MAKALAH PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI “DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI”
Dosen Pengampu: Fivy Kurniawati, Msc., Apt
KELOMPOK 4
Disusun Oleh:
Tantri Alfionita
1820353950
Tri Purma Sari
1820353952
Uni Susan Nugrametalina
1820353954
Venna Elsa Vionita
1820353956
Wiryan Fitrah Adnien Utama
1820353963
Zia Anzar Watin
1820353968
Putri Faradila Aprilyani
1820353982
Yulian Chrisna Dyaswara
1820353987
PROFESI APOTEKER UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA 2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, ucapan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME. Tuhan sarwa sekalian alam, pemilik segenap kekuatan. Dialah Maha Pengasih, Tuhan yang tak pilih kasih, Maha Penyayang yang tak pandang sayang. Dengan segenap kekuatan yang Dia limpahkan, penulis mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “DISTRIBUSI PERBEKALAN FARMASI” tepat pada waktunya.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan, karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang dimiliki penulis. Namun, berkat bantuan dari semua pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan walau masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang selalu memberi dorongan, semangat dan do’a, dosen pengajar mata kuliah Pengelolaan Perbekalan Farmasi, dan teman-teman di Program Studi Profesi Apoteker Universitas Setia Budi.
Harapan penulis kedepan, semoga kritik dan saran dari pembaca tetap tersalurkan, dan semoga makalah ini dapat terkesan di hati semua orang sehingga dapat menjadi panutan ilmu pengetahuan.
Surakarta, Februari 2018
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan tempat yang digunakan unuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya kesehatan rujukan dan/atau upaya kesehatan penunjang. Selain itu, sarana kesehatan dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan dan pelatihan serta penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan. Dari uraian di atas, sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis, praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS), Pedagang Besar Farmasi (PBF), pabrik obat dan bahan obat, laboratorium kesehatan, dan sarana kesehatan lainnya. Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan diperlukan perbekalan kesehatan yang meliputi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan perbekalan kesehatan lainnya, sedangkan sediaan farmasi meliputi obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetik. Sistem Pengelolaan Obat merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi aspek
seleksi
dan
perumusan
kebutuhan,
pengadaan,
penyimpanan,
pendistribusian dan penggunaan obat. Saat ini kenyataannya sebagian besar rumah sakit di Indonesia belum melakukan kegiatan pelayanan farmasi seperti yang diharapkan, mengingat beberapa kendala antara lain kemampuan tenaga farmasi, terbatasnya pengetahuan manajemen rumah sakit akan fungsi farmasi rumah sakit, kebijakan manajemen rumah sakit, terbatasnya pengetahuan pihak-pihak terkait tentang pelayanan farmasi rumah sakit. Akibat kondisi ini maka pelayanan farmasi rumah sakit masih bersifat konvensional yang hanya berorientasi pada produk yaitu sebatas penyediaan dan pendistribusian.
Pengelolaan perbekalan farmasi atau sistem manajemen perbekalan farmasi merupakansuatu siklus kegiatan yang dimulai dari perencanaan sampai evaluasi yang saling terkait antarasatu dengan yang lain. Pengelolaan perbekalan farmasi harus dikelola secara efektif karenamerupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit (±40-50%) dan dana kebutuhanobat rumah sakit tidak selalu sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan perbekalan farmasi yang efektif dan efisien akan mendukung mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Keberhasilan pengelolaan perbekalan farmasi tergantung pada kondisi, ketaatan, kebijakan, tugas pokok danfungsi. Tugas pokok pengelolaan perbekalan farmasi : 1. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien 2. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan 3. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi 4. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdayaguna dan tepatguna 5. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan Fungsi pengelolaan perbekalan farmasi : 1. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit 2. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal 3. Mengadakan perbekalan berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuanyang berlaku 4. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan rumahsakit 5. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku 6. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian 7. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumahsakit 8. Melakukan pencatatan dan pelaporan persediaan farmasi di rumahsakit 9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap persediaan perbekalan farmasi di rumah sakit Tahap-tahap pengelolaan farmasi meliputi: Pengadaan, Produksi, Dispensing, Penerimaan, Penyimpanan, Pendistribusian, dan Pelayanan Perbekalan Farmasi.
BAB II PEMBAHASAN
Pendistribusian obat adalah suatu proses penyerahan obat sejak setelah sediaan diserahkan oleh IFRS sampai dengan dihantarkan pada perawat, dokter, atau professional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita. IFRS bertanggung jawab pada penggunaan obat yang aman dan efektif di rumah sakit secara keseluruhan. Tanggung jawab konsumsi dan distribusi obat ke unit perawatan penderita. Oleh karena itu, system pendistribusian obat dari IFRS ke daerah perawatan penderita mencegah kesalahan atau kekeliruan, agar dapat terpenuhi persyaratan penyampaian obat yang baik, yaitu tepat penderita, tepat obat, tepat jadwal, tanggal, waktu dan metode pemberian, tepat informasi pada penderita dan tepat personel pemberi obat pada penderita. pendistribusian obat ini, melibatkan
sejumlah
prosedur,
personel,
fasilitas,
termasuk
alat,
ruang
penyimpanan, dan sebagainya. oleh karena itu, harus ada suatu system distribusi obat yang sesuai untuk penderita rawat tinggal di rumah sakit. A.
KEGIATAN DISTRIBUSI
Merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan: - Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada - Metode sentralisasi atau desentralisasi - Sistem floor stock, resep individu, dispensing dosis unit atau kombinasi. Pendistribusian meliputi : 1.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Inap
Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat inap di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap di ruangan, sistem resep perorangan, sistem unit dosis dan sistem kombinasi oleh Satelit Farmasi. 2.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi untuk Pasien Rawat Jalan Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien rawat jalan di rumah sakit, yang diselenggarakan secara sentralisasi dan atau desentralisasi dengan sistem resep perorangan oleh Apotik Rumah Sakit.
3.
Pendistribusian Perbekalan Farmasi di luar Jam Kerja Merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pasien di luar jam kerja yang diselenggarakan oleh: Apotik rumah sakit/satelit farmasi yang dibuka 24 jam dan Ruang rawat yang menyediakan perbekalan farmasi emergensi.
B.
CIRI DISTRIBUSI OBAT YANG BAIK
1.
Ketersediaan obat yang tetap terpelihara.
2.
Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat tetap stabil selama proses distribusi.
3.
Meminimalkan
kesalahan
obat
dan
memaksimalkan
keamanan
pada
penderita. 4.
Meminimalkan obat yang rusak atau kadaluwarsa.
5.
Efisiensi penggunaan SDM.
6.
Meminimalkan pencurian dan atau kehilangan obat.
7.
IFRS mempunyai semua akses dalam semua tahap proses distribusi untuk pengendalian dan pengawasan serta penerapan pelayanan farmasi klinik.
8.
Terjadinya interaksi profesional antara apoteker, dokter, perawat, dan penderita.
9.
Meminimalkan pemborosan dan penyalahgunaan obat.
10. Harga terkendali. 11. Peningkatan penggunaan obat yang rasional
C.
1.
SISTEM DISTRIBUSI SEDIAAN FARMASI
Sistem Resep Perorangan Resep perorangan adalah order atau resep yang ditulis oleh dokter untuk tiap
pasien. Dalam sistem ini perbekalan farmasi disiapkan dan didistribusikan oleh IFRS sesuai yang tertulis pada resep.
Keuntangan resep perorangan, yaitu: a. Semua
resep/order
dikaji
langsung
oleh
apoteker,
yang
kemudian
memberikan keterangan atau informasi kepada pasien secara l angsung. b. Memberikan kesempatan interaksi profesional antara apoteker, dokter, perawat, dan pasien. c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat. d. Mempermudah penagihan biaya perbekalan farmasi bagi pasien.
Kelemahan/Kerugian sistem resep perorangan, yaitu: a. Memerlukan waktu yang lebih lama. b. Pasien membayar obat yang kemungkinan tidak digunakan
Alur Sistem Resep Perorangan 2.
Sistem Persediaan Lengkap Di Ruangan (Floor Stok). Sistem distribusi persediaan lengkap di ruang adalah tatanan kegiatan
pengantaran sediaan perbekalan farmasi sesuai dengan yang ditulis dokter pada
order perbekalan farmasi, yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat dengan mengambil dosis/unit perbekalan farmasi dari wadah persediaan yang langsung diberikan kepada pasien di ruang tersebut. Dalam sistem persediaan lengkap di ruangan, semua perbekalan farmasi yang dibutuhkan pasien tersedia dalam ruang penyimpanan perbekalan farmasi, kecuali perbekalan farmasi yang jarang digunakan. Sistem distribusi persediaan lengkap ini hanya digunakan untuk kebutuhan gawat darurat dan bahan dasar habis pakai. Kerugian/kelemahan sistem distribusi perbekalan farmasi persediaan lengkap di ruang sangat banyak. Oleh karena itu, sistem ini hendaknya tidak digunakan lagi. Dalam sistem ini, tanggung jawab besar dibebankan kepada perawat, yaitu menginterpretasi order dan menyiapkan perbekalan farmasi, yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker. Sistem distribusi perbekalan farmasi desentralisasi yang melaksanakan sistem persediaan lengkap di ruang, tetapi di bawah pimpinan seorang apoteker. Jika sistem desentralisasi ini dilakukan, kekurangan dari sistem distribusi perbekalan farmasi persediaan lengkap di ruang akan dapat diatasi. Kegiatan distribusi yang dilakukan : a.
Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi.
b.
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan.
c.
Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (diatas
jam
kerja)
maka
pendistribusiannya
didelegasikan
kepada
penanggung jawab ruangan. Keuntungan persediaan lengkap di ruang, yaitu: a.
Pelayanan lebih cepat
b.
Menghindari pengembalian perbekalan farmasi yang tidak terpakai ke IFRS.
c.
Mengurangi penyalinan order perbekalan farmasi.
Kelemahan persediaan lengkap di ruang, yaitu:
a.
Kesalahan perbekalan farmasi sangat meningkat karena order perbekalan farmasi tidak dikaji oleh apoteker.
b.
Persediaan perbekalan farmasi di unit pelayanan meningkat, dengan fasilitas ruangan yang sangat terbatas. Pengendalian persediaan dan mutu, kurang diperhatikan oleh perawat.
c.
Kemungkinan hilangnya perbekalan farmasi tinggi.
d.
Penambahan modal investasi, untuk menyediakan fasilitas penyimpanan perbekalan farmasi yang sesuai di setiap ruangan perawatan pasien.
e.
Diperlukan waktu tambahan lagi bagi perawat untuk menangani perbekalan farmasi.
f.
Meningkatnya kerugian dan bahaya karena kerusakan perbekalan farmasi. Dokter
Interpretasi oleh perawat
Resep
Pengendalian oleh perawat
Persediaan di ruang
Penyiapan oleh perawat
Kereta obat
Pemberian oleh perawat
Penderita
Persediaan
Pengendalian oleh apoteker
Alur sistem persediaan lengkap di ruang
3.
Sistem Unit Dosis (UDD) Perbekalan farmasi dosis unit adalah perbekalan farmasi yang diorder oleh
dokter untuk pasien, terdiri atas satu atau beberapa jenis perbekalan farmasi yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu.
Istilah “dosis unit” sebagaimana digunakan rumah sakit, berhubungan dengan
jenis kemasan dan juga sistem untuk mendistribusikan kemasan itu.
Pasien membayar hanya perbekalan farmasi yang dikonsumsi saja. Konsep kemasan dosis bukan suatu inovasi baru bagi kefarmasi an dan kedokteran karena industri farmasi telah membuat unit tunggal untuk sampel dan pada tahun terakhir telah dibuat menjadi prosuk kemasan tunggal yang dijual ke rumah sakit, untuk melayani resep. Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah tanggung jawab IRS, hal itu tidak dapat dilakukan di rumah sakit tanpa kerja sama dengan staf medik, perawatan pimpinan rumah sakit dan staf administratif. Jadi, dianjurkan bahwa suatu panitia perencana perlu ditetapkan untuk mengembangkan pendekatan penggunaan suatu sistem distribusi dosis unit. Kepemimpinan dari panitia ini seharusnya datang dari apoteker IFRS yang menjelaskan kepada anggota lain tentang konsep distribusi perbekalan farmasi dosis unit. Sistem distribusi perbekalan farmasi dosis unit adalah metode dispensing dan pengendalian perbekalan farmasi yang dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung pada kebutuhan khusus rumah sakit. Akan tetapi, unsur khusus berikut adalah dasar dari semua sistem dosis unit, yaitu: Perbekalan farmasi dikandung dalam kemasan unit tunggal; di-dispensing dalam bentuk siap konsumsi; dan untuk kebanyakan perbekalan farmasi tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, diantarkan ke atau tersedia pada ruang perawatan pasien setiap saat. Sistem distribusi dosis unit dapat dioperasikan dengan salah satu daru 3 metode di bawah ini, yang pilihannya tergantung pada kebijakan dan kondisi rumah sakit. a.
Sistem distribusi dosis unit sentralisasi. Sentralisasi dilakukan oleh IFRS sentral ke semua unit rawat inap di rumah sakit secara keseluruhan. Artinya, di rumah sakit itu mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya depo/satelit IFRS di beberapa unit pelayanan.
b.
Sistem distribusi dosis unit desentralisasi dilakukan oleh beberapa depo/satelit IFRS di sebuah rumah sakit. Pada dasarnya sistem distribusi
desentralisasi ini sama dengan sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja sistem distribusi desentralisasi ini dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS sentral. c.
Sistem distribusi dosis unit kombinasi sentralisasi dan desentralisasi, biasanya hanya dosis awal dan dosis keadan darurat dilayani depo/satelit IFRS. Dosis selanjutnya dilayani oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi yang lain, seperti pengemasan dan pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral.
Alur sistem distribusi unit dosis Alur sistem distribusi ini yaitu :
Dokter menuliskan resep, Kemudian perawat menuliskan resep ini ke dalam profil pengobatan penderita.
Apoteker dapat mendatangi ruang perawatan untuk melihat resep asli dan mencatat resep baru.
Pada saat pemberian obat, perawat membawa kereta obat ke ruang perawatan, memeriksa identitas penderita dan mengambil obat yang diperlukan dari laci yang sesuai, membandingkann etiket dan yang tertulis pada resep sebelum membuka kemasannya dan memberikannya kepada penderita.
Keuntungan sistem distribusi dosis unit yang lebih rinci sebagai berikut: a.
Pasien hanya membayar perbekalan farmasi yang dikonsumsinya saja.
b.
Semua dosis yang diperlukan pada unit perawatan telah disiapkan oleh IFRS.
c.
Mengurangi kesalahan pemberian perbekalan farmasi.
d.
Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
e.
Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non profesional yang lebih efisien.
f.
Mengurangi risiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi.
g.
Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep/order sampai pasien menerima dosis unit .
h.
Sistem
komunikasi
pengorderan
dan
distribusi
perbekalan
farmasi
bertambah baik. i.
Apoteker dapat datang ke unit perawatan/ruang pasien, untuk melakukan konsultasi perbekalan farmasi, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang diperlukan untuk perawatan psa ien yang lebih baik.
j.
Peningkatan dan pengendalian dan pemantauan penggunaan perbekalan farmasi menyeluruh.
k.
Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi.
Kelemahan sistem distribusi dosis unit sebagai berikut: a.
Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi
b.
Meningkatnya biaya operasional
4.
Sistem Distribusi Kombinasi Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan di ruang
merupakan sistem penyampaian obat kepada penderita berdasarkan permintaan dokter yang obatnya sebagian disiapkan instalasi farmasi dan sebagian lagi disiapkan dari persediaan obat yang terdapat di ruang. Alur sistem distribusi kombinasi:
Dokter menuliskan resep,
Interpretasi dilakukan baik oleh apoteker maupun perawat.
Apoteker menyiapkan obat dalam bentuk ruahan dan diserahkan ke unit pelayanan penderita, tetapi ada pula obat-obat yang disiapkan oleh instalasi farmasi untuk selanjutnya diserahkan kepada perawat.
Untuk obat yang terdapat di unit pelayanan penderita,
perawat akan
menyiapkan semua dosis pengobatan untuk penderita Dokter Interpretasi oleh apoteker
Resep
Pengendalian apoteker
Peracikan
Pengendalian oleh perawat
Lemari obat di ruang
Interpretasi oleh perawat
Pengendalian oleh perawat
Persediaan di ruang
Kereta Obat
Penyiapan oleh perawat
Penderita
Pemberian oleh perawat
Alur sistem distribusi kombinasi Keuntungan sistem distribusi kombinasi yaitu: a.
Semua resep/order perorangan dikaji langsung oleh apoteker.
b.
Adanya kesempatan berinteraksi dengan profesional antara apoteker, dokter, perawat dan pasien/keluarga pasien.
Pengendalian oleh apoteker
Persediaan
c.
Perbekalan farmasi yang diperlukan dapat segera tersedia bagi pasien.
Kerugian sistem distribusi kombinasi yaitu : a. Kemungkinan keterlambatan obat sampai ke pasien b. Kesalahan pemberian obat masih dapaat terjadi terutama dari persediaan ruangan
D.
Metode Sistem Pendistribusian Perbekalan Farmasi
Metode-metode yang digunakan dalam distribusi perbekalan farmasi juga dipilih berdasarkan hal berikut : 1. Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi c.
Sentralisasi (apoteker tidak ada di ruang perawatan) Metode sentralisasi merupakan suatu sistem pendistribusian perbekalan
farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi sentral. Seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai, baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut. Keuntungan Sentralisasi
-
Semua resep dikaji langsung oleh apoteker, yang juga dapat memberi informasi kepada perawat berkaitan dengan obat pasien,
-
Memberi
kesempatan
interaksi
profesional
antara
apoteker-dokter-
perawat-pasien,
-
Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas persediaan,
-
Mempermudah penagihan biaya pasien.
Permasalahan Sentralisasi
Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan distribusi obat ke pasien yang cukup tinggi,
Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records) dengan cepat,
Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu penyiapan komunikasi.
Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh. d.
Desentralisasi (apoteker ada di ruang perawatan) Metode desentralisasi merupakan suatu sistem pendistribusian perbekalan
farmasi oleh cabang IFRS di dekat unit perawatan atau pelayanan. Cabang ini, penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh instalasi farmasi pusat pelayanan farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap efektifitas dan keamanan perbekalan farmasi yang ada di depo farmasi. Keuntungan Desentralisasi
Obat dapat segera tersedia untuk diberikan kepada pasien
Pengendalian obat dan akuntabilitas semua baik
Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
Sistem distribusi obat berorientasi pasien sangat berpeluang diterapkan untuk penyerahan obat kepada pasien melalui perawat
Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan penderita secara efisien
Informasi obat dari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
Waktu kerja perawat dalam distribusi dan penyiapan obat untuk digunakan pasien berkurang, karena tugas ini telah diambil alih oleh personel IFRS desentralisasi
Spesialisasi terapi obat bagi apoteker dalam bidang perawatan pasien lebih efektif sebagai hasil pengalaman klinik terfokus
Pelayanan klinik apoteker yang terspesialisasi dapat dikembangkan dan diberikan secara efisien, misalnya pengaturan suatu terapi obat penderita khusus yang diminta dokter, heparin dan antikoagulan oral, digoksin, aminofilin, aminoglikosida dan dukungan nutrisi
Apoteker lebih mudah melakukan penelitian klinik dan studi usemen mutu terapi obat pasien.
Permasalahan Desentralisasi Semua apoteker klinik harus cakap sebagai penyedia untuk bekerja secara
efektif dengan asisten apoteker dan teknisi lain. Apoteker biasanya bertanggungjawab untuk pelayanan, distribusi dan
pelayanan klinik. Waktu yang mereka gunakan dalam kegiatan yang bukan distribusi obat tergantung pada ketersediaan asisten apoteker yang bermutu dan kemampuan teknisi tersebut untuk secara efektif mengorganisasikan waktu guna memenuhi tanggungjawab mereka. Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih sulit
karena likasi IFRS cabang yang banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis. Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena anggota
staf berpraktek dalam lokasi fisik yang banyak. Lebih banyak alat yang diperlukan, misalnya acuan (pustaka) informasi
obat, laminar air flow, lemari pendingin, rak obat, dan alat untuk meracik. Jumlah dan keakutan pasien menyebabkan beban kerja distribusi obat
dapat melebihi kapasitas ruangan dan personal dalam unit IFRS desentralisasi yang kecil. 2.
Berdasarkan pendistribusian di gudang farmasi a. Internal (gudang ke Depo- Depo) b. Eksternal (gudang ke instalasi penunjang lainnya)
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
1. Kegiatan distribusi dibagi menjadi 2 yaitu kegiatan rutin dan khusus 2. Ada 2 bentuk sistem distribusi yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. 3. Sistem distribusi obat untuk rawat inap dibagi menjadi 4 bagian yaitu Sistem persediaan lengkap diruan grawat (Ward Total Floor S to ck ), sistem resep individual (pesanan obat secara individual), kombinasi sistem resep individual dengan Total Floor Stock , dan sistem dosis unit.
Saran
1. Dengan adanya sistem distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit, sebaiknya dilakukan sistem distribusi perbekalan farmasi yang sesuai kebutuhan, kondisi, dan tujuan yang baik untuk rumah sakit dan pasien. 2. Sistem distribusi perbekalan farmasi yang baik akan memberikan hasil yang positif bagi rumah sakit dan pelayanan yang optimal bagi pasien. Semakin efektif proses distribusi perbekalan farmasi, semakin besar kemungkinan untuk mendapatkan pelayanan yang tepat bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, Direktorat Bina Farmasi dan Alat Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Rumah Sakit , Jakarta, 2010 Permenkes RI, Nomor 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Siregar, C.J.P, Amalia, L. 2003. Farmasi Rumah Sakit dan Penerapan. Jakarta : EGC