BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kota Semarang merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia. Hal ini
ditunjukkan dari peningkatan jumlah penduduk setiap tahun. Jumlah penduduk yang meningkat berdampak pada peningkatan jumlah sampah sebagai sisa dari pola konsumsi masyarakat. Pertambahan jumlah dan pola konsumsi kons umsi masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh proses alam. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Pengelolaan sampah belum sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan. Secara teknis, Dinas Kebersihan Dan Pertanaman (DKP) Kota Semarang menangani permasalahan sampah dengan cara mengambil, menampung di tempat penampungan sampah (TPS) dan membuangnya ke TPA Jatibarang. Dengan pola penanganan semacam ini, Kota Semarang masih menghadapi kendala kurangnya tempat penampungan sampah, alat pengangkutan sampah dan beberapa permasalahan sebagai akibat kompleksitasnya permasalahan perkotaan. Saat ini, sistem pengelolaan sampah masih mengacu pada pendekatan akhir yaitu pengumpulan sampah, pengangkutan sampah, dan pembuangan sampah ke TPA. Sistem yang berjalan tersebut belum memperhitungkan dampak dari penimbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi TPA. Hal ini harus ditindaklanjuti dengan sistem persampahan yang tepat yaitu mengolah sampah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Sistem tersebut terdiri dari kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Untuk menangani masalah persampahan tersebut, Pemerintah kemudian menerbitkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Program yang ditekankan dalam peraturan yaitu tentang pengurangan dan penanganan sampah di Kota Semarang. Penanganan sampah di Kota Semarang terdiri dari pewadahan dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. Diharapkan dengan adanya kebijakan ini, system persampahan di Kota Semarang lebih efektif, efisien, relevansi, berdampak dan berkelanjutan. 1.2
Tujuan Evaluasi Tujuan dari evaluasi program pengelolaan sampah adalah untuk mengetahui seberapa efektif
program tersebut dapat direalisasikan di Kota Semarang. Sehingga dapat diketahui pengaruh program tersebut terhadap kebersihan Kota Semarang.
1
1.3
Sasaran Evaluasi Berdasarkan penjelasan tujuan tersebut, kemudian dijabarkan beberapa sasaran yang akan
dilaksanakan antara lain: 1.
Mengidentifikasi program pengelolaan sampah Kota Semarang, khususnya pada program penanganan sampah.
2.
Mengidentifikasi instrumen monitoring dan evaluasi program pengelolaan sampah
3.
Melakukan analisis analisis monitoring dan analisis evaluasi evaluasi program pengelolaan pengelolaan sampah
4.
Memberikan rencana tindak perbaikan berdasarkan hasil evaluasi.
1.4
Metode Evaluasi Jenis evaluasi berdasarkan bentuknya terdiri dari dua jenis yaitu formatif dan sumatif. Pada
kegiatan evaluasi ini, jenis evaluasi yang dipilih adalah formatif. Evaluasi formatif adalah proses evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan yang menjadi sasaran evaluasi sedang berjalan. Ev aluasi ini bertujuan untuk memberikan kinerja yang lebih baik lagi pada sasaran evaluasi. Pemilihan evaluasi formatif disebabkan oleh sasaran evaluasi adalah sebuah program yang sedang dilaksanakan saat ini juga, selai itu juga disebabkan oleh adanya beberapa persoalan terkait program yang sedang dilaksanakan tersebut. Kemudian jenis evaluasi berdasarkan pendekatannya terdiri dari dua jenis yaitu eksperimental dan naturalistik. Pada kegiatan evaluasi ini, jenis evaluasi yang dipilih adalah naturalistik. Evaluasi naturalistik adalah proses evaluasi yang dilakukan dengan cara melibatkan evaluator dalam melakukan evsluasi secara natural terhadap sasaran evaluasi. Pendekatan naturalistik akan memberikan kemudahan kepada evaluator karena evaluator akan masuk ke dalam kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitas yang menjadi sasaran evaluasi. Terdapat beberapa karakteristik evaluasi naturalistik antara lain berdasar pada alasan-alasan induktif, menggunakan data yang beragam, tidak berdasarkan rencana yang standar dan mencatat realitas yang beragam. Berdasarkan empat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa evaluasi naturalistik merupakan evaluasi yang berdasar pada pemahaman persoalan melalui observasi yang dilakukan oleh evaluator yang kemudian diinterpretasikan oleh evaluator. Dengan demikian pemilihan evaluasi naturalistik dikarenakan evaluator akan dapat memahami persoalan yang ada dan kemudian dapat merumuskan langkah-langkah evaluasi yang tepat dan objektif.
2
1.5
Kerangka Pikir Kerangka pikir bertujuan untuk menjelaskan skema atau alur pikir dari laporan tentang evaluasi
pengelolaan sampah di Kota Semarang. Berikut adalah kerangka pikir dari laporan pengelolaan sampah di Kota Semarang.
Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah
Pengurangan Sampah
Pengeloaan Sampah
Pewadahan dan Pemilahan
Pengumpulan
Pengangkutan
Pengolahan
Pemprosesan Akhir
INPUT Analisis Monitoring dan Evaluasi Perencanaan (Menggunakan Parameter Keberhasilan)
Efektivitas Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentan Pen elolaan Sam ah
Gambar 1.1 Kerangka Pikir Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4A, 2014
3
Telaah Dokumen Wawancara
PROSES
OUTPUT
BAB II KERANGKA KERJA MONITORING EVALUASI 2.1
Logical Framework Approach
Berikut adalah logical framework dari evaluasi diterbitkannya Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Tabel II.1 Logical Framework Pengumpul Indikator an Data
Deskripsi
Tujuan
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan
Kesehatan masyarakat meningkat mencapai 85%
Terwujudnya pemilahan sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah.
Tersedianya fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
Output
Terlaksananya pengumpulan sampah
Lokasi tempat sampah rumah tangga, TPS,TPST dan TPA
Metode analisis
Asumsi dan Resiko
Analisis efektifitas rute pengangkutan
Kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan meningkat jika pengelolaan sampah terlaksana dengan baik
Analisis Kompilasi Data
Tempat sampah organik dan anorganik sudah tersebar di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, jika dana tersedia
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Terlaksananya pemindahan sampah dari tempat sampah rumah tangga, TPS, dan TPST ke TPA dengan tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai jenis sampah, jika tersedia alat pengangkutan sampah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan
Pengumpul an Data
Metode analisis
Asumsi dan Resiko
Analisis Kompilasi Data
Gerobak, becak, viar, truk hidrolik/armroll truck, dump truk, compactor tersedia sebagai alat pengangkutan sampah jika tersedia dana
Telaah dokumen, Wawancara
Telaah dokumen
4
Deskripsi
Indikator
Terlaksananya pengangkutan sampah
Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak sejumlah 17 unit, becak 25 unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/armroll truck sejumlah 100 truk, dump truck sejumlah 20 truk, compactor 3 unit
Telaah dokumen
90% wilayah Kota Semarang terlayani dan memiliki rute pengangkutan sampah
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Sampah di seluruh wilayah Kota Semarang dapat terangkut jika sarana pengangkutan sampah berfungsi dengan baik, tidak ada hambatan di jalur pengangkutan
Terwujudnya pengolahan sampah
25% sampah dapat diolah sesuai jenisnya
Telaah Dokumen, Wawancara
Analisis Kompilasi Data
Sampah terolah sesuai jenisnya jika sampah telah dipilah dan dikumpulkan sesuai jenisnya
Terlaksananya pemrosesan akhir sampah
50% sampah dan/atau residu hasil pengolahan dapat dikembalikan ke lingkungan secara aman
Observasi
Analisis Deskriptif
Pemrosesan akhir sampah terlaksana jika sarana dan prasarana pemrosesan akhir berakhir dengan baik
Sampah menjadi terpilah sesuai dengan jenisnya.
90% sampah sudah terpilah sesuai dengan jenisnya
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Tempat sampah organik dan anorganik sudah tersebar di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
Outcome
Deskripsi
Indikator
Terlaksananya pengangkutan sampah
Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak sejumlah 17 unit, becak 25 unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/armroll truck sejumlah 100 truk, dump truck sejumlah 20 truk, compactor 3 unit
Pengumpul an Data
Telaah dokumen
Metode analisis
Asumsi dan Resiko
Analisis Kompilasi Data
Gerobak, becak, viar, truk hidrolik/armroll truck, dump truk, compactor tersedia sebagai alat pengangkutan sampah jika tersedia dana
90% wilayah Kota Semarang terlayani dan memiliki rute pengangkutan sampah
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Sampah di seluruh wilayah Kota Semarang dapat terangkut jika sarana pengangkutan sampah berfungsi dengan baik, tidak ada hambatan di jalur pengangkutan
Terwujudnya pengolahan sampah
25% sampah dapat diolah sesuai jenisnya
Telaah Dokumen, Wawancara
Analisis Kompilasi Data
Sampah terolah sesuai jenisnya jika sampah telah dipilah dan dikumpulkan sesuai jenisnya
Terlaksananya pemrosesan akhir sampah
50% sampah dan/atau residu hasil pengolahan dapat dikembalikan ke lingkungan secara aman
Observasi
Analisis Deskriptif
Pemrosesan akhir sampah terlaksana jika sarana dan prasarana pemrosesan akhir berakhir dengan baik
Sampah menjadi terpilah sesuai dengan jenisnya.
90% sampah sudah terpilah sesuai dengan jenisnya
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Tempat sampah organik dan anorganik sudah tersebar di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, social jika dana tersedia
Sampah menjadi lebih mudah untuk diangkut
70 % TPS, dan TPST berfungsi dengan optimal
Wawancara , Observasi
Analisis Deskriptif
Sampah lebih mudah diangkut jika pengumpulan sampah terlaksana dengan baik
Sampah tidak menumpuk di tempat sampah rumah tangga, TPS, dan TPA
90% sampah terangkut setiap harinya dari masing-masing rumah tangga
Observasi
Analisis Kompilasi Data
Sampah tidak menumpuk di tempat sampah rumah tangga, TPS, dan TPA jika kegiatan pengangkutan sampah dilakukan secara rutin
Indikator
Pengumpul an Data
Metode analisis
Asumsi dan Resiko
Sampah telah berhasil diolah
90% sampah telah diolah
Telaah dokumen, Observasi
Analisis Kompilasi Data
Sampah dan/atau residu hasil pengolahan dikembalikan ke lingkungan secara aman
Sungai tidak tercemar, tidak ada bau yang tidak sedap
Observasi
Analisis Deskriptif
Lingkungan terhindar dari pencemaran
pencemaran air, udara dan tanah yang disebabkan oleh sampah berkurang 50%
Telaah dokumen, observasi
Analisis Kompilasi Data
Penyediaan sarana pemilahan sampah di TPS, TPST, dan TPA
Tersedia tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, social dll
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi
5
Deskripsi
Impact
Input Kegiatan
Penyediaan sarana dan melakukan pengolahan
Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak 17 unit, becak 25 unit, viar 10 unit, truk hidrolik/armroll truck 100
Sampah telah berhasil diolah dengan sistem yang ramah lingkungan jika pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga Sampah dan/atau residu hasil pengolahan berhasil dikembalikan ke lingkungan secara aman jika pengolahan dilakukan dengan baik, dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Lingkungan terhindar dari pencemaran jika pengolahan dan pengangkutan dilakukan dengan baik Tempat sampah organik dan anorganik sudah tersebar di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, jika dana tersedia dan ada kesadaran masyarakat untuk memilah sampah Sampah telah berhasil diolah jika pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dan dana
Indikator
Pengumpul an Data
Metode analisis
Sampah telah berhasil diolah
90% sampah telah diolah
Telaah dokumen, Observasi
Analisis Kompilasi Data
Sampah dan/atau residu hasil pengolahan dikembalikan ke lingkungan secara aman
Sungai tidak tercemar, tidak ada bau yang tidak sedap
Observasi
Analisis Deskriptif
Lingkungan terhindar dari pencemaran
pencemaran air, udara dan tanah yang disebabkan oleh sampah berkurang 50%
Telaah dokumen, observasi
Analisis Kompilasi Data
Penyediaan sarana pemilahan sampah di TPS, TPST, dan TPA
Tersedia tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, social dll
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Telaah dokumen
Analisis Kompilasi Data
Sampah telah berhasil diolah jika pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga dan dana tersedia
Analisis Kompilasi Data
Gerobak, beC12:H20cak, viar, truk hidrolik/armroll truck, dump truk, compactor tersedia sebagai alat pengangkutan sampah jika tersedia dana
Deskripsi
Impact
Input Kegiatan
Penyediaan sarana dan melakukan pengolahan sampah di TPS, TPST dan TPA
Penyediaan sarana dan melakukan pengangkutan sampah dari TPS, TPST ke TPA
Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak 17 unit, becak 25 unit, viar 10 unit, truk hidrolik/armroll truck 100 truk, dump truck 20 truk, compactor 3 unit Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak sejumlah 17 unit, becak 25 unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/armroll truck sejumlah 100 truk, dump truck sejumlah 20 truk, compactor 3 unit
Telaah dokumen
Asumsi dan Resiko Sampah telah berhasil diolah dengan sistem yang ramah lingkungan jika pemerintah melakukan kerja sama dengan pihak ketiga Sampah dan/atau residu hasil pengolahan berhasil dikembalikan ke lingkungan secara aman jika pengolahan dilakukan dengan baik, dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan Lingkungan terhindar dari pencemaran jika pengolahan dan pengangkutan dilakukan dengan baik Tempat sampah organik dan anorganik sudah tersebar di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya, jika dana tersedia dan ada kesadaran masyarakat untuk memilah sampah
Sumber: Analisis Kelompok 4A, 2014
6
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG 3.1
Pengelolaan Sampah Di Kota Semarang Produksi/komposisi timbuan sampah Kota Semarang paling besar berasal dari permukiman
rumah tangga yaitu 75% dari total sampah, diikuti sampah pasar 14%, kemudian diikuti sampah komersil, sapuan jalan dan fasilitas umum 2%-3%, dan sampah paling sedikit timbunannya adalah saluran. Sedangkan komposisi sampah di Kota Semarang yaitu sampah organic 62% dan sampah non organic seperti kertas, kaca, plastic, logam sebesar 38%. Jenis pengangkutan sampah yang ada di Kota Semarang ada 13 jenis yaitu truck hidrolik/arm roll, dump truck sampah, becak/gerobak sampah. Container, road sweeper, truck ninja, tong sampah bin, crane, tong sampah, truck loader, back hoe, trailer urinoir, container, bak, depo, dan landasan container. Menurut SK Walikota nomor 660 tahun 2001 tentang penyerahan sebagian tugas Dinas Kebersihan kepada Kecamatan se Kota Semarang,
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG 3.1
Pengelolaan Sampah Di Kota Semarang Produksi/komposisi timbuan sampah Kota Semarang paling besar berasal dari permukiman
rumah tangga yaitu 75% dari total sampah, diikuti sampah pasar 14%, kemudian diikuti sampah komersil, sapuan jalan dan fasilitas umum 2%-3%, dan sampah paling sedikit timbunannya adalah saluran. Sedangkan komposisi sampah di Kota Semarang yaitu sampah organic 62% dan sampah non organic seperti kertas, kaca, plastic, logam sebesar 38%. Jenis pengangkutan sampah yang ada di Kota Semarang ada 13 jenis yaitu truck hidrolik/arm roll, dump truck sampah, becak/gerobak sampah. Container, road sweeper, truck ninja, tong sampah bin, crane, tong sampah, truck loader, back hoe, trailer urinoir, container, bak, depo, dan landasan container. Menurut SK Walikota nomor 660 tahun 2001 tentang penyerahan sebagian tugas Dinas Kebersihan kepada Kecamatan se Kota Semarang, maka peralatan pengangkutan tersebut diatas diserahkan kepada Kecamatan antara lain truck hidrolic, dump truck sampah, becak/gerobak sampah dan container.
Penghitungan tempat
pembuangan sampah/TPS penduduk Kota Semarang di buat berdasarkan asumsi satu container menampung sampah dengan jumlah penduduk 2000 penduduk/500 KK. Dimana satu container mampu menampung sampah 6 m 3. Sampah rumah tangga diangkut ke TPS dengan menggunakan gerobak sampah kemudian sampah di tiap TPS dibuang ke TPA Jatibarang dengan menggunakan truk sampah.
Gambar 3.1 Alat Pengangkut Sampah Truk dan Gerobak Sumber: dkp.demarangkota.go.id, 2014
Berikut adalah daftar rincian jumlah volume sampah yang sudah ditangani oleh Pemerintah Kota Semarang per kecamatan tahun 2012.
Tabel III.2
Rincian Volume Sampah yang Ditangani Pemerintah Kota Semarang No 1
Kecamatan
Estimasi 327,35 m3/hari
Ngaliyan
7
No
Kecamatan
Estimasi 329,18 m3/hari
2
Banyumanik
3
Gajah Mungkur
4
Semarang Selatan
245,63 m3/hari
5
Candisari
244,63 m3/hari
6
Tembalang
325,29 m3/hari
7
Pedurungan
433,70 m3/hari
8
Genuk
198,29 m3/hari
9
Gayamsari
198,75 m3/hari
10
Semarang Timur
257,53 m3/hari
11
Semarang Utara
386,33 m3/hari
12
Semarang Tengah
243,03 m3/hari
13
Semarang Barat
461,61 m3/hari
14
Tugu
76,00 m3/hari
181,15 m3/hari
3853,78 m3/hari
JUMLAH
*Untuk Kecamatan Mijen dan Kecamatan Gunung Pati sementara yang terlayani adalah pasar. Sumber: Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kota Semarang, 2012
Kecamatan yang memproduksi sampah paling besar adalah Kecamatan Semarang Tengah dengan jumlah sampah 86 ton per hari dan penghasil sampah terkecil adalah Kecamatan Genuk dengan produksi sampah perhari 18 ton.
Gambar 3.3 TPS Kalisari Baru dan TPS Singosari Timur Sumber: dkp.demarangkota.go.id, 2014
Total sampah masuk ke TPA Jatibarang perhari adalah kurang lebih 800 ton. Saat ini Kota Semarang bekerjasama dengan PT Petrokimia mengolah sampah organic menjadi pupuk kompos, namun jumlah sampah yang diolah hanya sedikit yaitu 20 ton/perhari. TPA Jatibarang memiliki Luas
8
BAB IV DESKRIPSI KEGIATAN DAN INDIKATOR MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH 4.1
Instrumen Monitoring dan Evaluasi Program Pengelolaan Sampah Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, menyebutkan bahwa monitoring merupakan
suatu kegiatan mengamati secara seksama suatu keadaan atau kondisi, termasuk juga perilaku atau kegiatan tertentu, dengan tujuan agar semua data masukan atau informasi yang diperoleh dari hasil pengamatan tersebut dapat menjadi landasan dalam mengambil keputusan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tujuan Monitoring untuk mengamati/mengetahui perkembangan dan kemajuan, identifikasi dan permasalahan serta antisipasinya/upaya pemecahannya. Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Evaluasi merupakan merupakan kegiatan yang menilai hasil yang diperoleh selama kegiatan pemantauan berlangsung. Lebih dari itu, evaluasi juga menilai hasil atau produk yang telah dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan. Dalam melakukan monitoring evaluasi diperlukan instrumen berupa indikator indikator yang terkait dengan kebijakan atau program. Hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi penyimpangan rencana dengan implementasi yang ada, mengetahui perbedaan kondisi, sebagai bahan umpan balik dan sarana untuk mencapai hasil kegiatan yang lebih baik. Indikator monitoring yang dipakai dalam monev pengelolaan sampah focus pada penanganan sampah yang dijabarkan lagi dalam 5 indikator yaitu pewadahan dan pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah. 1.
Pemilahan Indikator ini menjelaskan bahwa fasilitas tempat sampah yang disediakan pada berbagai
kawasan akan mendukung proses pemilahan sampah. Berdasarkan Pasal 25 dalam perda No. 6 Tahun 2012, pemilahan sampah dilakukan dengan memilah sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah. Pemilahan sampah dilakukan dengan menyediakan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
10
2.
Pengumpulan Indikator ini menjelaskan bahwa pengumpulan sampah dari hirarki yang paling kecil harus tetap
mempertimbangkan jenis sampah tersebut. Berdasarkan Pasal 26 dalam perda No.6 Tahun 2012, pengumpulan sampah dilakukan dari pemindahan sampah yang ada di rumah tangga, TPS, TPST dan TPA. Pengumpulan tersebut harus dilakukan dengan tetap menjamin terpilahnya jenis sampah. 3.
Pengangkutan Indikator ini menjelaskan proses pengangkutan sampah mulai dari sistem persampahan dengan
hirarki paling kecil. Berdasarkan Pasal 27 dalam perda No.6 Tahun 2012, pengangkutan dilaksanakan dengan urutan sebagai berikut: a.
Pengangkutan sampah yang berasal dari rumah tangga menuju TPS/ TPST menjadi tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/ RW atau Kelurahan.
b.
Pengangkutan sampah dari TPS/ TPST menuju TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah
c.
Pengangkutan sampah dari kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, dan kawasan khusus menuju TPS/ TPST dan TPA menjadi tanggung jawab pengelola kawasan yang difasilitasi oleh pemerintah daerah.
d.
Pengangkutan sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya menuju TPS, TPST hingga TPA menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah.
4.
Pengolahan Indikator ini menjelaskan mengenai proses pengolahan sampah Kota Semarang yang dijelaskan
pada Pasal 28 Perda No.6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Proses pengolahan sampah yang dimaksud adalah proses mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah yang ada yang dilaksanakan di TPS, TPST, dan TPA. Pengolahan sampah dilakukan setelah sampah-sampah sudah terkumpul dengan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan. Indikator yang ada berguna untuk menilai apakah pada proses pengolahan sampah, sampah telah diolah sesuai jenisnya, dan apakah sarana dan prasarana pengolahan sampah telah tersedia dan berfungsi sesuai dengan fungsinya. 5.
Pemrosesan Akhir Indikator ini menjelaskan mengenai pemrosesan akhir sampah Kota Semarang yang dijelaskan
pada Pasal 29 Perda No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah. Pemrosesan akhir sampah adalah proses pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sampah ke media lingkungan secara aman. Indikator yang ada berguna untuk menilai apakah sungai di sekitar lokasi TPA tercemar, apakah residu hasil pengolahan sampah dapat dikembalikan ke lingkungan secara aman.
11
BAB V HASIL EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG 5.1
Monitoring Program Pengelolaan Sampah Monitoring berhubungan erat dengan evaluasi, monitoring merupakan proses pngumpulan dan
penganalisaan informasi (indicator) yang sistematis dan kontinyu tentang kegiatan proyek sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan proyek itu selanjutnya. Subbab ini membahas monitoring tentang Perda No. 6 Tahun 2012 yang membahas mengenai pengelolaan sampah Kota Semarang. Berikut ini merupakan ukuran ketercapaian program berdasarkan indikator yang disusun. Tabel V.1 Keterlaksanaan Program Pengelolaan Sampah Kota Semarang Keterlaksanaan Program Indikator
Keterangan
Realisasi
Tidak Ya Tujuan Kesehatan Masyarakat Meningkat
√
Identifikasi peningkatan kualitas kesehatan masyarakat telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang. Berdasarkan data yang diperoleh hingga tahun 2013 oleh Badan Pusat Statistik Kota Semarang, Angka Harapan Hidup penduduk mengalami peningkatan hingga skala 72,44. Nilai ini menunjukkan bahwa kesehatan di Kota Semarang cenderung baik dengan acuan standar skala 25 (nilai minimum)-85 (nilai maksimum).
Output Tersedianya fasilitas tempat sampah organik dan anorganik
Tempat sampah organik dan anorganik hanya tersedia di beberapa ruas jalan areteri dan kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan saja
√
tersedianya lokasi tempat sampah pada rumah tangga, TPS, TPST dan TPA
√
Terdapat 54 TPS yang tersebar di Kota Semarang, terdapat 13 TPST yang tersebar di Kota Semarang dan terdapat 1 TPA di Kota Semarang.
Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak sejumlah 17 unit, becak sejumlah 25 unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/ armroll truck sejumlah 100 unit, dump truck sejumlah 20 unit, compactor sejumlah 3 unit Kota Semarang terlayani dan memiliki rute persampahan
√
Alat pengangkutan sampah Kota Semarang terdiri dari 20 unit gerobak, 28 unit becak, 13 unit viar, 84 unit truck armroll/truk hidrolik, 2 unit dump truck, 4 unit truck compactor
√
Terdapat 16 rute pengangkutan sampah dari masing-masing kecamatan ke TPA Jatibarang
Sampah dapat diolah sesuai jenisnya
√
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang bekerjasama dengan PT. Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik menjadi pupuk
12
Keterlaksanaan Program Indikator
Keterangan Tidak
Sampah/ residu dapat dikembalikan ke lingkungan secara aman
Realisasi
Ya Hanya 20 ton sampah organik yang dapat diolah dari total sampah keseluruhan sebesar 800 ton
√
Outcome Sampah sudah terpilah sesuai jenisnya
√
Sampah yang sudah dipilah di tempat sampah organik dan anorganik, pada akhirnya disatukan kembali pada TPA. Tersedia TPS di masing-masing kecamatan di Kota Semarang yang berbentuk container yang masingmasing container berfungsi untuk melayani 1.000 penduduk Pengangkutan sampah Kota Semarang dilakukan setiap hari dimulai dari pengangkutan sampah rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru kemudian ke TPA
TPS, TPST berfungsi secara optimal
√
Sampah rumah tangga terangkut setiap hari
√
Sampah telah berhasil diolah
√
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang bekerjasama dengan PT. Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik menjadi pupuk
Sungai tidak tercemar, tidak ada bau yang tidak sedap
√
Sungai Kreo yang terletak di dekat lokasi TPA Jatibarang tidak mengalami pencemaran, selain itu air sungai juga masih berfungsi sebagai air baku PDAM Kota Semarang
Impact Berkurangnya pencemaran air, udara dan tanah yang disebabkan oleh sampah
Kualitas udara Kota Semarang masih berada di bawah ambang batas yaitu 7.000 microgram/Nm3. Namun, pengolahan sampah di TPA Jatibarang yang hanya sebanyak 20 ton dari 800 ton per harinya menyebabkan pencemaran tanah karena penmumpukan sampah yang tidak terolah akan menyebabkan pencemaran tanah.
√
Input Tersedia tempat sampah organik dan anorganik di setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
Tempat sampah organik dan anorganik hanya tersedia di beberapa ruas jalan areteri dan kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan saja
√
Tersedia alat pengangkutan sampah berupa gerobak sejumlah 17 unit, becak sejumlah 25 unit, viar sejumlah 10 unit, truk hidrolik/ armroll truck sejumlah 100 unit, dump truck sejumlah 20 unit, compactor sejumlah 3 unit
√
Sumber: Analisis Kelompok 4A, 2014
13
Alat pengangkutan sampah Kota Semarang terdiri dari 20 unit gerobak, 28 unit becak, 13 unit viar, 84 unit truck armroll/truk hidrolik, 2 unit d ump truck, 4 unit truck compactor
5.2
Evaluasi Program Pengelolaan Sampah Berdasarkan monitoring yang teah dilakukan terhadap kebijakan pemerintah dalam
pengelolaan sampah, maka dianalisis terhadap kriteria evaluasi yaitu efektivitas, efisiensi, relevansi, dampak dan keberlanjutan. Berikut adalah analisis evaluasi kebijakan pemerintah terkait pengelolaan sampah.
Output
Terwujudnya pemilahan sampah rumah tangga sesuai dengan jenis sampah
Tabel V.2 Evaluasi Pengelolaan Sampah Kota Semarang Kriteria Evaluasi Keterangan Pada pemilahan sampah yang ada di pengelolaan sampah kota semarang ini Relevansi dikatakan tidak relevan dikarenakan sampah yang sudah dipilah di tempat sampah organik dan non organik, pada akhirnya disatukan kembali di TPA Pemilahan yang terdapat pada pengelolaan sampah di semarang belum efisien Efisiensi dikarenakan tersedianya fasilitas tempat sampah organik dan nonorganik tersedia di beberapa ruas jalan arteri dan kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan saja Sistem pemilahan yang ada tidak efektif karena sampah yang berhasil diolah hanya Efektifitas sampah organik saja sebesar 20 ton dari sampah seluruhnya 800 ton dan sampah 20 ton tersebut diolah menjadi pupuk. Akibat kurangnya pengelolaan sampah organik dan non organik yang terdapat di semarang ini menyebabkan berkurangnya kualitas udara dibawah ambang batas / yaitu 7.000 microgram/Nm3 dan pencemaran tanah.
Dampak
Keberlanjutan
Terlaksananya pengumpulan sampah
Relevansi
14
Pewadahan dan pemilahan yang ada di semarang ini tidak dapat berlanjut dikarenakan efisiensi terhadap penyediaan fasilitas tempat sampah masih kurang dan efektivitas masih kurang baik yang disebabkan sampah yang berhasil diolah hanya 20 ton dari keseluruhannya yaitu 800 ton. Tersedianya TPS di masing-masing kecamatan dikota semarang yang berbentuk container
Output
Kriteria Evaluasi
Keterangan yang masing-masing container berfungsi untuk melayani 1.000 penduduk tidak relevan, karena jumlah sampah yang terdapat di kota semarang tidak dapat mengurangi pencemaran udara dan tanah Tempat sampah organik dan non organik hanya tersedia di beberapa ruas jalan arteri dan kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan saja menjadi efisien jika tersedianya fasilitas tempat sampah organik dan non organik di lokasi rumah tangga dan tersedianya TPS dan TPA. Tersedianya fasilitas tempat sampah organik dan non organik di lokasi rumah tangga dan tersedianya TPS dan TPA sangat efektif k etika TPS dan TPST berfngsi secara optimal Fasilitas tempat sampah organik dan non organik, TPS dan TPA tersedia belum memberikan dampak pada pencemaran udara yang masih berada di bawah ambang yaitu 7.000 microgram/Nm3 dan pencemaran tanah.
Efisiensi
Efektifitas
Dampak
Keberlanjutan
Pengumpulan sampah belum terwujud karena sampah tidak dipilah sampai titik akhir/hingga ke TPA sehingga sampah yang sebelumnya sudah dipilah pada pengumpulan sampah di ruas jalan tidak optimal. Pengangkutan sampah Kota Semarang dilakukan setiap hari dimulai dari pengangkutan sampah rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru kemudian ke TPA sehingga mempunyai relevansi dalam mengurangi pencemaran udara dan tanah yang disebabkan oleh sampah. Alat pengangkutan sampah Kota Semarang yang terdiri dari 20 unit gerobak, 28 unit becak, 13 unit viar, 84 unit truck armroll/truk hidrolik, 2 unit dump truck, 4 unit truck compactor dan terdapat 16 rute pengangkutan sampah dari masing-masing
Relevansi
Terlaksananya pengangkutan sampah
Efisiensi
15
Output
Kriteria Evaluasi
Efektifitas
Dampak
Keberlanjutan
Relevansi
Efisiensi Terwujudnya pengolahan sampah
Efektifitas
Dampak
16
Keterangan kecamatan ke TPA Jatibarang cukup efisien dalam terlaksananya pengangkutan sampah. Pengangkutan sampah Kota Semarang cukup efektif karena dilakukan setiap hari dimulai dari pengangkutan sampah rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru kemudian ke TPA. Pengangkutan sampah terlaksana dengan baik memberikan dampak angka harapan hidup penduduk mengalami peningkatan hingga skala 72,44. Nilai ini menunjukkan bahwa kesehatan di Kota Semarang cenderung baik dengan acuan standar skala 25 (nilai minimum)-85 (nilai maksimum). Pengangkutan sampah Kota Semarang memiliki sisi keberlanjutan karena alat-alat pengangkutan sampah dinilai efisien dalam membuat proses pengangkutan sampah rumah tangga, pengangkutan sampah di TPS dan TPST baru kemudian ke TPA yang dilakukan setiap hari cukup efektif. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang bekerjasama dengan PT. Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik menjadi pupuk mempunyai relevansi dalam mengurangi pencemaran udara dan tanah yang disebabkan oleh sampah. Tempat sampah organik dan anorganik hanya tersedia di beberapa ruas jalan arteri dan kolektor tepatnya hanya di beberapa kawasan saja sehingga efisiensi belum tercapai karena sampah belum dapat diolah sesuai jenisnya yang disebabkan sampah belum dipilah. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Semarang bekerjasama dengan PT. Petrokimia mengolah 20 ton sampah organik menjadi pupuk cukup efektif meskipun diharapkan ditahun selanjutnya semakin banyak sampah organik yang dapat diolah. Pengolahan sampah di TPA Jatibarang hanya sebanyak 20 ton dari 800 ton per harinya menyebabkan pencemaran tanah karena penumpukan sampah yang tidak terolah akan menyebabkan pencemaran tanah. Selanjutnya
Output
Kriteria Evaluasi
Keberlanjutan
Relevansi
Efisiensi
Efektifitas Terlaksananya pemrosesan akhir sampah Dampak
Keberlanjutan
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4A, 2014
17
Keterangan kualitas udara Kota Semarang masih berada di bawah ambang batas yaitu 7.000 microgram/Nm3. Pengolahan sampah Kota Semarang masih belum menuju keberlanjutan karena kurang efisiennya pemilahan sampah dan hanya baru 20 ton sampah yang mampu diolah dari 800 ton sam per harinya. Sungai Kreo yang terletak di dekat lokasi TPA Jatibarang tidak mengalami pencemaran, selain itu air sungai juga masih berfungsi sebagai air baku PDAM Kota Semarang relevansi dengan pengurangan pencemaran air yang disebabkan oleh sampah. Efisiensi pemrosesan akhir sampah belum tercapai karena hanya 20 ton sampah organik yang dapat diolah dari total sampah keseluruhan sebesar 800 ton tiap harinya. Pemrosesan akhir sampah Kota Semarang terbilang efektif karena air Sungai Kreo tidak mengalami pencemaran dan masih berfungsi sebagai air baku PDAM Kota Semarang. Pemrosesan akhir sampah Kota Semarang belum baik sehingga berdampak pada kualitas udara Kota Semarang masih berada di bawah ambang batas yaitu 7.000 microgram/Nm, pencemaran tanah karena hanya sebanyak 20 ton dari 800 ton per harinya dan sisanya terjadi penumpukan. Keberlanjutan pemrosesan akhir sampah belum terwujud karena hanya masih 20 ton sampah organik yang dapat diolah dari total sampah keseluruhan sebesar 800 ton tiap harinya meskipun air Sungai Kreo tidak mengalami pencemaran dan masih berfungsi sebagai air baku PDAM Kota Semarang.
BAGIAN VI PENUTUP 6.1
Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis monitoring dan evaluasi penanganan sampah di Kota Semarang pada
perda No. 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dapat disimpulkan bahwa : 1.
Sebagian besar indikator yang terdapat pada kerangka logis sudah terlaksana antara lain indikator pada input, outcome, output, dan tujuan. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan program pengelolaan sampah sudah berlangsung dengan baik, namun terdapat beberapa indikator yang belum tercapai antara lain indikator penyediaan fasilitas tempat sampah organik dan anorganik, pengembalian sampah/ residu ke lingkungan secara aman, pemilahan sampah sesuai dengan jenisnya, serta pengurangan pencemaran udara dan tanah. Tidak tercapainya indikator tersebut antara lain disebabkan oleh keterbatasan dana yang menunjang penyedeiaan fasilitas, keterbatasan teknologi dan sumber daya dalam pengolahan sampah.
2.
Dari hasil evaluasi berdasarkan kriteria evaluasi yaitu tingkat relevansi tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, pengolahan sampah, dan pemrosesan akhir sampah. Kriteria efisiensi tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, dan pemrosesan akhir sampah, efektifitas tercapai pada program pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah,. Kriteria dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penanganan sampah Kota Semarang secara umum masih belum memberikan dampak dalam pengurangan pencemaran udara dan tanah seta keberlanjutan hanya tercapai pada program pengangkutan sampah saja.
6.2
Rekomendasi Secara keseluruhan program penanganan di dalam perda pengelolaan sampah Kota Semarang
sudah berlangsung cukup baik, namun masih terdapat beberapa kekurangan di dalam pelaksanaan berbagai tahapan yang ada di dalamnya yaitu pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir. Oleh karena itu untuk meningkatkan kualitas penanganan sampah, perlu diadakan perbaikan dengan merumuskan rencana tindak sebagai berikut:
No 1
Tabel VI.1 Rencana Tindak Pengelolaan Sampah Semarang Program Penanganan Sampah Rencana Tindak Pemilahan Pemerintah Kota Semarang membuat kebijakan untuk setiap rumah tangga, kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas
18
No
Program Penanganan Sampah
2
Pengumpulan
3
Pengangkutan
4
Pengolahan
5
Pemrosesan Akhir
Rencana Tindak umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya untuk menyediakan tempat sampah organik dan anorganik. Kegiatan pemilahan sampah tersebut hars terus berlangsung dari sistem persampahan dengan hirarki terkecil sampai dengan sistem persampahan pada tahap akhir, sehingga pada proses akhir sampah tetap terpisah sesuai dengan jenisnya. Pengoptimalan pelayanan pada kecamatan yang belum terlayani antara lain Kecamatan Gunungpati dan Kecamatan Mijen. Penambahan armada alat angkut berupa truk hidrolik yang berfungsi untuk mengoptimalkan proses pengangkutan sampah dari TPS yang terletak pada Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Tembalang yang terletak cukup jauh yaitu ±30km dari TPA Pemerintah memberikan dana khusus bagi dinas kebersihan dan pertamanan untuk pengadaan teknologi dalam pengelahan sampah non organik Pemerintah Kota Semarang mengadakan sosialisasi secara berkala kepada masyarakat tentang pendaurulangan atau pemanfaatan kembali sampah non organik, berupa plastik, botol, kertas, dan lain lain.
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 4A, 2014
19
DAFTAR PUSTAKA Anita E. Woolfolk dan Larraine McCune-Nicolich. 1984. Educational Psychology for Teachers. New Jersey: Prentice Hall Inc.
Data TPS Kota Semarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari Senin, 15 Desember 2014. Pelayanan Sampah Kota Semarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari Senin, 15 Desember 2014. Pengertian Monitoring dan Evaluasi dalam https://www.academia.edu. 2014. Diunduh pada hari
Senin, 15 Desember 2014. Suparlan. 1997. Paradigma Naturalistik dalam Penelitian Pendekatan Kuantitatif dan Penggunaannya . Majalah Antropologi Indonesia No. 53 Vol 21. Jurusan Antropologi FISIP UI. Scriven, M. 1991. Evaluation Thesaurus. Sage.
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang dalam dkp.semarangkota.go.id. 2014. Diunduh pada hari Senin, 15 Desember 2014.
20