LAPORAN TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
"Perbanyakan Vegetatif"
Disusun Oleh :
Nama : Isna Ummul Ma'rifah
NIM : 135040201111194
Kelas : E
Asisten : Nur Winda
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukanuntuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program budidaya secara luas.
Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dalam duacara, yaitu: perbanyakan secara generatif dan perbanyakan secara vegetatif.Perbanyakan tanaman secara vegetatif dan generatif merupakan salah satu bagianyang penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Keduanya memiliki kelebihandan kekurangan masing-masing untuk diaplikasikan dalam kegiatan perbanyakantanaman.Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpamelalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadisecara alami tanpa bantuan campur tangan manusia.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon).Perbanyakan tanaman secara vegetatif juga dapat dilakukan secara buatan yaitu perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji daritanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tanganmanusia. Beberapa teknik-teknik perbanyakan secara vegetatif ada yang mudahdilakukan dan sulit dilakukan.
Untuk itu, disusunlah laporan teknologi produksi benih dengan perbanyakan secara vegetatif agar kita lebih mengerti tentang apa yang dimaksud dengan perbanyakan vegetatif dan dapat mempraktikkan teknik-teknik perbanyakan vegetatif.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum perbanyakan vegetatif ini adalah sebagai berikut :
a. Mahasiswa mengetahui informasi mengenai perbanyakan tanaman secara vegetatif dan mampu menerapkan cara perbanyakan dengan vegetatif.
b. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan antara perbanyakan vegetatif secara akami dan perbanyakan vegetatif buatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perbanyakan Vegetatif
2.1.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Alami
Perbanyakan vegetatif alami, yaitu perbanyakan vegetatif dimanamengambil bahan tanam dari organ tubuh tanaman induk yang merupakanhasil pertumbuhan tanaman (bagian generatif) dan sifat dari keturu-nannya pasti sama dengan induknya (Ashari, 1995).
Perbanyakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji tanaman induk yang terjadi secara alamitanpa campur tangan manusia (Gunawan, I. 2004)
2.1.2 Macam Perbanyakan Vegetatif Alami
a. Rhizome
Rhizoma merupakan modifikasi dari batang yang tumbuh menjalar dibawah permukaan tanah. Salah satu ciri rhizoma yang nampak adalah adanya ruas-ruas, sehingga dari setiap ruas tersebut dapat tumbuh individu baru. Contoh tumbuhan yang membentuk rhizoma sebagai alat perkembangbiakan adalah Sansiveira, Jahe, Lengkuas, dll.
b. Umbi
Umbi kecuali berperan sebagai tempat menyimpan cadangan makanan juga berperan sebagai alat perkembangbiakan. Berdasarkan cirinya umbi dapat dibedakan atas umbi batang, umbi akar dan umbi lapis.
1). Bulb (Umbi Lapis) Merupakan umbi yang tersusun atas lapisan-lapisan yang membungkus bagian yang disebut cakram. Dari cakram inilah nantinya muncul individu baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi lapis adalah : bawang merah, bakung dll.
2). Corn (Umbi batang)
Umbi batang memiliki ciri terdapat beberapa mata tunas, sehingga dari satu umbi dapat menghasilkan beberapa individu baru sebagai keturunannya. Contoh tumbuhan yang menghasilkan umbi batang adalah kentang, ubi jalar dll
3). Umbi akar Umbi akar tidak memiliki mata tunas, sehingga tunas baru hanya muncul pada satu tempat yaitu pada pangkal umbi yang merupakan tempat pelekatannya dengan batang. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi akar adalah dahlia, bengkuang dan lobak.
c. Tunas
Tunas Tunas batang : bambu, pisang, Aglaonema
Tunas akar : cemara, sukun, kesemek
Tunas daun : Cocor bebek (disebut juga tunas adventif)
(Handoyo, 2014)
d. Stolon/Geragih
batang yang menebal dan tumbuh secara horizontal sepanjang atau tumbuh di bawah permukaan tanah dan pada interval tertentu memunculkan tunas ke permukaan tanah. Contoh: strawberry, lili paris, arbei (Raharja, dkk, 2003).
2.1.3. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan vegetatif alami
Suhu
Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti.
Kelembaban udara
Kadar air dalam udara dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih cepat.
Cahaya Matahari
Sinar matahari sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.
Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk mempercepat buah menjadi matang (Rochiman.2002).
2.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan
2.2.1 Pengertian Perbanyakan Vegetatif Buatan
Perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atau tidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara buatan dengan bantuan campur tangan manusia. Tanaman yang biasa diperbanyak dengan cara vegetatif buatan adalah tanaman yang memiliki kambium. Tanaman yang tidak memiliki kambium atau bijinya berkeping satu (monokotil) umumnya tidak dapat diperbanyak dengan cara vegetatif buatan (Rochiman.2002).
2.2.2 Macam Perbanyakan vegetatif buatan
a. Cangkok Cangkok adalah perbanyakan tanaman dengan cara menguliti suatu bagian batang tanaman yang ada, kemudian dibungkus dengan tanah agar akarnya tumbuh dan kemudian ditanam pada media yang lain.
Teknik cangkok (marcottage atau air layerage) banyak dilakukan untuk memperbanyak tanaman hias atau tanaman buah yang sulit diperbanyak dengan cara lain, seperti stek, biji, atau sambung. Tanaman yang biasa dicangkok umumnya memiliki kambium atau zat hijau daun, seperti mangga (Mangifera indica), sukun (Artocarpus communis), jeruk nipis (Citrus aurantifolia), alpukat (Persea americana), dan lain-lain. Tanaman lain yang tidak berkambium dan bisa diperbanyak dengan sistem cangkok adalah salak dan jenis-jenis bambu. 1). Keuntungan mencangkok Tumbuhan hasil cangkokan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji dan memiliki sifat yang sama dengan induknya. 2). Kerugian mencangkok Tumbuhan hasil cangkokan mudah roboh, karena sistem perakarannya adalah serabut dan umurnya lebih pendek dibandingkan tumbuhan yang ditanam dari biji.
b. Stek
Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian - bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Teknis sangat mudah. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar.
Stek batang stek daun
(Handoyo, 2004)
c.Okulasi
Okulasi atau budding adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif dengan cara menggabungkan dua tanaman atau lebih. Penggabungan dilakukan dengan cara mengambil mata tunas dari cabang pohon induk, lalu dimasukkan atau ditempelkan di bagian batang bawah yang sebagian kulitnya telah dikelupas membentuk huruf T tegak, T terbalik, H, U tegak, atau U terbalik. Tempelan kedua tanaman tersebut diikat selama beberapa waktu sampai kedua bagian tanaman bergabung menjadi satu tanaman baru. Penyatuan kedua tanaman ini terjadi setelah tumbuh kalus dari kedua tanaman tersebut. Akibat pertumbuhan kalus ini akan terjadi perekatan atau penyambungan yang kuat. Contoh tanaman yang dapat diperbanyak dengan teknik okulasi yaitu : mangga (Mangifera indica), rambutan (Nephelium lappaceum), sirsak (Annona muricata), alpukat (Persea americana), dan jeruk (Citrus sp.) (Hartmann, dkk. 1997).
d.Menyambung/ Mengenten
Menyambung atau mengenten adalah menggabungkan batang bawah dan batang atas dua tanaman yang sejenis. Misalnya, ada dua tanaman mangga. Tanaman mangga pertama berakar kuat tetapi buahnya asam, sedangkan tanaman mangga kedua berakar lemah tetapi buahnya sangat manis. Untuk memperoleh pohon mangga yang berakar kuat dan berbuah manis, maka batang bawah dari tanaman mangga berakar kuat disambungkan dengan batang atas tanaman mangga yang berbuah manis.
e. Merunduk
Merunduk adalah memperbanyak tumbuhan dengan cara merundukan batang atau cabang ke tanah sehingga tumbuh akar. Tumbuhan yang biasa dikembangbiakan antara lain sirih, strawberry, alamanda, anyelir, apel, selada air,anggur dan sebagainya.
f. Kultur jaringan
Yaitu perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan cara mengambil jaringan tertentu dari suatu tanaman(tunas,akar,daun) dan dikembangkan dalam media khusus.
(Handoyo, 2014)
2.2.3 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan
a. Faktor Intern :
1) Dormansi bahan tanam (dapat dipecahkan dengan pemberian kelembaban tinggi)
2) ZPT (dapat memacu pertumbuhan akar dan tunas)
b. Faktor Ekstern :
1) Suhu (bahan tanam tidak tahan dengan suhu tinggi)
2) Kelembaban (pada awal masa tanam dibutuhkan kelembaban yang tinggi)
3) Cahaya (pada awal pertumbuhan tunas dan akar dibutuhkan cahaya yang tidak banyak, maka perlu diberi naungan)
4) Jamur dan bakteri (biasanya sangat peka terhadap keadaan yang lembab, bahan tanam yang terlukai sangat rawan terhadap serangan jamur dan bakteri sehingga menyebabkan kebusukan) (Mangoendidjojo, 2003).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat :
Cutter = untuk memotong bahan
Plastik es = untuk mengikat dan menyungkup
Polibag dan bak pasir = untuk tempat menanam
Kertas Label = untuk pelabelan
Bahan :
Bawang merah = untuk bahan tanam umbi lapis
Kentang = untuk bahan tanam umbi batang
Tanaman mawar = untuk perbanyakan okulasi
Tanaman bougenvil = untuk perbanyakan grafting
Tanaman rosemary = untuk perbanyakan stek batang
Campuran pasir dan kompos= sebagai media tanam
ZPT = sebagai zat perangsang pertumbuhan akar
3.2 Lembar Pengamatan
Umbi Lapis (Bawang Merah)
Dipotong sebagian
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
8 hst
2.
Jumlah tunas
2
2
0
0
0
3.
Tinggi tanaman (cm)
10
22
0
0
0
Tanpa dipotong
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
8 hst
2.
Jumlah tunas
2
2
1
0
0
3.
Tinggi tanaman (cm)
1
1,5
5
0
0
Umbi Batang (Kentang)
Utuh
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
10 hst
2.
Jumlah tunas
2
5
5
4
0
3.
Tinggi tanaman (cm)
0,2
0,6
2
2
0
Dipotong setengah
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
10 hst
2.
Jumlah tunas
2
7
5
4
0
3.
Tinggi tanaman (cm)
0,2
0,5
0,5
1
0
Stek Daun (cocor bebek)
Daun atas
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
11 hst
2.
Jumlah tunas
0
8
6
11
15
Daun bawah
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
8 hst
2.
Jumlah tunas
0
13
10
11
12
Daun utuh
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke- (hst)
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
8 hst
2.
Jumlah tunas
0
5
6
6
7
Stek Batang
Batang atas
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
0
2.
Jumlah tunas
0
0
0
0
0
3.
Persentase tanaman hidup
100%
100%
0%
0%
0%
Batang tengah
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
0
2.
Jumlah tunas
0
0
0
0
0
3.
Persentase tanaman hidup
100%
100%
0%
0%
0%
Batang bawah
No.
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
0
2.
Jumlah tunas
0
0
0
0
0
3.
Persentase tanaman hidup
100%
30%
0%
0%
0%
Okulasi
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
0
2.
Jumlah tunas
0
0
0
0
0
3.
Warna Tunas
Coklat Kehitaman
Coklat Kehitaman
Coklat Kehitaman
Coklat Kehitaman
Coklat Kehitaman
Grafting
No
Parameter Pengamatan
Minggu ke-
1
2
3
4
5
1.
Saat munculnya tunas
14 hst
2.
Warna Tunas
Coklat segar
Coklat segar
Coklat segar
Coklat segar
Coklat segar
3.3 Dokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Perbanyakan Vegetatif Alami
Pada Praktikum Teknologi Produksi Benih Perbanyakan Vegetatif,dilakukan beberapa kegiatan antara lain perbanyakan tanaman secara vegetative dengan cara umbi lapis pada bawang merah, okulasi bunga mawar, umbi batang pada kentang, stek batang bunga krisan, stek daun, dan grafting pada tanaman bunga bougenvile.
Pada perlakuan umbi lapis, didapatkan hasil bahwa pada perlakuan bawang merah dipotong 1/3 bagian jumlah tunas ada 4 dengan tinggi tanaman 22 cm, sedangkan pada perlakuan tanpa dipotong, jumlah tunasnya berbeda satu, yaitu sebanyak 5 tunas dengan tinggi tanman lebih pendek yaitu 5 cm. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bawang merah yang dipotong 1/3 dengan perlakuan yang tidak dipotong hanya berbeda satu tunas, namun untuk tinggi tanaman lebih tinggi yang dipotong sebagian dari pada yang tanpa potong dan perbedaan nya cukup jauh. Menurut Rukmana (1994) bahwa pemotongan umbi bibit bawang merah mempunyai keuntungan antara lain: pertumbuhan bibit merata, umbi bibit lebih cepat tumbuh dan berpengaruh terhadap banyaknya anakan dan jumlah daun, sehingga hasilnya dapat meningkat. Sedangkan rendahnya nilai pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah pada perlakuan tanpa pemotongan umbi bibit diduga diakibatkan oleh lambatnya keluar mata tunas, sehingga pertumbuhan tunas dan pembentukananakan terhambat dan mengakibatkan tanaman tumbuh tidak maksimal.
Hal tersebut tidak sesuai dengan hasil pengamatan yang telah dilakukan, kemungkinan hal tersebut terjadi karena pada perlakuan yang kurang tepat, pemberian ZPT yang kurang, dan faktor lingkungan juga dapat berpengaruh.
Untuk perbanyakan vegetatif umbi batang tanaman kentang didapatkan hasil dari pengamatan selama 5 minggu. Pada kedua perlakuan yaitu umbi yang utuh dengan umbi yang dipotong setengah keduanya muncul tunas saat 10 hst. Untuk jumlah tunas sama di akhir pengamatan di minggu ke 4 yaitu berjumlah 4 tunas, sedangkan untuk tinggi tanaman lebih tinggi pada kentang yang utuh yaitu 2 cm sedangkan yang dipotong setengah hanya 1 cm.
Dapat disimpulkan umbi yang utuh lebih baik dibanding dengan yang dipotong setengah, berarti pemberian ZPT pada umbi yang dipotong setengah tidak berpengaruh, yang seharusnya ZPT dapat merangsang pertumbuhan namun pada perlakuan ini tidak berpengaruh, hal tersebut mungkin ZPT yang sudah terlalu lama jadi kurang baik.
Untuk stek daun yang menggunakan daun cocor beber dilakukan dengan 3 perlakuan yaitu dengan penanaman daun atas, daun bawah, dan daun utuh. Pada daun atas tunas muncul pada 11 hst dan jumlah tunas diakhir pengamtan berjumlah 15, pada daun bawah tunas muncul tunas pada 8 hst dan jumlah tunas 12 sedangkan pada daun utuh tunas muncul pada 8 hst dengan jumlah 7 tunas. Hal tersebut dapat disimpulkan munculnya tunas yang cepat pada daun yang utuh dan daun bawah sedangkan pada jumlah tunas yang banyak pada daun atas.
Pada stek batang tidak dapat tumbuh hal tersebut diketahui dari tunas yang tidak ada atau tidak tumbuh dari awal penanaman sampai di akhir pengamatan. Menurut Pasetriyani (2013) Keberhasilan perbanyakan dengan cara stek stek dapat ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan stek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern dan extern. Salah satu faktor intern yang mempengaruhi regenerasi akar dan pucuk adalah fitohormon yang berfungsi sebagai zat pengatur tumbuh.
4.2 Perbanyakan Vegetatif Buatan
Pada perbanyakan vegetatif buatan yaitu dengan melakukan okulasi dan grafting. Pada okulasi tidak tumbuh tunas dan warna nya coklat kehitaman Hal ini mungkin dikarenakan faktor kesalahan praktikan saat melakukan praktikum, dan kondisi tanaman serta lingkungan yang kurang mendukung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yohanis Tambing, dkk (2008) yaitu beberapa kemungkinan penyebab inkompatibilitas: (1) jumlah sambungan yang bertaut relatif kecil, (2) adanya perbedaan laju tumbuh antara batang bawah dan batang atas, (3) kedua varietas yang disambungkan mengalami defisiensi hara/hormon tumbuh maupun translokasi nutrisi yang abnormal, (4) banyak getah dan mengeras pada luka di bagian sambungan, (5) infeksi penyakit, (6) beberapa varietas tertentu sangat rendah memperoduksi kalus, (7) bentuk potongan yang tidak serasi, (8) bidang persentuhan kambium tidak tepat, (9) faktor ketrampilan orang yang melak-uan penyambungan (Rochiman dan Setyati, 1973 dan Tirtawinata, 2003).
Namun untuk grafting muncul tunas pada 14 hari setelah tanam, dan warna batang coklat segar hingga pengamatan terakhir hal ini berarti pada grafting dapat tumbuh dengan baik. Menurut Suwandi (2002) Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan grafting : Grafting tidak terkena secara langsung terik matahari maupun air hujan. Bagian sambungan kambium harus menempel seerat mungkin, paling tidak salah satu dari bagiannya, Pisau dan gunting yang digunakan untuk kegiatan sambungan ini yang tajam dan tidak berkarat agar sambungan tidak terinfeksi oleh penyakit, Dikerjakan dengan secepat mungkin, dengan kerusakan minimum pada kambium, dan diusahakan penyayatan pada scion jangan sampai berulangulang, Usahakan untuk menjaga bagian yang terluka, baik pada scion maupun pada rootstock agar tetap dalam keadaan lembab, Bagian sambungan harus dijaga dari kekeringan sampai beberapa minggu setelah penyambungan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pembiakan vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui perkawinan atautidak menggunakan biji dari tanaman induk yang terjadi secara alami tanpa bantuan campur tangan manusia. Perbanyakan tanaman secara vegetatif alamiah dapat terjadi melalui tunas, umbi, rizoma, dan geragih (stolon).
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman yangdiperbanyak secara vegetatif menggunakan umbi lapis (bawang merah) mampu tumbuh dengan baik, baik yang kontrol maupun perlakuan. Sedangkan untuk umbi batang (kentang) pemberian ZPT tidak terlalu berbeda nyata hasilnya dengan yang tanpa ZPT, hanya beda masa tumbuhnya tunas karena yang diberi ZPT tumbuh tunas terlebih dahulu, begitupun tinggi tanaman juga tidak terlalu beda jauh. Sedangkan stek batang dan okulasi yang mati lebih diakibatkan perawatan yang kurang maksimal saat pengamatan, karena penyiraman tidak teratur. Selain faktor tersebut, kesalahan saat melakukan proses stek batang dan stek daun juga berpengaruh terhadap matinya tanaman yg diperbanyakdengan stek batang dan stek daun pada praktikum ini.
5.2 Saran
Praktikum sudah baik dan perlu ditingkatkan lagi. Tetapi lebih baiknya agar praktikum yang dilaksanakan tidak tergesa-gesa. Terima kasih mbak winda
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995. Hortikultural Aspek Budidaya . Jakarta: Universitas IndonesiaPress.
Gunawan, I. 2004. Perkembangbiakan Vegetatif . Klaten: Aviva
Handoyo, Luisa Diana. 2014. Perkembangbiakan Tumbuhan.
Hartmann, H.T., and D.E. Kester. 1997. Plant Propagation Principles and Practices. 6th ed. Prentice Hall. Englewood Cliffs. New York.
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius. Yogyakarta.
Pasetriyani, 2013. Pengaruh Macam Media Tanam Dan Zat Pengatur Tumbuh Growtone Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Tanaman Jarak Pagar. SMK Padalarang
Rochiman, K. dan S. S. Harjadi. 2002. Perkembangbiakan Vegetatif. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB.
Rochiman, Koesriningroem dan Sri Setyati Harjadi, 1973, Pembiakan Vegetatif . Departemen Agronomi, Fakultas Pertanian, Institu Pertanian Bogor.
Suwandi, 2002. Petunjuk Teknis Perbanyakn Tanaman Dengan Cara Sambungan (Grafting). Balai besar penelitian bioteknologi dan pemuliaan tanaman hutan Yogyakarta
Tambing, Y., E. Adelina, T. Budiarti dan E. Murniati. 2008. Kompatibilitas Batang Bawah Nangka Tahan Kering dengan Entris Nangka Asal Sulawesi Tengah dengan Cara Sambung Pucuk. J. Agroland Fakultas Pertanian Untad 15 (2): 95-100.
Tirtawinata, 2003. Kajian Anatomi Dan Fisologi Sambungan Bibit Manggis Dengan Beberapa Anggota Kerabat Clusiaceae. Bogor Agricultural University.