna “Jaya
Kharisma” Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara (Nugroho, 2006, h. 38). Tiap – tiap pernyataan disediakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat tidak sesuai (STS). Pada pernyataan yang tergolong favourabel atau positif, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika menjawab sesuai (S), nilai 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), dan nilai 1 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS). Pada pernyataan yang tergolong unfavourabel atau negatif, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika menjawab tidak sesuai (TS), nilai 2 jika menjawab sesuai (S), dan nilai 1 jika menjawab sangat sesuai (SS). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi seseorang dalam mengkonsumsi minum-minunman keras, demikian sebaliknya. Blue Print skala perilaku minum minuman keras dapat dilihat pada tabel 1. Table 1 Blue Print Skala Perilaku Minum Minuman Keras Aspek Frekuensi minum Durasi atau lamanya berlangsung Intensitas Total
Favorable 3 3 3 9
xlviii
Unfavorable 3 3 2 8
Total 6 6 5 17
Perpustakaan Unika
2. Skala Ketidakharmonisan Keluarga Skala ini mempunyai beberapa ciri antara lain : (a) interaksi sosial yang tidak wajar yaitu suatu keluarga yang tidak saling membantu, tidak membutuhkan orang sesama anggota dan tidak ada kontak dengan setiap anggota keluarga yang ada, (b) ketegangan yaitu bila setiap orang tua atau anggota keluarga selalu diwarnai oleh pertengkaran, rebut, cekcok, tidak ada yang mengalah yang akhirnya menjadi saling bermusuhan, (c) kekecewaan yaitu apabila individu mempunyai keinginan yang tidak tercapai ataupun menyaksikan keadaan keluarga yang tidak sesuai dengan harapan, (d) tindakan agresif yaitu pertengkaran keluarga yang diliputi perilaku kekerasan fisik, verbal ataupun psikis, dan (e) kurangnya komunikasi yaitu kurang sikap saling terbuka antar anggota keluarga sehingga dapat menimbulkan masalah baru. Skala ini terdiri dari 30 item. Tiap – tiap pernyataan disediakan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat tidak sesuai (STS). Pada pernyataan yang tergolong favourabel atau positif, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat sesuai (SS), nilai 3 jika menjawab sesuai (S), nilai 2 jika menjawab tidak sesuai (TS), dan nilai 1 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS). Pada pernyataan yang tergolong unfavourabel atau negatif, subyek akan memperoleh skor 4 jika menjawab sangat tidak sesuai (STS), nilai 3 jika menjawab tidak sesuai (TS), nilai 2 jika menjawab sesuai (S), dan nilai 1 jika menjawab sangat sesuai (SS). Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi ketidak
xlix
Perpustakaan Unika
harmonisan
keluarga,
demikian
sebaliknya.
Blue
Print
skala
ketidakharmonisan keluarga dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Blue Print skala Ketidak Harmonisan Keluarga Ciri Interaksi sosial yang tidak wajar Kekecewaan Kurangnya komunikasi Ketegangan Tindakan agresif Total
Favorable 3
Unfavorable 3
6
3 3 3 3 15
3 3 3 3 15
6 6 6 6 30
D. Uji Validitas dan Reliabilitas alat ukur 1. Uji Validitas Anastasi dan Urbina (1997, h.85) menyatakan bahwa validitas sebuah tes menyangkut apa yang diukur tes dan seberapa baik tes itu bisa mengukur. Validitas alat ukur pada penelitian ini menggunakan validitas item. Suryabrata (2000, h.41) mengartikan validitas item adalah derajat kesesuaian antara sesuatu soal dengan perangkat soal-soal lain, ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor pada soal itu dengan skor pada perangkat soal (item total correlation). Untuk memperoleh koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya digunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) release 16.0.
l
Perpustakaan Unika
Untuk menghindari over estimate (angka korelasi yang kelebihan bobot), rumus korelasi tersebut perlu di koreksi dengan menggunakan teknik korelasi part whole dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) release 16.0. Khusus skala perilaku minum-minuman keras, koefisien korelasi validitas alat ukur bergerak dari 0,327 sampai dengan 0,618 dengan taraf signifikansi 5% (Nugroho, 2006, h. 39). 2. Uji Reliabilitas Alat Ukur Azwar (2000, h.83) menyatakan bahwa reliabilitas sebenarnya mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan.
Lebih lanjut Harahap (2001, h.58)
mengartikan reliabilitas sebagai kualitas dimana suatu penelitian akan memberikan hasil yang sama kendatipun penelitiannya dilakukan oleh peneliti yang berbeda. Sugiyono (2003, h.74) menyatakan bahwa instrumen yang berbentuk esai atau skala Likert digunakan teknik Alpha dari Cronbach. Realibilitas skala minum-minuman keras adalah sebesar 0,834 (Nugroho, 2006, h. 41). Alat ukur ini tergolong memiliki reliabilitas yang baik atau reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini Adapun untuk mengetahui reliabilitas skala ketidakharmonisan keluarga, digunakan teknik Koefisien Alpha dari Cronbach dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) release 16.0.
li
Perpustakaan Unika
E. Metode Analisis Data Untuk menguji hipotesis yaitu hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum-minuman keras digunakan Teknik Korelasi Product Moment dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) release 16.0.
lii
Perpustakaan Unika
BAB IV LAPORAN PENGUMPULAN DATA
A. Orientasi Kancah Penelitian Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 466 km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat (dalam www.Wikipedia.com, 2009). Daerah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit, yakni sekitar 4 kilometer dari garis pantai. Dataran rendah ini dikenal dengan sebutan kota bawah. Kawasan kota bawah seringkali dilanda banjir, dan di sejumlah kawasan, banjir ini disebabkan luapan air laut (rob). Di sebelah selatan merupakan dataran tinggi, yang dikenal dengan sebutan kota atas, di antaranya meliputi Kecamatan Candi, Mijen, Gunungpati, dan Banyumanik (dalam www.Wikipedia.com, 2009). Seperti kebanyakan kota-kota besar yang ada di Indonesia, di kota Semarang juga banyak dijumpai tempat hiburan malam seperti Hugos, Mantra, X-Pool, Kingdoom, E-Plaza, Barbie, dan lain sebagainya. Sebagaimana tempat hiburan, tempat – tempat tersebut juga menjual minuman yang mengandung alkohol. Selain tempat hiburan tersebut, di beberapa pinggiran jalan kota Semarang banyak berdiri kedai – kedai yang menjual minuman keras. Di kedai – kedai tersebut, minuman keras yang di jual biasanya merupakan
liii
Perpustakaan Unika
minuman yang dicampur atau “mix” dengan minuman lainnya. Bagi konsumen yang tidak memiliki banyak dana untuk memasuki tempat seperti Hugos, Mantra, dan lain sebagainya, kedai-kedai tersebut merupakan pilihan untuk dapat menikmati minuman keras. Tempat ini dapat di jumpai di sekitar Taman KB, sekitar Stadion Diponegoro, Jl. Kusumawardani, ataupun di Jl. Kelud daerah Sampangan. Terpilihnya kota Semarang sebagai kancah penelitian didasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : 1) Berdasarkan observasi dan wawancara, di Semarang sangat mudah mendapatkan minuman keras karena banyaknya tempat hiburan dan kedai di pinggiran jalan yang menjual minuman keras. 2) Subyek penelitian sesuai dengan karakteristik populasi, sehingga memenuhi syarat sebagai subyek penelitian 3) Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya 4) Peneliti mengenal kondisi lokasi penelitian dengan baik, sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengambil sampel penelitian.
B. Persiapan Pengumpulan data Persiapan pengumpulan data diawali dengan melakukan penyusunan alat ukur, dan persiapan administrasi yang menyangkut masalah perijinan tempat penelitian serta uji validitas dan reliabilitas alat ukur penelitian. 1. Penyusunan Skala Penelitian Penyusunan skala penelitian ditentukan berdasarkan aspekaspek atau komponen variabel yang telah dikemukakan dalam teori.
liv
Perpustakaan Unika
Di dalam penelitian ini digunakan dua skala, yaitu skala perilaku minum - minuman keras dan skala ketidakharmonisan keluarga. Penyajian skala dalam bentuk tertutup yaitu subjek penelitian diwajibkan memilih satu jawaban dari beberapa alternatif pilihan yang disediakan. Penyusunan dari masing-masing alat ukur dijelaskan sebagai berikut : a. Skala Perilaku Minum - Minuman Keras Skala yang pertama adalah skala perilaku minum - minuman keras yang disusun berdasarkan aspek – aspek perilaku minum minuman keras yang meliputi frekwensi minum, lamanya berlangsung, dan intensitas. Skala ini sebelumnya telah digunakan oleh Nugroho (2006) untuk mengetahui perilaku penyalahgunaan alkohol pada remaja di daerah Tambak Mulyo tepatnya Rt 09 / Rw 15, Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara pada tahun 2006. Skala ini terdiri dari 18 item yang setelah di ujicoba menjadi 17 item. Ujicoba dilakukan pada 40 orang anggota Karang Taruna “Jaya Kharisma” Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara (Nugroho, 2006, h. 38). Jumlah item secara keseluruhan setelah di ujicoba adalah adalah 17 item yang terdiri dari 9 item favourable dan 8 item unfavourable. Sebaran item skala perilaku minum - minuman keras dapat dilihat pada tabel 3.
lv
Perpustakaan Unika
Tabel 3 Sebaran Skala Perilaku minum - minuman keras Aspek
Total
No Item Favorabel
Unfavorabel
1, 7, 13 3, 9, 15
2, 8, 14 4, 10, 16
6 6
5, 11, 17 9
6, 12 8
5 17
Frekuensi minum Durasi atau lamanya berlangsung Intensitas Total
b. Skala Ketidakharmonisan keluarga Skala yang kedua adalah skala ketidakharmonisan keluarga
yang
disusun
berdasarkan
jenis
–
jenis
ketidakharmonisan keluarga yang meliputi interaksi sosial yang tidak wajar, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan, dan tindakan agresif. Jumlah item secara keseluruhan adalah 30 item yang terdiri dari 15 item favourable dan 15 item unfavourable. Sebaran item skala ketidakharmonisan keluarga dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Sebaran Skala Ketidakharmonisan keluarga Jenis Interaksi sosial yang tidak wajar Kekecewaan Kurangnya komunikasi Ketegangan Tindakan Agresif Jumlah
No Item
Jumlah
Favorabel
Unfavorabel
1, 11, 21
2, 12, 22
6
3, 13, 23 5, 15, 25 7, 17, 27 9, 19, 29 15
4, 14, 24 6, 16, 26 8, 18, 28 10, 20, 30 15
6 6 6 6 30
lvi
Perpustakaan Unika
2. Tahap Perijinan Penelitian. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu mengajukan perijinan untuk penelitian pada pihak-pihak yang terkait secara tertulis. Adapun perijinan ini melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Meminta surat pengantar dari Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Surat pengantar tersebut
bernomor
046/B.7.3/FP/IX/2009
tertanggal
10
September 2009, yang sekaligus digunakan sebagai surat permohonan ijin untuk mulai mengadakan penelitian. b. Menunjukkan surat pengantar tersebut kepada masing - masing subjek penelitian. C. Pelaksanaan Pengumpulan Data Pelaksanaan penelitian ini digunakan metode try out terpakai, dimana pelaksanaan penelitian dilakukan sekali bersamaan dengan pelaksanaan uji coba dikarenakan subyek yang terbatas. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 1 Juli 2009 sampai dengan 14 Juli 2009 dengan menggunakan teknik incidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan atau yang langsung dijumpai oleh peneliti. Cara pelaksanaan penelitian dengan cara try-out terpakai dengan alasan terbatasnya jumlah subyek penelitian, waktu dan biaya. Dalam pengisian skala peneliti membagikan skala baik secara langsung maupun tidak langsung kepada subjek untuk diisi. Sebelum
lvii
Perpustakaan Unika
memberikan skala, peneliti mencari informasi melalui teman – teman perihal latarbelakang subyek penelitian. Total skala yang dibagikan adalah sebanyak 40 skala. Akan tetapi hanya 37 skala yang dapat dianalisis, sisanya ada yang pengisiannya kurang lengkap, beberapa halaman yang sobek (rusak), dan hilang. D. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Uji Validitas Setelah diisi oleh subjek penelitian, jawaban-jawaban dari skala tersebut diskoring oleh peneliti sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dan dimasukkan ke dalam tabel data. Setelah melewati proses tabulasi, data-data penelitian tersebut harus diuji validitasnya guna mengetahui item yang gugur dan item yang valid. Teknik yang digunakan untuk menguji validitas item-item skala pada penelitian ini adalah teknik korelasi Part Whole. Perhitungan uji validitas skala ini menggunakan progran komputer Statistical Packages for Social Sciences for Windows 16.0. Khusus skala perilaku minum-minuman keras, koefisien korelasi validitas alat ukur bergerak dari 0,327 sampai dengan 0,618 dengan taraf signifikansi 5% (Nugroho, 2006, h. 39). Pada skala ketidakharmonisan keluarga dari 30 item terdapat 8 item yang gugur dan 22 item yang valid. Dengan koefisien validitas skala berkisar antara 0,327 sampai dengan 0,717 Rincian item yang valid dan tidak valid dari skala ketidakharmonisan keluarga dapat dilihat pada tabel 5.
lviii
Perpustakaan Unika
Tabel 5 Rincian Item valid dan tidak valid Skala Ketidakharmonisan keluarga Jenis
No Item
Jumlah
Favorabel
Unfavorabel
Interaksi sosial yang tidak 1, 11, 21 wajar Kekecewaan 3, 13, 23 Kurangnya komunikasi 5*, 15, 25 Ketegangan 7, 17, 27 Tindakan Agresif 9, 19, 29* Jumlah 15 Keterangan : Dengan (*) : item yang gugur
2*, 12*, 22
6
4, 14*, 24 6, 16, 26* 8, 18, 28 10, 20*, 30 15
6 6 6 6 30
2. Uji Reliabilitas Uji kehandalan terhadap ketiga alat ukur tersebut digunakan teknik uji reliabilitas Alpha yang dikembangkan oleh Cronbach dengan program SPSS (Statistical Packages for Social Sciences for Windows) 16.0. Realibilitas skala minum-minuman keras adalah sebesar 0,834 (Nugroho, 2006, h. 41). Alat ukur ini tergolong memiliki reliabilitas yang baik atau reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini. Ketidakharmonisan keluarga memiliki reliabilitas sebesar 0, 885 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa skala ketidakharmonisan keluarga cukup reliabel untuk mengukur variabel-variabel penelitian.
lix
Perpustakaan Unika
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian Analisis data pada penelitian ini menggunakan korelasi product moment. Sebelum dilakukannya analisa data perlu dilakukan uji asumsi, yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas. 1. Uji Asumsi Hal ini dilakukan sebagai syarat untuk dapat melaksanakan analisis teknik korelasi Product Moment. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas sebaran dan uji linieritas hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung. a. Uji Normalitas Uji normalitas sebaran untuk mengetahui normal tidaknya sebaran skor atau variabel ketidakharmonisan keluarga dan perilaku minum- minuman keras pada remaja. Uji linieritas dilakukan untuk melihat apakah hubungan kedua variabel linier atau tidak. Adanya variabel dengan sebaran yang normal dan adanya hubungan linier antara variabel bebas dan variabel tergantung merupakan syarat utama yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian terhadap nilai r yang diperoleh dengan menggunakan teknik-teknik korelasi (Hadi,2000,h.32), dan untuk perhitungan data menggunakan
lx
Perpustakaan Unika
program Statistical Packages For Social Sciences for Windows Release 13.0 Data variabel penelitian diuji normalitas sebarannya dengan uji kolmogrov-Smirnov. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data yang diperoleh untuk setiap varibel adalah sebagai berikut : 1) Variabel perilaku minum - minuman keraspada remaja memperoleh nilai K-S Z : 0, 593 dengan p > 0,05. Hal ini berarti variabel tersebut berdistribusi normal. 2) Variabel ketidakharmonisan keluarga memperoleh nilai K-S Z : 0, 756 dengan p > 0,05. Hal ini berarti variabel
tersebut
berdistribusi normal. b. Uji Linieritas Hasil uji linieritas untuk variabel ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja menunjukkan nilai Flinier sebesar 15, 340 dengan nilai p< 0,05 yang berarti korelasi antara kedua variabel bersifat linier. 2. Uji Hipotesis Setelah melakukan uji normalitas dan uji linieritas , maka data yang selanjutnya dilakukan adalah uji hipotesis. Uji hipotesis menggunakan teknik Korelasi Product Moment. Hasil korelasi antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja.menunjukkan nilai rxy : 0, 552 dengan nilai p < 0,01. Hal ini membuktikan terdapat hubungan positif yang sangat
lxi
Perpustakaan Unika
signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras pada remaja.
B. Pembahasan Dalam penelitian ini, hasil uji korelasi antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja yang didapatkan dengan menggunakan korelasi product moment menunjukkan nilai rxy : 0, 557 dengan nilai p<0,01. Hal ini berarti terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum - minuman keras pada remaja, demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan keluarga semakin rendah perilaku minum - minuman keras pada remaja. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak harmonis akan menjadi korban dan cenderung melakukan perilaku minum - minuman keras dan sebaliknya apabila remaja memiliki keluarga yang harmonis maka kecenderungan anak menjadi korban dan perilaku minum - minuman keras akan terhindari. Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan perasaan atau fungsi sosialnya.
lxii
Perpustakaan Unika
Keadaan keluarga yang tidak harmonis ini menyebabkan anak (remaja) dapat berperilaku negatif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku minum-minuman keras biasanya berhubungan erat dengan ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak remaja menjadi pemakai atau peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka remaja terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras. Hal ini didukung dengan penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obatobatan ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12). Pengaruh ketidakhamonisan keluarga terhadap perilaku minum minuman keras dapat dilihat pada sumbangan efektif (SE) yang diberikan sebesar 30,47% dan sisanya sebesar 69,53% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern (ketaatan beribadah, dan pengaruh sekolah). Hasil Mean Empirik (ME) untuk variabel ketidakharmonisan keluarga sebesar 62,16 dengan SD 6,9, dengan penilaian Sangat Tinggi 75,96-82,86 : 4 orang (10,8%), Tinggi 69,06-75,96 : 8 orang (21,6%), Sedang 55,26-69,06 : 17 orang (45,9%), Rendah 46,36-55,26 : 6 orang
lxiii
Perpustakaan Unika
(16,2%), Sangat Rendah 41,46-48,36 : 2 orang (5,4%). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang jadi subyek penelitian mempunyai ketidakharmonisan keluarga yang cenderung tinggi karena ∑ : 29 (78,3%). Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga dalam hal ini anak yang akan menerima efeknya. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26). Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga yang tidak harmonis menyebabkan besar kemungkinan untuk anak (remaja) akan menjadi korban dan cenderung berperilaku negatif diluar rumah yang salah satunya minum-minuman keras. Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak berperilaku deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan
lxiv
Perpustakaan Unika
perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6) mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain dan perilaku negatif lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku minum
minuman
keras
biasanya
berhubungan
erat
dengan
ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras.
lxv
Perpustakaan Unika
No
r
p
Keterangan
1.
Interaksi Sosial
0,364
0,013
Cukup Signifikan
2.
Kekecewaan
0,411
0,006
Sangat Signifikan
3.
Kurang Komunikasi
0,481
0,001
Sangat Signifikan
4.
Ketegangan
0,493
0,001
Sangat Signifikan
5.
Tindakan Agresif
0,492
0,001
Sangat Signifikan
Hasil Mean Empirik (ME) pada perilaku minum - minuman keras pada remaja adalah sebesar 45,89 dengan SD 5,22, dengan penilaian Sangat Sering 56,33-61,55 : 5 orang, Sering 51,11-56,33 : 14 orang, Sedang 40,67-51,11 : 12 orang, Kadang - Kadang 35,4540,67 : 4 orang, Jarang 30,23-35,45 : 2 yang artinya remaja yang jadi subyek penelitian cenderung sering dalam mengkonsumsi minuman keras karena ∑
: 31
(83,7%).
Berkaitan dengan aspek-aspek dari perilaku minum-minuman keras yaitu frekuensi (seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang muncul),
lamanya
berlangsung
(seberapa
lama
subyek
dalam
menggunakan minuman keras) dan intensitas (kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam menggunakan minuman keras), terlihat bahwa subyek cenderung mengkonsumsi minuman keras yang cenderung sering/ tinggi. Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang
lxvi
Perpustakaan Unika
menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol. Dalam penelitian ini juga terdapat kelemahan-kelemahan walaupun peneliti sudah berusaha untuk meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut, diantaranya: 1. Penelitian ini menggunakan adalah metode try out terpakai sehingga kemungkinan item-item yang tidak valid terkontaminasi oleh item yang gugur. 2. Alat ukur yang digunakan kurang spesifik misalnya kalimat pada skala yang kurang dimengerti oleh responden tidak bisa diperbaiki terlebih dahulu sehingga kemungkinan berpengaruh dalam pengisian skala yang dilakukan oleh subyek. 3. Kondisi atau situasi pada saat penelitian juga dapat diasumsikan dapat mempengaruhi hasil penelitian, salah satunya karena situasi yang ramai pada saat pengisian skala penelitian sehingga ada kemungkinan subyek penelitian kurang dapat berkonsentrasi dalam pengisian skala penelitian.
lxvii
Perpustakaan Unika
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum - minuman keras demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula perilaku minum – minuman keras pada remaja.
B. Saran 1. Bagi Orangtua Diharapkan bagi orangtua lebih memperhatikan komunikasi dengan anggota keluarga, mengurangi kekecewaan yang dialami oleh masing – masing anggota keluarga khususnya anak, tidak melakukan/ menunjukkan tindakan agresif khususnya di depan anak (misalnya tidak memukul ataupun memaki anak ketika berbuat salah), dan mengurangi ketegangan-ketegangan yang terjadi di rumah (misalnya lebih rileks ketika menghadapi masalah masalah keluarga).
lxviii
Perpustakaan Unika
2. Bagi subyek Diharapkan bagi subyek untuk mengurangi konsumsi minuman keras dari segi frekuensi, lamanya berlangsung dan intensitas, berfikir positif saat mengalami sebuah permasalahan, banyak mencari informasi atau membaca buku tentang akibat-akibat yang disebabkan jika mengkonsumsi minuman keras terlalu banyak dan lebih berhati-hati dalam mencari teman. 3. Bagi Peneliti Lain a. Perlunya menambah subyek penelitian. b. Perlunya melakukan ujicoba penelitian agar hasil penelitian yang
diperoleh
dapar
benar
–
benar
menggambarkan
kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan komunikasi dengan orangtua. c. Diharapkan bagi peneliti lain untuk memperhatikan faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern (ketaatan beribadah dan pengaruh sekolah).
lxix
Perpustakaan Unika
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. 2007. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Atkinson, R. L. 1987. Pengantar Psikologi : jilid 1. Alih bahasa : Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga. ---------------------, Atkinson, R. C, Hilgard, E. R. 1990. Pengantar Psikologi jilid 2 (edisi kedelapan). Alih bahasa : Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga. Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha. Chaplin, J.P. 1975. Kamus Lengkap (Terjemahan Kartini Kartono) Edisi I Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Grafindo. Conger, J.J. 1977. Adolescence and Youth Psychological Development in a Changing World (2 ed). New York : Harper and Row Publisher. Daradjat, Z. 1978. Problem Remaja di Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang. Fuhmann, B.S. 1990. Adolescence Adolecent. Illionis A Division of Scott Feresman and Company. Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung : Erasco. Gunarsa, Y. 1995. Psikologi Praltis Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia. ------------------. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunug Mulia. Hadi, S. 1984. Metode Research I. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Hardani, E. 1999. Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya Peminum Dengan Perilaku Minum Minuman Keras Pada Remaja Peminum. Skripsi (Tidak dterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
lxx
Perpustakaan Unika
Hawari, D. 1991. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. --------------. 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Joeana, S. 1989. Gangguan Penggunaan Sat, Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain. Jakarta : PT. Gramedia. Kartono, K. 1981. Gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru. Oe Hing, E.R. And Beauvais, F. 1987. Peer Clustr Theory. Socialization Characteristic And Adolecent Drub Usea Path Analysis. Journal of Counseling Psychology 2, 205-213. Polak, 1979. Suatu Pengantar Ringkas Psikologi. Jakarta : PT. Ikhtiar Baru. Ratih, E. 1998. Hubungan antara Rasa Percaya Diri Dengan Penyalahgunaan Obat. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta. Soekanto, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : CV. Rajawali. UU No. 22 Th. 1997 dan UU No. 5 Th. 1997. Jakarta : Pressindo. Walgito, B. 1984. Kenakalan Anak. (Jovenile Deliquency) Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yatim, D.I dan Irwanto. 1991. Kepribadian, Keluarga dan Narkotika, (Tinjauan Sosial-Psikologis). Jakarta : Arcan. www.google.com. Perilaku minuman keras pada ketidakharmonisan keluarga. Maret 2007.
lxxi
remaja
dan
Perpustakaan Unika
PERILAKU MINUM-MINUMAN KERAS PADA REMAJA DITINJAU DARI KETIDAKHARMONISAN KELUARGA
Oleh : Lukito Dwi Harmiyanto
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empirik hubungan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras pada remaja. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minuman keras pada remaja. Subyek penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang tinggal di kota Semarang usia maksimal 21 tahun, peminum dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis sebanyak 37 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala ketidakharmonisan keluarga dan skala perilaku minum minuman keras. Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Poduct Moment. Berdasarkan analisis data yang diperoleh nilai rxy : 0, 552 dengan nilai p < 0,01. Hal ini membuktikan terdapat hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja dimana semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga semakin tinggi pula perilaku minum minuman keras pada remaja demikian pula sebaliknya. Saran penelitian adalah bagi orang tua untuk lebih memperhatikan komunikasi dengan anggota keluarga serta mengurangi tindakan atau sikap yang dapat memperkeruh suasana hubungan dalam keluarga dan bagi remaja untuk lebih banyak membaca atau mencari informasi tentang penyalahgunaan minuman keras dan lebih tenang saat menghadapi sebuah permasalahan keluarga. Kata Kunci : Ketidakharmonisan Keluarga, Perilaku minum-mionuman keras, Remaja.
lxxii
Perpustakaan Unika
LATAR BELAKANG MASALAH 1
Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam menghadapi masa dewasa yang lebih mandiri, karena remaja sebagai generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa di antara remaja tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan seperti berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan minuman beralkohol. Pada kasus tersebut tidak sedikit pula di antara remaja-remaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu serta tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total. Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar, menurunkan produktivitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik fisik maupun mental (Hawari, 1991, h.25). Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa
lxxiii
Perpustakaan Unika
transisi dari masa kanak–kanak ke masa dewasa (Atkinson, 1991, h.134). Di dalam hal ini remaja berkembang ke arah kematangan seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa dirinya sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Perilaku
remaja
yang
cenderung
menolak
lingkungannya
sering
menimbulkan masalah–masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol. Di dalam pemenuhan kebutuhannya pun pembeli mempunyai dasar yang berbedabeda, sesuai dengan kadar, gradasi atau tingkatannya. Seseorang yang sudah berada dalam tahap kecanduan pasti akan mengkonsumsi lebih banyak dari seseorang yang belum kecanduan. Seseorang juga sering menggunakan minuman keras sebagai media untuk mendapatkan teman baru,
solider
terhadap
teman,
menenangkan
diri
dari
segala
permasalahannya. Hal ini didukung oleh pendapat Hawari (2000, h.6), bahwa untuk melepas konflik yang dialaminya, remaja cenderung akan mencari pelarian dengan meminum minuman keras. Penjelasan di atas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman, 1990, h.488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam
lxxiv
Perpustakaan Unika
faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Kondisi keluarga yang tidak harmonis merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian ini. Pada lingkungan yang tidak harmonis dapat menyebabkan remaja berperilaku delinquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (dalam Chairini, 1997, h.6) mengatakan bahwa ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga menimbulkan perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan, ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan perilaku yang negative, salah satunya minum minuman keras.
TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Minum minuman Keras pada remaja Dalam kehidupan, setiap makhluk hidup tidak lepas dari sebuah tindakan dengan alasan tertentu dan tindakan tesebut yang dinamakan sebuah perilaku. Morgan (dikutip Hardani 1999, h. 8) mengartikan perilaku sebagai segala sesuatu yang dilakukan individu dan dapat diobservasi dengan berbagai cara. Kartono & Dali Gulo (1987, h. 9) juga menambahkan bahwa perilaku merupakan suatu tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat. Sedangkan dalam kamus (Anshori 1996, h. 8) menyebutkan bahwa perilaku adalah : a. setiap tanggapan yang dibuat
lxxv
Perpustakaan Unika
oleh suatu organism, b. secara spesifik merupakan bagian dari suatu pola rangsangan total, c. suatu tindakan, aktivitas atau tingkah laku dan d. merupakan suatu pergerakan atau gerakan yang rumit. Minuman keras atau alkohol merupakan suatu senyawa alifatis etil alkohol dan tergolong kelompok alkohol, sehingga lebih dikenal dengan alkohol saja. WHO memasukan etil alkohol kedalam jenis obat berbahaya (drug) dan alkohol termasuk kelompok obat psikoaktif atau obat penenang bersama dengan transkuiliser, sedative, atau hipnotikum dan narkotika atau opial (Yatim 1991, h. 5). Remaja adalah individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak menuju ke masa dewasa, yang pada masa tersebut terjadi perkembangan – perkembagan baik fisik, fisiologis, dan sosial. Hal serupa juga di kemukakan oleh Atkinson (1991, h.134) bahwa masa remaja adalah masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Dari teori diatas dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku minumminuman keras pada remaja adalah tindakan individu yang sedang mengalami masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa, yang minum mengandung kadar alkohol secara langsung dengan jumlah dan kadar dari yang terendah sampai yang tertinggi. Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkool tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh
lxxvi
Perpustakaan Unika
orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri)). Perilaku minum-minuman keras seperti perilaku pada umumnya, dibentuk dari aspek-aspek perilau sebagai berikut: (Twiford, dikutip Nugroho, 2006. h. 13) d. Frekuensi minum yaitu seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang muncul. e. Durasi atau lamanya berlangsung yaitu seberapa lama subyek dalam menggunakan minuman keras. f. Intensitas yaitu kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam menggunakan minuman keras.
B. Ketidakharmonisan Keluarga Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya (Gunarsa 1995, h. 26). Lebih lanjut Gerungan (1991, h. 26) mengatakan bahwa keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, dimana orang tua sering cekcok dan menyatakan sikap saling bermusuhan dengan disertai tindakan-tindakan yang agresif.
lxxvii
Perpustakaan Unika
Dari pendapat beberapa tokoh diambil sebagai ciri ketidakharmonisan keluarga yaitu : h. Interaksi sosial yang tidak wajar. Manusia selalu membutuhkan manusia yang lain dalam segala hal, karena itu ia selalu kontak dengan sesamanya termasuk didalam keluarga, bila interaksi sosial dalam keluarga ini tidak berjalan dengan semestinya akan mengakibatkan disharmonis dalam keluarga (Irwanto 1991, h. 258). i. Tindakan agresif : Merupakan perilaku menentang baik secara fisik ataupun verbal atau baru berupa ancaman karena adanya permusuhan dalam keluarga (Ayah Bunda 1992, h. 38). j. Ketegangan : Jika dalam keluarga itu saling bermusuhan orang tua sering cekcok, hubungan antar keluarga tidak baik akan menimbulkan ketegangan (Gerungan 1991, h. 26). k. Kekecewaan : Kekecewaan ini timbul jika individu mempunyai keinginan yang tidak tercapai atau juga akibat dari ketegangan yang dirasakan dalam keluarga (Hilman dalam Yatim 1991, h. 18) l. Kurangnya komunikasi : Komunikasi dalam keluarga dengan sesama anggota keluarga sangat penting, jika komunikasi ini kurang akan menimbulkan banyak persoalan (Walgito 1984, h. 58). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ketidakharmonisan keluarga adalah keluarga yang mengalami perpecahan karena ada anggota keluarga yang mengalami kegagalan memenuhi kewajibannya serta salah satu sebab atau beberapa orang anggota keluarga diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan bahagia dan memberikan dampak
lxxviii
Perpustakaan Unika
yang negatif pada anak (remaja) yang salah satunya adalah minum minuman keras.
C. Hubungan antara Ketidakharmonisan Keluarga denganPerilaku Minum Minuman Keras Seorang remaja diharapkan dapat mengisi kehidupan masa remajanya dengan hal-hal yang positif sebagai persiapannya dalam menghadapi masa dewasanya yang lebih mandiri, karena remaja sebagai generasi muda yang mempunyai peranan yang sangat berarti dan berguna untuk pembangunan. Meskipun pada kenyataanya tidak semua remaja dapat melewati masa remaja dengan mulus. Beberapa diantara mereka tergelincir ke dalam kenakalan-kenakalan remaja yang dapat merusak masa depan mereka seperti
berkenalan atau terlibat “pertemanan” dengan
minuman beralkohol. Dari hal tersebut tidak sedikit pula di antara remajaremaja tersebut menjadi budak minuman beralkohol dan membutuhkan waktu tenaga yang sangat lama untuk sembuh secara total. Perubahan perilaku pada remaja antara lain adalah menerima begitu saja cara pergaulan bangsa lain, tari-tarian, musik, pesta dan kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Mengkonsumsi minum-minuman beralkohol sendiri memiliki dampak yang negatif. Dampak dari penyalahgunaan alkohol antara lain merusak hubungan remaja dengan keluarga, menurunkan kemampuan belajar remaja, menurunkan produktifitas kerja secara drastis, dan ketidakmampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk. Selain itu penyalahgunaan
lxxix
Perpustakaan Unika
alkohol mengakibatkan perilaku menjadi anti sosial dan gangguan baik fisik, maupun mental ( Hawari, 1991, h.25 ). Menurut Hurlock usia remaja dimulai dari umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun, atau dengan kata lain masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa ( Atkinson, 1991, h.134 ). Dalam hal ini remaja berkembang kearah kematangan seksual serta memantapkan identitas dirinya, periode ini merupakan masa yang kritis bagi individu dalam mengembangkan dan memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam membentuk kepribadian. Periode ini juga periode dimana seseorang cenderung menolak apa yang dikehendaki oleh lingkungan sekitarnya. Hal ini terjadi karena remaja beranggapan bahwa remaja sudah dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Karena perilaku remaja yang cenderung menolak lingkungannya remaja sering menimbulkan masalah – masalah di lingkungan sekitarnya. Salah satu masalah yang sering muncul adalah penyalahgunaan alkohol. Di Indonesia sendiri khususnya di kota Semarang, banyak sekali terlihat di tiap sudut kota berdiri warung – warung tenda atau non permanen menjual minuman keras. Yang lebih memprihatinkan sebagian besar dari pengunjung atau pembeli adalah kaum remaja. Tidak hanya sebatas itu saja, sering kali banyak terlihat di tempat – tempat hiburan terlihat remaja baik laki – laki maupun perempuan. Hal ini biasanya terjadi karena banyak hal yang menjadi later belakangnya. Baik dari dalam maupun luar.
lxxx
Perpustakaan Unika
Penjelasan diatas diperkuat oleh pendapat Copuzzi (dikutip Fuhrman 1990, h 488) ada beberapa faktor yang mempengaruhi atau yang mendorong seseorang (remaja) terlibat dalam penggunaan minuman beralkohol tersebut. Secara garis besar faktor tersebut dikelompokan dalam faktor sosial (ketaatan beribadah, pengaruh orang tua atau keluarga, pengaruh sekolah dan faktor kepribadian (rendahnya harga diri, pemberontakan, hilangnya kepercayaan diri). Selain itu, hasil penelitian Sukaryo (2006) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang menjadi penyebab minum-minuman keras di kalangan remaja Desa Pedawang antara lain: kondisi ekonomi orang tua yang kurang mampu, hubungan remaja dengan orang tua yang kurang harmonis, kurangnya kontrol orang tua terhadap remaja dalam perilakunya sehari-hari, dan kehidupan keagamaan remaja masih kurang. Berdasarkan beberapa faktor diatas maka kondisi keluarga merupakan salah satu faktor yang akan menjadi prediktor dalam penelitian ini. Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau
lxxxi
Perpustakaan Unika
beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26) (Gunarsa 1995, h. 26) menambahkan bahwa ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa anggota keluarga yang hidupnya diliputi keberadaan dirinya terganggu atau terhambat, yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial, sehingga berhubungan dengan kegagalan atau ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, terhadap orang lain atau lingkungan sosialnya Pada lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak berperilaku
deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan
perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6) mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain dan perilaku negatif lainnya.
lxxxii
Perpustakaan Unika
Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku minum
minuman
keras
biasanya
berhubungan
erat
dengan
ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras. Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol.
lxxxiii
Perpustakaan Unika
Berdasarkan
penjelasan
diatas,
dapat
disimpulkan
bahwa
ketidakharmonisan keluarga dapat menjadi penyebab remaja untuk mengkonsumsi
minuman
keras.
Dimana
semakin
tinggi
tingkat
ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum minuman keras pada remaja.
HIPOTESIS Ada hubungan positif antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras. Semakin tidak harmonis keluarga semakin tinggi pula perilaku remaja minum minuman keras demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan keluarga semakin rendah perilaku minum minuman keras.
METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Menurut Hadi (1987, h. 220) populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai cir-ciri tertentu atau sifat-sifat yang sama. Menurut Azwar (1998, h.77), populasi didefinisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai populasi, kelompok subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik yang membedakannya dari kelompok subjek lain. Subjek pada penelitian ini adalah laki – laki dan perempuan yang tinggal di kota Semarang dengan rentang usia maksimal 21 tahun, peminum ( dengan kadar alkohol 19% - 40%, tiap hari minum minuman
lxxxiv
Perpustakaan Unika
keras baik 1 sloki sampai beberapa botol, dan minimal sudah 2 tahun minum minuman keras ) dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis ( orang tua yang sering bertengkar baik verbal maupun non verbal dan kejadian tersebut sudah berjalan minimal 2 tahun).
Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus diisi oleh individu yang menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 1984, h. 80). Dalam penelitian ini digunakan dua skala yaitu skala perilaku minum minuman keras dan skala ketidakharminisan keluarga.
Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah korelasi Poduct Moment dengan menggunakan alat bantu program SPSS (Statistical Package for Social Science) release 16.0
HASIL PENELITIAN Berdasarkan analisis data yang diperoleh nilai rxy : 0, 552 dengan nilai p < 0,01. Hal ini membuktikan terdapat hubungan positif yang sangat
lxxxv
Perpustakaan Unika
signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum minuman keras pada remaja dimana semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga semakin tinggi pula perilaku minum minuman keras pada remaja demikian pula sebaliknya semakin rendah tingkat ketidakharmonisan keluarga semakin rendah pula perilaku minm minuman keras pada remaja.
PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, hasil uji korelasi antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja yang didapatkan dengan menggunakan korelasi product moment menunjukkan nilai rxy : 0, 557 dengan nilai p<0,01. Hal ini berarti terdapat korelasi positif yang sangat signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum - minuman keras pada remaja, demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan keluarga semakin rendah perilaku minum - minuman keras pada remaja. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini diterima. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa remaja yang memiliki latar belakang keluarga yang tidak harmonis akan menjadi korban dan cenderung melakukan perilaku minum - minuman keras dan sebaliknya apabila remaja memiliki keluarga yang harmonis maka kecenderungan anak menjadi korban dan perilaku minum - minuman keras akan terhindari. Soekanto (1987, h. 26) mendefinisikan ketidak utuhan keluarga sebagai keluarga yang mengalami perpecahan sebagai suatu unit karena adanya
lxxxvi
Perpustakaan Unika
anggota-anggota keluarga yang gagal memenuhi kewajibannya yang sesuai dengan perasaan atau fungsi sosialnya. Keadaan keluarga yang tidak harmonis ini menyebabkan anak (remaja) dapat berperilaku negatif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku minum-minuman keras biasanya berhubungan erat dengan ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak remaja menjadi pemakai atau peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka remaja terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras. Hal ini didukung dengan penelitian yang memusatkan perhatian pada faktor keluarga menemukan bahwa hubungan antara anak dan orang tua mempengaruhi keterlibatan seorang anak dalam menggunakan obatobatan ataupun minuman keras. (Winfree dikutip Hardani 1999, h.12). Pengaruh ketidakhamonisan keluarga terhadap perilaku minum minuman keras dapat dilihat pada sumbangan efektif (SE) yang diberikan sebesar 30,47% dan sisanya sebesar 69,53% dipengaruhi oleh faktor- faktor lain seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern (ketaatan beribadah, dan pengaruh sekolah). Hasil Mean Empirik (ME) untuk variabel ketidakharmonisan keluarga sebesar 62,16 dengan SD 6,9, dengan penilaian Sangat Tinggi
lxxxvii
Perpustakaan Unika
75,96-82,86 : 4 orang (10,8%), Tinggi 69,06-75,96 : 8 orang (21,6%), Sedang 55,26-69,06 : 17 orang (45,9%), Rendah 46,36-55,26 : 6 orang (16,2%), Sangat Rendah 41,46-48,36 : 2 orang (5,4%). Hal ini menunjukkan bahwa remaja yang jadi subyek penelitian mempunyai ketidakharmonisan keluarga yang cenderung tinggi karena ∑ : 29 (78,3%). Keluarga terdiri dari beberapa orang, maka akan terjadi interaksi antar pribadi dan ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (tidak harmonis) pada salah satu anggota keluarga yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap pribadi-pribadi lain dalam keluarga dalam hal ini anak yang akan menerima efeknya. Kalau di dalam keluarga ada salah satu anggota bermasalah yang mempengaruhi pribadinya maka seluruh interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga juga mengalami hambatan sehingga keluarga menjadi tidak harmonis lagi. Ketidakharmonisan keluarga dikatakan sebagai keluarga yang tidak bahagia yaitu apabila ada seseorang atau beberapa orang anggota yang hidupnya diliputi ketegangan, kekecewaan dan merasa tidak puas dan tidak bahagia terhadap keadaan dan keberadaan dirinya terganggu dan terhambat (Gunarsa 1995, h. 26). Keluarga yang tidak harmonis adalah keluarga yang tidak mempunyai interaksi sosial yang wajar, orang tua sering cekcok, saling bermusuhan serta adanya tindakan agresif (Gerungan 1991, h. 26). Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa sebuah keluarga yang tidak harmonis menyebabkan besar kemungkinan untuk anak (remaja) akan menjadi korban dan cenderung berperilaku negatif diluar rumah yang salah satunya minum-minuman keras.
lxxxviii
Perpustakaan Unika
Lingkungan keluarga yang tidak harmonis dapat menyebabkan anak berperilaku deliquen (nakal), criminal serta tidak menguntungkan perkembangan bagi anak tersebut. Kartono (Chairini, 1997 h. 6) mengatakan bahwa terpecahnya ketidakharmonisan keluarga menyebabkan anak mengalami kegoncangan batin yang serius sehingga timbullah perasaan tidak aman secara emosional, batin tertekan ada perasaan malu pada lingkungan, rasa ikut bersalah dan rasa berdosa, rasa kecewa dan penyesalan yang pada kelanjutannya akan menimbulkan penyimpangan perilaku seperti menjadi keras dan kejam, hiperaktif dan selalu curiga pada orang lain dan perilaku negatif lainnya. Hal ini juga berkaitan dengan ciri-ciri dari ketidakharmonisan keluarga yaitu interaksi sosial yang tidak wajar, cekcok atau bermusuhan, kekecewaan, kurangnya komunikasi, ketegangan dan tindakan agresif. Lebih lanjut Harboenangin (dalam Yatim dan Irwanto, 1001 h. 14) mengatakan bahwa kenakalan remaja, perkelahian, pergaulan bebas dan tingkah laku di lingkungan lainnya, penyalahgunaan obat serta perilaku minum
minuman
keras
biasanya
berhubungan
erat
dengan
ketidakharmonisan keluarga pemakai atau peminum. Banyak pemakai atau peminum yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, suasana rumah yang diwarnai pertengkaran orang tua terus menerus, kurangnya komunikasi dan kasih sayang di dalam keluarga, karena keputusasaan dan kecewa maka peminum terdorong untuk mencari dunia yang lain, dunia pelarian yaitu minum minuman keras.
lxxxix
Perpustakaan Unika
No
r
p
Keterangan
1.
Interaksi Sosial
0,364
0,013
Cukup Signifikan
2.
Kekecewaan
0,411
0,006
Sangat Signifikan
3.
Kurang Komunikasi
0,481
0,001
Sangat Signifikan
4.
Ketegangan
0,493
0,001
Sangat Signifikan
5.
Tindakan Agresif
0,492
0,001
Sangat Signifikan
Hasil Mean Empirik (ME) pada perilaku minum - minuman keras pada remaja adalah sebesar 45,89 dengan SD 5,22, dengan penilaian Sangat Sering 56,33-61,55 : 5 orang, Sering 51,11-56,33 : 14 orang, Sedang 40,67-51,11 : 12 orang, Kadang - Kadang 35,4540,67 : 4 orang, Jarang 30,23-35,45 : 2 yang artinya remaja yang jadi subyek penelitian cenderung sering dalam mengkonsumsi minuman keras karena ∑
: 31
(83,7%).
Berkaitan dengan aspek-aspek dari perilaku minum-minuman keras yaitu frekuensi (seberapa sering perilaku minum-minuman keras yang muncul),
lamanya
berlangsung
(seberapa
lama
subyek
dalam
menggunakan minuman keras) dan intensitas (kuat lemahnya atau seberapa dalam subyek dalam menggunakan minuman keras), terlihat bahwa subyek cenderung mengkonsumsi minuman keras yang cenderung sering/ tinggi. Bila masalah tersebut belum terpecahkan, maka dapat menimbulkan ketegangan perasaan, kegelisahan yang mengakibatkan remaja mengalami tekanan jiwa. Remaja yang mengalami tekanan jiwa tersebut mencari jalan keluar untuk dapat menyelesaikan atau terhindar dari masalah yang
xc
Perpustakaan Unika
menekan jiwanya. Bila jalan keluar tidak bisa atau belum dapat ditemukan, remaja dapat melakukan suatu perbuatan sebagai pelampiasan yang mungkin dapat mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya sendiri. Kekecewaan dan kegelisahan atau tekanan jiwa yang dideritanya akan dimunculkan dalam bentuk perilaku yang mengganggu orang lain atau membahayakan dirinya seperti mulai mengenal dan mengkonsumsi minuman beralkohol. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa, ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ketidakharmonisan keluarga dengan perilaku minum - minuman keras pada remaja. Semakin tinggi ketidakharmonisan keluarga maka semakin tinggi pula perilaku minum - minuman keras demikian pula sebaliknya semakin rendah ketidakharmonisan keluarga maka semakin rendah pula perilaku minum – minuman keras pada remaja.
SARAN 1. Bagi Orangtua Diharapkan bagi orangtua lebih memperhatikan komunikasi dengan anggota keluarga, mengurangi kekecewaan yang dialami oleh masing – masing anggota keluarga khususnya anak, tidak melakukan/ menunjukkan tindakan agresif khususnya di depan anak (misalnya tidak memukul ataupun memaki anak ketika berbuat salah), dan mengurangi ketegangan-
xci
Perpustakaan Unika
ketegangan yang terjadi di rumah (misalnya lebih rileks ketika menghadapi masalah masalah keluarga). 2. Bagi subyek Diharapkan bagi subyek untuk mengurangi konsumsi minuman keras dari segi frekuensi, lamanya berlangsung dan intensitas, berfikir positif saat mengalami sebuah permasalahan, banyak mencari informasi atau membaca buku tentang akibat-akibat yang disebabkan jika mengkonsumsi minuman keras terlalu banyak dan lebih berhati-hati dalam mencari teman. 3. Bagi Peneliti Lain a. Perlunya menambah subyek penelitian. b. Perlunya melakukan ujicoba penelitian agar hasil penelitian yang diperoleh dapar benar – benar menggambarkan kemandirian dalam pengambilan keputusan dalam hubungannya dengan komunikasi dengan orangtua. c. Diharapkan bagi peneliti lain untuk memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti faktor intern (harga diri, pemberontakan, percaya diri dan harga diri) dan ekstern (ketaatan beribadah dan pengaruh sekolah).
xcii
Perpustakaan Unika
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, D. 2007. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta : Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Atkinson, R. L. 1987. Pengantar Psikologi : jilid 1. Alih bahasa : Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga. ---------------------, Atkinson, R. C, Hilgard, E. R. 1990. Pengantar Psikologi jilid 2 (edisi kedelapan). Alih bahasa : Nurdjanah Taufik. Jakarta : Erlangga. Azwar, S. 1992. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Sigma Alpha. Chaplin, J.P. 1975. Kamus Lengkap (Terjemahan Kartini Kartono) Edisi I Cetakan ke-2. Jakarta : PT. Grafindo. Conger, J.J. 1977. Adolescence and Youth Psychological Development in a Changing World (2 ed). New York : Harper and Row Publisher. Daradjat, Z. 1978. Problem Remaja di Indonesia. Jakarta : Bulan Bintang. Fuhmann, B.S. 1990. Adolescence Adolecent. Illionis A Division of Scott Feresman and Company. Gerungan, W.A. 1991. Psikologi Sosial. Bandung : Erasco. Gunarsa, Y. 1995. Psikologi Praltis Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta : Gunung Mulia. ------------------. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunug Mulia. Hadi, S. 1984. Metode Research I. Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Hardani, E. 1999. Hubungan Antara Dukungan Teman Sebaya Peminum Dengan Perilaku Minum Minuman Keras Pada Remaja Peminum. Skripsi (Tidak dterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
xciii
Perpustakaan Unika
Hawari, D. 1991. Penyalahgunaan Narkotika dan Zat Adiktif. Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. --------------. 2000. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Naza. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Joeana, S. 1989. Gangguan Penggunaan Sat, Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif Lain. Jakarta : PT. Gramedia. Kartono, K. 1981. Gangguan Psikis. Bandung : Sinar Baru. Oe Hing, E.R. And Beauvais, F. 1987. Peer Clustr Theory. Socialization Characteristic And Adolecent Drub Usea Path Analysis. Journal of Counseling Psychology 2, 205-213. Polak, 1979. Suatu Pengantar Ringkas Psikologi. Jakarta : PT. Ikhtiar Baru. Ratih, E. 1998. Hubungan antara Rasa Percaya Diri Dengan Penyalahgunaan Obat. Skripsi (Tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi Muhammadiyah Surakarta. Soekanto, 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : CV. Rajawali. UU No. 22 Th. 1997 dan UU No. 5 Th. 1997. Jakarta : Pressindo. Walgito, B. 1984. Kenakalan Anak. (Jovenile Deliquency) Yogyakarta : Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yatim, D.I dan Irwanto. 1991. Kepribadian, Keluarga dan Narkotika, (Tinjauan Sosial-Psikologis). Jakarta : Arcan. www.google.com.
Perilaku
minuman
ketidakharmonisan keluarga. Maret 2007
xciv
keras
pada
remaja
dan