BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Di dalam suatu negara yang mengalami perkembangan terdapat siklus dimana suatu keadaan yang tak berujung seperti lingkaran yaitu mengalami penghambatan
pada
perkembangan
masyarakat
secara
keseluruhan.
Berbagai masalah pada masyarakat di indonesia mulai bermunculan disebabkan adanya tingkat sosial ekonomi masyarakat sangat rendah sehingga
mengakibatkan
ketidakamampuan
dan
ketidaktahuan
dalam
berbagai hal khususnya dalam bidang kesehatan. Bila keadaan ini dibiarkan menyebabkan masalah kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dan berdampak pada penurunan status kesehatan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas keluarga dan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, seorang perawat yang akan terjun di komunitas perlu melakukan adanya tindakan agar dapat meningkatkan keadaaan masyarakat secara keseluruhan. Dalam masyarakat itu sendiri sebenarnya terdapat suatu dinamika yang membuat mereka mampu bertahan dalam keadaan yang sulit dan hal itu sebenarnya
merupakan
potensi
yang
dapat
dikembangkan
untuk
meningkatkan taraf hidupnya. Sampai seberapa jauh potensi itu telah dikembangkan, dapat dilihat dari keadaan perkembangan masyarakat itu sendiri.
Pada
masyarakat
yang
sudah
berkembang,
maka
hal
ini
menunjukkan bahwa meraka telah dapat memanfaatkan potensi yang mereka miliki sedangkan pada masyarakat yang belum berkembang mereka belum banyak memanfaatkan potensi yang mereka miliki. Dari
beberapa
kasus
yang
dialami
masyarakat
maka
perlu
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat sangat berguna untuk meningkatkan
kualitas
hidup
keluarga
dan
masyarakat
khususnya
meningkatkan status kesehatan. Agar masyarakat lebih memahami maka peran perawat komuntas sangat diperlukan dalam kegiatan tersebut. 1
1.2.
Tujuan 1.2.1. Tujuan Umum Untuk memahami secara dalam mengenai pengorganisasian dan pengembangan masyarakat serta menerapkan pada aplikasi ketika akan terjun di masyarakat 1.2.2. Tujuan Khusus Secara khususnya, tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu : 1. Pengertian dan Pengembangan Masyarakat 2. Tujuan Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 3. Fungsi Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 4. Prinsip dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 5. Perspektif Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 6. Model Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 7. Bias Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 8. Aspek dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat 9. Pendekatan dalam Pengorganisasian Masyarakat 10. Unsur-unsur Dalam Pengembangan Masyarakat 11. Bentuk Program dalam Pengembangan Masyarakat 12. Langkah dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Pengembangan Masayarakat Pengorganisasian menurut Sasongko (1996) dapat diartikan sebagai proses
ketika
kebutuhannya
suatu serta
komunitas
tertentu
mengembangkan
mengidentifikasi
keyakinannya
kebutuhan-
untuk
berusaha
memenuhi kebutuhan itu termasuk menentukan prioritas dari kebutuhan yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dan dengan usaha gotong royong. Sedangkan pengembangan masyarakat menurut Bhattacarya adalah Pengembangan manusia yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kemampuan manusia untuk mengontrol lingkungannya. Pengembangan masyarakat merupakan usaha membantu manusia mengubah sikapnya terhadap
masyarakat,
membantu
menumbuhkan
kemampuan
untuk
berorganisasi, berkomunikasi dan menguasai lingkungan fisiknya. Menurut Murray G. Ross, PPM adalah suatu proses ketika suatu masayarakat
berusaha
menentukan
kebutuhan-kebutuhan
atau
tujuan-
tujuannya, mengatur atau menyusun, mengembangkan kepercayaan dan hasrat untuk memenuhinya, menentukan sumber-sumber (dari dalam ataupun dari luar masyarakat), mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan, dan dalam pelaksanaan keseluruhannya, memperluas dan mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik kooperatif dan kolaboratif di dalam masyarakat. 2.2 Tujuan Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Tujuan utama metode COCD (Community Organization Community Development) adalah untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi social. 2.3 Fungsi Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat a. Untuk memperoleh data dan fakta sebagai dasar untuk menyusun perencanaan dan melakukan tindakan yang sehat
3
b. Memulai mengembangkan dan
merubah program dan usaha-usaha
kesejahteraan untuk memperoleh penyesuaian yang lebih baik antara sumber-sumber dan kebutuhan c. Meningkatkan standar pekerjaan sosial untuk meningkatkan efektifitas kerja dari lembaga-lembaga d. Meningkatkan dan memberikan fasilitas interelasi dan meningkatkan koordinasi antara organisasi, kelompok dan individu-individu yang terlibat dalam program dan usaha kesejahteraan sosial e. Mengembangkan pengertian umum dari masalah, kebutuhan dan metode pekerjaan sosial f. Mengembangkan dukungan dan partisipasi masyarakat dalam aktivitas kesejahteraan social 2.4 Prinsip dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat a.
Keseimbangan : Mencari keseimbangan antara kebutuhan dengan sumber yang ada di masyarakat
b.
Individualisasi : Masyarakat yg satu berbeda dengan masyarakat yg lainnya
c.
Penerimaan :
Masyarakat harus dipandang dan diterima sebagai mana
adanya, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mulai kegiatan/program d.
Partisipasi : Semua unsur masyarakat harus dilibatkan sehingga berperan aktif di dalam kegiatan
2.5 Perspektif Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat(PPM) Secara teoritis, PPM bisa dikatakan sebagai sebuah pendekatan pekerjaan sosial yang dikembangkan dari dua perspektif yang berlawanan, yakni aliran kiri (sosialis-Marxis) dan kanan (kapitalis-demokratis) dalam spektrum politik. Twelvetress membagi perspektif teoritis PPM kedalam dua bingkai, yakni pendekatan profesional dan pendekatan radikal. Pendekatan profesional menunjuk upaya untuk meningkatkan kemandirian dan memperbaiki sistem pemberian pelayanan dalam kerangka relasi sosial. Sementara pendekatan radikal lebih terfokus pada upaya pemberdayaan kelompok lemah, mencari sebab-sebab
kelemahan
mereka,
serta
menganalisis
sumber-sumber
ketertindasannya.
4
Dua perspektif Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Pendekatan
Perspektif
Profesional
(tradisional,
Tujuan/asumsi
Perawatan masyarakat
kemandirian masyarakat
Pengorganisasian
netral, teknikal)
masyarakat
relasi sosial yang ada
masyarakat
(transformasional)
Aksi masyarakat
berdasarkan kelas
Memperbaiki pemberian pelayanan sosial dalam kerangka
Pembangunan
Radikal
Meningkatkan inisiatif dan
Meningkatkan kesadaran dan inisiatif masyarakat
Aksi masyarakat
Memberdayakan masyarakat
berdasarkan gender
guna mencari akar penyebab
Aksi masyarakat
ketertindasan dan diskriminasi
berdasarkan ras
Mengembangkan strategi dan membangun kerjasama dalam melakukan perubahan sosial sebagai bagian dari upaya mengubah relasi sosial yang menindas, deskriminatif, dan eksporatif.
2.6. Model Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Jack
Rothman
(1995:
27-34),
dalam
sebuah
tulisannya
yang
berjudul “Approaches to community intervention”, mengembangkan tiga model yang berguna dalam memahami konsep tentang PPM yaitu : a. Model Pengembangan Masyarakat Lokal (PML) Model
PML
memberikan
perubahan
dalam
masyarakat
dapat
dilakukan secara optimal apabila melibatkan partisipasi aktif yang luas di semua spektrum masyarakat tingkat lokal, baik dalam tahap penentuan perubahan.
Strategi
dasar
yang
digunakan
untuk
memecahkan
permasalahan ini adalah usaha penciptaan dan pengembangan partisipasi yang lebih luas dari seluruh warga masyarakat. Tema-tema pokok dalam model PML mencakup penggunaan prosedur demokrasi dan kerjasama atas dasar kesukarelaan, keswadayaan, pengembangan, kepemimpinan 5
setempat, dan tujuan yang bersifat pendidikan. PML pada dasarnya merupakan proses interaksi antara anggota masyarakat setempat yang difasilitasi oleh pekerja sosial b. Model Perencanaan Sosial (PS) Model ini menekan ke proses pemecahan masalah secara teknis terhadap masalah sosial substantif, seperti: kemiskinan, pengangguran, kenakalan remaja, kebodohan dll. Selain itu, model PS ini mengungkap pentingnya menggunakan cara perencanaan yang matang dan perubahan yang terkendali yakni untuk mencapai tujuan akhir secara sadar dan rasional dan dalam pelaksanaannya dilakukan pengawasan yang ketat untuk melihat perubahan yang terjadi. Strategi dasar yang digunakan untuk memecahkan
permasalahan
adalah
dengan
mengumpulkan
atau
mengungkapkan fakta dan data mengenai suatu permasalahan. Kemudian, mengambil tindakan yang rasional dan mempunyai kemungkinan yang dapat dilaksanakan. Berbeda dengan PML, PS lebih berorientasi pada “tujuan tugas”. Sistem klien PML umumnya kelompok-kelompok yang kurang beruntung c. Model Aksi Sosial (AS) Model AS ini menekankan betapa gentingnya penanganan secara terorganisasi, terarah, dan sistematis terhadap kelompok yang tidak beruntung. Juga meningkatkan kebutuhan yang memadai bagi masyarakat yang lebih luas dalam rangka meningkatkan sumber atau perlakuan yang lebih sesuai dengan keadilan sosial dan nilai-nilai demokratisasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah mengubah sistem atau kebijakan pemerintah secara langsung dalam rangaka menanggulangi masalah yang mereka hadapi sendiri 2.7. Bias Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Pelaksanaan PPM sebaiknya didasari oleh masalah dan kebutuhan sesuai dengan karakteristik geografis, idiografi, potensi, teknologi, dan sumberdaya lokal serta pelibatan aktif masyarakat secara integral. Robert Chambers sebagaimana dikutip oleh Suharto (1996 :4) mengemukakan lima bias yang sering terjadi dalam pelaksanaan PPM, terutama dipedesaan yaitu :
6
a) Spatial Bias : PPM seringkali hanya dilaksanakan di lokasi-lokasi yang mudah dijangkau sarana transportasi seperti di daerah pinggiran kota, pinggir jalan raya, atau lokasi yang dekat dengan kantor pemerintahan. b) Project Bias : Kebanyakan PPM dilakukan pada masyarakat yang telah menerima proyek sebelumnya, karena dipandang telah mampu dan berhasil menjalankan proyek. c) Person Bias : Kelompok elite dalam masyarakat, tokoh masyarakat, kaum lelaki, para penerima, dan pengguna inovasi serta orang-orang yang aktif dalam kegiatan pembangunan adalah mereka yang kerap menerima program dan berkah pembangunan. Sementara kelompok masyarakat kelas bawah yang kurang memiliki akses terhadap jaringan sumber yang ada. d) Dry Sesion Bias : Kesulitan dan masalah yang dihadapi masyarakat umumnya mencapai puncaknya pada musim hujan. Kegagalan panen, banjir, kelaparan, masalah kesehatan diri dan terjadi pada musim sulit e) Profesional Bias : timbul terutama oleh konsepsi yang memandang bahwa kelompok masyarakat kurang beruntung sebagai kelompok lemah, memiliki pengetahuan rendah, pasif, malas, fatalis, serta ciri-ciri lain budaya kemiskinan (culture of proverty). Sementara itu para ahli, penguasa, dan pengusaha
adalah
raja
yang
memegang
hegemoni
dan
kendali
pembangunan. f) Physical Bias : Umumnya masyarakat hanya mengenal dan mengakui program atau proyek yang bersifat fisik, seperti pembangunan, gedung, jembatan, dll. g) Financial Bias : Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh suatu departemen kerapkali dipandang sebagai bukti keberhasilan suatu progam. Financial Bias disebabkan oleh kesalahan pemikiran yang membaurkan prinsip efisiensi prinsip efektivitas sebagai tolak ukur keberhasilan proyek. h) Indicator Bias : Terutama berkaitan dengan aspek uncountability pada program yang berorientasi sosial. Dampak keberhasilan program sulit diukur secara langsung dan kuantitatif, serta banyaknya eksternal variabel yang terkontaminasi kedalam mainstream proyek.
7
2.8. Aspek Dalam Pengorganisasian Masyarakat Beberapa aspek yang penting dalam pengorganisasian yaitu: 1. PROSES a) Merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi mungkin juga tidak disadari, b) Jika proses disadari, berarti masyarakat menyadari akan adanya kebutuhan, c) Dalam prosesnya ditemukan unsur kesukarelaan. Kesukarelaan timbul karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan sehingga mengambil inisiatif atau prakarsa untuk mengatasinya, d) Kesukarelaan juga
terjadi
karena dorongan untuk
memenuhi
kebutuhan kelompok atau masyarakat, e) Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi biasanya ditemukan pada segelintir orang saja yang kemudian melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya. f) Selanjutnya mengintruksikan kepada masyarakat untuk bersama sama mengatasinya. 2. MASYARAKAT Masyarakat biasanya diartikan sebagai : a) Kelompok besar
yang mempunyai
Batas
Geografis :
Desa,
Kecamatan, Kabupaten dsb. b) Suatu kelompok dari mereka yang mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih besar, c) Kelompok kecil yang menyadari suatu
masalah harus dapat
menyadarkan kelompok yang lebih besar, d) Kelompok yang secara bersama-sama mencoba mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya. 3. BERFUNGSINYA MASYARAKAT Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah – langkah sebagai berikut : a) Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja, untuk membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalahmasalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat 8
b) Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh keseluruhan masyarakat c) Melakukan
upaya
penyebaran
rencana
(kampanye)
untuk
mensukseskan rencana tersebut. 2.9.
Pendekatan dalam Pengorganisasian Masyarakat Untuk itu menurut “Ross Murray” dalam Pengorganisasian Masyarakat, terdapat 3 Pendekatan yang digunakan, yaitu : 1. Spesific Content Objective Approach : Pendekatan baik perseorangan, Lembaga swadaya atau Badan tertentu yang merasakan adanya masalah kesehatan dan kebutuhan dari masyarakat akan pelayanan kesehatan, mengajukan suatu proposal / program kepada instansi yang berwenang untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Contoh : Program penanggulangan sampah. 2. General
Content
Objective
Approach
:
Pendekatan
yang
mengkoordinasikan berbagai upaya dalam bidang kesehatan dalam suatu wadah tertentu. Misalnya : Program Posyandu, yang melaksanakan 5 – 7 upaya kesehatan yang dijalankan sekaligus. 3. Process Objective Approach : Pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pengambil prakarsa, mulai dari mengidentifikasi masalah, analisa, menyusun perencanaan penaggulangan masalah, pelaksanaan kegiatan, sampai dengan penilaian dan
pengembangan
kegiatan,
dimana
masyarakat
sendiri
yang
mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. 2.10. Unsur Dalam Pengembangan Masyarakat Pengembangan Masyarakat terkandung unsur penting yaitu : 1. Program terencana dan terfokus pada kebutuhan menyeluruh dari masyarakat yang bersangkutan, 2. Mendorong Swadaya Masyarakat 3. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan swasta atau organisasi sukarela, yang meliputi tenaga atau personil, peralatan, bahan dan dana bersifat sementara dan tidak menimbulkan ketergantungan
9
4. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti kesehatan masyarakat, pertanian, peternakan, pendidikan, kesejahteraan keluarga, kewanitaan, kepemudaan dll untuk membantu masyarakat. 2.11. Bentuk Program dalam Pengembangan Masyarakat Menurut Mezirow ( 1963 ), ada 3 macam Bentuk Program dalam Usaha Pengembangan Masyarakat, yaitu : 1. Program Integratif : melalui koordinasi dinas-dinas teknis terkait atau yang lebih dikenal dengan Kerjasama Lintas Sektoral 2. Program Adaptif : hanya ditugaskan kepada
salah satu
Instansi/
Departemen yang bersangkutan saja yang secara khusus melaksanakan kegiatan tersebut atau yang dikenal dengan Kerjasama Lintas Program. 3. Program Proyek : dalam bentuk usaha terbatas di wilayah tertentu dan program disesuaikan dg kebutuhan wilayah tsb. 2.12. Langkah dalam Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat Menurut “Adi Sasongko ( 1978 )”, langkah-langkah yang harus ditempuh dalam Pengorganisasian Masyarakat adalah : 1. PERSIAPAN SOSIAL Tujuan persiapan sosial adalah mengajak partisipasi atau peran serta masyarakat sejak awal kegiatan, selanjutnya sampai dengan perencanaan program,
pelaksanaan
hingga
pengembangan
program
kesehatan
masyarakat. Kegiatan dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif maupun program kesehatan yang akan dilakukan. a). Tahap Pengenalan Masyarakat Dalam tahap awal ini seorang perawat komunitas haruslah datang di tengah masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk mengenal masyarakat sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tahap ini dapat dilakukan baik melalui Jalur Formal yaitu dengan melalui sistem pemerintahan setempat seperti Pamong Desa atau Camat, dan dapat juga dilakukan melalui Jalur Informal misalnya wawancara dengan Tokoh Masyarakat, seperti Guru, Pemuka Agama, tokoh Pemuda,dll.
10
b). Tahap Pengenalan Masalah Dalam tahap ini dituntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal masalah – masalah yang memang benar – benar menjadi kebutuhan masyarakat. Untuk dapat mengenal masalah kesehatan masyarakat secara menyeluruh tersebut, diperlukan interaksi dan interelasi dengan masyarakat setempat secara mendalam. Dalam tahap ini mungkin akan banyak ditemukan masalah kesehatan masyarakat, oleh karena itu harus disusun skala prioritas penanggulangan masalah. Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk menyusun prioritas masalah adalah : 1). Beratnya masalah yang perlu dipertimbangkan 2). Mudahnya Mengatasi yang diperhatikan dalam masalah 3). Pentingnya masalah Bagi masyarakat yang berperan 4). Banyaknya masyarakat yang merasakan masalah c). Tahap Penyadaran Masyarakat Tujuan tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar : 1). Menyadari masalah kesehatan yang mereka hadapi, 2). Secara sadar berpartisipasi dalam kegiatan penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi, 3). Tahu cara memenuhi kebutuhan akan upaya pelayanan kesehatan sesuai dengan potensi dan sumber daya yang ada. Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka akan pelayanan kesehatan, diperlukan suatu mekanisme yang terencana dan terorganisasi dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat adalah : 1). Lokakarya Mini Kesehatan, 2). Musyawarah Masyarakat Desa ( MMD ) 3). Rembuk Desa 2. PELAKSANAAN Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam Lokakarya Mini atau MMD, maka langkah selanjutnya adalah Melaksanakan kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal
11
yang
harus
dipertimbangkan
dalam
pelaksanaan
kegiatan
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat adalah : 1) Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat 2) Libatkan
peran
serta
masyarakat
secara
aktif
dalam
upaya
penanggulangan masalah 3) Kegiatan disesuaikan dengan kemampuan, waktu, dan sumber daya yang tersedia di masyarakat, 4) Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masalah 3. EVALUASI Penilaian dapat dilakukan setelah pelaksanaan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Dalam melakukan penilaian ada 2 cara, yaitu : 1) Penilaian Selama Kegiatan Berlangsung •
Disebut juga Penilaian Formatif = Monitoring
•
Dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan kegiatan yang dijalankan sesuai dengan perencanaan penanggulangan masalah yang telah disusun.
•
Sehingga dapat diketahui perkembangan hasil yang akan dicapai.
2) Penilaian Setelah Program Selesai Dilaksanakan •
Disebut juga Penilaian Sumatif = Penilaian Akhir Program
•
Dilakukan setelah melalui jangka waktu tertentu dari kegiatan yang dilakukan.
•
Dapat diketahui apakah tujuan / target dalam pelayanan kesehatan telah tercapai atau belum.
4. PERLUASAN Perluasan merupakan pengembangan dari kegiatan yang dilakukan, dan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu 1) Perluasan Kuantitatif : perluasan dengan menambah jumlah kegiatan yang dilakukan, baik pada wilayah setempat maupun wilayah lainnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. 2) Perluasan Kualitatif : perluasan dengan dengan meningkatkan mutu atau kualitas kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga dapat meningkatkan kepuasan dari masyarakat yang dilayani.
12
Hakikat Pengembangan Masyarakat pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan manusia atau kesejahteraan masyarakat. Hal ini sebenarnya mempunyai kesamaan/tidak berbeda atau dalam arti lain sejalan dengan hakikat pembangunan ekonomi pada umumnya. Setiap usaha yang bertujuan untuk mengembangkan masyarakat hendaknya menempuh langkah sebagai berikut : 1. Ciptakan
kondisi
agar
potensi
(kemampuan)
setempat
dapat
dikembangkan dan dimanfaatkan. Potensi setempat sering kali tidak bisa digunakan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat karena adanya berbagai hambatan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan mengenal hambatan ini untuk selanjutnya bersama masyarakat menciptakan suatu kondisi agar potensi yang sudah ada dapat dimanfaatkan untuk peningkatan taraf hidup. 2. Tingkatkan mutu potensi yang ada. Tergalinya potensi setempat harus diikuti dengan peningkatan mutu agar dapat diperoleh manfaat yang optimal. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan mengikutsertakan masyarakat setempat sejak awal kegiatan hingga pelaksanaan dan perluasan kegiatan dengan mengadakan kegiatan pendidikan yang bersifat non formal. 3. Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada. Terlaksananya kegiatan sebagai wujud pemanfaatan potensi yang ada bukanlah suatu tujuan akhir. Harus diusahakan agar kegiatan tersebut tidak berhenti begitu saja tetapi diikuti dengan kegiatan lain sebagai hasil daya cipta masyarakat. Untuk itu yang perlu diperhatikan adalah setiap kegiatan harus menimbulkan kepuasan agar timbul gairah dan daya cipta dari seluruh
komponen
masyarakat,
Kegiatan
yang
dilakukan
harus
berkelanjutan, Harus ada latihan untuk pembentukan kader yang didikuti dengan usaha meningkatkan keterampilan. 4. Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Tujuan akhir dari peningkatan pengembangan masyarakat adalah agar proses pengembangan masyarakat tersebut mampu menghasilkan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Dengan bertitik tolak dari pengertian tentang Pengembangan Masyarakat seperti yang telah
13
diuraikan tersebut di atas, maka masyarakat merupakan Subyek dari kegiatan yang menjadi sasaran kegiatan. Peranan lembaga dari luar hanyalah sebagai perangsang agar proses yang terjadi berjalan secara optimal. Dengan demikian, maka Penjabarannya secara Operasional dilaksanakan dengan cara : 1. Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang menentukan masalah kesehatannya, baik yang dihadapi secara individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat. 2. Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang membuat analisa dan kemudian menyusun perencanaan penanggulangan masalah. 3. Berikan kesempatan agar masyarakat sendiri yang mengorganisir diri untuk melaksanakan usaha perbaikan tersebut. 4. Dalam proses ini sedapat mungkin digali sumber daya yang ada dalam masyarakat sendiri dan jika diperlukan, dimintakan bantuan dari luar.
14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan Pengorganisasian
dan
Pengembangan
Masyarakat
merupakan
perencanaan, pengorganisasian, atau proyek dan atau pengembangan berbagai aktivitas pembuatan program atau proyek kemasyarakatan yang tujuan utamanya meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial masyarakat. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat memiliki tujuan, fungsi,
prinsip,
perspektif,
model,
bias
yang
dapat
mengembangkan
masyarakat kearah kemajuan. Pengorganisasian juga memiliki aspek dan pendekatan sedangkan pengembangan masyarakat memiliki unsur dan bentuk program. Dalam melakukan pengorganisasian dan pengembangan masyarakat, tentu harus memiliki langkah-langkah yang jelas agar kemajuan dalam pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dapat tercapai maksimal. 3.2. Saran Pengorganisasian dan pengembangan masyarakat perlu diberikan apresiasi terhadap seorang perawat khususnya perawat komunitas serta diharapkan
mampu
mengaplikasikan
teori
pengorganisasian
dan
pengembangan masyarakat dengan baik. Untuk itu, seorang perawat diharapkan dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di masyarakat agar dapat disalurkan dan direalisasikan dengan baik. Selain perawat komunitas, mahasiswa juga perlu mengembangkan teori pengorganisasian
dan
pengembangan
masyarakat
agar
dapat
mengaplikasikan ketika akan terjun ke lapangan khususnya di ruang lingkup komunitas
15