METODOLOGI PENELITIAN
Disusun oleh:
Agung Setyo Budi
10610002
PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2013
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas Metodologi Penelitian kasus 3 dengan tanpa halangan suatu apapun. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada : 1. drg. Niswatun Chasanah sebagai dosen Pembimbing makalah yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah. 2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu karena keterbatasan hal. 3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Kediri, Oktober 2013
Penulis
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan tugas Metodologi Penelitian kasus 3 dengan tanpa halangan suatu apapun. Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bantuan moral maupun bantuan material. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar -besarnya kepada : 1. drg. Niswatun Chasanah sebagai dosen Pembimbing makalah yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah. 2. Seluruh staf dosen FKG IIK yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu karena keterbatasan hal. 3. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, merupakan bagian tersendiri bagi kami apabila diberikan saran dan kritik yang bersifat membangun, guna meningkatkan pengetahuan dan kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Kediri, Oktober 2013
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Penelitian pada hakikatnya adalah suatu upaya untuk memahami dan memecahkan masalah secara ilmiah, sistematis, dan logis. Istilah ilmiah di sini diartikan kebenaran pengetahuan yang didasarkan pada fakta empiris, yang diperoleh dari penyelidikan secara hati-hati dan bersifat objektif. Dengan perkataan lain, kebenaran pengetahuan tersebut di peroleh bukandari ide pribadi atau dugaan-dugaan, tetapi berdasarkanfakta empiris. Oleh sebab itu
kegiatan penelitian
ilmiah memerlukan
dan menempuh tahap-tahap yang
sistematis, dalam arti menurut aturan tertentu, dan logis dalam arti dengan penalaran (Notoatmojo, 2010). Perlu kita sadari bersama bahwa di dalam kehidupan kita sebagai makhluk social di jagat raya tidak terlepas dari berbagai masalah. Masalah-masalah tersebut dikelompokan dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain pendidikan, kesehatan, social, politik, ekonomi, keagamaan, dan sebagainya. Pada tiap bidang kehidupan itu pun tidak terlepas dari masalah di bidangnya masing-masing. Upaya untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah tersebut dapat dilakukan dengan cara yang sederhana atau secara tradisional (non ilmiah), dan dapat dilakukan secara kompleks dan modern (ilmiah) (Notoatmojo, 2010). Manusia pada dasarnya selalu ingin tahu yang benar atau kebenaran, untuk memenuhi rasa tahu ini, mansia sejak zaman dahulu telah berusaha mengumpulkan pengetahuan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari fakta dan teori yang memungkinkan seseorang untuk memcahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain. Semenjaka danya sejarah kehidupan manusia di bumi ini, manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari faktafakta ini kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori,sesuai dengan fakta yang dikumpulkan tersebut.teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk memahami gejala-gejala alam dan kemsyarakatan yang lain. Sejalan dengan perkembangan kebudayaan
umat manusia, teori-teori tersebut makin berkembang, baik kualitas maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan dewasa ini (Notoatmodjo, 2010).
1.2 Tujuan Agar pembaca bisa mengetahui suatu Metodologi Penelitian yang mempunyai jenis jenis penelitian, serta mengetahui pengukuran data validitas dan reabilitas
1.3 Rumusan 1. Apa yang di maksud dari Metodologi Penelitian ?
2. Apa saja jenis Metodologi Penelitian ? 3. Apa yang di maksud dari Validitas ? 4. Apa yag di maksud dari Reliabilitas ?
1.4 Hipotesa Metode penelitian merupakan studi epidemiologi berperan penting dalam menganalisadata pengukuran data, sehingga tercipta data yang valid, dan tepat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Metodologi Penelitian
Metode (method), secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati), dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bias berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu (Margono, 2004). Metode adalah prosedur atau cara yang di tempuh untuk mencapai tujuan tertentu. Kemudaian ada satu istilah lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yakni teknik tau cara yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditemukan dalam melaksanakan prosedur (Margono, 2004). Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki masalah tertentu1 yang memerlukan jawaban. Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari berbagai aspek yang mendorong peneliti melakukan untuk melakukan penelitian. Keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya menjadi motivasi untuk melakukan penelitian(Margono, 2004).
2.2 Fungsi dan Tujuan Penelitian 2.2.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kesehatan atau kedokteran erat hubungannya dengan jenis penelitian yang akan dilakukan, tetapi secara umum tujuan semua jenis penelitian kesehatan antara lain : 1.
Menemukan atau menguji fakta baru maupun fakta lama sehubungan dengan bidang kesehatan atau kedokteran
2.
Mengadakan analisis terhadap hubugnan atau interaksi antara fakta-fakta yang di temukan dalam bidang kesehatan atau kedokteran.
3.
Menjelaskan tentang fakta yang ditemukan serta hubungannya dengan teori-teori yang ada.
4.
Mengembangkan alat, teori, atau konsep baru dalam bidang kesehatan atau kedokteran yang memberi kemungkinan bagi peningkatan kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Pendapat lain mengelompokan tujuan penelitian kesehatan atau kedokteran menjadi
tiga, antara lain : 1.
Untuk menemukan teori, konsep atau generalisai baru tentang kesehatan atau kedokteran.
2.
Untuk memperbaiki atau memodifikasi teori, sistem, atau program pelayanan kesehatan.
3.
Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang sudah ada (Notoatmodjo, 2010).
2.2.2 Fungsi Penelitian
Secara singkat fungsi penelitian kesehatan dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 1.
Menggambarkan tentang keadaan atau status kesehatan masyarakat.
2.
Menggambarkan kemampuan sumber daya, guna mendukung pengembangan pelayanan kesehatan sesuai yang direncanakan,
3.
Sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah kesehatan, atau kegagalankegagalan yang terjadi di dalam kesahatan sistem pelayanan kesehatan
4.
Sarana untuk menyusun kebijiaksanaan dalam menyusun strategi pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010).
2.3 Jenis Penelitian
Pengelompokan jenis penelitian kesehatan itu bermacam-macam menurut aspek mans penelitian itu ditinjau. Berdasarkan metode yang digunakan, penelitian keseh atan dap at digo long kan menj adi dua kelompok besar, yakni: 1. Metode Penelitian Survei (Survey Research Method) Penelitian
survei
adalah
suatu
penelitian
yang
dilakukan
tanpa
melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut
penelitian noneksperimen. Dalam survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap mewakili populasinya. Dalam penelitian survei, hasil dari penelitian tersebut merupakan hasil dari keseluruhan. Dengan kata lain, hasil dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan sebagai hasil populasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian survei digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survei yang bersifat deskriptif (descriptive) dan analitik Dalam penelitian survei deskriptif, penelitian diarahkan untuk mendeskripsikan atau menguraik-an suatu keadaan di dalam suatu komunitas atau masyarakat. Misainya distribusi penyakit dalam masyarakat dan kaitannya dengan umur, jenis kelamin, dan karakteristik lain. Oleh sebab itu penelitian deskriptif ini sering disebut penelitian penjelajahan (exploratory study). Dalam survei diskriptif pada umumnya penelitian menjawab pertanyaan bagaimana (how) (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan survei analitik, Penelitian survei diarahkan untuk menielaskan suatu keadaan atau situasi. Misalnya, mengapa penyakit menvebar di suatu masyarakat, mengapa penyakit terjadi pada orang, mengapa masyarakat tidak menggunakan fasilitas yang telah tersedia, mengapa orang tidak mau membuat jamban keluarga, dan sebagainya. Smrvel analitik ini pada umumnya bemsaha menjawab pertanyaan mengapa (why?), oleh sebab itu jugs disebut penelitian penjelasan (explanatorystudy). Lebih lanjut, penelitian survei yang bersifat analitik ini dibedakan lagi menjadi Tiga macam, yakni: a. Potong Silting (Cross Sectional) Dalam penelitian seksional silang atau potong silang, variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan (daiam waktu yang bersanlaan). Misalnya penelitian tentang hubungan antara bentuk tubuh dengan hipertensi, hubungan antara koncilsi sanitasi lingkungan dengan b. Studi Retrospektif (Retrospective Study) Penelitian
ini
adalah
penelitian
yang
berusaha
melihat
ke
belakang
(backwardlookirW), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi. Kemudian dari efek tersebut ditelusuri ke belakang tentang penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut.
Dengan kata lain, dalam penelitian retrospek-tif ini berangkat dari dependent dicari pendent variables, kemudian di n- dependent variable-aya. M' SaInya, penelitian yang akan mericari hubungan antara merokok dengan kanker pare-part. Maka dimulai dari men,,umpulkan kasus penderita kanker pare-pare, kemudian dari kasus tersebut ditanyakan tentang riwayat inerokoknya pada waktu yang lampau sanipai sekarang. Dari sini akan dapat diketahui berapa persen dari kasus tersebut yang merokok, dan berapa batting rokok yang diisap tiap hark, serta berapa persen dari kasus tersebut tidak merokok. Dari proporsi besarnya perokok dan bukan perokok terhadap jumlah kasus tersebut, akan dapat disimpulkan hubungan antara merokok dan kanker paru-paru.
Ilustrasi: I Kasus Merokok Penderita Ca Paru Tak Merokok Tak merokok
Kontrol Merokok Tak Merokok Non Penderita Ca Tak Merokok
c. Studi Prospektif (Cohort) Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat melihat ke depan (_forward looking), artinya penelitian dimulai dari variabel penyebab atau faktor risiko, kemudian diikuti akibatnya pada waktu yang akan datang. Dengan kata lain, penelitian ini berangkat dari variabel independen kemudian diikuti akibat dari independen variabel tersebut terhadap dependen variabel. Misalnya, penelitian tentang hubungan antara merokok dan kanker
paru-paru tersebut, tidak dimulai dari kasus atau penderita, tetapi dari orang yang merokok dan bukan perokok. Penelitian dimulai dari mengambil sampei dari perokok dan bukan perokok, dan diikuti misalnya sampai 15 tahun mendatang. Setelah 15 tahun, maka terhadap orang-orang tersebut diadakan pemeriksaan kesehatan, khususnya paru-par-u. Dari analisis hasil atau proporsi orang-orang yang merokok dan meriderita hanker paru-paru, l
G an bukan perokok juga menderita kankerparu-paru, serta orang yang merokok tidak menderita kanker paru-pane, dan orang yang tidak merokok tidak menderita pa ruparu, dapat disimpulkan hubungan antara merokok dan kanker paru - paru. (Notoatmodjo, 2010). Ilustrasi Resiko Ca Paru Merokok Tidak ca Paru
Kontrol Ca paru Tak merokok ca paru Tidak paru
2. Metode Penelitian Eksperimen Dalam penelitian eksperimen atau percobaan, peneliti melakukan percobaan atau perlakuan terhadap variabel independennya, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pads dependen variabel. Yang dimaksud percobaan atau perlakuan di sini adalah suatu usaha modifikasi kondisi secara sengaja dan terkontrol dalam menentukan peristiwa atau kejadian, serta pengamatan terhadap perubahan yang terjad'i akibat dari penstiwa tersebut. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk menguji hipotesis sebab akibat dengan melakukan intervensi. Oleh sebab itu wring disebut penelitian intervensi (intervention studies). Uraian lebih lanjut tentang metode penelitian ini akan dibicarakan pads bab lain dalam buku ini. Di dalam literatur lain, penelitian eksperimen ini juga disebut penelitian operasional (operational research (Notoatmodjo, 2010). Ditinjau dari segi manfaat atau kegunaannya, penelitian kesehatan dapat digolongkan
menjadi: a.
Penelitian Dasar (Basic of Fundamental Research) Penelitian ini dilakukan untuk memahami atau menjelaskan gejala yang muncul pads suatu ikhwal atau kejadian. Kemudian dari gejala yang terjadi pads ikhwal tersebut dianalisis, dan kesu'r.pulannya adalah merupakan pengetahuan atau teori baru. Jenis penelitian ini wring juga disebut penelitian murni atau 'Pure research ", karena dilakukan untuk merumuskan suatu teori atau dasar pemikiran ilmiah tentang kesehatan/ kedokteran. Misalnya penelitian tentang teori penyebab kanker, penelitian klening,
bayi
tabung, dan
sebagainya. b.
Penelitian Terapan (Aplied Research) Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi proses suatu sistem atau program, dengan menerapkan teori-teori kesehatan yang ada. Dengan kata lain, penelitian ini berhubungan dengan penerapan suatu sistem atau metode yang terbaik sesuai dengan sumber days yang tersedia untuk suatu hal atau suatu keadaan. Artinya, penelitian dilakukan, sementara itu sistem baru tersebut diuji coba '--i dimodifikasi. Penelitian terapan ini wring disebut penelitian oper-(opendonalresearch). Contoh penelitian untuk mengembangk,- pelayanan terpadu di Puskesmas.
c.
Penelitian Tindakan (Action Research). Penelitian yang dilakukan
untuk mencari suatu pengetahuan praktis guna
memperbaiki suatu situasi atau keadaan kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara teerbatas. Misalnya penelitian tindakan untuk peningkatan kesehatan msyarakat transmigrasi. d.
Penelitian Evaluasi (Evaluation Research) Penelitian yang dilakukan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu pelaksanaan
kegiatan atau program yang sedang dilakukan dalam rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk memperbaiki suatu program atau system (Notoatmodjo, 2010).
2.4 Langkah – Langkah Penelitian
Penelitian yang baik harus sistimatis, artinya mengikuti langkah yang teratur. antara lain observasi, merumuskan masalah, study literatur, merumuskan hypotesis, mendisain
penelitian, sampling, alat ukur, mengumpulkan data, analisa data, menyimpulkan hasil penelitian dan akhirnya menyususn laporan penelitian. 1. Observasi Definisinya adalah pengamatan langsung peneliti terhadap obj ek/lokasi penelitian. Dengan observasi maka kita dapat memperoleh data pendahuluan yang mungkin dapat digunakan untuk menentukan rumusan masalah yang menarik untuk diteliti 2. Merumuskan masalah penelitian Dari beberapa masalah yang telah teridentifikasi saat melakukan observasi, maka peneliti dapat menentukan masalah yang paling menarik dan merumuskannya Identifikasi masalah di rumuskan menurut latar belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. 3. Study literatur Adalah penelusuran literatur yang bersumber dari buku, media, pakar, hasil penelitian orang lain untuk menyusun dasar teori yang kita gunakan dalam melakukan penelitian. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori yang kukuh dan relevan. 4. Merumuskan hipotesis Dengan dasar teori dari hasil penelusuran literatur, maka
kita dapat merumuskan
jawaban sementara ( hypotesis ) atas masalah yang kita teliti Hipotesis erat hubungannya dengan anggpan dasar. Anggapan dasar merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya. 5. Mengidentifikasi variabel dan operasional variabel Variabel dalam penelitian sangat perlu ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Setelah variabel di tentukan maka seorang peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu sesua dengan maksud dan tujuan penelitian tersebut. adalah definisi khusus yang dibuat oleh peneliti. Defi ni si operasional var iabel 6. Menetukan desain penelitian Rancanagan penelitian biasannya juga diebut sebagai desain penelitian.
Rancangan penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang prosedur yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang telah di teliti. 7. Menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang dibutuhkan untuk pengambilan data dalam penelitian. Instrumen sangat penting bagi keakuratan data. 8. Menetukan subjek penelitian Apabila populasi penelitian yang telah ditentukan terlalu besar/luas, maka tentunya kita membutuhkan sampel sebagai bagian yang mewakili populasi. 9. Melaksanakan penelitian Pelaksanaan penelitian adalah proses pengumpulan data sesuai sesuai dengan desain atau rancangan penelitian yang telah dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati karena akan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan yang akan menentukan kualitas penelitian yang dilakukan. 10. Melakukan analisis data Analisis data adalah proses pengolahan data yang telah terkumpul dan selanjutnya dilakukan analisa terhadap data untuk diambil kesimpulannya ( sebagai hasil penelitian ) 11. Melakukan laporan penelitian dan desiminasi penelitian Sebagai
langkah
akhir
dari
proses
penelitian
,
agar
penelitian
itu
dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan refrensi bagi penelitian lain, maka hasil penelitian dibuat dalam bentuk laporan . Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau dituliskan dalam bentuk jurnal jurnal penelitian
2.5 Kontrol
Dalam penelitian eksperimental sering digunakan kontrol dan yang dimaksud dengan kontrol dalam hal ini ialah suatu kelompok atau individu yang tidak dikenai perlakuan atau percobaan. Kontrol di dalam penelitian eksperimental ini sangat penting untuk melihat
perbedaan perubahan variabel terpengaruh antara kelompok yang dikenai perlakuan dengan yang tidak dikenai perlakuan (kontrol) (Notoatmodjo, 2010). Faktor-faktor yang dikontrol dalam eksperimen ini meliputi: a. Sasaran atau objel yang diteliti b. Peneliti atau orang yang melakukan percobaan. c. Veriabel bebas (independent variables), yaitu kondisi munculnya variabel terikat. d. Variabel terikat (dependent variables), yaitu variabel yang akan terpengaruh/ berubah setelah dikenakan perlakuan/ percobaa. e. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. f. Populasi dan sampel. g. Skor rata-rata (mean) hasil tes (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian eksperimental, kontrol mempunyai peranan yang sangat penting, antara lain: a. Untuk mencegah munculnya faktor-faktor yang sebenarnya tidak diharapkan berpengaruh terhadap variabel terikat. b. Untuk membedakan berbagai variabel yang tidak diperlukan dari variabel yang diperlukan. c. Untuk menggambarkan secara kuantitatif hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan sejauh mana tingkat hubungan antara kedua variabel tersebut (Notoatmodjo, 2010).
2.6 Pengukuran
Pengukuran adalah penetapan/pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu (Steven, 1951). Ada tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap pengukuran seperti di atas. Ketiga kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan (Nazir, 2009). Angka tidak lain dari sebuah symbol dalam bentuk 1, 2, 3, … dan seterusnya, atau I, II, III, … dan seterusnya, yang tidak mempunyai arti, kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka seterusnya, yang tidak mempunyai arti, kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka, yang tidak mempunyai arti, kecuali diberikan arti kepadanya. Jika pada angka telah dikaitkan arti kuantitatif, maka angka tersebut setelah berubah menjadi nomor (number) (Nazir, 2009).
Yang
dimaksud
dengan
penetapan/pemberian
adalah
memetakan
(mapping).
Sedangkan aturan tidak lain dari panduan atau perintah untuk melaksanakan sesuatu. Fungsi dalam matematika adalah suatu aturan korespondensi. Dalam mengukur, aturan yang diberikan dapat saja sebagai berikut (Nazir, 209). 1. Jika objek setuju berikan ia angka 1, dan jika tidak setuju berikan angka o. 2. Jika objek sangat setuju berikan angka 5, jika setuju berikan angka 4, jika tak acuh berikan angka 3, jika kurang setuju berikan angka 2, dan jika tidak setuju sama sekali berikan angka 1. Jika kita mempunyai sebuah set yang terdiriatas 6 orang, yaitu : A, B, C, E, dan F, dan kita juga mempunyai set angka (1, 2, 3, 4, 5) dan sebuah set angka lain (1, 0), maka kita dapat membuat korespondensi anatara set tersebut sehubungan dengan peraturan di atas (Nazir, 2009). Dengan perkataan lain, fungsi f atau aturan korespondensi adalah sama dengan set dari pasangan (x, y), di mana x adalah obyek dan tiap y yang cocok adalah angka inilah yang dinamakan pengukuran dalam ilmu-ilmu social (Nazir, 2009).
Indikasi dari Objek
Suatu objek mempunyai cirri atau sifat. Jika kita kita mengukur suatu objek, yang diukur sebenarnya bukanlah objek tersebut, bukan pula sifatnya, tetapi yang diukur adalah indikan dari sifat tersebut. Indikan tidak lain dari suatu istilah yang sering digunakan, yang nerarti “sesuatu yang menunjukan pada sesuatu yang lain”. Indikan terhadap “alim” misalnya adalah jumlah kali seseorang pergi ke masjid perbulan. Indikan terhadap “bengis” misalnya, jumlah kali seorang anak memukul adinya tiap hari. Dan sebagainya (Nazir, 2009). Angka diberikan kepada indikan dari sifat perilaku. Kemudian, sesudah mengadakan pengamatan terhadap indikan-indikan, angka – angka disubstitusikan dengan indikan, dan kemudian dianalisis secara statistic. Misalnya kita ingin melihat hubungan antara kecerdasan dan alim. Cara yang dipilih misalnya, mencari korelasi antara kecerdasan dan alim dengan melihat koefisien korelasi. Untuk ini diperlukan jawaban yang benar dalam suatu tes IQ. Di lain pihak, indikan terhadap alim, adalah jumlah kali seseorang pergi ke masjid dalam sebulan. Dari set alim dan set kecerdasan dicari korelasi serta koefisien korelasinya (Nazir, 2009).
Pengukuran Versus Realita
Dalam ilmu-ilmu natura, ukuran dari satu variabel dapat secara langsung diamati dan dibandingkan dengan realita. Setongkol jagung A dua kali lebih panjang dari tongkol jagung lain, dapat diukur secara realita dengan menggunakan sentimeter misalnya. Tingkat panas suatu benda dapat diukur dengan memberikan angka terhadap derajat panas dalam bentuk derajat celcius, misalnya. Di lain pihak, pengukuran variabel dalam ilmu social sering mengandung tanda Tanya, apakah prosedur pengukuran yang dilakukan isomorphic dengan realita ? Suatu pengukuran yang baik harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita (Nazir, 2009). Misalnya seorang peneliti ingin mngukur prestasi 8 orang murid. Prestasi didefinisikan sebagai kompetensi dalam ilmu hitung yang meliputi menambah, mengurangi, mengkali, membagi, menarik akar, menggunakan pecahan, menarik logaritma, dan menggunakan decimal. Score yang diberikan adalah dari 10 (yang terpandai) dan 1 (yang terendah). Dan pengukuran presentasi kedelapan murid tersebut diperoleh nilai ; 7, 7, 5, 4, 4, 3, 2, dan 1. Senarnya, “Yang Maha Kuasa” tahu bahwa presentasi kedelapan murid tersebut secara realita. Jika kita jajarkan prestasi yang diukur dengan presentasi realita dari kedelapan murid tersebut, maka dapat divisualisasikan (Nazir, 2009). Dalam penelitian yang sebenarnya, peneliti tidak tahu tenatang ralita. Akan tetapi, seseorang penelitian harus selalu mempertanyaka apakah prosedur pengukuran yang dipakainya isoporphik dengan relaita ? Walaupun realita tidak diketahui, peneliti harus menguji, tentunya dengan teknik tertentu, apakah pengukuran mempunyai isomorphisme dengan realita (Nazir, 2009).
Jenis-jenis Ukuran
Secara umum, terdapat empat jenis ukuran menurut Nazir (2009) yaitu : 1. Ukuran nominal 2. Ukuran ordinal 3. Ukuran interval 4. Ukuran rasio.
Marilah kita lihat persamaan dan perbedaan dari masing-masing ukuran tersebut. 1. Ukuran nominal Ukuran nominal adalah ukuran paling sederahana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak mennjukkan tingkatan apaapa. Obejek dikelompokkan dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka. Set-set tersebut tidak boleh tumpang-tindih dan bersisa (mutually exclusive and exhaustive). Misalnya, untuk mengukur jenis kelamin, objek dibagi atas tiga set, yaitu laki-laki, perempuan, dan banci. Kemudian untuk masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, yang diberikan tidak menunjukkan bahwa tingkat wanita lebih tinggi dari pria ataupun tingkat pria lebih tinggi dari banci. Angka-angka tersebut tidak memberikan arti apa-apa jika ditanbahkan. Angka yang diberikan hanya memberikan arti apa-apa jika ditambahkan. Angka yang diberikan hanya memberikan sebagai label saja. Ukuran demikian dinamakan ukuran nominal (Nazir, 2009). 2. Ukuran ordinal Ukuran ordinal adalah angka yang diberikan di mana angka-angka tersebut mengandung pengertian tingkatan. Ukuran nominal digunkan untuk mengurutkan objek dari yang terendah ke tertinggi atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolute terhadap objek, tetapi hanya memberikan urutan (ranking) saja. Jika kita mempunyai sebuah set objek yang dinomori dari 1-n yaitu N = a, b, c, d, …, n, dan sebuah set lain (Nazir, 2009). 3. Ukuran internal Ukuran internal adalah suatu pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yaitu jarak yang sama pada pengukuran interval memperlihatkan jarak yang sama dari cirri atau objek yang diukur. Ukuran interval tidak memberikan jumlah absolute dari objek yang diukur (Nazir, 2009). 4. Ukuran rasio Ukuran rasio adalah ukuran yang mencakup semua ukuran di atas, ditambah dengan satu sifat lain, yaitu ukuran ini memberikan keterangan tentang nilai absolute dari objek yang diukur. Ukuran rasio mempunyai titik nol, karena itu, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik
dinyatakan denagn beda angka-angka rata satu kelompok dibandingkan denagn titik nol diatas (Nazir, 2009).
2.7 Validitas 2.7.1 Definisi dan Tujuan
Validitas merupakan syarat yang terpenting dalam suatu alat evaluasi. Suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika teknik evaluasi atau tes itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Misalnya diberikan soal dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar ditangkap maknanya, akhirnya siswa tidak dapat menjawab karena tidak memahami pertanyaan (Arikunto, 1999). Validitas bukanlah suatu ciri atau sifat yang mutlak dari suatu teknik evaluasi, ia merupakan suatu ciri yang relatif terhadap tujuan yang hendak dicapai oleh pembuat tes. Teknik yang sama dapat digunakan untuk beberapa tujuan yang berbeda dan validitasnya dapat berbeda-beda dari yang tinggi kepada yang rendah, bergantung pada tujuan (Arikunto, 1999). Suatu tes pengerjaan berhitung misalnya, dapat mempunyai validitas yang tinggi untuk menentukan siswa-siswa dalam kecakapannya mengerjakan berhitung. Validitas itu mungkin sedang atau cukup untuk mengukur kecakapan murid-murid dalam hitung dagang (business arithmetic). Dan mungkin juga tes tersebut mempunyai validitas yang rendah dalam mengukur atau meramalkan keberhasilan dalam aspek-aspek matematis dari suatu pelajaran ilmu alam yang akan datang. Oleh karena itu validitas harus ditentukan dengan tujuan yang akan dicapai dengan alat evaluasi itu (Arikunto, 1999). Jadi Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999).
2.7.2 Macam- Macam Validitas
Macam-macam validitas diantaranya : 1. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi (Content Validity) sering pula dinamakan validitas kurikulum yang mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang hendak diukur. Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan validitas adalah dengan mengkaji isi tes itu. Sebuah tes misalnya terdiri atas 25 soal penjumlahan dan pengurangan sangat baik digunakan untuk mengukur kemampuan matematika membandingkan dengan tes yang terdiri atas 10 soal tentang olah raga tetapi tidak ada hal-hal yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan. Validitas isi ditentukan dengan melihat apakah soal-soal yang digunakan telah menunjukkan sample atribut yang diukur (Fuadi. 2008). Salah satu cara untuk memperoleh validitas isi adalah dengan melihat soal-soal yang membentuk tes itu. Jika keseluruhan soal nampak mengukur apa yang seharusnya tes itu gunakan, maka tidak diragukan lagi bahwa validitas isi sudah terpenuhi(Fuadi. 2008). Dalam dunia pendidikan, sebuah tes dikatakan memiliki isi apabila mengukur sesuai dengan domain dan tujuan khusus tertentu yang sesuai dengan isi pelajaran yang telah diberikan di kelas. (Fuadi. 2008). Menurut Guion dalam Surapranta (2005) menjelaskan bahwa validitas isi hanya dapat ditentukan berdasarkan judgment para ahli. Prosedur yang dapat digunakan antara lain : a. Mendefinisikan domain yang hendak diukur. b. Menentukan domain yang akan diukur oleh masing-masing soal. c. Membandingkan masing-masing soal dengan domain yang sudah ditetapkan. Sekalipun prosedur ini nampak sederhana, tetapi dalam praktek terkadang sulit dilakukan. Kesulitan utama dalam prosedur isi adalah mendefinisikan domain yang hendak diukur. Misalnya dalam menentukan soal yang berkaitan dengan problem solving atau reasoning, beberapa ahli mungkin masih berdebat apakah suatu soal benar benar telah masuk dalam kategori problem solving atau reasoning. Hal yang paling penting adalah adanya kesempatan antara beberapa penulis tentang kemampuan yang diukur oleh suatu soal. (Fuadi. 2008).
2. Validitas Konkuren (Concurrent Validity)
Sebuah tes dapat dikatakan telah memiliki validitas konkuren apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama mampu menunjukkan dengan tepat akan adanya hubungan yang searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya (Fuadi. 2008). Validitas konkuren sering juga dikenal dengan validitas sama saat atau validitas ada sekarang. Dikatakan sama saat, sebab validitas tes itu ditentukan atas dasar data hasil tes yang pelaksanaannya dilakukan pada kurun waktu yang sama. Sedangkan dikatakan validitas ada sekarang, sebab istilah itu akan selalu dikaitkan dengan hal-hal yang telah ada atau hal-hal yang telah terjadi pada waktu yang lalu, sehingga data mengenai pengalaman masa lalu itu pada saat sekarang ini sudah ada di tangan (Fuadi. 2008).
3. Validitas Konstruk (Construct Validity) Konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat diamati dan diukur. Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila telah cocok dengan konstruksi teoritik dimana tes itu dibuat. Dengan kata lain sebuah tes dikatakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berfikir seperti yang diuraikan dalam standar kompetensi, yaitu kompetensi dasar maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum (Fuadi. 2008). Konstruksi yang dimaksud pada validitas ini bukanlah merupakan konstruksi seperti bangunan atau susunan, tetapi berupa rekaan psikologis yang berkaitan dengan aspek-aspek ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi (Fuadi. 2008). Untuk menentukan adanya construct validity, suatu tes dikorelasikan dengan suatu konsepsi atau teori. Items (butir soal) dalam tes tersebut harus sesuai dengan ciriciri yang disebutkan dalam konsepsi tadi, yaitu konsepsi tentang objek yang akan dites. Dengan kata lain, hasil-hasil tes itu disesuaikan dengan tujuan atau ciri-ciri tingkah laku (domain) yang hendak diukur(Fuadi. 2008).
4. Validitas Prediksi (Predictive Validity) Validitas prediksi adalah suatu kondisi yang menunjukkan seberapa jauh sebuah tes telah dapat menunjukkan kemampuannya dengan tepat untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada masa mendatang (Fuadi. 2008). Dengan kata lain, sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi apabila mempunyai kemampuan untuk memprediksikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tepat atau tidaknya prediksi tersebut dapat dilihat dari korelasi koefisien antara hasil tes itu dengan hasil alat ukur lain pada masa mendatang (Fuadi. 2008). Contoh sederhana misalnya, apa yang akan terjadi pada penerimaan peserta tes berdasarkan hasil tes seleksi setelah mereka lulus SMA. Peserta tes yang memiliki nilai yang bagus dites seleksi tersebut lalu diterima di perguruan tinggi, diperkirakan akan berhasil ketika mereka belajar di perguruan tinggi. Apabila hal itu terjadi, maka tes masuk perguruan tinggi tersebut dikatakan memiliki validitas prediksi yang b agus. Sebaliknya, apabila hasil di perguruan tinggi kurang baik, maka tes seleksi dimaksud tidak memiliki validitas yang bagus (Fuadi. 2008).
2.7.3 Pengukuran Validitas
Untuk melakukan uji validitas, metode yang kita lakukan adalah dengan mengukur korelasi antara butir-butir pertanyaan dengan skor pertan yaan secara keseluruhan. Tahap-tahap yang harus dilakukan untuk melakukan uji validitas: 1. Definisi 2. Melakukan uji coba pada beberapa responden. 3. Mempersiapkan tabel tubulasi jawaban 4. Menghitung nilai korelasi
Untuk menguji validitas instrumen digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu:
r xy: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N
: Jumlah responden
x
: skor-skor tiap butir soal untuk setiap individu
y
: skor total tiap siswa uji coba.
2.8 Reliabilitas 2.8.1 Definisi
Menurut Gronlund dan Linn (1990) Reliabilitas adalah ketepatan hasil yang diperoleh dari suatu pengukuran. Sedangkan menurut Sukadji (2000) Reliabilitas suatu tes adalah seberapa besar derajat tes mengukur secara konsisten sasaran yang diukur. Reliabilitas dinyatakan dalam bentuk angka, biasanya sebagai koefesien. Koefesien tinggi berarti reliabilitas tinggi. Menurut Suryabrata (2004) Reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan alat tersebut dapat dipercaya. Dari pengertian beberapa ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Reliabilitas data adalah derajat konsistensi data yang bersangkutan. Realibilitas berkenaan dengan pertanyaan, apakah suatu data dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu data dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Kegunaan dari reabilitas data adalah untuk mengetahui atau menunjukkan keajekan suatu tes dalam mengukur gejala yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda.
2.8.2 Tipe Reliabilitas
Berbagai tipe tersebut akan diuraikan sebagai berikut: 1. Relibalelitas Dengan Tes-Retes Reliabelitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-Retes menunjukkan variasi skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilaksanakan dua kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam mencari kejelasan bahwa skor siswa mencapai suatu tes pada waktu tertentu adalah sama hasilnya, ketika siswa itu dites lagi dengan tes yang sama. Dengan melakukan tes-retes tersebut. Seorang guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes mengukur apa yang ingin diukur (Sukardi, 2008). Sedangkan Arikunto (1997: 88) Metode tes ulang (tes-retes) dilakukan untuk menghindari dua penyusunan dua seri tes. Dalam menggunakan teknik atau metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tapi dicobakan dua kali. Oleh karena tesnya satu dan dicobakan dua kali, maka metode ini dapat disebut juga dengan single-test-doubletrial-method. Reliebelitas tes retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut: 1. Selenggarakan tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai dengan rencana. 2. Setelah selang waktu tertentu, misalnya satu minggu atau dua minggu, lakukan kembali tes yang sama dengan kelompok yang sama tersebut. 3. Korelasikan kedua hasil tes tersebut. Jika hasil koefisien menunjukkan tinggi, berarti reliabilias tes adalah ba gus. Sebaliknya, jika korelasi rendah, berarti tes tersebut mempunyai konsistensi rendah (Sukardi, 2008). 2. Reliabelitas Dengan Bentuk Ekivalensi Sesuai dengan namanya yaitu ekivalen, maka tes evaluasi yang hendak diukur reliabelitasnya dibuat identik dengan tes acuan. Setiap tampilannya, kecuali substansi item yang ada, dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaliknya mempunyai karate yang sama. Karakteristik yang dimaksud misalnya mengukur variabel yang sama, mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkat kesulitan dan mempunyai petunjuk, cara penskoran, dan interpretasi yang sama (Sukardi 2008).
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 87) tes paralel atau equivalent adalah dua buah tes yang mempunyai kesamaan tujuan, tingkat kesukaran dan susunan, tetapi butir-butirnya berbeda. Dalam istilah bahasa Inggris disebut Alternate-forms method (parallel forms). Tes reliabelitas secara ekivalen dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Tentukan sasaran yang hendak dites 2. Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut. 3. Administrasinya hasilnya secara baik. 4. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan yang kedua kalinya pada kelompok tersebut 5. Korelasikan kedua hasil skor tersebut (Sukardi, 2008). Perlu diketahui juga bahwa tes ekivalensi mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang secara esensial ekivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu terjadi kesalahan pengukuran (Sukardi, 2008). Pernyataan lain juga disampaikan oleh Arikunto (1997: 88) kelemahan dari metode ini adalah pengetes pekerjaannya berat karena harus menyusun dua seri tes. Lagi pula harus tersedia waktu yang lama untuk mencobakan dua kali tes. 3. Reliebilitas Dengan Bentuk Belah Dua Menurut Sukardi (2008: 47) Reliabilitas belah dua ini termasuk reliabilitas yang mengukur konsistensi internal. Yang dimaksud konsistensi internal adalah salah satu tipe reliabilitas yang didasarkan pada keajegan dalam setiap item tes evaluasi. Relibilitas belah dua ini pelaksanaanya hanya satu kali. Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut: 1.
Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran.
2.
Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan nomor genap pada kelompok tersebut.
3.
Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil.
4.
Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran (Sukardi, 2008).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut: a. Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur. b. Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable. c. Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. d. Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.
2.8.3 Pengukuran Reliabilitas
1.
Teknik tes-tes atau tes kesesuaian Dengan teknik ini menilai reliabilitas dengan cara mencari indeks kesesuaian kasar (crude indeks of agreement). Caranya adalah dengan mengulang penelitian dengan menggunakan alat yang sama dengan menggunakan responden sama dan dalam waktu yang tidak lama pula
2.
Teknik Kolerasi atau Teknik Pararel a. Dengan menggunakan teknik ini kita membuat dua alat pengukur (kuesioner) untuk mengukur aspek yang sama b. Kedua kuesioner tersebut di teskan terhadap sekelompok responden yang sama kemudian masing-masing pertanyaan pada kuesioner tersebut dicari atau dihitung validitasnya
c. Pertanyaan-pertanyaan dari kedua kuesioner tersebut yang tidak valid dibuang, yang valid dihitung skornya.
3.
Teknik Belah Dua a. Dengan menggunakan teknik ini alat pengukur (kuesioner) yang telah disusun atau di belah menjadi dua. b. Teknik ini berkehendak untuk menguji reliabilitas pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan berbentuk sekala, yang mempunyai hubungan satu sama lain c. Penilaian ini ditujukan untuk mengukur internal konsistensi pernyataan atau pertanyaan (Notoatmodjo, 2010).
2.9 Hubungan Validitas dan Reliabilitas
Ketepatan hasil pengukuran (reliabilitas) sangat diperlukan. Oleh karena itu, perlu alat ukur yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat (valid). Meskipun demikian, alat ukur yang mempunyai reliabilitas yang tinggi. Tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu alat ukur jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberi informasi yang salah tentang apa yang ingin diukur (Sugiono. 2007). Agar instrumen penelitian mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi, sebaiknya instrumen yang sudah dibuat diuji cobakan kepada populasi yang diteliti. Disamping itu, uji coba instrumen ini digunakan untuk membuang instrumen yang dirasa tidak perlu dan menggantinya dengan item pertanyaan yang lain, serta melakukan perbaikan redaksi bahasa dan isinya (Sugiono. 2007). Akan tetapi, ada cara terbaik untuk memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas untuk memenuhi tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi dalam pengambilan data, yaitu dengan menggunakan instrumen yang sudah baku. Instrumen ini telah tersedia dan dipakai oleh peneliti sebelumnya. Validitas dan reliabilitas dari instrumen ini tentunya telah teruji dan dapat dipertanggung jawabkan (Sugiono. 2007).
Perbedaan Validitas dan Reliabilitas dengan instrumen yang valid dan reliable
1. Validitas a. Menunjukkan sejauh mana suatu instrumen mengukur apa yang seharusnya diukur b. Bila Terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya pada objek yang diteliti a.
Contohnya: Jika objek berwarna merah, sedangkan data yang terkumpul berwarna putih, maka hasil penelitian tidak valid
c. Lebih menekankan pada alat pengukuran/pengamatan d. Tingkat sejauh mana pengukuran/ukuran yang diperoleh benar-benar merefleksikan apa yang ingin diukur.
2. Reliabilitas a. Menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur secara konsisten mengukur apa saja yang diukurnya b. Kesamaan hasil pengukuran dan pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur dan diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. a. Contohnya: Jika objek kemaren berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.
c. Penelitian dianggap dapat diandalkan bila memberikan hasil yang konsisten untuk pengukuran yang sama. Tidak bisa diandalkan bila pengukuran yang berulang itu memberikan hasil yang berbeda-beda. d. Tingkat sejauh mana pengukuran memberikan hasil yang sama (konsisten) dalam setiap observasi (Sugiono. 2007).
2.10 Etika Penelitian
Etika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita untuk merumuskanb
pedoman etis yang lebih
adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan karena adanya perubahan yang dinamis
dalam tata kehidupan masyarakat. Sedangkan etika dalam ranah penelitian lebih menunjuk pada prinsip-prinsip etis yang diterapkan dalam kegiatan penelitian (Notoatmodjo, 2010). 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity). Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta memiliki kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy). Beberapa tindakan yang terkait dengan prinsip menghormati harkat dan martabat manusia, adalah: peneliti mempersiapkan formulir persetujuan subyek (informed consent) yang terdiri dari: a. Penjelasan manfaat penelitian b. Penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan c. Penjelasan manfaat yang akan didapatkan d. Persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subyek berkaitan dengan prosedur penelitian e. Persetujuan subyek dapat mengundurkan diri kapan saja. f.
Jaminan anonimitas dan kerahasiaan.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and confidentiality) Setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada dasarnya penelitian akan memberikan akibat terbukanya informasi individu termasuk informasi yang bersifat pribadi. Sedangkan, tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti perlu memperhatikan hak-hak dasar individu tersebut. Dalam aplikasin ya, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas baik nama maupun alamat asal subyek dalam kuesioner dan alat ukur apapun untuk menjaga anonimitas dan kerahasiaan identitas subyek. Peneliti dapat menggunakan koding (inisial atau identification number) sebagai pengganti identitas responden. 3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness). Prinsip keterbukaan danadil perlu di jaga oleh penelitidengan kejujuran , keterbukaan, dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti dperlu di kondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur
penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitian memperoleh perlakuan yang sama. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek (nonmaleficence). Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stres tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stres, maupun kematian subyek penelitian (Notoatmodjo, 2010).
BAB III Konsep Mapping
Metode Penelitian
Fungsi
Tujuan
Jenis-Jenis
Langkah-Langkah Penelitian
Etika dalam Penelitian
Teknik Pengukuran
Validitas
Reliabilitas
Data
BAB IV PEMBAHASAN Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara
atau metode. Penelitian merupakan
suatu penyelidikan yang
sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisir untuk menyelidiki masalah tertentu1 yang memerlukan jawaban. Dimana Metodologi Penelitian mempunyai beberapa tujuan, fungsi, seta jenis-jenis metodologi penelitian. Dan perlu diketahuai hal-hal tersebut untuk mengetahui tujuan penelitian , fungsi penelitian, dan jenis penelitian yang akan di laksanakan. Penelitian yang baik harus sistimatis, artinya mengikuti langkah yang teratur. antara lain observasi, merumuskan masalah, study literatur, merumuskan hypotesis, mendisain penelitian, sampling, alat ukur, mengumpulkan data, analisa data, menyimpulkan hasil penelitian dan akhirnya menyususn laporan penelitian Dalam melaksanakan penelitian ktia perlu melaksanakan etika dalam melakukan penelitian karenaetika membantu manusia untuk melihat secara kritis moralitas yang dihayati masyarakat, etika juga membantu kita untuk merumuskan pedoman etis yang lebih adekuat dan norma-norma baru yang dibutuhkan. Setelah melakukan penelitian atau survei, peneliti akan memperoleh data, kemudian data tersebut di olah dengan teknik pengukuran, yang meliputi Validasi dan Reabilitas. Dan menghasilkan data yang valid, tepat, serta konsisten, dan selanjutnya menyusun laporan data untuk d komunikasikan kepada pihak yang bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung. Alfabeta Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogjakarta : Graha Ilmu. Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar . Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1990. Fuadi, Athok. Teknik Pengembangan Evaluasi. Ponorogo : STAIN Ponorogo Press, 2008. Purwanto, Ngalim. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1984. Bustan,2006. Pengantaran Epidemiologi. Jakarta : Rineka cipta