OLISIAN NEGA ARA REPUBLLIK INDONESIA KEPO DAERAH KALIMANTA AN TIMUR DIR REKTORAT REESERSE KRIM MINAL KHUSU US
STA ANDAR O OPERASI DAN PRO OSEDUR P) (SOP OLAH TTKP
Balikpaapan, Pe ebruari 20 013 1
B.
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR
PENANGANAN
DAN
PENGOLAHANTEMPAT KEJADIAN PERKARA (TKP). 1.
Dasar Hukum a.
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP;
b.
Undang-Undang No.2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara
Republik Indonesia; c.
Peraturan Kapolri No.14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;
2.
Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas penanganan dan Olah TKP dalam melaksanakan tindakan pertama tempat kejadian perkara (TPTKP) dan pengolahan TKP.
3.
Persiapan : a.
Anggota Tim Olah TKP : 1)
Anggota Polri;
2)
Penyidik / Penyidik Pembantu;
3)
memiliki mentalitas yang baik, teliti, ulet dan cermat;
4)
memiliki kemampuan teknik dan taktik pengolahan TKP;
5)
memiliki sikap keingintahuan dan responsif;
6)
menguasai perundang-undangan dan pengetahuan lainya;
7)
komunikatif dan humanis dalam pelaksanaan tugasnya;
8)
menguasai prosedur penanganan dan olah tempat kejadian perkara;
9) b.
mampu bekerjasama dalam tim;
Tim Olah TKP : 1)
Pengorganisasian a)
Ka Tim,
b)
Penyidik,
c)
Personil Inafis
d)
Personil Labfor (apabila di kesatuan ada pengemban fungsi labfor)
e)
Instansi terkait ( Distamben, BP Migas, Kehutanan, Dinas Perkebunan, dll)
2)
Tugas dan Tanggung Jawab a)
Ka Tim (1)
Memberikan APP kepada anggota Tim Olah TKP
(2)
Mengecek kesiapan personil dan peralatan Olah TKP
(3)
Mengkoordinasikan pelaksanaan olah TKP baik antar anggota maupun fungsi/instansi terkait.
(4)
Mengawasi pelaksanaan Olah TKP yang dilakukan oleh masing-masing anggota Tim.
(5)
Membuat
dan
menandatangani
Berita
Acara
Penanganan Olah TKP. (6)
Melaporkan
pelaksanaan
Olah
TKP
kepada
Pimpinan secara berjenjang. (7)
Berkoordinasi dengan Fungsi Lain yang berkaitan dengan pengamanan TKP.
(8)
Melakukan Konsolidasi setelah melakukan olah TKP sebelum meninggalkan TKP
b)
Penyidik (1)
Mencari dan menemukan Barang Bukti.
(2)
Menhitung/menimbang/mengukur dan mendatakan Barang Bukti.
(3)
Menyita dan memberi label Barang Bukti.
(4)
Mencari informasi dari saksi-saksi yang ada di TKP.
(5)
Melakukan pemasangan dan Pembukaan Police Line.
c)
Personil Inafis (1)
Memfoto TKP secara Umum.
(2)
Memfoto detail Barang Bukti.
(3)
Mengambil sidik jari laten (bila ditemukan).
(4)
Mengambil foto, membuat sinyalemen dan sidik jari tersangka (AK-27).
(5)
Menyerahkan hasil pelaksaan kegiatan kepada Ketua Tim.
d)
Instansi Terkait (1)
Melakukan identifikasi barang bukti di TKP.
(2)
Melakukan pemetaan, pengukuran TKP ( pembuatan peta, berita acara hasil pemeriksaan di lapangan)
(3) b.
Pengambilan sampel barang bukti
Sarana dan Prasarana : 1)
Police Line (Garis Polisi)
2)
Tas Kit;
3)
Kompas;
4)
Sarung tangan;
5)
Alat Pengukur jarak (meteran);
6)
Alat pemotret;
7)
Senjata api, borgol, pisau/gunting;
8)
Tali, kapur tulis, label dan lak;
9)
Alat pembungkus barang bukti seperti : a)
Kertas sampul warna coklat;
b)
Kantong plastik berbagai ukuran;
c)
Tabung plastik berbagai ukuran;
d)
Amplop.Perlengkapan PPPK;
10) Buku catatan, kertas dan alat tulis untuk membuat sketsa; 11) Peralatan lainnya yang dianggap perlu disesuaikan dengan situasi TKP dan jenis kasus tindak pidana yang terjadi. 12) GPS (Global Positioning System) 13) Alat sonding bahan bakar minyak 4.
Prosedur Pelaksanaan a.
Perencanaan Penanganan TKP Ka Tim Olah TKP dilaksanakan,
menyusun rangkaian kegiatan yang akan
mengawasi
pelaksanaan pengolahan TKP.
dan
mengendalikan
tim
dalam
b.
Pengorganisasian Penunjukan dan Pembagian Tugas kepada anggota Tim penangan dan olah TKP sesuai dengan ke ahlian masing-masing.
c.
Pelaksanaan Penanganan TKP 1)
Apabila sudah dilakukan TP TKP, tindakan selanjutnya : a)
menyempurnakan
penutupan
dan
pengamananTKP
(mempertahankan status quo) dengan meminta bantuan unsur-unsur Samapta lainnya. b)
Melakukan penggeledahan dan menyita barang-barang yang ditemukan dari tersangka.
c)
Mengamankan tersangka/pelaku, mengamankan Barang Bukti di TKP dan memasang garis polisi .
d)
Memisahkan tersangka dan saksi yang berada di TKP dengan
maksud
agar
tidak
saling
mempengaruhi,
sehingga menyulitkan dalam mendapatkan keterangan yang sebenarnya (Obyektif) e)
Mencari,
mengumpulkan
identitasnya
serta
saksi-saksi
merintahkan
dan
untuk
mencatat
tetap
tinggal
ditempat(yang ditentukan) guna diminta keterangannya. f)
Atas nama Kepala Kesatuan setempat selaku Penyidik, membuat dan menanda tangani
permintaan Visum Et
Repertum. g)
Membuat sketsa kasar (tanda skala) TKP dan membuat laporan, serta Berita Acara Pemeriksaan di TKP.
a)
Menutup dan mengamankan TKP, pertahankan status quo (posisi semula) dan bila perlukan dengan bantuan unsurunsur Samapta lainnya, melakukan tindakan-tindakan : (1)
Membuat batas di TKP dengan tali
atau alat lain
dimulai dari jalan yang diperkirakan merupakan arah masuknya pelaku, atau
tempat
yang
melingkar sekitar letak korban dapat
diperkirakan
didapatkan barang-barang bukti, diperkirakan merupakan
kemudian yang
arah keluarnya pelaku
meninggalkan TKP dan memberikan keluar masuknya pelaku.
akan
tanda arah
(2)
Mengamankan tersangka / pelaku dan saksi serta mengumpulkannya pada tempat diluar batas yang telah dibuat.
(3)
Memisahkan saksi dan tersangka atau dengan maksud agar tidak saling mempengaruhi, sehingga menyulitkan dalam mendapatkan keterangan yang sebenarnya (obyektif).
(4)
an. Mencari dan mengumpulkan saksi-saksi serta mencari identitasnya
dan diperintahkan untuk
tinggal ditempat diluar batas-batas yang dibuat guna diminta keterangannya. (5)
Mengamankan semua barang bukti.
(6)
Memberitahukan keluarga korban.
(7)
membuat sketsa kasar dan catatan kejadian sebagai bahan lapor
2)
Apabila Tim penanganan dan olah TKP
ataupun kesatuan
tersebut menerima laporan atau mengetahui atau mendapatkan informasi tentang terjadinya kasus penting/menonjol yang memerlukan tindakan segera, maka Tim olah TKP: a)
Segera
melaporkan
kejadiannya
kepada
Kepala
Kesatuan. b)
Segera menghubungi piket Reserse kriminal/ reserse criminal khusus dan Tim penanganan olah TKP untuk melakukan tindakan Olah TKP
c)
Bersama-sama
dengan
piket
fungsi
dibawah
pengendalinya segera melakukan TP TKP. d)
Melakukan koordinasi di TKP dalam rangka penanganan TKP.
e)
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait sesuai dengan kewenangannya.
d.
Pelaksanaan Pengolahan TKP Pengolahan TKP bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan keterangan,
petunjuk,
barang
bukti,
tersangka
dan
untuk
kepentingan penyelidikan selanjutnya, mencari hubungan antara, tersangka, barang bukti dan memperoleh modus operandi tindak pidana yang terjadi dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1)
Tim pengolahan TKP setelah menerima pemberitahuan dari Tim penanganan TKP
atau memonitor adanya suatu tindak
pidana di suatu tempat, dengan mempersiapkan segala sesuatunya segera datang ke TKP bersama unsur Bantuan Tehnis. 2)
Pengamatan
Umum
(general
Observation),
Melakukan
pengamatan yang diarahkan terhadap hal-hal/obyek-obyek : a)
Jalan masuk/keluarnya Si pelaku.
b)
Adanya kejanggalan-kejanggalan yang didapati di TKP dan sekitarnya.
c)
Keadaan cuaca waktu kejadian.
d)
Alat-alat yang mungkin dipergunakan/ditinggal oleh Si pelaku.
e)
Tanda-tanda/bekas perlawanan/kekerasan.
f)
Hasil pengamatan tersebut diatas
dimaksudkan untuk
dapat memperkirakan modus operandi, motif, waktu kejadian dan menentukan langkah-langkah mana yang harus didahulukan (prioritas tindakan). 3)
Pemotretan dan pembuatan sketsa. a)
Pemotretan. (1)
Pemotretan dilakukan dengan maksud untuk : (a)
Mengabadikan situasi TKP termasuk korban dan barang bukti lain pada saat ditemukan.
(b)
Memberikan gambaran nyata tentang situasi dan kondisi TKP.
(c)
Membantu
dan
melengkapi
kekurangan-
kekurangan dalam pengolahan TKP termasuk kekurangan-kekurangan dalam pencatatan dan pembuatan sketsa.
(2)
Obyek pemotretan. (a)
TKP secara keseluruhan dan berbagai sudut.
(b)
Detail/Close up terhadap setiap obyek dalam TKP
yang
diperlukan
untuk
penyidikan
(digunakan skala/penggaris, dapat dilakukan bersama dengan penanganan barang bukti). (3)
Membuat catatan
sebagai penjelasan
hasil
pemotretan, yang memuat : (a)
Hari,
tanggal,
bulan,
Tahun
dan
jam
pemotretan. (b)
Merk dan type kamera, lensa dan film.
(c)
Speed kamera dan diafragma.
(d)
Sumber cahaya.
(e)
Filter yang digunakan
(f)
Jarak kamera terhadap obyek
(dilengkapi
sketsa kasar TKP yang memuat letak kamera dan obyek yang dipotret). (g)
Tinggi kamera.
(h)
Nama, Pangkat, NRP petugas yang melakukan pemotretan.
b)
Pembuatan sketsa. (1)
Sketsa
dibuat
dengan
maksud
untuk
menggambarkan TKP dan sebagai bahan untuk mengadakan rekonstruksi. (2)
Sebagai lampiran Berita Acara Pemeriksaan di TKP, maka pembuatan sketsa tersebut dilakukan sebagai berikut : (a)
Mempergunakan
kertas
berukuran
(kertas
milimeter) (b)
Menentukan tanda/arah utara kompas.
(c)
Dibuat dengan skala.
(d)
Untuk setiap obyek diberi tanda dengan huruf balok dan dijelaskan pada keterangan gambar.
(e)
Mengukur jarak benda-benda bergerak dengan cara menghubungkan 2 buah titik pada benda-
benda
tidak bergerak yang dipergunakan
sebagai patokan. (f)
(1)
Untuk otentifikasi sketsa dicantumkan : -
Nama pembuat
-
Tanggal pembuatan
-
Peristiwa apa.
-
Dimana terjadi.
memberikan tanda garis pada letak posisi mayat sebelum dikirim ke Rumah Sakit.
(2)
Setelah diambil sidik jarinya segera dikirim ke rumah sakit untuk dimintakan Visum Et Repertum dengan terlebih dahulu diberi label pada ibu jari kakinya atau bagian tubuh lain. (Pengambilan sidik jari dapat dilakukan di rumah sakit, juga identitasnya)
a)
Penanganan terhadap Saksi : (1)
Melakukan
interview/wawancara
dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada orangorang
/
melihat,
pihak-pihak mendengar
yang dan
diperkirakan/diduga
mengetahui
kejadian
tersebut. (2)
Berdasarkan keterangan-keterangan yang didapat dari hasil interview yang dilakukan dapat diperoleh beberapa orang yang dapat digolongkan sebagai saksi
atau
orang-orang
yang
diduga
sebagai
tersangka. (3)
Melakukan pemeriksaan singkat terhadap saksi dan orang-orang yang diduga sebagai tersangka guna mendapatkan keterangan dan
petunjuk-petunjuk
lebih lanjut. b)
Penanganan terhadap Pelaku (1)
Melakukan penangkapan, penggeledahan badan dan pengamanannya.
(2)
Meneliti dan mengamankan bukti-bukti yang terdapat pada pelaku dan atau melekat pada pakaiannya.
(3)
Melakukan pemeriksaan singkat untuk memperoleh
keterangan sementara mengenai hal-hal baik yang dilakukannya sendiri maupun keterlibatan orang lain sehubungan dengan kejadian. 4)
Penanganan barang bukti secara Umum. a)
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penanganan barang bukti : (1)
Setiap terjadi kontak fisik antara dua obyek akan selalu terjadi pemindahan material
dari masing-
masing obyek, walaupun jumlahnya mungkin sangat kecil/sedikit. Karenanya pelaku pasti meninggalkan jejak/bekas di TKP dan atau pada tubuh korban. (2)
Makin jarang dan tidak wajar suatu barang ditempat kejadian, makin tinggi nilainya sebagai barang bukti.
(3)
Barang-barang
yang
umum
terdapat
akan
mempunyai nilai tinggi sebagai barang bukti bila terdapat karakteristik yang tidak umum dari barang tersebut. (4)
Harus selalu beranggapan bahwa barang yang tidak berarti bagi kita, mungkin sangat berharga sebagai barang bukti bagi orang yang ahli.
(5)
Barang-barang yang dikumpulkan apabila diperoleh secara
bersama-sama
dan
sebanyak
mungkin
macamnya serta dihubungkan satu sama lain dapat menghasilkan bukti yang berharga. b)
Pencarian Barang Bukti. (1)
Dilakukan di TKP dan sekitarnya apabila perlu dengan
disertai
penggeledahan
badan,
yang
dilaksanakan secara teliti, cermat dan tekun. (2)
terhadap barang bukti yang sulit diketemukan oleh petugas Polri di lapangan maka sejak tahap pengolahan
TKP
sampai
dengan
pemeriksaan
secara ilmiah sebaiknya dilakukan oleh pemeriksa ahli dan identifikasi, Labfor, Dokpol sesuai dengan bidang tugasnya.
(3)
Pe encarian barang b bu ukti dapat dilakukan n dengan n me etode seba agai beriku ut :(tergantung kond disi tempatt dan jumlah petugas). p (a))
Metode e Spiral (Sp piral Metod dha) -
Ca aranya 3 orang pe etugas me enjelajahi
tempat
atau a lebih h
kejadian,
masing--
ma asing berd deret kebellakang (ya ang satu dii be elakang
y yang
lain)
deng gan
jarakk
tertentu, ke emudian b bergerak mengikutii be entuk spira al berputar kearah da alam -
Me etode ini baik b untuk d daerah yan ng lapang, be ersemak attau berhuta an.
(b))
Metode e Zone (Zone Method dhe) -
Ca aranya
:
luasnya
tempat
kejadian n
pe erkara diba agi menjad di empat ba agian dan n da ari tiap ba agian
dib bagi-bagi menjadi m 4
ba agian. Un ntuk tiaqp p-tiap 1/16 bagian n tersebut ditunjuk 2 sampai 4 orang g pe etugas untu uk mengge eledahnya.. -
Me etode ini baik b untukk pekarang gan rumah h ata au tempat tertutup.
(c))
Metode e Strip dan metode e strip gan nda (Strip p metode e and doub ble strip me etode) -
Ca aranya 3 orang o petu ugas masin ng-masing g be erdampinga an yang satu dengan yang g laiin dalam jarak yang g sama da an tertentu u (se ejajar) kem mudian be ergerak serrentak darii
sisi lebar yang satu ke sisi yang lain di tempat kejadian perkara. -
Apabila dalam gerakan tersebut sampai di ujung sisi lebar yang lain maka masingmasing berputar ke arah semula.
-
Metode ini baik untuk daerah yang berlereng.
(d)
Metode Roda (Wheel Methode) −
Caranya
beberapa
bersama-sama titik
petugas
bergerak
kearah luar dimulai dari
tengan tempat kejadian, dimana
masing-masing petugas menuju ke arah sasarannya
sendiri-sendiri
sehingga
merupakan arah delapan penjuru angin. −
(e)
Metode ini baik untuk ruangan (Hall).
Metode kotak yang diperluas. Dimulai dari titik tengah TKP dalam bentuk kotak sesuai kekuatan personil yang kemudian dapat dikembangkan/diperluas sesuai dengan kebutuhan ditangani.
sampai
seluruh
TKP
dapat
c)
Pengambilan dan pengumpulan barang bukti. (1)
Pengambilan dan pengumpulan barang bukti harus dilakukan dengan cara
yang benar disesuaikan
dengan bentuk/macam barang bukti yang akan diambil/dikumpulkan
yang dapat berupa benda
padat, cair dan gas. (2)
Pengambilan dan pengumpulan barang bukti dalam kasus-kasus : (a)
Tindak pidana dengan/disertai pembongkaran dan memasuki tempat tertutup. -
-
Pada jalur masuk / keluar pelaku. •
Bekas ban kendaraan.
•
Bekas kaki/sepatu/sandal.
Ceceran puntung/bungkus rokok, sandal, sapu tangan dll.
-
Tetesan/bekas tetesan darah.
-
Pada
tempat
masuk/keluar
(jendela,
pintu). •
Sidik Jari.
•
Bekas kaki.
•
Bekas
alat
linggis
dll)
pembongkar
(obeng,
•
Rambut
•
Bekas kaki
•
Bekas gigitan pada makanan/buahbuahan
•
Darah
•
Peluru, senjata tajam/senjata api, tali alat pemukul dan lain-lain.
-
Pada korban mati : •
Darah
•
Pakaian
•
Bekas-bekas
perlawanan
seperti
rambut, hasil goresan kuku, serat pakaian. •
Luka-luka atau cidera pada korban
•
Benda-benda asing bukan berasal dari tubuh
•
pengambilan sidik
jari pada kulit
tangan, badan dan bekas cekikan pada leher. -
Pada
pelaku/orang
yang
dicurigai
(termasuk tempat kediamannya) •
Darah
•
Pakaian-pakaian, sepatu, (termasuk
rumput,
tanah
sandal yang
melekat) •
Sidik jari, cakaran kuku dan bekas gigitan
•
Rambut dan bekas-bekas luka
•
kendaraan tersangka
•
Alat-alat senjata yang ada kaitannya dengan
pelaku/tersangka
yang
dicurigai. (b)
Pembakaran
(kebakaran
yang
disengaja),
Kebakaran (kelalaian), antara lain harus diambil dan dikumpulkan barang bukti sebagai berikut : -
Di jalur mendekat/keluar : •
Ceceran bahan bakar minyak tanah, bensin, thiner dan lain-lain.
•
Ceceran alat pembakar korek api, kayu, kain,.
•
Ceceran
tempat
bahan
bakar
:
kaleng, botol kaca/plastik •
Jejak
kaki/sepatu/sandal,
puntung
rokok -
Di TKP •
Bekas/sisa
bahan
bakar
minyaktanah,bensin,thiner,
:
bahan
peledak •
Bekas/sisa obat pembakar korek api, detonator?fuse.
•
Potongan
kawat
sambungannya
listrik
tidak
yang
sempurna,
sekering dan kotak sekering •
Sambungan
pipa
gas/klep
pengaman yang bocor. •
Gas, sisa/hasil bakar/media bakar
•
Sisa kompor/lampu/obat nyamuk/alat bakar.
-
Pada
tersangka
(terrmasuk
tempat
kediamannya). •
Bekas/sisa dan bau bahan bakar.
•
Sisa alat pembakar
•
Rokok
•
Obat-obatan/racun(pada badan/pakaian)
-
Di TKP •
Obat-obatan berbahaya (daftar G)
•
Sisa Makanan/minuman
•
Sisa racun termasuk racun tikus/ serangga/ tumbuh-tumbuhan
• -
Desinfektan (karbol, glysol)
Pada Tersangka •
Obat-obatan berbahaya (daftar G)
•
Sisa racun.
(c)
Kejahatan susila -
Pada korban. •
Noda darah, sperma
•
Rambut, serat pakaian
•
Pakaian termasuk pakaian dalam
•
Bekas-bekas perlawanan seperti : benda-benda
yang
melekat
dikuku/tangan. -
Di TKP •
Noda darah, sperma
•
Sidik jari, bekas kaki
•
Rambut, tanah yang tercecer
•
Barang-barang yang tertinggal dari pelaku seperti : sapu tangan, kertaskertas, puntung rokok, korek api, botol
minuman.obat-obatan
bius,senjata tajam/api,alat pengikat • (d)
Bekas-bekas perlawanan
Kecelakaan lalu lintas (sengaja atau tidak, termasuk tabrak lari) -
Pada Korban : (termasuk kendaraan miliknya). •
Barang/benda yang terpindah dari kendaraan
bermotor, seperti : cat
mobil, minyak oli dan rem, pecahan kaca,
bekas
bau
pada
pakaian
korban. • -
Pakaian korban
Di TKP •
Bekas rem dan jejak-jejak lain dari kendaraan
•
Cat mobil, minyak oli, pecahan kaca.
•
Pecahan-pecahan
kaca
dari
kendaraan bermotor. -
Pada kendaraan bermotor yang dicurigai.
•
Barang yang terpindah dari korban atau kendaraannya pakaian,
darah
seperti : serta kering,
rambut,
daging/kulit korban. •
Bekas kerusakan yang baru terjadi, contoh : Cat Mobil, minyak oli dan rem serta kaca.
a)
Senjata api yang diperkirakan terdapat sidik jari. (1)
Pungutlah
senjata
api
tersebut
dengan
menggunakan ujung ibu jari dan jari telunjuk pada bagian
pelindung
penarik,
kemudian
angkat
perlahan-lahan. (2)
Letakkan senjata apui tersebut pada sehelai karton yang tebal, ikat dengan benang atau tali yang cukup kuat pada bagian-bagian pemegang dan pangkal larasnya.
(3)
Apabila pada ujung laras senjata api didapat bekasbekas sobekan kain, rambut maka ini harus dijaga jangan sampai rusak atau hilang.
(4)
Pada ujung laras hendaknya ditutup dengan kertas dan diikat agar tidak kemasukan kotoran.
(5)
Masukan senjata api tersebut pada sebuah kotak yang sesuai ukurannya agar tidak dapat bergerak.
(6) b)
Kemudian tutup, bungkus segel dan beri label.
Anak peluru (bullet) yang ditemukan di TKP. (1)
Ambil dengan hati-hati menggunakan telunjuk dan ibu jari pada kedua ujung anak peluru tersebut dan jangan sampai menambah goresasn.
c)
Mesiu/serbuk. (1)
Parafin/lilin yang telah dicairkan, balutkan atau tumpahkan pada bagian yang terdapat mesiunya.
(2)
Setelah kering (padat kembali) buka parafin tersebut dan masukkan
pada kantong plastik yang bersih
dan segel. (3)
Bungkus, segel dan beri label.
d)
Peluru yang belum terpakai. (1)
Sama dengan anak peluru dan selongsong.
(2)
Jika masih terdapat dalam silinder, supaya dibiarkan dan jangan dikeluarkan.
(3)
Jika masih terdapat dalam magazen maka magazen tersebut harus dikeluarkan dari senjatanya, dengan menggunakan alas sapu tangan
dan jangan
merusaki menghilangkan sidik jari yang mungkin terdapat pada senjatanya. (4) e)
Bungkus, segel dan beri label.
Pecahan logam, peluru/serpihan (bahan peledak, kaca dll) (1)
Membungkus secara terpisah baik menurut jenisnya, waktu maupun tempat diketemukannya.
(2)
Pengambilan dan pengumpulannya
seperti pada
anak peluru. (3) f)
Bungkus, segel dan beri label.
Pakaian si Korban. (1)
Dibungkus tersendiri terutama bila ada lobang peluru,
sobek karena pisau, noda darah, sperma
pada pakaian tersebut. (2) g)
Bungkus, segel dan beri label.
Dokumen atau surat (1)
Semua dokumen yang ada hubungannya tindak
pidana
dan
yang
disita
dengan
harus
dijaga
keasliannya. (2)
Jangan sampai terjadi kerusakan-kerusakan
yang
ditimbulkan akibat kecerobohan cara mengambil, mengumpulkan dan menyimpannya. (3)
Lipatlah sesuai dengan lipatan aslinya.
(4)
Jangan
mengadakan
coretan-coretan
pada
dokumen tersebut. (5)
Jika hendak memberi tanda/code berikan pada sampul dimana dokumen tersebut disimpan.
(6)
Simpanlah cellopane.
dokumen
dalam
sampul/amplop
(7)
kemudian dibungkus diikat, diberi label dan segel. (a)
Jumlah besar. Pindahkan darah yang tergenang itu kedalam botol/bejana
dengan
menggunakan
pipet,
tambahkan cairan saline kedalamnya kira-kira 1/5 dari jumlah darahnya, tutup rapat, bungkus, beri label dan segel.Bekas genangan agar dibungkus. (1)
Darah basah yang diketemukan pada benda keras antara lain ubin, besi dan batu. (a)
Jumlah kecil. Usahakan memindahkan sebanyak mungkin darah
tersebut
didalam
botol
yang
bersih.Berikan cairan saline sejumlah 1.5 dari darah yang ada.Tutup yang rapat, bungkus, beri
label
dan
segel.Sisanya
biarkan
mengering, kemudian korek dengan pisau/silet secukupnya. Masukkan dalam lipatan kertas putih, masukan dalam amplop, beri label dan segel. (b)
Jumlah besar. Contoh darah yang diambil dalam jumlah yang lebih banyak.Caranya sama dengan pada jumlah yang kecil.
(2)
Darah kering yang diketemukan pada benda keras antara lain ubin, besi dan batu. (a)
Jumlah kecil. Kerik
seluruhnya,
bejana/botol.
masukan
Tuangkan
cairan
kedalam saline
secukupnya dan botol ditutup rapat. Bungkus, beri label dan segel. (b)
Jumlah besar. Keriklah sebanyak mungkin dengan pisau/silet. Masukkan
kedalam
bejana/botol,
tuangkan
cairan saline secukupnya. Tutup rapat, bungkus beri label dan segel.Sisanya masukan dalam lipatan kertas putih, masukan dalam amplop beri label dan segel. (c)
Cairan yang lain. Cara pengambilan dan pengawetan dilakukan sama dengan
dapat
cara pengambilan
darah dan sperma. h)
Sisa makanan/muntahan makanan. Pindahkan kedalam botol /kantong plastik yang diangkat dengan
cara menggunakan sendok atau
alat lain
kemudian ditutup/diikat dan disegel. i)
Jejak jari. (1)
Jejak jari latent (jejak jari yang perlu dikembangkan terlebih dahulu sebelum dapat dilihat),
jenis ini
merupakan jejak jari terbanyak yang dapat dijumpai di TKP. (2)
Jejak jari ini sangat tinggi nilai buktinya, dalam suatu perkara pidana karena : (a)
Tidak ada orang yang memiliki sidik jari yang sama.
(3)
(b)
Sidik jari tidak pernah berubah seumur hidup.
(c)
Sidik jari dapat dirumus.
cara pengambilan jejak jari yang ditemukan di TKP dilakukan sebagai berikut : (a)
Potret jejak jari yang ditemukan harus dikembangkan
(bila latent
terlebih dahulu dengan
metode serbuk atau metode kimia) (b)
Angkat (lifting), jejak jari yang ditemukan dengan lifter bagi jejak jari latent yang telah dikembangkan
dengan
serbuk,
kemudian
tempelkan pada kartu “pendapatan sidik jari di TKP” (c)
Cetak jejak jari plastik yang ditemukan dengan silikon dan turunkan hasil cetakannya
dalam
kotak yang sesuai dengan ukurannya. (d)
Bagi jejak jari nyata, usahakan untuk dikirim bersama benda/barang, dimana ia melekat.
(e)
Bila barang/benda tersebut terlalu besar untuk dibawa seluruhnya, lakukan pemotongan dan potongan benda / benda tersebutlah harus dikirimkan
yang
(dipertimbangkan baik-baik
kepentingannya karena anda selaku petugas terpaksa melakukan pengrusakan atas milik seseorang). j)
Jejak alat/perkakas (tool marks) (1)
Alat-alat/perkakas yang digunakan dalam kejahatan, hampir selalu meninggalkan bekas di TKP.
(2)
Pada
umumnya
berupa
lekukan pada benda-benda
goresan-goresan
atau
tertentu yang menjadi
sasaran kejahatan. (3)
Jejak/jejak alat/perkakas ini membawa segala ciri atau tanda tanda-tanda istimewa yang ada pada alat perkakas aslinya (obeng yang telah rusak ujungnya, meninggalkan jejak bekas yang berbeda dengan obeng lain yang masih baru atau yang kerusakannya berbeda.
(4)
Cara mengambil jejak alat / perkakas ini dengan cara menuangkan/mencetaknya dengan silikon.
k)
Jejak kaki, sepatu, ban mobil (1)
Diatas permukaan tanah yang lembek gembur, atau berpasir injakan kaki sepatu dan gilasan
roda
kendaraan meninggalkan bekas, berupa cetakan dari pada bentuk asalnya. (2)
Jejak-jejak ini merupakan alat bukti yang dapat menunjang pengungkapan suatu tindak pidana, karena dapat dilakukan perbandingan antara jejak yang ditemukan kemudian didalam penyidikan.
(3)
Cara
pengambilan
jejak
ini
adalah
mencetak/menuangnya dengan gips.
dengan
l)
Pengambilan dan pengumpulan barang bukti gas. (1)
Berhubung cara-cara pengambilan dan pengawetan sukar dilakukan, lebih-lebih banyak jenis gas yang sangat membahayakan manusia dan makhluk hidup lainnya maka dalam pemeriksaan harus didatangkan ahli.
(2)
yang dapat dilakukan oleh petugas lapangan dengan memperhatikan bahaya yang mungkin ada,
bila
mungkin yaitu dengan mengumpulkan gas termasuk gas hasil kebakaran dengan cara mengumpulkan dalam kantong plastik atau nilon (yang tidak tembus udara) di beberapa tempat TKP sebagai sampel. a)
Pemeriksaan barang bukti perangkat komputer wajib memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut: (1)
Penanganan barang bukti komputer, yang berkaitan dengan data yang tersimpan dalam harddisk atau penyimpanan
adat
(storage)
lain,
dari
sejak
penanganan pertama harus sesuai dengan tata cara yang berlaku, karena barang bukti memiliki sifat yang mudah hilang/berubah (volatile), dan bila penyidik tidak memahami tata cara penyitaan barang bukti komputer, dapat meminta bantuan Labfor Polri; (2)
Barang bukti dikirimkan secara lengkap dengan seluruh sistemnya;
(3)
Barang bukti dibungkus, diikat, dilak, disegel dan diberi label; dan
(4)
Pengiriman barang bukti ke Labfor Polri dapat melalui pos paket atau kurir.
b)
Tata cara penyitaan barang bukti komputer yang sedang digunakan untuk melakukan kejahatan adalah sebagai berikut: (1)
Mematikan aktivitas komputer dari server untuk komputer yang terhubung dengan network;
(2)
Mencabut kabel input komputer dari sumber arus listrik sebelum komputer di shut down (mematikan
secara kasar), untuk laptop/notebook dicabut pula baterainya; (3)
Mematikan saklar pasokan listrik dan segel saklar itu untuk menghindari menghidupkantanpa sengaja;
(4)
Mencatat
spesifikasi
komputer
dan
peralatan
input/output (I/O) yang terpasang pada komputer itu; (5)
Mencabut semua kabel yang terpasang pada komputer dan I/O-nya, masing-masing diberi tanda yang
berbeda
agar
memudahkan
pada
pemasangannya kembali; (6)
Menyita barang bukti lain yang ada hubungannya dengan komputer, antara lain disket, CD/DVD, magnetic tape, memory card, flash disk, external hard disk, dan buku petunjuk ;
(7)
Mencatat tanggal dan waktu penyitaan; dan
(8)
Memperlakukan
barang
bukti
dengan
hati-hati
seperti barang pecah pada saat pengangkutan. c)
Tata cara penyitaan barang bukti komputer yang sudah dimatikan adalah : (1)
Mencari
informasi
kapan
komputer
digunakan
tersangka untuk melakukan kejahatannya; (2)
Mencari keterangan mengenai pengunaan komputer yang dijadikan sebagai barang bukti sesudah digunakan untuk melakukan kejahatan; dan
(3)
Mematikan saklar pasokan listrik dan segel saklar itu untuk menghindari menghidupkantanpa sengaja;
(4)
Mencatat
spesifikasi
komputer
dan
peralatan
input/output (I/O) yang terpasang pada komputer itu; (5)
Mencabut semua kabel yang terpasang pada komputer dan I/O-nya, masing-masing diberi tanda yang
berbeda
agar
memudahkan
pada
pemasangannya kembali; (6)
Menyita barang bukri lain yang ada hubungannya dengan komputer, seperti disket, CD/DVD, magnetic
tape, memory card, flash disk, external harddisk, dan buku petunjuk ; (7)
Mencatat tanggal dan waktu penyitaan; dan
(8)
Memperlakukan
barang
bukti
dengan
hati-hati
seperti barang pecah pada saat pengangkutan. Selain
pemeriksaan
secara
laboratoris
yang
dilakukan oleh Unit Cyber Crime Bareskrim Mabes, penyidik dapat memeriksakan kepada Laboratorium Forensik Mabes Polri dengan memenuhi persyaratan formal sebagai berikut : (a)
permintaan
tertulis
dari
kepala
kesatuan
kewilayahan atau kepala/pimpinan instansi; (b)
laporan polisi;
(c)
BAP saksi/tersangka atau laporan kemajuan;
(d)
BA
pengambilan,
penyitaan
dan
pembungkusan barang bukti. d)
Terhadap para tersangka agar dilakukan pemeriksaan dengan beberapa hal yang perlu ditanyakan: (1)
identitas lengkap;
(2)
riwayat hidupnya;
(3)
Kronologi perbuatan tersangka dalam hal melakukan perjudian melalui media elektronik.
(4)
kemampuan
menjalankan
komputer,gadget
dan
media elektronik yang terhubung dengan Internet dan lain-lain sesuai dengan kasus; (5)
Para
tersangka
yang
memenuhi
ketentuan ditahan sesuai
unsur
dalam
KUH
Acara
dengan
Pidana. (6)
Para saksi yang mungkin sekaligus tersangka diperiksa dan hasilnya dituangkan dalam berita acara yang memenuhi persyaratan formal dan materiel. Hal yang perlu dipertanyakan: (a)
Proses saling mengenal dengan tersangka;
(b)
jumlah
karyawan
tugasnya;
perjudian
on-line
dan
(c) e)
dan lain-lain sesuai dengan kasus;
Setelah melakukan rangkaian pemeriksaan terhadap barang bukti, penyidik meminta keterangan kepada saksi ahli dari Depkominfo: (1)
kepada ahli bidang hukum khusus UU ITE tentang pemenuhan unsur-unsur pasal yang disangkakan;
(2)
kepada ahli secara teknis tentang permasalahan yang disangkakan;
f)
setelah mempunyai alat bukti yang sah dari pemeriksaan secara laboratoris terhadap barang bukti digital alat bukti lain yang secara keseluruhan dituangkan dalam Berita Acara Pengolahan TKP, penyidik melanjutkan penyidikan dengan melengkapi berkas dan melakukan serangkaian penyidikan lain.
5)
Penangan barang bukti yang berkaitan dengan perkara Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI) (a)
Hak atas Kekayaan Intelektual meliputi perihal yang berikut:
(b)
(1)
Paten
(2)
Merek
(3)
Desain Industri
(4)
Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu
(5)
Rahasia Dagang
(6)
Varietas Tanaman.
Sasaran yang di cari dalam Olah TKP adalah: (1)
Orang Orang yang melihat, mendengar, mengetahui, atau mengalami sendiri hal yang kegiatan memproduksi dan memperdagangkan barang hasil pelanggaran merek.
(2)
Benda/Barang (a)
Benda/barang baik barang jadi ataupun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
(b)
Alat yang digunakan dalam proses produksi.
(c)
Dokumen tentang hasil produksi dan penjualan (kuitansi, faktur, DO, PO, dll.).
(d)
Dokumen lain yang terkait dengan merek (akta perusahaan,
SITU,
SIUP,
salinan
lisensi,
somasi/komplain dari pemegang hak yang lain). (3)
Tempat Rumah, pabrik, gudang, toko, atau tempat lain yang digunakan untuk memproduksi, menyimpan, dan memperdagangkan barang hasil pelanggaran merek.
6)
Penanganan barang bukti yang berkaitan dengan perkaraUang dan Dokumen Palsu (UDPAL) a)
Jenis-Jenis dokumen palsu (1)
Kelompok Bukti Pelunasan / Penyetoran: (a)
perangko, Meterai temple, Kertas bermeterai;
(b)
pita Cukai: rokok, tembakau, minuman;
(c)
stiker Lunas PPN;
(d)
fiskal;
(e)
visa / stiker visa;
(f)
airline ticket
(g)
cetakan tanda lunas bea meterai pada cek dan giro;
(2)
(3)
(h)
karcis, kartu parker, dan tol;
(i)
rekening listrik / PAM / telepon dan PBB;
(j)
wesel;
(k)
bukti penyetoran Uang / Pembayaran.
Kelompok Alat Pembayaran: (a)
encoding kartu telepon;
(b)
uang kertas;
(c)
uang Logam;
(d)
nota debet / kredit;
(e)
voucher;
(f)
surat bukti pembayaran transfer.
Kelompok Bukti Pemilikan: (a)
sertifikat tanah;
(4)
7)
(b)
sertifikat Bank Indonesia;
(c)
BPKB .
(d)
sertifikat deposito dan saham;
(e)
obligasi;
(f)
polis asuransi;
(g)
kartu kredit / ATM.
Kelompok Bukti Pencapaian Prestasi: (a)
STTB / NEM;
(b)
Ijazah;
(c)
SIM;
(d)
sertifikat lembaga pendidikan;
(e)
sertifikat uji barang;
(f)
kertas gesek untuk nomor kendaraan bermotor.
Penanganan barang bukti perkara tindak pidana lingkungan hidup dilaksanakan bersamaan dengan proses penindakan Kepolisian, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)
Penanganan Barang Bukti (1)
Penyitaan barang bukti Penyitaan
dilakukan
dengan
Surat
Perintah
Penyitaan dalam keadaan yang sangat mendesak dan perlu karena memerlukan tindakan segera, penyitaan
dapat
dilakukan
tanpa
izin
Ketua
Pengadilan Negeri tetapi terbatas pada benda-benda bergerak daan sesudahnya segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. (2)
Barang bukti yang disita : (a)
Dokumen-dokumen
perusahaan,
dokumen
IPAL, perijinan lain yang terkait; (b)
Barang-barang lain yang berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh tersangka.
b)
Pengambilan Barang Bukti : (1)
Pengambilan
barang
bukti
sample
pencemaran/perusakan lingkungan dilakukan oleh petugas
yang
telah
memiliki
sertifikasi
disaksikan oleh pemilik/penguasa perusahaan;
dan
(2)
Penyitaan
terhadap
barang
pencemaran/perusakan
lingkungan
dokumen
oleh
dilakukan
pemilik/penguasa
atau
dari
sample dan
atau
penyidik
dari
tersangka
dengan
disaksikan dua orang saksi; (3)
Membuat surat perintah penyitaan, tanda terima, berita acara penyitaan;
(4)
Mengajukan
permintaan
persetujuan
penyitaan
barang bukti kepada Ketua Pengadilan Negeri. c)
Pemeriksaan Labotarium : (1)
Sample baik berupa limbah cair/padat, dilakukan pengujian
di
Labotarium
yang
telah
memiliki
akreditasi komite akreditas nasional (KAN); (2) 8)
Hasil pengujian digunakan sebagai bukti penyidikan.
Penanganan barang bukti perkara tindak pidana perikanan dilaksanakan
bersamaan
dengan
proses
penindakan
Kepolisian, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a)
Penyitaan Barang Buktidilakukan dengan Surat Perintah Penyitaan dalam keadaan yang sangat mendesak dan perlu karena memerlukan tindakan segera, penyitaan dapat dilakukan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri tetapi terbatas pada benda-benda bergerak dan sesudahnya segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat.
b)
Barang Bukti yang dapat disita : (1)
Alat-alat yang digunakan untuk menangkap ikan (jaring dan kelengkapannya);
(2)
Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut ikan (Kapalnya);
(3)
Ikan hasil penangkapan tanpa dilengkapai ijin;
(4)
Dokumen-dokumen (Perizinan Perusahaan, Kapal dll);
(5)
Barang-barang lain yang berkaitan dengan kegiatan Tindak Pidana Bidang Perikanan; (a)
Penyitaan Barang ikan :
-
Pada saat menemukan barang bukti Kapal penangkap ikan, segera cek fisik ikan dan lakukan penyitaan dan kalau ada cold
storage
(tempat
pendingin
ikan
didarat yang dimiliki oleh perusahaan ikan dibongkar dan dipindahkan selanjutnya dilakukan penghitungan oleh petugas KKP setempat
disaksikan
oleh
pemilik/Nahkoda
dan
penyidik.
Dan
apabila
ada
cold
tidak
storage
penghitungan dilakukan dari Palka kapal tersebut ke Palka kapal kosong lainya dan tetap pada alat pendingin kapal tersebut dan pembongkaran serta penghitungan tersebut
dilakukan
pada
malam
hari
karena menjaga kualitas ikan; -
Membuat surat perintah penyitaan, tanda terima, berita acara penyitaan;
-
Barang bukti ikan diberitanda Police Line;
-
Membuat surat ke KKP stempat untuk meminta
bantuan
pemeriksaan
dan
penghitungan barang bukti ikan; -
Mengajukan
permintaan
persetujuan
penyitaan barang bukti ke Pengadilan Negeri; -
Membuat surat perintah penitipan barang bukti, tanda penerimaan penitipan dan berita acara penitipan barang bukti;
(b)
Penyitaan barang bukti alat angkut : -
Membuat surat perintah penyitaan, tanda penerimaan dan berita acara penyitaan;
-
Barang bukti diberikan tanda Police Line;
-
Mengajukan
permintaan
persetujuan
barang bukti ke Pengadilan Negeri;
Membuat surat perintah penitipan barang
-
bukti, tanda penerimaan penitipan dan berita acara penitipan barang bukti. c)
Setelah dilakukan penyitaan harus segera dibuat Berita Acara Penyitaan yang ditandatangani oleh Penyidik atau orang dari mana benda itu disita dengan disaksikan oleh dua oarang saksi, dan turunan dari Berita Acara Penyitaan disampaikan kepada pemilik Kapal, serta diberikan Surat Tanda Penerimaan dari mana benda itu disita.
9)
Penanganan barang bukti perkara tindak pidana bidang pertambangan
dilaksanakan
bersamaan
dengan
proses
penindakan Kepolisian yaitu berupa Penyitaan barang bukti terhadap : a)
Sarana dan peralatan penambangan, yaitu : Excavator; Dozer; Grader; Loader; Dump truck;
b)
Instalasi pengolahan dan pemurnian, yaitu : Washing plant; Stone crusher;
c)
Hasil penambangan, yaitu : batubara, nikel dsb yang ada dibukaan tambang, stockpile maupun pelabuhan;
d)
Dokumen : akta perusahaan, NPWP, TDP, IUP, IPR, IUPK; rekapitulasi produksi dan penjualan hasil tambang, SPK, perjanjian/kontrak/kerja sama.
10) Penanganan barang bukti perkara pidana bidang kehutanan dilaksanakan
bersamaan
dengan
proses
penindakan
Kepolisian yaitu berupa : a)
Penyitaan dilakukan dengan Surat Perintah Penyitaan dalam keadaan yang sangat mendesak dan perlu karena memerlukan tindakan segera, penyitaan dapat dilakukan tanpa izin Ketua Pengadilan Negeri tetapi terbatas pada benda-benda
bergerak
dan
sesudahnya
segera
melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. Barang bukti yang disita antara lain : (1)
Penebangan pohon tanpa ijin :
(a)
Alat-alat yang digunakan untuk menebang pohon seperti gergaji sand sow;
(b)
Alat-alat berat yang digunakan antara lain tracktor, buldozer, loder truk dan alat angkut lainnya yang digunakan langsung (kapal laut, truk, dll);
(c)
Kayu log hasil tebangan;
(d)
Dokumen dan benda lain yang terkait dengan tindak pidana tersebut.
(2)
Penebangan pohon diluar areal perijinan : (a)
Alat-alat yang digunakan dalam penebangan pohon seperti gergaji sand sow dll;
(b)
Alat berat yang digunakan antara lain tracktor, buldozer, loder, loging truk, truk dll;
(c)
Perizinan yang dimiliki antara IUPHHK, IPK atau perijinan lainnya;
(d)
Peta kerja;
(e)
Dokumen TUK antara lain buku ukur, LHP, LMKB dll;
(f)
Dokumen pengangkutan antara lain SKSKB / FA-KB;
(g)
Barang-barang lain/dokumen yang berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan;
(h)
Kayu log hasil tebangan;
(i)
Dokumen dan benda lain yang terkait dengan tindak pidana.
(3)
Menerima, memiliki, menyimpan, menguasai hasil hutan tanpa ijin. (a)
Perijinan yang dimiliki bagi perusahan atau badan atau industri yang menerima, memiliki, menyimpan, menguasai hasil hutan tanpa ijin;
(b)
Alat angkut yang digunakan untuk mengangkut hasil hutan tersebut seperti kapal, tongkang, takboat, truk dll;
(c)
TUK antara lain LMKB/ LMKO, buku ukur;
(d)
Dokumen keluar masuk kayu antara lain SKSKB, FA-KB, FA-KO;
(e)
Mesin produksi yang digunakan antara lain band sow, dll;
(f) (4)
Kayu yang ada.
Mengangkut hasil hutan tanpa dokumen (a)
Dokumen alat angkut;
(b)
alat angkut;
(c)
kayu yang diangkut;
(d)
Dokumen dan benda lain yang terkait dengan kejahatan.
b)
Setelah dilakukan penyitaan harus segera dibuat Berita Acara Penyitaan yang ditandatangani oleh Penyidik dan orang menguasai benda tersebut dengan disaksikan oleh dua orang saksi, dan lampiran dari Berita Acara Penyitaan disampaikan kepada orang yang menguasai benda tersebut
yang
ikut
menandatangani
Berita
Acara
Penyitaan tersebut. 11) Penanganan barang bukti perkara tindak pidana Korupsi dengan tindakan pengumpulan barang bukti berupa : a)
benda
bergerak
dapat
dilakukan
sebelum
adanya
penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat selanjutnya
dimohonkan
persetujuan
atas
penyitaan
dimaksud. b)
benda tidak bergerak dapat dilakukan setelah adanya penetapan penyitaan dari Ketua Pengadilan setempat.
c)
surat atau tulisan lain mereka yang berkewajiban menurut Undang-undang untuk merahasiakannya, sepanjang tidak menyangkut rahasia Negara, hanya dapat dilakukan penyitaan atas persetujuan mereka atau izin khusus Ketua Pengadilan Negeri setempat kecuali Undang-undang mengatur lain.
d)
informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu maka terhadap informasi tersebut dapat
dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemisahan terhadap Objek yang diperlukan dari alat yang digunakan. e)
dokumen berupa rekaman data info yang didapat dilihat, dibaca, didengar, dikeluarkan dengan atau bantuan sarana yang tertuang diatas kertas, benda fisik selain kertas maupun yang terekam secara elektronik, yang berupa suara, gambar, peta rancangan, foto, huruf, tanda, angka atau informasi yang memiliki makna dapat dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemisahan terhadap objek yang diperlukan dari alat yang digunakan.
f)
uang hasil kejahatan yang berada dalam rekening nasabah
menyimpan
terlebih
dahulu
dilakukan
pemblokiran rekening senilai hasil kejahatan selanjutnya dilakukan
penyitaan
setelah
mendapat
penetapan
pengadilan. g)
uang hasil kejahatan yang secara fisik ada pada tersangka / saksi dapat dilakukan penyitaan secara fisik sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHAP.
h)
barang
/
benda
/
dokumen
milik
Negara
dalam
penguasaan Negara yang berwenang dilakukan dengan cara : (1)
Pengumpulan barang bukti milik negara dilakukan berupa barang / benda dilakukan dengan cara melakukan penyitaan terhadap copy dilegalisir bukti kepemilikan barang / benda.
(2)
Pengumpulan barang bukti milik negara dilakukan berupa dokumen milik negara dalam penguasaan negara yang berwenang dilakukan dengan cara melakukan
penyitaan
terhadap
copy
legalisir
negara
dibawah
dokumen. i)
Pengumpulan
barang
bukti
milik
kekuasaan pihak– pihak lain yang tidak berwenang menguasai barang tersebut dapat dilakukan dengan cara
melakukan penyitaan secara fisik sebagaimana diatur dalam Undang-undang. (1)
Perbuatan
Membawa,
mengirim,
mengang-kut
Narkotika, maka barang bukti yang dicari : (a)
Zat/bahan yang diduga Narkotika;
(b)
Tempat/tas untuk membawa;
(c)
Tiket pesawat/boarding pass;
(d)
Bukti pengiriman/penerimaan paket kiriman;
(e)
Alat angkut;
(f)
Catatan-catatan;
(g)
Pasport;
(h)
HP;
(i)
Benda / barang lain yang diduga ada kaitan dengan pidananya.
(2)
Menggunakan Narkotika untuk diri sendiri (Narkotika habis terpakai), maka barang bukti yang dicari :
e.
(a)
Bungkus bekas Narkotika.
(b)
Alat Suntik;
(c)
Bong;
(d)
Sedotan;
(e)
Kompor pembakar;
(f)
Korek api;
(g)
Alat untuk mecampur;
(h)
Alat untuk menghaluskan;
(i)
Alat untuk menyendok;
(j)
Alumunium foi;l
Pengakhiran penanganan TKP 1)
Konsolidasi Setelah pengolahan TKP selesai dilaksanakan, maka dilakukan pengecekan tehadap personil, perlengkapan dan segala hal yang diketahui, ditemukan dan dilakukan di TKP, dan untuk mengetahui sejauh mana penanganan TKP sudah dialkukan, maka
harus
dapat menjawab “Ya” atas pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
a)
Apakah semua macam barang bukti yang ditemukan telah dapat petunjuk-petunjuk dikumpulkan dalam jumlah yang maksimal.
b)
Apakah pembungkusan barang bukti telah sesuai dengan yang ada.
c)
Apakah dalam tindakan-tindakan yang dilakukan cukup berhati-hati dan cermat.
d)
Apakah pemotretan-pemotretan
yang dilakukan dan
sketsa yang dibuat telah cukup untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya (rekonstruksi). e)
Apakah keterangan – keterangan saksi sudah
memperhatikan
dan tersangka
jawaban-jawaban
atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang berkaitan dengan pemenuhan alat bukti. 2)
Pembukaan/ pembebasan TKP. a)
Pembukaan/pembebasan TKP dilakukan oleh Perwira Siaga
setelah mendapat pemberitahuan
dari penyidik
bahwa pengolahan TKP telah selesai. b)
Dalam hal petugas pengolahan TKP baik dari Reserse maupun dari Bantuan Tehnis (Identifikasi, Labfor, Dokpol, Jibom dan Satwa)
masih memerlukan waktu untuk
pengolahan TKP, maka pembukaan/pembebasan selanjutnya
dapat
dilakukan
oleh
penyidik
TKP
setelah
mendapat pemberitahuan dari penyidik atau Bantuan Tehnis dari Identifikasi, Labfor, Dokpol , Jibom dan Satwa bahwa pengolahan telah selesai. 3)
Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP. a)
Berita Acara Pemeriksaan di TKP dibuat oleh Penyidik /Penyidik Pembantu yang melakukan pengolahan TKP adalah merupakan : (1)
Hasil yang ditemukan di TKP baik TKP itu sendiri, korban, saksi-saksi,
tersangka maupun barang
bukti. (2)
Tindakan yang dilakukan oleh petugas (TPTKP dan Pengolahan TKP) terhadap hasil yang ditemukan di
TKP. (3)
Sebagai
bahan
untuk
pelaksanaan
dan
pengembangan penyidikan selanjutnya.
b)
(4)
Bahan bagi penyidik selanjutnya.
(5)
Bahan evaluasi bagi atasan.
Disamping Berita Acara Pemeriksaan di TKP, dibuat pula: (1)
Berita Acara Penemuan dan Penyitaan Barang Bukti di TKP.
(2)
Berita Acara Penemuan dan Pengambilan Jejak di TKP
(sidik
jari,
lutut,darah,
sperma,dll)
bila
ditemukan (3)
Berita Acara Memasuki Rumah di TKP.
(4)
Berita Acara Pemotretan di TKP.
(5)
Berita
Acara
lain-lain
sesuai
tindakan
yang
dilakukan. 4)
Evaluasi Kegiatan. Khusus terhadap TKP tertentu yang memerlukan penanganan TKP lanjutan karena sifat dan kualitasnya dinilai tinggi perlu melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan sebagai dasar dan pertimbangan mulai
dari tahap-tahap
sebagai berikut : a)
Tahap Persiapan (1)
Respons terhadap laporan
(sikap penerimaan,
tindak lanjut).
b)
(2)
Kesiapan Alut/Alsus.
(3)
Kelengkapan administrasi penanganan TKP
(4)
APP sebelum berangkat.
Tahap pelaksanaan TP TKP. (1)
Pengamatan Umum.
(2)
Pemasangan Police Line/Pembatas TKP.
(3)
pembuatan jalan setapak.
(4)
Pengecekan tanda-tanda kematian korban
(5)
Penandaan korban hidup yang akan dibawa ke Rumah Sakit.
c)
Tahap Pelaksanaan Olah TKP. (1)
APP Awal
(2)
Tehnik dan urut-urutan pemotretan.
(3)
Tehnik pencarian barang bukti.
(4)
Tehnik pengambilan barang bukti.
(5)
Tehnik pengamanan barang bukti.
(6)
Tehnik penanganan saksi.
(7)
Tehik
penanganan
tersangka
yang
tertangkap
tangan. d)
Tahap pengakhiran olah TKP. (1)
Konsolidasi
(2)
Pembukaan/pembebasan TKP
(3)
Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan di TKP berikut kelengkapan meliputi :
(a)
BAP di TKP
(b)
Sket TKP umum/khusus
(c)
Hasil Foto TKP
(d)
Berita Acara Pemotretan
(e)
Data Pemotretan
(f)
Berita Acara pengambilan jejak jari/kaki/ban
(g)
berita Acara penemuan dan penyitaan barang bukti di TKP
(h)
Berita Acara Penyegelan Barang Bukti.
(i)
Berita Acara pembungkusan dan penyegelan barang bukti.
(j) 5)
Label barang bukti.
Gelar pelaksanaan penanganan TKP Gelar terhadap pelaksanaan penanganan TKP sebagai sarana untuk mencari dan menemukan cara dan tehnis pengolahan TKP selanjutnya agar memperoleh hasil yang maksimal.
5.
Hal-hal yang harus diperhatikan. a.
Dalam
penanganan
dan
mempertahankan status-quo;
pengolahan
TKP
harus
tetap
b.
Dalam pengolahan TKP barang bukti yang dikumpulkan hanya yang berkaitan dengan peristiwa pidana yang terjadi secara objektif, transparan dan akuntabel;
c.
Setiap tindakan yang dilakukan dalam proses penanganan TKP harus dibuatkan berita acara;
d.
Proses penanganan dan pengolahan TKP harus dapat menghasilkan hubungan keterkaitan antara saksi, tersangka dan barang bukti terhadap suatu peristiwa pidana;
e.
Semua tindakan yang dilakukan lebih mengutamakan faktor keselamatan;
f.
Untuk memperlancar pelaksanaan penanganan dan olah TKP perlu dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan;
6.
Mekanisme Penanganan Tempat Kejadian Perkara
PENANGANAN DAN PENGOLAHAN TKP
TIM OLAH TKP
OLAH TKP SEBELUM PROSES PENYIDIKAN
1. KATIM 2. PENYIDIK / PENYIDIK PEMBANTU 3. FUNGSI PENDUKUNG (INAFIS, LABFOR DLL)
OLAH TKP SAAT PROSES PENYIDIKAN
LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN
1. PENGAMATAN UMUM 2. PENGAMATAN KHUSUS
1. 2. 3. 4. 5. 6.
STATUS QUO PENOMORAN LETAK BB DI TKP GELEDAH/ SITA BB PADA TSK AMANKAN TSK DAN SAKSI PISAHKAN TSK DAN SAKSI PUL BB DAN IDENTITAS TSK/SAKSI 7. PERMINTAAN VISUM Et REPERTUM 8. PEMBERITAHUAN KEL KORBAN 9. MEMBUAT SKETSA TKP 10. BANTUAN TEKNIS
BARANG BUKTI, TSK, SAKSI DGN PERISTIWA
PENYIDIKAN
METODE : 1. SPIRAL 2. ZONE 3. STRIP/ STRIP GANDA
4. RODA 5. KOTAK
Demikian SOP (Standar Operating Procedure) ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pengawasan penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Polda Kaltim dan Kabag Wassidik Polda Kaltim dalam memberikan pelayanan pengawasan penyidikan atau pelayanan oleh penyidik Polri. Ditetapkan di Pada tanggal
: Balikpapan : Pebuari 2013
Paraf: 1. Kasubdit Tipidter
:
2. Dir Reskrimsus
:
3. Kabidkum
:
4. Kasetum
:
5. Wakapolda
:
a.n DIREKTUR RESKRIMSUS POLDA KALTIM WADIR
Drs. BUDI PRASETYO, SH, MH AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 62100827
Ditetapkan di Balikpapan Pada tanggal Pebuari 2013 KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR
Drs. ANAS YUSUF, SH., MH., MM INSPEKTUR JENDERAL POLISI
Demikian SOP (Standar Operating Procedure) ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pengawasan penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Polda Kaltim dan Kabag Wassidik Polda Kaltim dalam memberikan pelayanan pengawasan penyidikan atau pelayanan oleh penyidik Polri. Ditetapkan di Pada tanggal
: Balikpapan : Pebuari 2013
a.n DIREKTUR RESKRIMSUS POLDA KALTIM WADIR
Drs. BUDI PRASETYO, SH, MH AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 62100827
Ditetapkan di Balikpapan Pada tanggal Pebuari 2013 KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR
Drs. ANAS YUSUF, SH., MH., MM INSPEKTUR JENDERAL POLISI
Demikian SOP (Standar Operating Procedure) ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pengawasan penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Polda Kaltim dan Kabag Wassidik Polda Kaltim dalam memberikan pelayanan pengawasan penyidikan atau pelayanan oleh penyidik Polri Ditetapkan di Pada tanggal
: Balikpapan : Pebuari 2013
DIREKTUR RESKRIMSUS POLDA KALTIM .
Drs. IMAN SUMANTRI, MSi KOMISARIS JENDERAL POLISI NRP 66070510
Ditetapkan di Balikpapan Pada tanggal Pebuari 2013 KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR
Drs. ANAS YUSUF, SH., MH., MM INSPEKTUR JENDERAL POLISI
Demikian SOP (Standar Operating Procedure) ini dibuat untuk menjadi pedoman bagi pengawasan penyidikan Direktorat Reserse Kriminal Polda Kaltim dan Kabag Wassidik Polda Kaltim dalam memberikan pelayanan pengawasan penyidikan atau pelayanan oleh penyidik Polri. Ditetapkan di Pada tanggal
Paraf:
: Balikpapan : Pebuari 2013
DIREKTUR RESKRIMSUS POLDA KALTIM
6. Konseptor: 7. Kasubag Renmin: 8. Dirreskrimsus:
Drs. IMAN SUMANTRI, MSi KOMISARIS JENDERAL POLISI NRP 66070510
9. Kasetum: 10.Waka Polda:
Ditetapkan di Balikpapan Pada tanggal Pebuari 2013 KEPALA KEPOLISIAN DAERAH KALIMANTAN TIMUR
Drs. ANAS YUSUF, SH., MH., MM INSPEKTUR JENDERAL POLISI