PENGARUH PERSEDIAAN
TERHADAP TINGKAT LABA PADA PERUSAHAAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Sherlina
Atma Jaya Makassar University
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari persediaaan terhadap tingkat laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2015. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2015. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
Kata kunci : Persediaan, tingkat laba
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebuah perusahaan yang menjalankan suatu kegiatan (bisnis) yang dikelola oleh pemiliki dan manajemen pasti memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah untuk menghasilkan laba atau keuntungan yang maksimal dan usaha yang dijalankan memiliki kelangsungan usaha dalam jangka waktu yang panjang/going concern. Namun dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan banyak menghadapi tantangan, hal ini dikarenakan seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi yang semakin pesat, semakin ketatnya persaingan dunia usaha dalam era globalisasi serta krisis ekonomi pada saat ini. Menurut Sari dan Budiasih (2014), di dalam persaingan bisnis yang kompetitif menuntut para pelaku bisnis untuk mengelola perusahaannya secara efektif dan efisien agar dapat bertahan dan memenangkan persaingan tersebut.
Saat semakin ketatnya persaingan dunia bisnis, perusahaan berlomba-lomba untuk mencapai tujuan mereka masing-masing, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, sedangkan tujuan jangka panjang adalah menaikkan nilai suatu perusahan. Salah satu cara perusahaan untuk mencapai tujuannya adalah dengan manajemen yang baik, dan adanya suatu kebijakan yang tepat untuk perusahaan.
Persediaan barang dagangan merupakan elemen yang sangat penting dalam penentuan beban pokok penjualan pada perusahaan dagang, baik perusahaan dagang eceran maupun perusahaan dagang partai besar.Persediaan berpengaruh terhadap neraca dan laporan laba rugi. Dalam neraca sebuah perusahaan dagang, persediaan seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Dalam laporan laba rugi, persediaan memegang peranan yang sangat vital dalam penentuan hasil operasi perusahaan untuk suatu periode.
Bagi setiap perusahaan, biaya merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai suatu tujuan. Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai bentuk suatu pengorbanan oleh perusahaan yang bersangkutan telah diperhitungkan secara tepat. Oleh karena itu, untuk dapat tetap bersaing dengan perusahaan lain, maka perusahaan harus dapat mengelola dan memperhitungkan biaya secara tepat, agar tercipta suatu efisiensi biaya.
Dengan terwujudnya efisiensi biaya diharapkan perusahaan dapat memperoleh laba yang optimal. Setiap perusahaan yang berorientasi mencari laba harus dapat mengelola perusahaan tersebut dengan seefektif dan seefisien mungkin sehingga dapat meminimalisasikan kemungkinan terjadinya kerugian dan memaksimalisasikan keuntungan yang dapat menunjang kemajuan dari kehidupan usaha tersebut. Untuk mengetahui adanya perbedaan pada 2 kondisi, yaitu kondisi dimana perusahaan tidak menerapkan Just In Time dengan jika perusahaan menerapkan Just In Time, serta untuk mengetahui adanya pengaruh dari penerapan Just in Time terhadap tingkat laba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem persediaan yang dilakukan perusahaan serta untuk mengetahui pengaruh persediaan terhadap peningkatan profitabilitas.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dirumuskan adalah : Apakah ada pengaruh persediaan terhadap tingkat laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015?
Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh persediaan terhadap tingkat laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan pemikiran yang berkaitan dengan pengaruh persediaan terhadap tingkat laba pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2015.
Sebagai bahan informasi bagi pihak manajemen untuk menetapkan perencanaan dan pengambilan keputusan di masa yang akan datang sehingga tujuan utama perusahaan untuk mencapai laba yang ditargetkan, dapat bersaing dan bertahan dalam perkembangan dunia bisnis dapat tercapai sesuai harapan perusahaan.
Sebagai bahan kajian untuk menambah wawasan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu ekonomi khususnya pada bidang Akuntansi.
TINJAUAN PUSTAKA
Persediaan
Pengertian Persediaan
Persediaan adalah bagian utama dalam neraca dan seringkali merupakan perkiraan yang nilainya cukup besar yang melibatkan modal kerja yang besar. Tanpa adanya persediaan barang dagangan, perusahaan akan menghadapi resiko dimana pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan dari para pelanggannya. Tentu saja kenyataan ini dapat berakibat buruk bagi perusahaan, karena secara tidak langsung perusahaan menjadi kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan yang seharusnya didapatkan.
Menurut (standar akuntansi keuangan, 1999) pengertian persediaan adalah aktiva:
yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa
Pengertian persediaan dalam hal ini adalah sebagai suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode waktu tertentu atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.
Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar kegiatan operasi perusahaan, yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang, serta selanjutnya menyampaikannya kepada para pelanggan atau konsumen. Adapun alasan diperlukannya persediaan oleh suatu perusahaan menurut Freddy Rangkuti (1996:2) adalah:
Alasan diperlukannya persediaan, antara lain :
Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi dan untuk memindahkan produk dari suatu tingkat proses ke tingkat proses lainnya yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan
Alasan organisasi, untuk memungkinkan suatu unit membuat jadwal operasinya secara bebas tidak tergantung dari yang lainnya.
Sedangkan persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai barang jadi antara lain berguna untuk dapat:
Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.
Menghilangkan resiko dari materi yang dipesan berkualitas atau tidak baik sehingga harus dikembalikan.
Mengantisipasi bahwa bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada dalam pasaran.
Mempertahankan aktivitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi
Mencapai penggunaan mesin yang optimal
Memberikan pelayanan kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya agar keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi dengan memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut
Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaannya atau penjualannya.
Jenis-jenis Persediaan
Menurut (Harnanto, 1994), bagi perusahaan dagang yang di dalam usahanya adalah membeli dan menjual kembali barang-barang, pada umumnya jenis persediaan yang dimiliki adalah:
Persediaan barang dagangan, untuk menyatakan barang-barang yang dimiliki dengan tujuan akan dijual kembali di masa yang akan datang. Barang-barang ini secara fisik tidak akan berubah sampai barang tersebut dijual kembali.
Lain-lain persediaan, seperti umumnya supplies kantor dan alat-alat pembungkus dan lain sebagainya. Barang-barang ini biasanya akan dipakai dalam jangka waktu relatif pendek dan akan dibebankan sebagai biaya administratif dan umum atau biaya pemasaran.
Bagi perusahaan manufaktur yang di dalam usahanya mengubah bentuk atau menambah nilai kegunaan barang, pada umumnya mengklasifikasikan jenis-jenis persediaan ke dalam berbagai kelompok sebagi berikut:
Persediaan bahan baku, untuk menyatakan barang-barang yang dibeli atau diperoleh dari sumber-sumber alam yang dimiliki dengan tujuan untuk diolah menjadi produk jadi. Dalam hal bahanbakuyang digunakan di dalam proses produksi berupa suku cadang dan harus dibeli dari pihak lain, maka barang-barang demikian sering disebut sebagai persediaan suku cadang.
Persediaan produk dalam proses, meliputi barang-barang yang masih dalam pengerjaan yang memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum barang itu dijual. Produk dalam proses, pada umumnya dinilai berdasarkan jumlah harga pokok bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang telah dikeluarkan atau terjadi sampai dengan tanggal tertentu.
Persediaan produk jadi, meliputi semua barang yang diselesaikan dari proses produksi dan siap untuk dijual. Seperti halnya produk dalam proses, produk jadi pada umumnya dinilai sebesar jumlah harga pokok bahanbaku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang diperlukan untuk menghasilkan produk tersebut.
Persediaan bahan penolong, meliputi semua barang-barang yang dimiliki untuk keperluan produksi, akan tetapi tidak merupakan bahanbakuyang membentuk produk jadi, yang termasuk dalam kelompok persediaan ini antara lain minyak pelumas untuk mesin-mesin pabrik, lem, benang untuk menjilid dan buku-buku pada perusahaan percetakan.
Lain-lain persediaan, misalnya supplier kantor, alat-alat pembungkus sperti halnya pada perusahaan dagang.
Metode Persediaan
Metode penghitungan First In First Out (FIFO)
Metode FIFO ini salah satu pilihan utama dalam perusahaan besar sering menggunakan metode penghitungan ataupun metode pengeluaran barang dengan cara yang satu ini. mungkin dengan metode ini sangat real jika di hitung, ataupun sangat efektif jika dilakukan pada goods flow.
Metode penghitungan Last In First Out (LIFO)
Seperti namanya Last In First Out yaitu terakhir masuk pertama keluar. Berarti barang yang masuk dalam periode terakhir dikeluarkan duluan. Hal ini yang menjadikan metode penghitungan ini dihapus dari standard pencatatan. Selain sangat tidak efektif juga pasti ada harga endapan harga kecuali jika perusahaan mengeluarkan semua barang digudang.
Metode penghitungan rata-rata
Metode yang satu ini sangat lumrah dilakukan masyarakat indonesia. Jika kita bapak atau ibu kita memiliki usaha toko kelontong atau di pasar pasti memakai penghitungan persediaan barang dagangnya dengan metode rata-rata.
Biaya atas Persediaan
Unsur-unsur biaya yang dapat digolongkan di dalam persediaan adalah sebagai berikut:
Biaya Pemesanan (ordering cost/procurement cost) adalah biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan barang yang dimulai dari penempatan pemesanan hingga tersedianya barang tersebut. Biaya pemesanan ini tidak tergantung pada jumlah yang dipesan tetapi bergantung pada berapa kali pesanan tersebut dilakukan. Biaya ini mencakup biaya-biaya antara lain:
Biaya administrasi dan penempatan order
Biaya pemilihan vendor,
Biaya pengangkutan dan bongkar muat,
Biaya penerimaan dan pemeriksaan barang.
Biaya Penyimpanan (carrying cost/holding cost) adalah biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan diadakannya persediaan barang. Dan biaya penyimpanan ini dinyatakan dalam 2 bentuk yakni sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan ter tahun dan dalam bentuk rupiah per tahun per unit barang. Yang termasuk dalam biaya ini adalah:
Biaya sewa gudang,
Biaya administrasi pergudangan,
Biaya gaji pelaksana gudang,
Biaya listrik, air dan telepon.
Biaya modal yang ditanam dalam persediaan,
Biaya asuransi,
Biaya kerusakan / kehilangan dan penyusutan persediaan.
Biaya Kekurangan Persediaan (shortage cost/stock cost) adalah biaya yang timbul karena tidak tersedianya barang persediaan pada waktu diperlukan. Biaya ini bukan berdasarkan biaya nyata (riil) tetapi berupa biaya kehilangan kesempatan. Yang termasuk dalam biaya ini adalah antara lain biaya kesempatan yang yang timbul karena terhentinya proses produksi, biaya adminitrasi tambahan, biaya kehilangan pelanggan.
Laba
Laba atau keuntungan dapat didefinisikan dengan dua cara. Laba dalam ilmu ekonomi murni didefinisikan sebagai peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman modal tersebut (termasuk di dalamnya, biaya kesempatan). Sementara itu, laba dalam akuntansi didefinisikan sebagai selisih antara harga penjualan dengan biaya produksi. Perbedaan diantara keduanya adalah dalam hal pendefinisian biaya.
Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Akan tetapi, teori akuntansi sampai saat ini belum mencapai kemantapan dalam pemaknaan dan pengukuran laba. Oleh karena itu, berbeda dengan elemen statemen keuangan lainnya, pembahasan laba meliputi tiga tataran, yaitu : semantik, sintaktik, dan pragmatik.
Dari sudut pandang perekayasa akuntansi, konsep laba dikembangkan untuk memenuhi tujuan menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan secara luas. Sementara itu, pemakai informasi mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Teori akuntansi laba menghadapi dua pendekatan : satu laba untuk berbagai tujuan atau beda tujuan beda laba. Teori akuntansi diarahkan untuk memformulasi laba dengan pendekatan pertama.
Konsep dalam tataran semantik meliputi pemaknaan laba sebagai pengukur kinerja, pengkonfirmasi harapan investor, dan estimator laba ekonomik. Meskipun akuntansi tidak harus dapat mengukur dan menyajikan laba ekonomik, akuntansi paling tidak harus menyediakan informasi laba yang dapat digunakan pemakai untuk mengukur laba ekonomik yang gilirannya untuk menentukan nilai ekonomik perusahaan.
Makna laba secara umum adalah kenaikan kemakmuaran dalam suatu periode yang dapat dinikmati (didistribusi atau ditarik) asalkan kemakmuran awal masih tetap dipertahankan. Pengertian semacam ini didasarkan pada konsep pemertahanan kapital. Konsep ini membedakan antara laba dan kapital. Kapital bermakna sebagai sediaan (stock) potensi jasa atau kemakmuran sedangkan laba bermakna aliran (flow) kemakmuran. Dengan konsep pemertahanan kapital dapat dibedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi serta antara transaksi operasi dan transaksi pemilik. Lebih lanjut, laba dapat dipandang sebagai perubahan aset bersih sehingga berbagai dasar penilaian kapital dapat diterapkan.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari suatu badan usaha, dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempunyai badan usaha selama satu periode, kecuali yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi pemilik (Baridwan, 1992: 55).
Pengertian laba secara umum adalah selisih dari pendapatan di atas biaya-biayanya dalam jangka waktu (perioda) tertentu. Laba sering digunakan sebagai suatu dasar untuk pengenaan pajak, kebijakan deviden, pedoman investasi serta pengambilan keputusan dan unsur prediksi (Harnanto, 2003: 444).
Dalam teori ekonomi juga dikenal adanya istilah laba, akan tetapi pengertian laba di dalam teori ekonomi berbeda dengan pengertian laba menurut akuntansi. Dalam teori ekonomi, para ekonom mengartikan laba sebagai suatu kenaikan dalam kekayaan perusahaan, sedangkan dalam akuntansi, laba adalah perbedaan pendapatan yang direalisasi dari transaksi yang terjadi pada waktu dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu (Harahap, 1997).
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran untuk menilai prestasi perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain, seperti laba per lembar saham. Unsur-unsur yang menjadi bagian pembentuk laba adalah pendapatan dan biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan dan biaya, akan dapat diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara lain: laba kotor, laba operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
Pengukuran laba bukan saja penting untuk menentukan prestasi perusahaan tetapi penting juga penting sebagai informasi bagi pembagian laba dan penentuan kebijakan investasi. Oleh karena itu, laba menjadi informasi yang dilihat oleh banyak seperti profesi akuntansi, pengusaha, analis keuangan, pemegang saham, ekonom, fiskus, dan sebagainya (Harahap, 2001: 259). Hal ini menyebabkan adanya berbagai definisi untuk laba.
Pengaruh Kesalahan Persediaan Pada Laporan Keuangan.
Pentingnaya penyajian dan pengungkapan persedian yang baik dalam laporan keuangan,maka perlu diketahui pengaruh kesalahan persedian terhadap laporan keuangan. Niswonger (2000:362) mengatakan setiap kesalahan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi
baik neraca maupun laporan laba-rugi. Sebagai contoh, kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan mengakibatkan kekeliruan persediaan akhir, aktiva lancar dan total aktiva pada neraca.
Hal ini disebabkan karena perhitungan fisik persediaan merupakan dasar bagi pembuatan ayat jurnal penyesuaian untuk memcatat penciutan persediaan. Selain itu kesalahan dalam perhitungan fisik persediaan akan menimbulkan kekeliruan harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih pada laporan laba-rugi.Selanjutnya karena laba-rugi ditutup ke ekuitas pemilik pada akhir periode, maka ekuitas pemilikjuga akan salah.Kesalahan ekuitas pemilik ini akan setara dengan kesalahan persediaan akhir, aktiva lanacar dan total aktiva.
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Rico P. Lumban Toruan 2008
Persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
Penerapan akuntansi dalam hal persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan belum sesuai secara keseluruhan dengan PSAK No. 14
Rumia R.O. 2005
Persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
Penerapan akuntansi dalam hal persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan belum sesuai secara keseluruhan dengan PSAK No. 14
Selvina 2004
Persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan.
Penerapan akuntansi dalam hal persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan belum sesuai secara keseluruhan dengan PSAK No. 14
Kerangka Berpikir
Laba PerusahanLaba PerusahanPersediaanPersediaan
Laba Perusahan
Laba Perusahan
Persediaan
Persediaan
Metode Penelitian
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Mengingat maksud dan tujuan penelitian ini, maka jenis penelitian menggunakan kuantitatif dengan metode kausal komparatif (causal comparative research) yaitu jenis penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih.
Popuasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 20 perusahaan.
Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau tidak langsung yang dapat diperoleh di IDX dari Bursa Efek Indonesia.
Teknik Pengummpulan Data
Dalam penelitian ini, dikumpulkan data dengan metode dokumentasi, yaitu data diperoleh dari berbagai sumber, seperti Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dipublikasikan oleh Indonesia Stock Exchange (IDX) berupa laporan keuangan tahunan perusahaan untuk periode 2010-2015.
Variabel Penelitian
Variabel independen dalam penelitian ini adalah : Persediaan perusahaan.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah : Laba perusahaan.
Hasil Penelitian
Model Summary
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1
.748a
.559
.551
1.347E12
a. Predictors: (Constant), Persediaan
Berdasarkan Tabel di atas, dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,559 atau 55,9% artinya variabilitas variabel laba bersih dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel persediaan sebesar 55,9%, sedangkan sisanya sebesar 44,1%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi ini. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada variabel lain di luar variabel persediaan yang berpengaruh terhadap laba bersih.
ANOVAb
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
1.174E26
1
1.174E26
64.747
.000a
Residual
9.250E25
51
1.814E24
Total
2.099E26
52
a. Predictors: (Constant), Persediaan
b. Dependent Variable: Laba
Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa uji anova sebesar 64.747 dengan probabilitas 0.000 karena probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka model regresi digunakan untuk memprediksi bahwa pengaruh persediaan yang dikaitkan dengan laba bersih.
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta
1
(Constant)
1029755.235
281883.570
3.653
.004
Persediaan
45.707
. 55.315
.253
.826
.428
a. Dependent Variable: Laba
Berdasarkan pengolahan data di atas dapat disimpulkan bahwa nilai koefisien regresi untuk masing-masing variabel yang digunakan. Dimana nilai koefisien tersebut dapat dibentuk dalampersamaan regresi sederhana sebagai berikut :
Y : 1029755,235 + 45.707X
Nilai tersebut memiliki arti bahwa setiap terjadi kenaikan biaya persediaan perusahaan sebesar 1%. Akan mengakibatkan terjadinya kenaikan laba kotor sebesar 45.707 dan sebaliknya jika terjadi penurunan biaya persediaan sebesar 1 % maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kenaikan laba kotor sebesar 45.707.
Kesimpulan
Dalam pengujian hipotesis, pengaruh antara persediaan terhadap profitabilitas perusahaan tersebut tidak signifikan. Kemungkinan penyebab pengaruh yang ditimbulkannya disini tidak signifikan yaitu karena biaya yang dieliminasi dari biaya persediaan perusahaan tidak besar, karena dalam menerapkan sistem tradisional tidak hanya dipengaruhi oleh efisiensi biaya persediaan saja, tapi juga faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam penerapan persediaan.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan untuk menjadi bahan masukan bagi perusahaan, yaitu : diharapkan perusahaan harus memberikan informasi keuangan yang objektif, relevan dan bisa diuji kebenarannya. Perusahaan juga diharapkan untuk menjaga kinerja keuangan agar dapat terus meningkatkan laba dan dengan menggunakan persediaan yang dapat dikonversi menjadi kas dalam kegiatan penjualan perusahaan agar perusahaan memiliki tingkat laba hingga prospek yang baik di masa mendatang bagi pihak luar.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/Uofa_Unsada/2011420002-novitasari-tirtajaya
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45522/Cover.pdf;jsessionid=D145EB6529DDD380ADDBB07197706C89?sequence=7
http://ilmuakuntansi.web.id/pengertian-persediaan-dalam-akuntansi/
http://ilmuakuntansi.web.id/jenis-jenis-persediaan/
http://dosenakuntansi.com/metode-penilaian-persediaan
https://belajarmanagement.wordpress.com/2011/04/25/penggolongan-biaya-dalam-persediaan/
http://cafe-ekonomi.blogspot.co.id/2009/09/artikel-tentang-laba.html
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3630/Bab%205.pdf?sequence=7