1. Teknologi Informasi Pada Bidang Kesehatan atau Kedokteran Gigi Perkembangan teknologi informasi yang berlangsung secara pesat telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berkembang informatika kedokteran gigi (dental informatics) yang merupakan penerapan teknologi informasi dalam kedokteran gigi. Dengan pemanfaatan teknologi informasi i nformasi maka berbagai proses dan prosedur dalam kedokteran gigi menjadi jauh lebih mudah dan efisien. Dapat dikatakan hampir seluruh proses kegiatan dokter gigi dijalankan dengan memanfaatkan informatika kedokteran gigi yang merupakan penggunaan teknologi informasi dalam menjalankan profesi dokter gigi. Penggunaan informatika kedokteran gigi antara lain pada: Penyimpanan, klasifikasi, dan analisis data misalnya data tentang kunjungan pasien, diagnosis, perawatan yang dijalankan, personalia klinik, dan sebagainya. Selain itu perkembangan teknologi informasi dalam dunia kedokteran gigi juga dilihat dari inovasi alat-alat yang digunakan dalam perawatan gigi dengan lebih aman, cepat, dan lebih nyaman dari sebelumnya, contohnya : 1) Diagnodent Pen Alat ini bekerja dengan mendeteksi perbedaan antara lapisan email gigi yang sehat dan yang rusak dengan cara menyinari permukaan gigi dengan sinar laser. Sehingga dokter gigi bisa menghentikan pembusukan gigi lebih awal sebelum gigi itu berlubang. 2) Koheren Tomografi Optic ( tomography coherence optical ) ) Merupakan alat metode deteksi yang lebih baik dari Diagnodent Pen, ini lebih mirip CAT ( Computerized Axial Tomography ). Alat ini akan menciptakan sebuah gambar hologram seluruh bagian dalam mulut ke dalam layar komputer, dan memberitahu adanya titik putih kecil yang menunjukkan adanya lubang mikroskopik pada lapisan luar gigi yang bisa dilapisi atau dirawat, untuk mencegah lubang gigi sekaligus mengembalikan gigi yang alami. 3) HealOzone Ada lagi alat yg membunuh bakteri perusak gigi dengan cara memancarkan gelombang tinggi ozone, namun sampai saat ini belum disetujui oleh FDA ( Food ang Drug Administration ) Administration ) sampai uji klinis membuktikan efektivitasnya. 4) Teknologi laser Teknologi ini akan membuat kunjungan ke drg menjadi lebih mudah. Dua tipe laser jaringan lunak sudah digunakan sejak awal 1990-an untuk meminimalisir pendarahan dan infeksi dalam tindakan operasi minor pada gusi. 5) Laser Digunakan untuk jaringan keras yang disetujui FDA pada 1997, mampu memperbaiki kerusakan jaringan di dalam lubang gigi sekaligus meninggalkan jaringan yang sehat secara utuh, dan dengan begitu ..jadi lebih memelihara memeli hara lebih banyak gigi dibanding pengeboran gigi.
6) PAD ( Photo Activated Disinfection ) Alat untuk menyapu jaringan yang rusak akibat bakteri di dalam karang gigi yang sulit dijangkau di bawah lapisan gusi. Pertama, peranti ini akan memasukkan cairan khusus ke dalam lokasi di antara gigi dan gusi yang membuat bakteri menjadi s ensitive terhadap cahaya. Kemudian PAD akan menyinari dengan sinar laser merah. Sehingga hanya menyisakan 1 dari 10.000 bakteri yang ada. Diperkirakan, teknologi ini bakal membantu para drg dalam menyelamatkan gusi, gigi, dan tulang para pasiennya tanpa operasi. 7) CEREC Merupakan teknologi untuk mereparasi gigi yang patah, rusak, atau terlepas dalam satu kali kunjungan ke dokter gigi. 8) Tanam gigi (implan gigi) Gunanya untuk mengganti akar gigi yang sudah tidak ada akibat membusuk atau akibat lain. Terbuat dari titanium dan berbentuk seperti sekrup di dalam sekrup. 9)
GEM 21S
Senyawa yang dapat menstimulasi pertumbuhan tulang rahang, terbuat dari Bio MimeticTherapeutics dan Medtronic’s Infuse Bone Graf t. Di masa mendatang, bisa jadi implan gigi akan dapat memproduksi sendiri senyawa penumbuh tulang rahang. Selain itu juga terdapat 6 manfaat pokok dari penggunaan teknologi dalam dunia kedokteran,yaitu: 1)
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Improve health care quality);
2) Mencegah kesalahan medis (Prevent medical errors). Suatu Studi Kasus yang dilakukan oleh Ahmad et al., (2002) mengenai keberhasilan penerapan peresepan elektronik (CPOE) di RS Ohio, USA. Hasil penelitiannya merekomendasikan bahwa dukungan eksekutif secara terus menerus dapat meningkatkan pemberdayaan dokter, penerapan tim yang efektif, antar muka yang mudah digunakan, dukungan kepada pengguna secara berkelanjutan, rentang tatanan organisasi, eliminasi proses penataan manual sehingga berkontribusi pada keberhasilan penerapan peresepan elektronik. 3)
Mengurangi Biaya pelayanan kesehatan (Reduce health care costs)
4)
Meningkatkan efisiensi administratif (Increase administrative efficiencies)
5) Mengurangi penggunaan kertas (Decrease paperwork) Dengan implementasi Teknologi Informasi Kesehatan tentunya otomatis mengurangi penggunaan kertas (paper based) secara perlahan dan lebih meningkatkan penggunaan teknologi (paperless office) dalam pelayanan kesehatan. 6) Memperluas akses pada pelayanan kesehatan yang terjangkau (Expand access to affordable care).
Memperluas akses layanan dapat dilakukan secara online seperti check dan konsultasi kesehatan secara online.
4. |Pengertian Sterilisasi| Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat dalam suatu benda. Prosesini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi di desain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatumetode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut sterilant (Pratiwi, 2006). |Tujuan| 1. 2. 3. 4. 5.
Menyiapkan peralatan perawatan dan kedokteran dalam keadaan siap pakai Mencegah peralatan cepat rusak Mencegah terjadunya infeksi silang Menjamin kebersihan alat Menetapkan produk akhir dinyatakan sudah steril dan aman digunakan pasien.
|Cara Sterilisasi| Cara sterilisasi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1.Terminal Sterlization (sterilisasi akhir). Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi dua, yaitu:
Overkill Method, yaitu metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap panas pada suhu 121C selama 15 menit. Penggunaan metode ini biasanya dipilih untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode ini adalah karena lebih efisien, cepat, dan aman. Bioburden Sterilitation, merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10 -6. Dalam metode ini digunakan suatu zat yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi. Sebagai contoh adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang merupakan suatu senyawa hepatotoksik.
2. Aseptic Processing, Metode ini merupakan metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasi dan dimasukkan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara, material, peralatan, dan petugas telah terkontrol sedemikian hingga kontaminasi mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima dalam clear zone.
Steri l adalah kondisi sediaan yang terbebas dari partikel asing non self, tidak terdapat/tercemar mikroorganisme serta memenuhi persyaratan yang menyatakan sediaan tersebut steril. Sterilisasi adalah tahapan atau proses yang bertujuan sediaan tersebut menjadi st eril. Secara umum metode pembuatan sediaan steril dibagi menjadi 2 : metode sterilisasi akhir dan metode aseptis. Pemilihan metode disesuaikan dengan stabilitas zat aktif, formula dan metode sterilisasi yang digunakan.
1. Metode sterilisasi akhir Metode sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi yang dilakukan setelah sediaan selesai dikemas, untuk selanjutnya dilakukan sterilisasi, jenis metode sterilisasi yang sering digunakan adalah metode sterilisasi panas lembab menggunakan autoklaf, namun sterilisasi akhir dapat dilakukan dengan berbagai metode (panas kering, filterisasi, EM, pengion, gas, dsb), pertimbangan untuk memilih metode sterilisasi yang sesuai adalah dengan mempertimbangkan kestabilan bahan dan zat yang terhadap panas atau kelembaban (Stabilitas, Kompatibilitas dan Efektifitas serta Efisiensi).
2.
Cara
aseptik
Cara aseptik bukan termasuk metode sterilisasi. Cara aseptik hanya bisa dilakukan khusus untuk zat aktif yang tidak tahan/rusak terhadap suhu tinggi, antibiotik dan beberapa hormon merupakan contoh sediaan dengan perlakuan metode aseptis. Cara aseptis pada prinsipnya adalah cara kerja untuk memperoleh sediaan steril dengan cara mencegh kontaminasi jasad renik/partikel asing kedalam sediaan. Proses cara aseptisnya adalah melakukan sterilisasi pada semua bahan sediaan (pada awal sebelum pembuatan sediaan) sesuai dengan sifat dari bahan yang digunakan. kemudian dilanjutkan pada proses pembuatan dan pengemasan dalam ruang steril atau didalam laminar air flow untuk mencegah kontaminasi. Pada proses aseptis masih terdapat celah terjadinya kontaminasi, sehingga apabila metode sterilisasi akhir bisa dilakukan maka metode aseptis tidak perlu dilakukan. Macam Macam Metode Sterilisasi a. Sterilisasi Panas/thermal sterilisasi panas merupakan sterilisasi yang dianggap paling efektif, tetapi kelemahannya tidak bisa diaplikasikan pada zat aktif yang tidak tahan panas/rusak karna panas, sterilisasi panas dibagi menjadi 2 :
Sterilisasi Panas Lembab : Sterilisasi panas lembab adalah sterilisasi dengan menggunakan uap panas dibawah tekanan berlangsung didalam autoklaf, umumnya dilakukan dalam uap jenuh dalam waktu 30 menit dengan suhu 115 C - 116 C, lama dan suhu tergantung bahan yang disterilisasi, untuk mengetahuinya lihat farmakope indonesia Sterilisasi Panas K eri ng : metode sterilisasi dengan menggunakan oven pada suhu160-170 C selama 1-2 jam. umumnya sterilisasi panas dilakukan pada jenis minyak, serbuk yang tidak stabil terhadap uap air, dan alat-alat gelas ukur yang tidak digunakan untuk pengukuran (Bukan alat ukur)
b. Sterilisasi radiasi dibagi menjadi 2 :
Sterilisasi
Radiasi
Radiasi elektromagnetik (EM) adalah sterilisasi menggunakan sinar ultraviolet (UV). sinar UV ini memotong DNA mikroorganisme sehingga ekspresi DNA tidak
terjadi. keterbatasannya sterilisasi cara ini hanya bisa bekerja pada permukaan, tidak bisa menembuh bahan padat. Radiasi pengion adalah metode sterilisasi yang menggunakan sinar gamma untuk merusak DNA mikroorganisme, kelebihannya bisa menembus zat padat
c. Sterilisasi Gas Sterilisasi menggunakan gas etilen oksida, kelemahannya zat ini mudah terbakar, bersifat mutagenik dan toksik, sehingga dikhawatirkan terdapat residu setelah sterilisasi. Pilihan sterilisasi cara gas biasanya pilihan akhir bila zat tidak tahan panas ataupun uap air. d. Sterilisasi Filtrasi Sterilisasi yang menggunakan alat khusus yang menggunakan penyaring/filter matriks pori pori tertentu. menggunakan pori pori 10 nm untuk virus dan 0,22 nm untuk bakteri.
Sumber : Farmasi Unisba
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. 1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi), menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik. Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring. Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril. Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme. Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan medium masih harus dipanasi dalam otoklaf. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan substansi yang peka tehadap panas seperti serum,enzim,toksin kuman,ekstrak sel,dsb. Menyaring cairan
Hal dapat dilakukan dengan berbagai filter seperti saringan Seitz, yang menggunakan saringan asbestos sebagai alat penyaringannya; saringan berkefeld, yang mempergunakan filter yang terbuat dari tanah diatom; saringan chamberland, yang mempergunakan filter yang terbuat dari porselen; dan fritted glass filter, yang mempergunakan filter yang terbuat dari serbuk gelas. Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen.
Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bil a dibuang, tetapi terlalu sulit untuk dibersihkan. Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak terc emar oleh mikroba atau untuk menjaga agar suatu biakan kuman tidak tercemar oleh kuman yang lain, maka alat -alat tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah memungkinkan kuman menembus kedalam. Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi. 2. Sterilisasi secara fisik Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. · Pemanasan a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secar a langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih t epat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf · Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV 3. Sterilisaisi secara kimiawi Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah namun mer upakan antiseptik yang sangat efisien dan efektif. Penambahan yodium pada alkohol akan meningkatkan daya disinfeksinya. Dengan atau iodium, isopropil tidak efektif terhadap spora. Solusi terbaik untuk membunuh spora adalah campuran formaldehid dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Pemilihan antiseptik terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain
yaitu halogen (senyawa klorin, iodium), alkohol,fenol,hidrogen feroksida,zat warna ungu kristal, derivat akridin, rosanalin, detergen, logam berat ( hg,Ag,As,Zn), aldehida, dll.