Pengelolaan Perbekalan Farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan suatu siklus kegiatan mencakup perencanaan, penerimaan,
penyimpanan,
pendistribusian,
pengendalian,
pencatatan
dan
pelaporan,
penghapusan, monitoring dan evaluasi. Menurut Kepmenkes No. 1197/MENKES/SK/X/2004, fungsi pelayanan farmasi rumah sakit sebagai pengelola perbekalan farmasi adalah: 1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit 2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara efektif, efisien dan optimal 3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku 4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit 5) Menerima dan menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku 6) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit 7) Melakukan pencatatan dan pelaporan persediaan perbekalan farmasi 8) Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi di rumah sakit.
Pemilihan Perbekalan Farmasi
Pemilihan perbekalan farmasi merupakan salah satu fungsi dan tahapan dalam pengelolaan perbekalan farmasi. Pemilihan merupakan proses kegiatan mulai dari peninjauan masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, penentuan kriteria pemilihann dengan memrpioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat. Pemilihan jenis obat berfungsi untuk menentukan apakah obat benar-benar diperlukan sesuai dengan jumlah penduduk dan pola penyakit didaerah. Keanekaragaman obat-obatan yang tersedia serta kompleksnya masalah keamanan dan efektivitas penggunaan obat menyebabakan pentingnya suatu rumah sakit membentuk program untuk memaksimalkan rasionalisasi
pengunaan obat, sehingga pasien dapat menerima perawatan yang terbaik. Organisasi yang menyusun dan menjalankan program ini adalah Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dan staf farmasi. Anggotanya terdiri atas dokter yang mewakili spesialisasi yang ada di rumah sakit, apoteker wakil farmasi rumah sakit serta tenaga kesehatan lainnya. PFT berfungsi mengkaji penggunaan obat, menetapkan kebijakan penggunaan obat, serta mengelola sistem formularium dan standar terapi. Pemilihan obat di rumah sakit merujuk kepada Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN), formularium rumah sakit, formularium jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin, Daftar Plafon Harga Obat (DPHO) Askes dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan pemilihan alat kesehatan berdasarkan dari data pemakaian oleh pemakai, standar ISO, daftar harga alat kesehatan yang dikeluarkan oleh Ditjen Binfar dan Alkes, serta spesifikasi yang ditetapkan oleh rumah sakit. Proses formularium
Proses pembuatan formularium adalah landasan manajemen farmasi yang baik dan upaya untuk penggunaan obat yang rasional. Ini terdiri dari proses menyiapkan, dan menggunakan daftar formularium yang terbaru. Pemilihan terapi yang paling baik dan pemilihan obat dengan kualitas baik dan harga yang efektif dapat menghasilkan kualitas pelayanan yang lebih efisien. Penggunaan obat berdasarkan formularium juga tidak efektif apabila pemilihan obat nya tidak berdasarkan STG ( standard treatment guide line). Selain itu, obat esensial juga bisa jadi tidak tepat apabila menejemen penyakit tidak berdasarkan guideline. secara ideal, daftar formularium harus dikembangkan setelah guideline penanganan untuk menangani penyakit didentifikasi dan dibuat. di beberapa negara, STG dan beberapa protokol standar telah dibuat dan dipatuhi sebagai poin untuk memulai formularium rumah sakit. Setelah daftar formularium dibuat, manual formularium yang mengandung informasi semua obat-obatan di dalam formularium harus dibuat. Daftar formularium
Obat esensial adalah obat yang paling diprioritaskan untuk ada dan dibutuhkan oleh populasi, dipilih berdasarkan prevalensi penyakit, bukti efikasi, keamanan dan perbandingan
keefektifan dan harga obat esensial. Obat esensial dimaksudkan agar tersedia dalam sistem kesehatan setiap waktu dengan jumlah yang cukup, bentuk sediaan yang tepat, kualitas yang terjamin dengan informasi yang memadai, dan harga yang terjangkau. Pelaksanaan konsep obat esensial haruslah fleksibel dan mudah beradaptasi dengan berbagai situasi yang berbeda. Sulit untuk mencapai efisiensi dalam sistem pelayanan farmasi di rumah sakit apabila terlalu banyak obat-obatan yang tersedia. Aspek-aspek menejemen obat, termasuk pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan, akan lebih mudah apabila item yang ditangani lebih sedikit. Cara pemilihan obat yang baik akan menghasilkan hal-hal berikut:
Penahanan biaya dan peningkatan pemeratan obat esensial: menyediakan item yang lebih sedikit dengan kuantitas yang lebih banyak akan lebih meningkatkan kompetisi dan skala ekonomi berkaitan dengan jaminan kualitas, pengadaan, penyimpanan dan distribusi. Hal-hal tersebut dapat menghasilkan peningkatan ketersediaan obat dengan harga yang lebih rendah.
Peningkatan kualitas pelayanan: Pasien akan ditangani dengan dengan obat-obatan yang lebih sedikit tapi efektif harganya dan informasi dapat diperoleh dengan baik dari apoteker atau asisten. Apoteker ataupun asisten aptoeker akan lebih mendapatkan informasi lebih mudah dan memahaminya apabila ketersediaannya juga lebih sedikit, begitu juga tentang interaksi dan efek sampingnya. Kualitas pelayanan akan lebih baik apabila pemilihan obat berdasarkan bukti guideline.
Kriteria pemilihan obat
Obat yang dipilih tergantung pada banyak faktor, seperti pola prevalensi penyakit, finansial, demografi, genetik. Adapun dasar-dasar seleksi atau criteria kebutuhan obat secara umum untuk mendapat pengadaan obat yang baik yaitu: 1) Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan (Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit, Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti ilmiah, Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal, Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas maupun bioavailabilitasnya).
2) Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. 3) Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik. 4) Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal. Untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi harus mempertimbangkan: Kontra Indikasi Peringatan dan Perhatian Efek Samping Stabilitas
5) Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang serupa maka pilihan diberikan kepada obat yang:
Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.
Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak menguntungkan.
Stabilitas yang paling baik.
Paling mudah diperoleh.
6) Apabila jenis obat banyak, maka kita memilih berdasarkan drug of choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi. 7) Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang baik (harga terjangkau). Sedangkan kriteria menurut WHO adalah sebagai berikut:
Obat yang dipilih haruslah yang adekuat data efikasi nya dan keamannya juga telah terjamin melalui uji klinis dan data efektifitasnya secara umum telah banyak digunakan.
Setiap obat yang dipilih harus tersedia dalam bentuk dan kualitas yang memadai, termasuk bioavailabilitas harus terjamin, kondisi penyimpanan yang baik terkait kestabilannya juga harus diketahui
Bila dua atau lebih obat-obatan tampaknya serupa dalam hal di atas, pilihan di antara nya harus dibuat atas dasar evaluasi yang cermat, keamanan, harga, dan ketersediannya.
Dalam perbandingan biaya antara obat-obatan, haruslah ditinjau dari seluruh biaya, bukan per unit. karena obat tidak secara menyeluruh sama, maka pemilihan harus berdasarkan analisis yang efektif
Dalam beberapa kasus, pilihan juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, seperti profil farmakokinetik, atau pertimbangan dari dalam seperti ketersediaan fasilitas dalam menyimpannya.
Obat esensial haruslah diformulasikan sebagai bentuk tunggal. Produk kombinasi diterima hanya ketika dosis masing-masing bahan memenuhi persyaratan dari populasi dan ketika kombinasi tersebut telah terbukti menguntungkan dibandingkan dengan pemberian tunggal.
Mengembangkan dan mengimplementasikan daftar formularium
Daftar formularium rumah sakit harus sesuai dengan daftar obat esensial nasional (EML). Hal ini sangat penting secara eksplisit dan sebelumnya telah disepakati kriteria proses dan s eleksi yang harus diikuti pada setiap langkah dalam rangka meningkatkan validitas kepercayaan penulisan resep dan daftar dari kegunaan. Step
1:
Mengutamakan
daftar
dari
masalah
umum/penyakit
yang
sedang
diperlakukan/dirawat dirumah sakit dan menentukan pilihan pertama pengobatan untuk setiap masalah.
Penyakit dapat diidentifikasi berdasarkan peringkat paling umum yang dirawat di rumah sakit dan sudah dikonsultasikan dengan semua departemen medis dan sebelumnya sudah ditinjau kematian dan catatan morbiditas. Untuk setiap penyakit, pilihan pengobatan pertama yang sesuai harus diidentifikasi menggunakan STGs dikembangkan baik secara nasional maupun secara lokal. Jika ada STGs yang disahkan oleh kementrian kesehatan tidak dipublikasikan, publikasi menurut WHO, organisasi profesi dan akademisi yang objektif dapat digunakan. Atau, komite ahli brsama-sama dibawa untuk mengidentifikasi pengobatan yang teapt untuk masing-masing masalah kesehatan umum. Sebuah metode alternatif yang umum digunakan untuk mengembangkan daftar formularium lebih mudah, tapi tidak direkomendasikan, terdiri dari tinjauan daftar formularium rumah sakit bersangkutan dan rumah sakit lain dari Negara rumah sakit tersebut. Dalam keadaan/situasi seperti ini, daftar obat-obat penting menurut WHO (WHO, 2002) dapat digunakan sebagai titik awal. Kemampuan rumah sakit dan staf untuk menangani obat tertentu tidak boleh dilupakan selama proses seleksi. Sebagai
contoh, warfarin tidak cocok untuk digunakan kecuali untuk rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk memantau waktu protrombin (waktu pembekuan darah). Step 2: Rancangan, cir culate for comment , dan menyelesaikan daftar formularium.
Sebuah daftar rancangan harus disiapkan. Hal ini berguna untuk mengidentifikasi:
Obat-obatan yang paling penting (yang benar-benar penting) dan orang-orang yang tidak terlalu penting
Obat-obatan yang paling mahal
Apakah semua obat-obatan yang diresepkan dlaam jumlah besar, atau mahal, sangat penting (lihat analisis ABC dan analisis VEN dalam bab 6)
Setiap departemen , baik klinis atau yang terlibat dalam pengelolaan obat non-klinis, harus diberi kesempatan untuk mengomentari daftar formularium. DTC harus memusyawarahkan komentar dan memberikan umpan balik. Semua informasi yang akan dibahas , seperti profil penyakit dan STGs, harus tersedia selama diskusi, dan ulasannya berdasarkan bukti. Akhirnya, DTC harus dan menyebarkan daftar formularium dan alasan pemilihannya. Step 3: Mengembangkan kebijakan dan pedoman pelaksanaan
Daftar formularium tidak akan berguna kecuali ada kebijakan yang didokumentasikan dan pedoman tentang bagaiman harus digunakan. Ini harus mencakup:
Siapa yang harus menggunakan daftar (penulis resep dan departemen pengadaan, keduanya harus mematuhi daftar).
Bagaimana daftar harus ditinjau dan diperbaharui.
Mekanisme yang jelas untuk menambahkan dan menghapus obat dari daftar.
Bagaimana staf medis dapat meminta obat yang tidak termasuk dalam daftar dalam situasi yang tidak biasa atau darurat (misalnya, obat non-formularium tertentu dapat diresepkan oleh dokter senior yang berwenang untuk menentukan kondisi kurang umum untuk setiap nama pasien).
Step 4: Mendidik staf tentang daftar formularium dan memantau implementasi
Semua staf dirumah sakit harus dididik tentang daftar formularium. Masalah yang umum adalah resep yang terus diminta dan menggunakan obat-obatan yang tidak ada dalam daftar. Hal ini menyebabkan pasien harus membeli obat di apotek luar rumah sakit., atau bagian pengadaan membeli obat non-formularium , tanpa persetujuan dari DTC. Harus ada system pelaksanaan yang jelas, akuntabilitas dan termasuk penegakan teguran dan sanksi. Pengguna akhir dan opini pemimpin dapat terlibat dalam mengevaluasi dan menegakan implementasi. Mengelola daftar formularium (EML): menambah atau menghapus obat
Semua aplikasi untuk menambahkan obat-obatan kedalam daftar harus dibuat pada aplikasi formulir resmi. Jika dokter secara individu membuat aplikasi harus mendapatkan persetujuan dari kepala depatemen mereka. Aplikasi ini harus mencakup informasi berikut:
Aksi farmakologi obat dan indikasi yang diusulkannya
Alasan mengapa obat yang diajukan lebih unggul dibanding dengan obat pada daftar formularium.
Bukti dari literature untuk mendukung dimasukannya obat yang diajukan kedalam formularium.
Pernyataan mengenai kepentingan untuk apakah pemohon menerima bantuan keuangan dari pemasok, yaitu perusahaan manufaktur atau grosir.
Permintaan harus dikirim ke DTC yang akan mengatur permintaan secara resmi untuk dievaluasi oleh orang-orang yang bertanggung jawab, baik dirinya sendiri, apoteker untuk memberi informasi obat atau staff pusat pemberi informasi obat. Evaluasi aplikasi untuk menambahkan obat baru kedalam daftar formularium
Hal ini harus dilakukan dengan menggunakan kriteria yang didokumentasikan secara eksplisit, sebaiknya berlandasan bukti, seperti yang telah disepakati sebelumnya oleh DTC dan melipuyi bidang sebagai berikut :
Kriteria untuk mempertimbangkan pengobatan baru untuk kondisi yang tidak disetujui untuk terapi obat yang ada, atau perawatan yang mewakili peningkatan besar dalam kelangsungan hidup dan kualitas hidup:
Khasiat,efektivitas dan keamanan obat, dinilai oleh literature yang t ersedia secara lokal Kualitasobat
(yang
mungkin
dianggap
memadai
jika
terdaftar
oleh
badan
pengawasnasional) dan kualitas rantai pasokan yang dapat diterima (berkaitan dengan pembuatan, penyimpanan dan transportasi). Apakah rumah sakit memiliki keahlian dan layanan laboratorium klinis yang diperlukan
dalam penggunaan obat-obatan, dan peran spesialis apa yang harus bermain untuk mengatur terapi. Estimasi biaya obat (potensi penghematan) ke rumah sakit harus diperkenalkan ini harus
mencakup biaya obat itu sendiri, rawat inap dan investigasi. Ketersediaan obat dipasar.
Kriteria perawatan untuk mewakili perbaikan kecil dalam terapi dibandingkan dengan obat-obat yang sudah terdaftar. Panitia harus mempertimbangkan semua hal diatas dan dismaping: Apakah obat baru yang telah ada benar-benar unggul dalam hal efikasi, keamanan, atau
kenyamanan dosis/administrasi; perbaikan kecil sering diklaim terbukti tidak penting. Bagaimana membandingkan antara total biaya untuk pengobatan dengan obat baru
dengan obat yang telah terdaftar.
Kriteria perawatan untuk terapi yang setara dengan obat-obatan yang telah terdaftar. Panitia harus mempertimbangkan semua hal diatas dan disamping: Apakah obat baru benar-benar setara, dan tidak kalah dalam hal efikasi, keamanan, atau
kenyamanan dosis/administrasi. Apakah total biaya pengobatan dengan obat baru lebih sedikit dari total biaya dengan
obat-obatan yang telah terdaftar.
Kriteria penggunaan obat non-formularium. Jika penggunaan obat yang tidak terdaftar diperbolehkan dalam keadaan tertentu, maka obat ini tidak perlu dimasukan kedalam daftar. Keadaan tersebut mencakup: Tidak ada tanggapan atau kontraindikasi terhadap obat-obatan yang tersedia. Melanjutkan terapi untuk pasien yang telah stabil pada obat-obatan yang tidak terdaftar
sebelum masuk ke rumah sakit dan dimana perubahan ke obat lain dianggap merugikan.
Kriteria untuk membatasi penggunaan obat-obatan tertentu tertentu saja. Keadaan tersebut dapat mencakup:
kepada pasien khusus
Perlu meningkatkan bahaya resistensi antimikroba dengan penggunaan yang tidak tepat
pada antimikrobial generasi ketiga maupun keempat; sehingga obat itu harus dibatasi pada penyakit menular atau microbial klinik khusus. Bahaya efek samping yang serius tidak perlu terjadi dengan penggunaan yang tidak tepat,
mislanya kemoterapi atau agen sitotoksik; sehingga mereka harus dibatasi peresepannya oleh dokter. Laporan tertulis dari evaluasi obat
Sebuah laporan tertulis harus dikompilasi oleh orang yang melakukan evaluasi, dan dibahas pada pertemuan DTC. Laporan ini harus berisi informasi berikut:
Monografiobat, termasukfarmakologi, farmakokinetik, efikasi dibandingkan dengan plasebo dan obat-obatan lainnya, analisis uji klinis, efek smaping obat, interaksi obat, dan perbandingan biaya.
Rekomendasi berdasarkan bukti informasi
Pendapat ahli dan rekomendasi dari dokter yang berpengetahuan dan disegani dan apoteker
Seberapa besar obat baru akan dikenakan pada biaya rumah sakit
Apakah obat baru milik EML nasional dan apakah dapat diganti oleh skema asuransi kesehatan.
Diskusi dan pemungutan suara prosedur
Laporan tersebut harus dibahas oleh anggota DTC dan suara diambil pada rekomendasi yang disampaikan oleh orang yang menyusun laporan evaluasi obat. Keputusan akhir kemudian harus disebarluaskan kepada semua staf pelayanan kesehatan dalam beberapa menit, dalam news letter dan padarapat departemen. Permintaan yang tidak terdaftar
Daftar dari semua permintaan obat non-terdaftar harus disimpan oleh apotekdan nama dokter yang meminta, nama dan jumlah obat dan indikasi yang obatnya diminta harus dicatat. Ketika dikompilasi pada akhir tahun, informasi inidapat memberitahu DTC tentang kepatuhan terhadap daftar formularium dan juga dapat membantu dalam menentukan apakah atau tidak untuk menambahkan obat ke daftar.
Pemangkasan daftar obat
Jika obat baru ditambahkan ke dalam daftar karena alasan peningkatan efikasi, keamanan atau harga yang lebih rendah, pertimbangan serius harus diberikan untuk menghapus obat yang sebelumnya pada daftar formularium untuk indikasi yang sama, karena dua alasan:
Jika obat baru lebih baik, mengapa terus memiliki obat tua didaftar
Jika tidak ada upaya dilakukan untuk mempertimbangkan menghapus obat-obatan, tidak ada akan dihapus dan daftar akan tumbuh semakin besar.
Pengembangan, Pengadaptasian,atau PengadopsianPedomanPengobatan Standar
STGs yang terdapat dalam protocol meliputi penyakit yang umumnya terlihat dalam perawatan kesehatan primer yang hanya terdapat di pusat-pusat medis/kesehatan utama dan rumah sakit tersier. Buku pedoman STG berisi sedikit atau banyak kondisi klinis. DTC dapat mengembangkan STGs baru dari awalnya yang sangat sulit dan memakan waktu lama, yang sesuai atau cocok untuk rumah sakit besar. Atau, DTC dapat menyesuaikan dengan STGs nasional atau kelembagaan yang ada untuk membentuk versi lokalnya sendiri, atau hanya mendukung penggunaan STGs yang telah diterbitkan oleh kelompok lain. Pengadaptasian atau pengadopsian yang telah dilakukan pada STGs jauh lebih mudah dan mungkin sesuai untuk rumah sakit kecil dengan DTC yang berpengalaman. Beberapa pedoman telah tersedia secara bebas di website seperti dari Afrika Selatan ( Essential Drugs Programme South Africa, 1998) dan Australia (Therapeutic Guidelines Ltd, 2000). Pengembangan danpublikasi STGs dari rumah sakit sendiri, dengan sampul bukus endiri, dapat menciptakan rasa kepemilikan dan penerimaan dari pedoman itu sendiri. Namun, DTC perlu memutuskan apakah dalam hal kepemilikannya akan mempromosikan penggunaan STGs yang memadai di mana mengharuskan pekerjaan yang ekstra. Apapun pilihan yang dipilih, DTC sebaiknya: 1. Mendokumentasikan dan menyebarluaskan pilihannya, dan alasannya untuk memilih pilihan tersebut, kepada seluruh petugas kesehatan. 2. Memastikan bahwa setiap STGs yang dikembangkan, diadaptasi, atau diadopsi konsisten dengan STGs nasional dan pedoman dari program penyakit nasional (infeksi menular seksual, HIV/AIDS, malaria, penyakit diare, tuberkulosis, dan infeksi saluran pernapasan akut).
3. Memastikan bahwa seluruh resep memiliki salinan dari STG terpilih, hal ini dimaksudkan terkait pembayaran untuk publikasi buku pedoman STG dan memberikan satu salinan untuk setiap resep untuk penggunaan pribadi daripada bergantung pada pembelian kopi resep. 4. Membuat ketentuan untuk mengkaji dan memperbaharui pedoman yang dikembangkan. 5. Mengedukasi seluruh resep dalam penggunaan STGs. 6. Menindaklanjuti dan memberikan masukan apakah resep berpedoman padaSTGs atau tidak.
Pemeliharaan sebuah formularium
Revisi rutin pada kategori terapi yang berbeda merupakan sebuah bagian penting dalam managemen formularium. Sebuah proses managemen formularium yang efisien tidak akan pasif menunggu untuk aplikasiuntuk menambahkanobatbaru untukformularium. obat dan pengobatan baru yang muncul setiap saat, dan tanpa adanya evaluasi formularium akan menjadi koleksi yang semakin tua, dan kurang efektif. Oleh karena itu, formularium harus di review setiap 2-3 tahun. Hal ini dapat dilakukan dengan mengevaluasi semua obat dalam formularium pada masingmasing kelas terapi dengan cara yang sistemasis dan teratur dan membandingkannya dengan obat-obatan baru yang tidak ada dalam formularium pada kelas tersebut.
Sehingga, dalam
rangka menjaga formularium yang efisien, sebuah DTC harus bertemu secara rutin untuk membahas dan memutuskan:
Permintaan untukpenambahanobat-obatan barudan penghapusanobat-obatanlama
Peninjauan secara sistematisdarikelas terapiobat-obatan
Pengkajian programuntuk mengidentifikasidan menyelesaikan masalahpenggunaanobat.
Semua keputusan dari DTC harus didokumentasikan (minuted ). Prinsip-prinsip pengelolaat daftar formularium
Memilih obat berdasarkan kebutuhan pasien.
Memilih obat pilihan untuk kondisi yang teridentifikasi.
Menghindari duplikasi, baik terapi maupun obat (bentuk sediaan).
Gunakan kriteria yang jelas, berdasarkan bukti terhadap khasiat, keamanan, mutu dan biaya.
Gunakan informasi berdasarkan bukti bila memungkinkan.
Harus konsisten dengan EMLs dan STGs nasional.
Mempertimbangkan permintaan untuk penambahan obat baru hanya jika dilakukan oleh staf pelayanan kesehatan, bukan oleh industri farmasi.
Mengharuskan bahwa permintaan untuk penambahan obat baru dibenarkan jika menggunakan bukti yang terdokumentasi pada efikasi, efektivitas relatif, keamanan dan efektivitas biaya komparatif.
Melaksanakan kajian sistematis tahunan dari semua kelas terapi untuk menghindari duplikasi.
Peningkatan kepatuhan terhadap formularium
Keberadaan formularium yang terawat dengan baik tidak berarti bahwa penulis resep akan mematuhinya. Metode untuk meningkatkan kepatuhan formularium meliputi berikut ini: -
Meninjau dan mengambil tindakan pada semua penggunaan obat non-formularium; tindakan mungkin termasuk menambahkan obat ke dalam formularium, edukasi penulis resep tentang status non-formularium obat-obatan atau melarang penggunaan obat dalam rumah sakit.
-
Melarang penggunaan sampel obat non-formularium di rumah sakit.
-
Membangun prosedur dan daftar produk obat yang disetujui untuk pertukaran dan pergantian terapi.
-
Menyediakan akses yang mudahuntuk daftar formularium.
-
Melibatkan staf medis dalam semua keputusan formularium.
-
Advertising dan promosi dalam semua perubahan formularium.
-
Menetapkan prosedur yang disepakati untuk uji klinis dengan obat-obatan non-formularium.
Formularium manual
Buku pedoman formularium adalah publikasi yang memberikan semua ringkasan informasi penting pada obat-obatan dalam sebuah daftar bersama dalam bentuk buku pedoman. Tidak ada standar yang ditetapkan bagaimana dokumen ini disusun atau apa yang ada di dalam buku pedoman ini. Biasanya, akan mengandung sebuah daftar yang disusun berdasarkan abjad
dan terapi yang diatur dari semua obat dalam formularium, dan bagian yang mengenai penggunaan obat termasuk dosis, kontraindikasi, efek samping, interaksi obat dan harganya. Idealnya buku panduan harus mencakup bagian obat-obat pilihan dan alternative untuk mengobati kondisi medis di wilayah tersebut. DTC selektif dalam informasi yang disajikan untuk setiap item, tergantung pada apa yang telah disetujui untuk digunakan secara lokal; misalnya, hanya memasukkan beberapa tapi tidak semua bentuk sediaan, indikasi, dan lain-lain. Formularium yang komprehensif baik dapat memberikan informasi obatyang sangat baik untuk staf pelayanan kesehatan. Jika akan digunakan, maka sebaiknya berukuran saku, didistribusikan secara luas (idealnya setiap resep), secara teratur diperbarui, dan dikembangkan secara transparan, secara partisipatif. Model formularium WHO (WHO 2002b), yang tersedia dalam format elektronik, mungkin menjadi titik awal yang baik untuk mengembangkan buku pedoman formularium.