A. PENDAHUL PENDAHULUA UAN N
Man anus usia ia meru merupa pakkan mahl mahluk uk sosi sosial al,, tida tidakk dap apat at bertahan apabila tidak ada bantuan dari orang lain. Maka dari itulah setiap manusia harus saling membantu atau b ah u-m em ba hu te r uta ma d i s i ni de nga n j a lan mengad mengadak akan an perjan perjanjia jiann atau atau kontrak ontrak terhad terhadap ap pihak pihak yang yang be bers rsan angk gkut utan an.. Ak Akib ibat at da dari ri ha hall de demi miki kian an mak maka timb timbul ulla lahh pe peri rika kata tann yang yang mana mana ad adaa kewaj ewajib iban an yang yang harus dipenuhi dan hal yagn harus dituntut. Da lam i s l a m, is tila ilah i n i se r i n g di seb seb ut aka d, menc mencak akup up pe peri rika kata tann maup maupun un pe perj rjan anjijian an.. Isla Islam m juga juga mewa mewaji jibk bkan an oran orangg yang yang terl terlib ibat at da dala lam m akad akad un untu tukk memenuhi kewajiban terhadap orang lain. Misalnya saja dalam hutang, apabila orang yang berhutang tersebut meninggal dunia sedangkan ia belum membayar lunas, maka harus ditanggung oleh ahli waris. Dari gambaran tersebut betapa tegasnya Islam dalam perikatan atau akad. Kemudian apakah perikatan dalam Islam dengan akad pada umumnya selalu sama akan dijelaskan di sini. Semoga makalah ini akan membantu dalam memahami perikatan dalam Islam meskipun penjelasan di sini hanya bersiat mendasar dan pengantar saja.
B. PEMBA PEMBAHAS HASAN AN 1. Defnisi Defnisi perikatan perikatan dalam dalam Islam Islam
!erikatan dalam perspekti hukum Islam, sering diiden diidentik tikka kann para para ahli ahli den dengan gan akad, akad, kare karena na samasamasama sama menyan menyangk gkut ut keterl eterliba ibatan tan kedu eduaa belah belah pihak pihak sehi sehing ngga ga meni menimb mbul ulkkan hak da dann kewaj ewajib iban an atau atau prestasi yang harus dipenuhi. " !erikatan dalam Islam
" Achmad Ku#ari, Nikah Sebagai Perikatan, $%akarta& 'aja(ra)ndo !ersada, "**+, lm. "
atau akad secara terminologi adalah berasal dari bahasa arab yaitu al-rabth yang berarti /tali atau ikatan0, al-aqdatu yang berarti /sambungan0 dan al-‘ahdu yang berarti /janji0. 1erdasarkan pengertian etimologis tersebut bahwa akad merupakan tali yang mengikat seseorang dengan orang lainnya. Kemudian menurut para %umhur 2lama dalam Ku#ari pada kajian )kih muamalah, akad merupakan sesuatu yang dengannya akan sempurna perpaduan antara dua macam kehendak, baik dengan kata atau yang lain, dan kemudian karenanya timbul ketentuan3kepastian pada dua sisinya. 4 Sementara dalam arti khusus, ulama )5ih sebagaimana yang dikutip Syae6i mende)nisikan bahwa akad adalah !erikatan yang ditetapkan dengan ijab- qabul berdasarkan ketentuan syara6 yang berdampak pada objeknya.7 Kemudian menurut al-Shiddie5y bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang dibuat dengan sengaja oleh kedua belah pihak berdasarkan kesepakatan atau kerelaan bersama. +Dari sini jelaslah bahwa akad sama dengan perikatan. 2. Tuuan perikatan dalam Islam
'achmat Syae6i, 88", lm. 74 4 Achmad Ku#ari,
Fiqih Muamalah ,
$1andung& !ustaka !elajar,
Nikah Sebagai Perikatan ...,
7 'achmat Syae6i,
Fiqih Muamalah ...,
lm. "
lm. 77
+ asbi al-Shiddie5iyy, Pengantar Fiqh Mu’amalah , $%akarta& 1ulan 1intang, "*97, lm. 47
:ujuan perikatan dalam Islam atau akad yang dimaksud di sini ialah maksud utama disyari6atkannya akad. Artinya ada maksud tertentu namun harus sesuai ketentuan syari6ah, agar tujuan tersebut dapat terwujud. :ujuan tersebut akan menjadi sah apabila mempunyai akibat-akibat hukum yang dipelukan dengan syarat-syarat sebagai berikut& a. :ujuan akad bukanlah merupakan kewajiban yang telah ada atas pihak-pihak yang bersangkutan ketika akad belum diadakan seperti perikatan alami, namun hendaknya tujuan itu dilaksanakan di awal akad. b. :ujuan harus berlangsung hingga akhir akad. c. :ujuan akad harus dibenarkan syari6at Islam. ; 1erdasarkan keterangan di atas, syarat dari tujuan perikatan dalam Islam atau akad harus jelas dari awal hingga akhir akad serta berdasarkan ketentuan syari6at Islam. Suatu tujuan erat kaitannya dengan aktiur6an
NQ NPQ G LNO E J E GH F E @BC ?
Artinya & /Hai
orang-orang yang beriman penuhi
lah akad (perjanjian dan perikatan) diantara kamu $>S
Al-ujarat ayat *.
; Abdul A#i# Dahlan, n!iklopedi Hukum Ichtiar 1aru Ran oe
"!lam ,
%ilid +, $%akarta&
b. adis Artinya & /#ari $i%a’ah bin $a&’ bah'a!anya Nabi S* ditanya+ pakah pen,aharian yang paling baik .a'abnya+ pekerjaan !e!eorang dengan tangannya !ediri dan tiap-tiap jual beli yang mabrur 0
$' Ahmad.
c. Ijma6 2lama Dalam hukum akad, terjadi perbedaan pendapat dari beberpa ulama ma#hab. Salah satunya ma#hab anbali bahwa akad bebas dilakukan selama tidak ada hal-hal yang jelas dilarang agama. Sedangkan pada ma#hab hana), bahwa akad merupakan hal yang dilarang, kecuali apabila ada keadaan yang membuatnya untu berakad kepada orang lain $ "!tih!an. Kemudian ma#hab lainnya seperti Sya)6i juga tidak membolehkan akad apabila objeknya belum ada di hadapan pihak yang membutuhkan. 9 #. Unsur$unsur perikatan
Mengenai unsur-unsur perikatan dalam Islam atau akad ini, ada dua pendapat yang berbeda dari ulamaulama ma#hab. 2nsur tersebut lebih identik dengan rukun akad. Pertama , pendapat Imam ana) bahwa akad hanya terdiri dari !higat , yaitu ijab dan qabul atau serah-terima antara kedua belah pihak baik dalam bentuk ucapan maupun tindakan. $"" al ini dikarenakan bahwa i ja b dan qabul tersebut menurut Imam ana), merupakan bagian yang tak dapat dipsahkan dari perikatan atau akad. 9 Abdul A#i# Dahlan, Tnsiklopedi ukum Islam..., lm. 99* 'achmat Syae6i,
Fiqih Muamalah ...,
7
lm. 7+
/edua,
pendapat sebagian besar ulama selain Imam ana) bahwa unsur perikatan Islam atau rukun akad ada lima, yaitu& a. qid , dua pihak atau para pelaku perikatan yang terlibat. Dalam perikatan, yang terlibat umumnya debitur dengan kreditur. b. Mahallul ‘aqdi atau ma’qud ‘alaih, yaitu objek dari perikatan atau akad, dalam perikatan umum disebut prestasi. c. Maudul ‘aqdi, yaitu tujuan pokok dari akad itu sendiri, bisa sepihak atau kedua belah pihak atau lebih. d. "jab, yaitu ungkapan !higat akad yang keluar dari pihak pertama. e. 0abul , yaitu ungkapan !higat akad yang keluar dari pihak kedua. * %. S&arat perikatan
Syarat-syarat dari perikatan Islam atau akad, yang mana akad akan terjadi apabila telah memenuhi syarat pada& a. Subjek ukum $aqidain Menurut Ash-Shiddic5y, bahwa kedua belah pihak yang berakad atau melakukan perjanjian harus cakap $ ahliyatul aqidaini. 1aik itu perorangan maupun dengan badan hukum atau institusi. :idak akan sah akad apabila dilakukan oleh orang gila , anak kecil yang belum mengetahui. b. Ubjek ukum $mahallul aqad Ubjek akad atau perikatan haruslah dapat diterima secara hukum, terutama hukum * (emala Dewi, Hukum Perikatan "!lam , $%akarta& Kencana, 88+, lm. *-"8 +
Islam. Kemudian selain itu, objek akad terbagi beberapa persyaratan yang harus dipenuhi& " Ubjek perikatan harus ada ketika dilangsungkan atau tersedia untuk diakadkan dan akad akan berakhir apabila objek tersebut telah diserahkan kepada yang berhak menerima. Islam tidak membolehkan menjual objek yang belum waktunya, seperti menjual anak sapi yang masih dalam kandungan atau menjual buah yang belum masak. Ubjek akad atau perikatan dalam Islam harus dibenarkan syari6ah. :idak dibenarkan objek perikatan yang haram, baik #at maupun cara mendapatkannya. Inilah yang membedakan perikatan Islam dengan perikatan umum. 4 Ubjek akad atau perikatan dalam Islam harus jelas dan dapat dikenali dari jenis, bentuk, ukuran, dan urgensi barang tersebut. 7 Ubjek dapat diserah terimakan pada saat akad terjadi atau pada waktu yang telah disepakati sehingga tidak ada pihak yang dirugikan dalam suatu transaksi. "8 '. Asas perikatan Islam
Dalam /amu! 1e!ar 1aha!a "ndone!ia, asas merupakan dasar atau sesuatu yang dijadikan sebagai tumpuan berpikir. "" $"7 Dengan demikian, asas "8 (emala Dewi,
Hukum Perikatan "!lam222*
"" ;
lm. "
perikatan dalam Islam merupakan tumpuan berpikir dalam melakukan suatu akad atau perjanjian terutama dalam koridor syari6at Islam. Adapun asas yang digunakan dalam perikatan Islam atau akad adalah di antaranya sebagai berikut&& a. Asas Ketuhanan atau :auhid Dalam Muamalah, nilai-nilai ketauhidan tentu tidak terlepas dari itu. Seseorang akan merasa ia diawasi oleh Allah Swt sehingga dapat berbuat sekehendak dirinya. Dan perbuatannya harus dupertanggung jawabkan kepada pihak kedua, masyarakat, diri sendiri, dan yang terpenting Allah Swt. b. Asas Kebolehan $ Mabda al-"bahah Segala kegitan atau perbuatan adalah boleh $ mubah , selama hal tersebut tidak bertentangan dengan ketentuna syari6ah atau dalil yang mengharamkannya. %adi melakukan transaksi dengan orang lain adalah boleh selama tidak ada larangan Islam akan transaksi tersebut. c. Asas Keadilan $ l-‘dalah Dalam perikatan, keadilan menjadi perhatian, apalagi kalau perikatan dalam Islam, hal tesebut tidak dapat dipisahkan mengingat mengharuskan keadilan. Dengan kata lain, pihak yang terlibat dituntut untuk berlaku adil dan benar dalam menyatakan kehendak untuk berakad serta memenuhi hak dan kewajiban dari perjanjian yang dibuat. :idak ada penipuan atau ketidakseimbangan. d. Asas :ertulis $ l-/itabah Dalam suatu akad perjanjian, hendaknya dilakukan secara tertulis agar perikatan atau akad 9
e.
.
g.
h.
i.
tersebut sangat jelas serta sebagai bukti nyata transaksi orang yang bersangkutan. Asas Kerelaan atau Konsensualisme Dalam perikatan atau akad, hendaknya terjadi atas kerelaan atau kehendak masing-masing pihak yang terlibat. :idak ada paksaan atau ancaman dari pihak manapun, karena kalau dipandang dari perspekti Islam, akadnya tidak sah meski hal tersebut tidak dapat diamati secara )sik dan tergantung pihaknya masing-masing. Asas !erjanjian itu Mengikat Maksud pembahasan di sini adalah, apabila ia melakukan perjanjian kepada orang lain, maka ia akan terikat untuk memenuhi kewajiban dan haknya. Dengan kata lain, ia terikat untuk wajib mengikuti isi perjanjian yang sudah disepakati bersama. Asas !ersamaan ukum $ l-Mu!a'ah Asas ini mengutamakan persamaan hak dan kewajiban atau persamaan derajat, tidak membedabedakan antara bangsa, kulit, kekayaan, kekuasaan, jabatan, dsb. Sehingga tidak ada pilih kasih dalam pelaksanaan akad atau bertransaksi. Asas Mendahulukan Kewajiban daripada ak Dalam perjanjian atau akad, hendaknya pemenuhan kewajiban merupakan hal yang harus diutamakan, agar suatu transaksi dapat berjalan lebih serius serta ia dapat menuntut haknya. Asas larangangan merugikan orang Vain Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam perjanjian atau akad, tidak dibenarkan salah satu pihak merugikan pihak
lain. Misalnya menjual kualitasnya tidak jelas. "
barang
yang
status
(. SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa perikatan dalam Islam adalah suatu hukum yang mengikat seseorang dengan orang lain dalam suatu perjanjian yang diatur secara syari6at Islam. 2nsur-unsur perikatan dalam Islam sama dengan rukun akad yang disepakati jumhur, yaitu pelaku akad, objek akad, dan ijab-qabul. Syarat-syaratnya pelaku akad harus cakap, objeknya jelas, halal, tersedia, dan dapat diserah terimakan. Asas-asanya yaitu asas ketuhanan, keadilan, kebolehan, kerelaan, tertulis DA)TA* PUSTA+A
Abdul A#i# Dahlan, n!iklopedi Hukum Ichtiar 1aru Ran oe
"!lam,
Pe rika ta n,
Hukum Perikatan "!lam,
asbi al-Shiddie5iyy, Pengantar Fiqh 1ulan 1intang, "*97 'achmat Syae6i, Fiqih !elajar, 88"
Muamalah,
%ilid +, $%akarta& $%akarta&
$%akarta& Kencana,
Mu’amalah,
$%akarta&
$1andung& !ustaka
'ahmati :rimorita Wulianti, dalam
Hukum
!a!-a!a! Perjanjian (k ad) /ontrak Syari’ah, $%akarta& %urnal
Tkonomi Islam, Rol. II, Xo. ", %uli, 88
" 'ahmati :rimorita Wulianti, !a!-a!a! Perjanjian (kad) dala m Hukum /ontrak Syari’ah , $%akarta& %urnal Tkonomi Islam, Rol. II, Xo. ", %uli, 88, lm. *9-"8" *