BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Bel Belak akan ang g
Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu yang mencakup berbagai aktivitas, konsep, dan keterampilan yang berhubungan dengan ilmu sosial dan fisik dasar, etika dan isu-isu yang beredar serta bidang lain (Potter, 2005! "efinisi kepe keperaw rawat atan an tela telah h berk berkem emba bang ng sepan sepan#an #ang g wakt waktu! u! $e#ak $e#ak %ama %aman n &lor &loren ence ce 'ightingale, yang telah menulis pada tahun )5) bahwa tu#uan sebenarnya dari keperawatan adalah *menempatkan pasien pada kondisi yang paling baik agar asuhan dapat berlangsung sebaik-baiknya+, sedangkan sosiasi Perawat merika ( American $osialnya American Nurses Association-' Association-',, dalam Pernyataan Kebi#akan $osialnya (Social Policy Policy pada tahun 5 mendefinisikan mendefinisikan keperawatan keperawatan sebagai sebagai *diagnosis *diagnosis dan tindak tindakan an terhada terhadap p respons respons manusia manusia pada pada keadaa keadaan n sehat sehat maupun maupun sakit+ sakit+ ($melt%er, 2002! Pelayanan keperawatan sebagai pelayanan profesional ditu#ukan pada berbagai respons individu dan keluarga terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya termasuk respons pasien yang men#alani pembedahan seperti pada pasien post laparatomi! .edah .edah laparat laparatomi omi merupa merupakan kan tindak tindakan an operasi operasi pada pada daerah daerah abdome abdomen! n! /enurut /enurut $#amsuhiday $#amsuhidayat at dan ong (2001, bedah laparatomi laparatomi merupakan merupakan teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dapat dilakukan pada bedah digesti digestiff dan kandun kandungan gan dengan dengan beberap beberapaa #enis #enis arah sayatan, sayatan, seperti seperti medium medium untu untuk k opera operasi si peru perutt luas, luas, para parame medi dium um atau atau kana kanan n (mis (misaln alnya ya untu untuk k massa massa apendiks, apendiks, pararectal, pararectal, Mc. Burney Burney untuk apendiktomi apendiktomi,, fannenstiel untuk untuk operasi
kandungan kemih atau uterus, transversal, dan subkostal kanan (misalnya untuk kolesistektomi! dapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah herniotomi, gastrektomi, splenorafi atau splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoridektomi, dan fitulotomi atau fistulektomi! $edangkan tindakan bedah kandungan yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah lapartomi adalah berbagai #enis operasi uterus, operasi pada tuba fallopi dan operasi pada ovarium dan #enis tindakan dengan teknik laparotomi yang dilakukan pada bedah kandungan adalah histerektomi dan salpingo ooferektomi bilateral ($#amsuhida#at dan ong, 2001! Pasien
pasca
pembedahan
memerlukan
perawatan
intensif
guna
mempertahankan kondisi dan mempercepat pemulihan fungsi organ tubuhnya! Kematian pasien yang mengalami pembedahan terbanyak timbul pada saat pasca bedah (ndi 3is#an, 204! leh sebab itu, pasien pasca bedah dari ruang pemulihan harus mendapat pengawasan dan terapi yang tepat dan maksimal seperti pembebasan #alan nafas yang tidak efektif terkait efek depresan dari medikasi dan agen anestetik, penanganan ketidaknyamanan pasca operasi terutama managemen nyeri, termoregulasi terkait risiko hipotermi, pencegahan risiko cedera terkait dengan keadaan pasien pasca anestesi, pemantauan status dan pemberian nutrisi yang adekuat, pengaturan posisi , ambulansi atau mobilisasi dini, dan latihan exercise di tempat tidur untuk memulihkan fungsi organ-organ tubuh pasca anestesi (.runner 6 $uddarth, 204 /obilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian7bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau bela#ar ber#alan ($oelaiman, 2000! /obilisasi dini merupakan suatu aspek
yang
terpenting
pada
fungsi fisiologis karena
hal itu
esensial untuk
mempertahankan kemandirian (8arpenito, dalam &itriyahsari, 200! /obilisasi dini dilakukan )-2 #am setelah operasi dan setelah efek anestesi seperti mual dan muntah, kesulitan bernafas, pusing dan sakit kepala telah hilang (8arolyn Kismer daan llen 8olbyi, 0! /obilisasi dini dilakukan untuk meningkatkan ventilasi dan mengurangi statis sekresi bronchial pada paru, mengurangi kemungkinan distensi abdomen pasca operatif dan membantu meningkatkan tonus saluran gastrointestinal dan dinding abdomen serta menstimulasi peristaltik, mencegah statis darah dengan meningkatkan kecepatan sirkulasi pada ekstremitas sehingga mencegah ter#adinya tromboflebitis atau flebotrombosis, serta mempercepat pemulihan pada luka abdomen, mengurangi nyeri, vital sign kembali normal dengan cepat dan meningkatkan kekuatan serta massa otot (8arolyn Kismer daan llen 8olbyi, 0! Pada pasien pasca operasi laparatomi sebaiknya segera dilakukan mobilisasi dini dengan tu#uan mencegah ter#adinya komplikasi (.runner dan $uddarth, 204! "engan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya men#adi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian penderita merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan dan mempercepat kesembuhan (/ochtar, dalam &itriyahsari, 200! 9etapi pada umumnya pasien pasca operasi laparatomi sering mengalami keterbatasan pergerakan, hal tersebut diakibatkan oleh kekhawatiran dan ketakutan pasien bahwa #ika bergerak luka insisi akan terbuka atau karena pengalaman pasien #ika bergerak akan menimbulkan perasaan nyeri sehingga
pasien memilih untuk tidak melakukan mobilisasi sedini mungkin (.runner dan $uddarth, 204! $urvey awal yang dilakukan di 3$:" ;angaya "enpasar terhadap 0 orang pasien pasca bedah arah sayatan laparatomi, sebanyak 1 orang pasien melakukan mobilisasi dini pada 1-2 #am pertama pasca operasi, 2 orang melakukan setelah 2-2< #am pasca operasi, dan sisanya melakukan setelah 2< #am pasca operasi! "ua dari empat orang pasien yang melaksanakan mobilisasi dini pada setelah 1-2 #am pertama mengatakan bahwa iya takut melaksanakan mobilisasi dini karena takut kegiatan tersebut akan memperlambat penyembuhan lukanya! "ari hasil survey tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien bedah laparatomi di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar!
B. Rumusan Masalah
"ari uraian latar belakang masalah tersebut, dirumuskan masalah penelitian *.agaimanakah >ambaran Pelaksanaan /obilisasi "ini pada Pasien .edah ?aparatomi di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar 9ahun 20<+
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian
ini bertu#uan untuk mengetahui gambaran
pelaksanaan
mobilisasi dini pada pasien bedah laparatomi di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar 9ahun 20< . Tujuan khusus
a! /engidentifikasi karakteristik pasien bedah laparatomi dilihat dari #enis kelamin, umur, pendidikan, dan peker#aan di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar 9ahun 20< b! /engidentifikasi waktu pelaksanaan mobilisasi dini pasien bedah laparatomi di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar 9ahun 20< c! /engidentifikasi #enis mobilisasi dini yang dilakukan oleh pasien bedah laparatomi di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar 9ahun 20< d! /engidentifikasi #enis mobilisasi dini yang tidak dilakukan oleh pasien bedah laparatomi di 3uang 3awat =nap Kelas === 3$:" ;angaya "enpasar 9ahun 20<
D. Man!aat Penelitian 1. Te"ritis
@asil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam penyusunan rencana keperawatan mengenai pelaksanaan mobilisasi dini pada pasien bedah laparatomi dan dapat men#adi sumber data untuk pengembangan penelitian selan#utnya!
. Praktis
@asil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh perawat sebagai bahan pertimbangan dalam upaya mengatasi atau meminimalkan komplikasi yang ter#adi pada perawatan pasien pasca bedah laparatomi dan mempercepat proses penyembuhan!