1
BAB I KONSEP DASAR MEDIS
A. Definisi Tumor adalah pembengkakan atau pembesaran, merupakan salah satu dari lima karakteristik inflamasi. i nflamasi. Namun, istilah ini sekarang s ekarang digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan biologikal jaringan yang tidak normal. Tumor bisa jinak (benigna/bukan kanker) dan bisa juga ganas/tidak jinak (maligna/kanker), (Panda, 2014) Tumor kolon adalah pertumbuhan biologikal jaringan yang abnormal pada kolon atau usus besar dimana organ ini merupakan organ yang berfungsi ntuk menyerap air dan nutrisi dari makanan yang dicerna dan membuang sisanya menjadi limbah. B. Etiologi Terdapat empat etiologi utama kanker yaitu: (Davey, 2007): 1. Diet : Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayursayuran, buah-buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani 2. Kelainan kolon a. Adenoma di kolon : Degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma b. Femilial polyposis : Polip di usus mengalami degenerasi maligna menjadi karsinoma c. Kondisi ulserative : Penderita colitis ulserative menahun menmpunyai resiko terkena karsinoma kolon 3. Genetik : Anak yang berasal dari orang tua yang menderita karsinoma kolon mempunya frekuensi lebih rentang terkena karsinoma kolon dibanding dengan anaka yang berasal dari orang tua yang sehat
2
4. Karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) C. Patofisiologi Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas atau adenoma, yang dalam stadium awal membentuk polip (sel yang tumbuh sangat cepat). Pada stadium awal membentuk polip dapat diangkat dengan mudah. Akan tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi dalam waktu yang relative lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar Davey, 2007). Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat). Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara operasi. Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian tubuh lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu. Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis
3
lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel, dan fungsi lainnya. Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi/proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal, menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan). D. Tanda dan Gejala Gejala sangat ditentukan oleh lokasi tumor/kanker, tahap penyakit dan fungsi segmen usus tempat tumor berlokasi. Gejala paling menonjol adalah perubahan kebiasaan defekasi. Pasase darah dalam feses adalah gejala paling umum kedua. Gejala dapat juga mencakup anemia yang tidak diketahui penyebabnya, anoreksia, penurunan berat badan dan keletihan. Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal abdomen dan melena (feses hitam). Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar dalam feses. Gejala yang dihubungkan dengan lesi rektal adalah evakuasi feses yang tidak lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian serta feses berdarah. Ada tujuh gejala yang perlu diperhatikan dan diperiksakan lebih lanjut ke dokter untuk memastikan ada atau tidaknya kanker, yaitu : 1. Waktu buang air besar atau kecil ada perubahan kebiasaan atau gangguan. 2. Alat pencernaan terganggu dan susah menelan.
4
3. Suara serak atau batuk yang tak sembuh-sembuh. 4. Payudara atau di tempat lain ada benjolan (tumor). 5. Tahi lalat yang berubah sifatnya, mejadi makin besar dan gatal. 6. Darah atau lendir yang abnormal keluar dari tubuh. 7. Adanya koreng atau borok yang tak mau sembuh-sembuh. E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Endoskopi : Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi (untuk memeriksa bagian ujung usus besar yang terdiri dari rectum, kolon sigmoid dan anus), maupun kolonoskopi. 2. Radiologi : Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan antara lain adalah foto thoraks dan foto kolon/barium enema (penggunaan larutan barium sulfat yang diberikan melalui anus untuk memungkinkan pemeriksaan rontgen pada saluran usus bawah (rektum, usus besar). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis kanker ke paru-paru atau organ lainnya. 3. Ultrasonografi (USG) : Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di dalam abdomen dan hati. 4. Histopatologi : Biopsi digunakan untuk menegakkan diagnosis, untuk melihat gambaran histopatologis karsinoma kolon. 5. Laboratorium : Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan dan juga anemia. F. Komplikasi Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan
5
mengakibatkan pembentukan abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok. G. Penatalaksanaan 1. Pembedahan (Operasi) : Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker. 2. Penyinaran (Radioterapi) : Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan. 3. Kemoterapi : Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat kemoterapi ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus. 4. Prognosis Ada 4 tahapan untuk tumor kolon adalah sebagai berikut : 1. Stadium I - 72% 2. Stadium II - 54% 3. Stadium III - 39% 4. Stadium IV - 7%
6
50% dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi. Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi. Faktor – faktor yang mempengaruhi terbentuknya rekurensi termasuk kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi dan kemapuan untuk memperoleh batas-batas negatif tumor. Rekurensi lokal setelah operasi reseksi dilaporkan mencapai 3-32% penderita. Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor yang mempengaruhi rekurensi lokal.
7
BAB II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Identitas pasien 2. Keluhan utama 3. Riwayat keluhan utama 4. Keluhan saat ini Riwayat keperawatan yang perlu dikaji yaitu: (Doenges, 2002) 1. Kenyamanan/nyeri 2. Aktifitas/istirahat Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia, merasa gelisah dan ansietas, pembatasan aktifitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit 3. Sirkulasi Tanda : Takikardi (respons terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi, dan nyeri), kulit/membran mukosa: turgor buruk, kering, lidah pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi) 4. Integritas ego Gejala : Ansietas, ketakutan, emosi, perasaan tak berdaya/taka da harapan, faktor stress sehubungan dengan keluarga/pekerjaan, pengobatan yang mahal Tanda : Menolak, perhatian menyempit 5. Eliminasi Gejala : Tekstur feses bervariasi dari bentuk, tekstur, bau atau berair, melena Tanda : Menurunnya bising usus, hemoroid
8
6. Makanan/cairan Gejala : Anoreksia, mual/muntah, penurunan berat badan. Tanda : Penurunan massa otot, kelemahan, membrane mukosa pucat; luka, inflamasi rongga mulut 7. Hygiene Tanda : Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, stomatitis, bau badan 8. Interaksi sosial Gejala
:
Masalah
hubungan/peran
sehubungan
ketidakmampuan aktif dalam sosial B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu : 1. Nyeri akut 2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Resiko tinggi infeksi 4. Resiko tinggi terhadap diare 5. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan 6. Hambatan mobilitas fisik 7. Ansietas
dengan
kondisi,
9
C. Intervensi Keperawatan No
Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut
NOC a. Kontrol nyeri b. Tingkat nyeri c. Tingkat kenyamanan Kriteria Evaluasi:
2.
Nutrisi kurang kebutuhan tubuh
NIC Rasional 1. Lakukan pengkajian nyeri yang 1. Untuk mengetahui lokasi, komprehensif karakteristik, kualitas nyeri, frekuensi dan faktor pencetus 2. Observasi isyarat nonverbal 2. Untuk lebih mengetahui ketidaknyamanan keadaan mum klien 3. Berikan tindakan nyaman 3. Untuk meningkatkan relaksasi misalnya ubah posisi yang membuat klien merasa nyaman 4. Berikan informasi tentang nyeri 4. Agar klien mampu mengontrol seperti penyebab nyeri dan nyeri berapa lama akan berlangsung 5. Ajarkan penggunaan teknik 5. Untuk memberikan pengetahuan nonfarmakologi manajemen kepada pasien dan keluarga nyeri (misalnya imajinasi pasien apabila nyeri datang terbimbing, distraksi, kompres hangat atau dingin, dan masase) 6. Kolaborasi pemberian analgetik 6. Untuk mengurangi rasa nyeri
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri) 2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri) 4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang dari a. Status nutrisi 1. Lakukan pengkajian pola nutrisi 1. Untuk mengetahui pola nutrisi b. Status nutrisi : Asupan nutrisi pasien klien serta intake makanan c. Nafsu makan 2. Lakukan kebersihan oral 2. Mulut yang bersih dapat d. Berat badan meningkatkan rasa makanan 3. Ajarkan kepada keluarga pasien 3. Makan sedikit demi sedikit Kriteria Evaluasi : . Adanya peningkatan berat untuk memberi makan tapi dapat meningkatkan intake badan sesuai dengan tujuan sedikit nutrisi
10
3.
Resiko tinggi infeksi
. Berat badan ideal sesuai dengan 4. Kaji tingkat nyeri, mual dan tinggi badan muntah . Mampu mengidentifikasi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan nutrisi dalam pemberian diet dan pola . Tidak ada tanda-tanda makan malnutrisi . Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan . Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti a. Immune status 1. Observasi tanda-tanda infeksi b. Knowledge : Infection control dan peradangan c. Risk control 2. Tingkatkan upaya pencegahan Kriteria Hasil : 1. Klien bebas dari tanda dan dengan mencuci tangan bagi gejala infeksi semua orang yang berhubungan 2. Mendeskripsikan proses dengan pasien penularan penyakit, faktor 3. Pertahankan teknik aseptik yang mempengaruhi prosedur invasif penularan serta 4. Bantu pasien melakukan oral penatalaksanaannya hygiene 3. Menunjukkan kemampuan 5. Anjurkan untuk makan dan untuk mencegah timbulnya minum secara adekuat infeksi 6. Kolaborasi dalam pemberian 4. Jumlah leukosit dalam batas antibiotik yang sesuai normal 5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
4. Mengidentifikasi penyebab anoreksia 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
1. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Mencegah timbulnya infeksi nasokomial
3. Agar tidak menjadi media pertumbuhan bagi kuman 4. Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut 5. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi 6. Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
10
3.
Resiko tinggi infeksi
. Berat badan ideal sesuai dengan 4. Kaji tingkat nyeri, mual dan tinggi badan muntah . Mampu mengidentifikasi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi kebutuhan nutrisi dalam pemberian diet dan pola . Tidak ada tanda-tanda makan malnutrisi . Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan . Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti a. Immune status 1. Observasi tanda-tanda infeksi b. Knowledge : Infection control dan peradangan c. Risk control 2. Tingkatkan upaya pencegahan Kriteria Hasil : 1. Klien bebas dari tanda dan dengan mencuci tangan bagi gejala infeksi semua orang yang berhubungan 2. Mendeskripsikan proses dengan pasien penularan penyakit, faktor 3. Pertahankan teknik aseptik yang mempengaruhi prosedur invasif penularan serta 4. Bantu pasien melakukan oral penatalaksanaannya hygiene 3. Menunjukkan kemampuan 5. Anjurkan untuk makan dan untuk mencegah timbulnya minum secara adekuat infeksi 6. Kolaborasi dalam pemberian 4. Jumlah leukosit dalam batas antibiotik yang sesuai normal 5. Menunjukkan perilaku hidup sehat
4. Mengidentifikasi penyebab anoreksia 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
1. Untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan 2. Mencegah timbulnya infeksi nasokomial
3. Agar tidak menjadi media pertumbuhan bagi kuman 4. Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut 5. Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi 6. Penanganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis
11
4.
Resiko tinggi terhadap a. Kontinensi usus diare b. Eliminasi usus Kriteria Evaluasi:
1. Mematuhi ketentuan diet untuk mengurangi diare 2. Mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam batas normal 3. Terhidrasi dengan baik (membrane mukosa lembab; afebris; turgor bola mata baik; tekanan darah, hematokrit, dan haluaran urin dalam batas normal.
5.
Resiko tinggi terhadap a. Keseimbangan cairan kekurangan volume b. Hidrasi cairan Kriteria Evaluasi : 1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia, BB, dan BJ urin normal 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 4. Elastisitas turgor kulit baik,
1. Observasi dan catat frekuensi 1. Untuk mengetahui beratnya defekasi diare 2. Tingkatkan tirah baring 2. Tirah baring dapat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi 3. Identifikasi makanan dan cairan 3. Menghindarkan iritan dan yang dapat mencetuskan diare meningkatkan istirahat usus 4. Ajarkan pasien dan keluraga 4. Agar pasien dan keluarga tentang penggunaan obat anti mengerti cara penggunaan obat diare yang benar anti diare yang benar 5. Berikan antikolinergik, 5. Menurunkan motilitas usus dan misalnya belladonna tinktur, menghilangkan diare atropine, difenoksilat
1. Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan membran mukosa, kekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik) 2. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa 3. Timbang berat badan setiap hari jika memungkinkan 4. Anjurkan pasien dan keluarga pasien untuk menginformasikan
1. Untuk mengetahui status hidrasi pasien
2. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi 3. Indikator cairan dan status nutrisi 4. Untuk mengetahui dehidrasi pasien
11
4.
Resiko tinggi terhadap a. Kontinensi usus diare b. Eliminasi usus Kriteria Evaluasi:
1. Mematuhi ketentuan diet untuk mengurangi diare 2. Mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam batas normal 3. Terhidrasi dengan baik (membrane mukosa lembab; afebris; turgor bola mata baik; tekanan darah, hematokrit, dan haluaran urin dalam batas normal.
5.
Resiko tinggi terhadap a. Keseimbangan cairan kekurangan volume b. Hidrasi cairan Kriteria Evaluasi : 1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia, BB, dan BJ urin normal 2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi 4. Elastisitas turgor kulit baik,
1. Observasi dan catat frekuensi 1. Untuk mengetahui beratnya defekasi diare 2. Tingkatkan tirah baring 2. Tirah baring dapat menurunkan motilitas usus juga menurunkan laju metabolisme bila infeksi atau perdarahan sebagai komplikasi 3. Identifikasi makanan dan cairan 3. Menghindarkan iritan dan yang dapat mencetuskan diare meningkatkan istirahat usus 4. Ajarkan pasien dan keluraga 4. Agar pasien dan keluarga tentang penggunaan obat anti mengerti cara penggunaan obat diare yang benar anti diare yang benar 5. Berikan antikolinergik, 5. Menurunkan motilitas usus dan misalnya belladonna tinktur, menghilangkan diare atropine, difenoksilat
1. Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan membran mukosa, kekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik) 2. Palpasi nadi perifer. Evaluasi pengisian kapiler, turgor kulit dan status membran mukosa 3. Timbang berat badan setiap hari jika memungkinkan 4. Anjurkan pasien dan keluarga pasien untuk menginformasikan
1. Untuk mengetahui status hidrasi pasien
2. Memberikan informasi tentang volume sirkulasi umum dan tingkat hidrasi 3. Indikator cairan dan status nutrisi 4. Untuk mengetahui dehidrasi pasien
12
membran mukosa lembab, perawat bila haus tidak rasa haus yang 5. Aktifitas kolaboratif : Laporkan 5. Diperlukan untuk berlebihan abnormalitas elektrolit dan mempertahankan perfusi pemberian terapi IV sesuai jaringan adekuat/fungsi organ indikasi
6.
Hambatan fisik
7.
Ansietas
a. Ambulasi mobilitas b. Pergerakan Kriteria Evaluasi:
1. Klien meningkat dalam aktifitas fisik 2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
a. Tingkat kecemasan . Tingkat kecemasan sosial c. Koping riteria Evaluasi:
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pemenuhan aktifitas 2. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman 3. Ajarkan pasien dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot 4. Berikan penguatan positif selama aktifitas 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk program latihan 1. Kaji tingkat kecemasan, termasuk reaksi fisik 2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya 3. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit pasien
1. Untuk mengidentifikasi masalah 2. Agar keluarga pasien mampu melakukan secara mandiri 3. Untuk mempertahankan atau meningkatkan ketahahan otot
4. Agar klien bersemangan dalam pemenuhan aktifitas 5. Untuk mengatur program latihan aktifitas pada klien 1. Untuk menentukan ingkat kecemasan yang dialami pasien 2. Dapat meringankan beban pikiran pasien 3. Informasi yang akurat mengenai penyakitnya dapat mengurangi
12
membran mukosa lembab, perawat bila haus tidak rasa haus yang 5. Aktifitas kolaboratif : Laporkan 5. Diperlukan untuk berlebihan abnormalitas elektrolit dan mempertahankan perfusi pemberian terapi IV sesuai jaringan adekuat/fungsi organ indikasi
6.
Hambatan fisik
7.
Ansietas
a. Ambulasi mobilitas b. Pergerakan Kriteria Evaluasi:
1. Klien meningkat dalam aktifitas fisik 2. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas 3. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah
a. Tingkat kecemasan . Tingkat kecemasan sosial c. Koping riteria Evaluasi:
1. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
1. Kaji kebutuhan terhadap bantuan pemenuhan aktifitas 2. Ajarkan teknik ambulasi dan berpindah yang aman 3. Ajarkan pasien dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif atau pasif untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot 4. Berikan penguatan positif selama aktifitas 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik untuk program latihan 1. Kaji tingkat kecemasan, termasuk reaksi fisik 2. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya 3. Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit pasien
1. Untuk mengidentifikasi masalah 2. Agar keluarga pasien mampu melakukan secara mandiri 3. Untuk mempertahankan atau meningkatkan ketahahan otot
4. Agar klien bersemangan dalam pemenuhan aktifitas 5. Untuk mengatur program latihan aktifitas pada klien 1. Untuk menentukan ingkat kecemasan yang dialami pasien 2. Dapat meringankan beban pikiran pasien 3. Informasi yang akurat mengenai penyakitnya dapat mengurangi
13
. Mengidentifikasi, beban pikiran pasien mengungkapkan dan 4. Pada saat ansietas berat, 4. Agar klien menjadi lebih tenang menunjukkan teknik dampingi pasien, bicara dengan dan tidak merasa sendiri mengontrol cemas tenang, dan berikan ketenangan . TTV dalam batas normal serta rasa nyaman . Postur tubuh, ekspresi wajah, 5. Kolaborasi pemberian obat 5. Untuk mengurangi gejala bahasa tubuh dan tingkat untuk menurunkan ansietas, jika ansietas pasien aktivitas menunjukkan diperlukan berkurangnya kecemasan
13
. Mengidentifikasi, beban pikiran pasien mengungkapkan dan 4. Pada saat ansietas berat, 4. Agar klien menjadi lebih tenang menunjukkan teknik dampingi pasien, bicara dengan dan tidak merasa sendiri mengontrol cemas tenang, dan berikan ketenangan . TTV dalam batas normal serta rasa nyaman . Postur tubuh, ekspresi wajah, 5. Kolaborasi pemberian obat 5. Untuk mengurangi gejala bahasa tubuh dan tingkat untuk menurunkan ansietas, jika ansietas pasien aktivitas menunjukkan diperlukan berkurangnya kecemasan
14
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., dkk., Nursing Yogyakarta: Mocomedia. 2013.
Intervention
Classification
(NIC).
Davey, Patrick. 64 Manifestasi Klinik dan 146 Penyakit Medis. Jakarta: Erlangga. 2007. Moorhead, Sue, dkk., Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta: Mocomedia. 2013. Panda. Kamus Berwarna Kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. 2014. PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: DPP PPNI. 2016. Wilkinson, Judith M., Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. 2011.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, Gloria M., dkk., Nursing Yogyakarta: Mocomedia. 2013.
Intervention
Classification
(NIC).
Davey, Patrick. 64 Manifestasi Klinik dan 146 Penyakit Medis. Jakarta: Erlangga. 2007. Moorhead, Sue, dkk., Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta: Mocomedia. 2013. Panda. Kamus Berwarna Kedokteran. Tangerang: Binarupa Aksara Publisher. 2014. PPNI, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: DPP PPNI. 2016. Wilkinson, Judith M., Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta: EGC. 2011.