A. DEFINISI PARAMYXOVIRUS Selama ini kita mengenal virus adalah partikel mikroskopis yang tubuhnya tersusun atas selubung yang disebut kapsid yang tersusun atas molekul protein dapat dan bagian isinya isinya tersusun atas asam asam nukleat. Virus memiliki ukuran ukuran yang sangat kecil dan lebih kecil daripada bakteri. Sehingga hanya mikroskop elektron yang mampu melihat bentuk virus. Menurut Kusnadi,dkk (2003), ukuran virus lebih kecil dibandingkan dengan sel yakni berkisar dari 0,02 mikrometer sampai 0,3 mikrometer. Di dalam kehidupan sehari-hari banyak macam virus yang menjadi penyebab penyakit. Karena virus dapat bertindak seagai agen penyakit dan agen pewaris sifat. Adapun macam penyakit tersebut seperti influenza, HIV/AIDS, cacar, gondongan dan sebagainya. Selain menyerang manusia dan hewan, virus juga menyerang tumbuhan seperti TMV yang menyerang tumbuhan tembakau. Paramyxovirus merupakan virus penyebab penyakit gondongan (mumps). Adapun virus ini mencakup campak (measles), gondong (mumps), human respiratory syncytial virus, Newcastle disease virus, sendai virus, dan lainlain yang merupakan agen dari banyak penyakit di manusia dan hewan. Paramyxovirus termasuk dalam family Paramyxoviridae. Paramyxovirus atau virus mumps adalah adalah virus penyebab penyebab akut , parotitis jinak (pembengkakan (pembengkakan yang menyebabkan sakit kelenjar saliva) atau disebut penyakit gondongan. Penyakit gondongan merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah diantara telin ga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan epitel, pelebaran, dan penyumbatan saluran. Menyerang pada anak dibawah usia 2-15 tahun (sekitar 85% kasus) (Arif, 2012). Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pancreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Penyakit gondongan jarang ditemukan di negara-negara yang mempromosikan mempromosi kan penggunaan vaksin langsung sedangkan yang diberikan diberik an dengan vaksin langsung adalah campak (measles) dan rubella. Virus mumps telah diisolasi di dalam telur berembrio pada tahun 1945 dan dan dalam kultur sel pada
tahun 1955. Virus ini paling dekat dengan virus parainfluenza 2 tetapi tidak ada crossimmunity dengan virus parainfluenza (Anonim, 2005). Adapun mereka yang berisiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormone kelenjar tiroid da mereka yang kekurangan zat iodium dalam tubuh. Penyebaran virus penyakit ini (mumps virus atau paramyxovirus) dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, dan urin. Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari pertama sampai hari keempat belas setela terjadi pembesaran kelenjar. Penyakit gondongan sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun, karena umumnya mereka masih memilki atau dilindungi oleh antibody yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan, maka dia akan memilki kekebalan seumur hidupnya. B. STRUKTUR MORFOLOGI PARAMYXOVIRUS
Gb.1. Struktur dan bagian-bagian Paramyxovirus
Anggota dari virus family Paramyxoviridae diklasifikasikan sebagai virus yang dibungkus yang terdiri dari nukleokapsid, dan protein matriks. Virus ini memiliki kesamaan morfologi dengan virus influenza. Kapsid virus dibungkus dan menua secara alami dengan tunas melalui membran sel inang. Bentuk virus bisa bola sampai ke pleomorfik, bentuk filament dan lain-lain. Ukuran virus ini yakni diameternya 150-200 nm dan panjangnya 1.000-10.000 nm. Permukaan terbungkus merata ditutupi dengan protein hemagglutinin-neuraminidase (HN) dan fusi (F) yang tertanam dalam bilayer lipid. Bilayer lipid terdiri atas glikoprotein hemagglutinin-neuraminidase (HN) atau hemagglutinin (H) atau permukaan glycoproteins (GP) atau protein fusi. Permukaan virus mempunyai penonjolan seperti paku, panjang 8-12 nm dan berpisah dari yang lain 6-10 nm (tergantung pada genus). Kapsid atau nukleokapsid adalah yang memanjang dan tampak berbentuk simetri heliks. Nukleokapsid adalah berserabut, flexuous, dan panjang bervarisi yang biasa dengan 600-800 nm (tergantung pada genus), lebarnya 13-18 nm. Helix dasarnya jelas. Helix puncaknya 5,5-7 nm (tergantung pada subfamily). Nukleokapsidnya tidak bersegmen.
C. SIKLUS HIDUP
Gb.2. Daur hidup Paramyxovirus
Replikasi paramyxovirus sangat mirip dengan virus lain dalam kelompok ini. Strategi keseluruhan paramyxoviruses sangat mirip dengan influenza. Namun semua perlakuan dalam replikasi paramyxovirus terjadi di sitoplasma.Virus menempel pada permukaan sel inang dan berfusi menyelubungi membran plasma. Nukleokapsid dilepaskan ke dalam sel dan digunakan sebagai template genom. RNA negative (-) sense ditranskripsi menjadi individu mRNA dan RNAt positif (+) sense yang digunakan untuk membuat RNA (-) sense lebih. Perakitan terjadi dan tunas virus baru dari membran sel dan mendapatkan pembungkus. Untuk paramyxovirus, mereka mempunyai kemampuan menyebabkan sel-sel berfusi, membuat sel-sel berinti besar yang disebut syncytia.
D. PATOGENESIS DAN KETAHANAN Masa inkubasi 12 sampai 24 hari dengan rata-rata 17-18 hari, kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. Setelah masuk melalui saluran respirasi, virus mulai melakukan multiplikasi atau memperbanyak diri dalam sel epithel saluran nafas. Virus kemudian menuju ke banyak jaringan serta menuju kekelenjar ludah dan parotis. Bila testis terkena maka terdapat perdarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan (Arif, 2012). Infeksi pada sistem saraf pusat, khususnya meninges dengan gejala (meningoencephalitis) terjadi sebanyak 50 % dari mereka yang terinfeksi. (Anonim, 2005). E. GEJALA Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subliclinical). Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5-40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri
otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (Sulit membuka mulut). 2. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian kedua kelenjar mengalami pembengkakan. 3. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. 4. Kadang terjadi pembengakakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria yang sudah akil baigh adakalanya terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena penyebaran melalui aliran darah.
Gb.3. Masa pertumbuhan Paramyxovirus
F. EPIDEMIOLOGI Parotitis merupakan penyakit endemik pada populasi penduduk urban. Virus menyebar melalui kontak langsung, air ludah, muntah yang bercampur dengan saliva, dan urin. Epidemi tampaknya terkait dengan tidak adanya imunisasi, bukan pada menyusutnya imunitas. Parotitis merupakan penyakit endemik pada
komunitas besar, dan menjadi endemik setiap kurang lebih 7 tahun. Relatif jarang terjadi epidemi, terbatas pada kelompok yang berhubungan erat , yang hidup dalam rumah, perkemahan, barak-barak tentara, atau sekolah (Hasan, 2005 dalam Arif, 2012).
G. DIAGNOSA Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).(4,5). Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi parotitis epidemika pada pemeriksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondongan 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah.
H. KOMPLIKASI AKIBAT PENYAKIT GONDONGAN 1.
Meningoensepalitis Dapat terjadi sebelum dan sesudah atau tanpa pembengkakan kelenjar parotis.
Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada anak-anak. 2. Orkitis Peradangan pada salah satu atau keua testis. Setelah sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi kerusakan yang permanen sehingga terjadi kemandulan. 3. Pankreatitis Peradangan pankreas yang dapat terjadi pada akhir minggu pertama. Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
4. Peradangan ginjal bisa menyebabka penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak.
I. PENGOBATAN Pengobatan dimaksudkan untuk mengurangi keluhan dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak. Dapat digunakan obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesic) misalnya Parasetamol dan sejenisnya, Aspirin tidak boleh diberikan kepada anak-anak karena memilki resiko terjadinya sindroma Reye (pengaruh aspirin pada anak-anak). Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” yakni penyakit yang sembuh sendiri tanpa diobati. Penderita penyakit gondongan sebaiknya menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam supaya nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak. J. PENCEGAHAN Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubella) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek panas atau gejala lainnya. Cukup dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.
KESIMPULAN Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas adalah : 1. Penyebaran virus penyakit ini (mumps virus atau paramyxovirus) dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, dan urin. 2. Permukaan terbungkus merata ditutupi dengan protein hemagglutininneuraminidase (HN) dan fusi (F) yang tertanam dalam bilayer lipid. Bilayer lipid terdiri atas glikoprotein hemagglutinin-neuraminidase (HN) atau hemagglutinin (H) atau permukaan glycoproteins (GP) atau protein fusi. 3. Masa inkubasi 12 sampai 24 hari dengan rata-rata 17-18 hari, kemudian virus bereplikasi di dalam traktus respiratorius atas dan nodus limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara, thyroidea, jantung, hati, ginjal, dan saraf otak. 4. Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami gejala: demam (suhu badan 38,5-40 derajat celcius), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (Sulit membuka mulut). 5. Penyakit gondongan sebenarnya tergolong dalam “self limiting disease” yakni penyakit yang sembuh sendiri tanpa diobati. 6. Pemberian vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-kanak yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubella) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Dan Cukup dengan mengkonsumsi
makanan
yang
mengandung
kadar
mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.
Iodium,
dapat
Daftar Rujukan Arif, Ilham. 2012. Mumps (Parotitis). (online)(http://ilhamarif.com/ ), diakses tanggal o2 september 2012. Anonymous.
Paramyxovirus
Chapter
(online)
59.
(http://www.uib.es/depart/dba/microbiologia/ADSenfcomI/material_archiv os/paramixoviruses.pdf ) ,diakses tanggal 30 agustus 2012. Biowik.
Final
Project
Paramyxovirus.
(online)
(http://biowiki.org/view/Fall09/FinalProjectParamyxoviridae),
diakses
tanggal 29 agustus 2012. Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Malang: JICA. Pusat Informasi dan Kesehatan. Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis).(online)(http://sehat-enak.blogspot.com/),diakses
September 2012.
tanggal
02