29
Universitas Sriwijaya
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica(family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan bagian dari sub sektor perkebunan yang merupakan salah satu budidaya yang strategis mengingat mudahnya tanaman tersebut tumbuh subur di negara kita dan merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting, baik untuk lingkup internasional maupun nasional. Karet merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka di Indonesia karena banyak menunjang perokonomian negara yaitu sebagai bahan yang diekspor dan menjadi sumber devisa negara.
Tanaman karet yang diharapkan tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat-syarat tumbuh dan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Bahan tanaman karet juga perlu diperhatikan. Bahan tanaman tersebut adalah batang bawah (root stoc), entres atau batang atas (budwood), dan okulasi (grafting). Persiapan batang bawah adalah suatu kegiatan untuk memperoleh bibit yang perakarannya kuat dan daya serap hara yang baik. Persiapan batang atas dilakuan dengan memilih klon karet yang sesuai rekomendasi berdasarkan tipe iklim di berbagai propinsi. Lahan khusus klon-klon karet yang akan dijadikan sebagai batang atas sebaiknya dimiliki oleh setiap perkebunan karet untuk mempermudah kegiatan okulasi.
1Penanaman karet dilakukan dengan memungut bibit karet hasil persilangan alami yang berkecambah di sekitar tanaman karet. Benih yang telah berkecambah disebut 'kongkoak' (Sunda). Selain dengan 'kongkoak', bibit batang bawah juga dapat disiapkan langsung dengan menanam benih di dalam polybag, yang disebut dengan istilah 'tabela', tanam benih langsung. Pengembangan 'tabela' dimaksudkan untuk mempermudah pekaerjaan penyiapan batang bawah dan bibit, serta dapat mengurangi biaya penyediaan bibit. Cara yang digunakan untuk menghasilkan bibit unggul karet melalui okulasi selain penyediaan batang bawah perlu ditanam klon-klon unggul sebagai penghasil mata tunas (entres) di kebun entres. Klon unggul ini ditanam terpisah dengan kebun produksi dengan identitas yang jelas dari tiap klon yang dijasdikan mata tunas.
1
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan karet ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman karet yang dimulai dari pengajiran, pembuatan kebun entres, pembuatan batang bawah, okulasi, dan penyadapan tanaman karet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistematika Karet
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar, tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 3 – 6 ruang. Setiap ruangan berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangnya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ke tempat yang tepat.
Struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea braziliensis
2.2. Morfologi Karet
3Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 15o LS dan 15o LU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai pertumbuhannya pun lebih lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kea rah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal lateks .
3
Tanaman karet tergolong mudah diusahakan. Apalagi kondisi Negara Indonesia yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks. Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet. Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah serta swasta. Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh rakyat.
2.2.1. Benih
Tanaman karet diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan vegetatif menggunakan klon). Benih karet menghasilkan daun yang berturut - turut, salah satu yang lebih rendah jatuh sesuai umur mereka dan akar utama akan bertambah panjang. Sistem percabangan tergantung pada klon karet yang berbeda. Biasanya tanaman karet mudah roboh karena angin.
2.2.2. Batang
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi pada bagian atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring ke arah timur. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
2.2.3. Daun
Daun karet berselang-seling, tangkai daunnya panjang dan terdiri atas 3 anak daun yang licin berkilat, tipis, berwarna hijau, panjang 3,5 - 30 cm. Helaian anak daun bertangkai pendek dan berbentuk lonjong-oblong, pangkal sempit dan tegang, ujung runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan lebar 2,5 - 12,5 cm. Daun karet terdiri atas tangkai utama sepanjang 3 – 20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3 – 10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau san menjadi kuning atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun – daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman
2.2.4. Buah
Pohon karet mulai menghasilkan buah pada usia ± 4 tahun. Setiap buah terdiri atas tiga atau empat biji, yang jatuh ke tanah ketika buah matang dan pecah. Setiap tanaman karet menghasilkan 800 biji (1,3 kg) dua kali setahun. Buah karet dengan diameter 3 – 5 cm, terbentuk dari penyerbukan bunga karet dan memiliki pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai enam ruang. Setiap ruang terbentuk setengah bola. Bila buah sudah masak, maka akan pecah dengan sendirinya menurut ruang-ruangannya dan setiap pecahan akan tumbuh menjadi individu baru jika jatuh ketempat yang tepat.
2.2.5. Bunga
Bunga majemuk ini terdapat pada ujung ranting yang berdaun. Tiap-tiap karangan bunga bercabang-cabang. Bunga betina tumbuh pada ujung cabang, sedangkan bunga jantan terdapat pada seluruh bagian karangan bunga. Jumlah bunga jantan jauh lebih banyak daripada bunga betina. Bunga berbentuk "lonceng" berwarna kuning. Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan. Apabila bunga betina terbuka, putik dengan tiga tangkai putik akan tampak. Bunga jantan bila telah matang akan mengeluarkan tepung sari yang berwarna kuning. Bunga karet mempunyai bau dan warna yang menarik dengan tepung sari dan putik yang agak lengket.
Bunga karet terdiri atas bunga jantan dan bunga. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit. Panjang tenda 4 - 8 mm. Bunga betina berambut vilt (keriting). Ukurannya lebih besar sedikit daripada bunga jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk juga berjumlah tiga buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang sari yang tersusun menjadi suatu tiang. Kepala sari terbagi dalam 2 karangan, tersusun satu lebih tinggi daripada yang lain. Paling ujung adalah suatu bakal buah yang tidak tumbuh sempurna.
2.3. Syarat Tumbuh Karet
2.3.1.Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memilki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalamman air tanah, aerasi, dan drainasenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relative rendah. Tanah-tanah alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran-saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini.Tanah yang kurang unsur haranya dapat diatasi dengan pemupukan. Yang penting bagi karet ialah tanah yang gembur dan cukup kedalamnya. Pada tanah dengan kedalaman dan kegemburannya baik, akar tanaman dapat berkembang dengan baik, dan pohon tumbuh dengan suburnya, serta produksi dapat diharapkan akan tinggi. Tanah subur, tetapi lapisan ini sangat dangkal sehingga akar kurang dapat berkembang, maka hasilnyapun jauh dari harapan. Kedalaman tanah ini paling sedikit 1-2 meter. Dalam lapisan setebal itu tidak boleh ada lapisan cadas. Cadas dapat menghambat akar berkembang. Disamping struktur tanah, kandungan air atau air yang tersedia bagi tanaman dalam tanah harus cukup. Terhadap air karet mempunyai cukup daya tahan. Karet dapat tumbuh di daerah kering dan tempat-tempat yang dalam periode tertentu sering ditimpa banjir.
Karet sangat toleran terhadap kemasaman tanah. Tanpa memandang jenis-jenis tanah, dapat tumbuh antara 3,5-7,0. Untuk menentukan pH optimum harus disesuaikan dengan jenis tanah, misalnya pada red basaltic soil pH 4-6 sangat baik bagi pertumbuhan karet. Selain jenis tanah, klonpun turut memegang peranan penting dalam menentukan pH optimum. Sebagai contoh pada red basaltic soil PR 107 dan GT 1 tumbuh baik pada pH 4,5 dan 5,5. pH yang terlalu tinggi akan menyulitkan tanaman menyerap hara, hingga tanaman tumbuh merana. Pada pH terlalu rendah pengambilan kalium akan terhalang. Oleh karena itu alangkah baiknya kalau sebelum ditanami pH tanah diperiksa dahulu.Reaksi tanah yang umumnya ditanami karet mempunyai pH antara 3,5 – 7,0 pH tanah dibawah 3,5 atau di atas 7,5 menyebabkan pertumbuhan tanaman yang terhambat. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut :
Solum cukup dalam, sampai 100 cm atau lebih tidak terdapat batu-batuan
Aerasi dan drainase baik
Remah, porus dan dapat menahan air
Tekstur terdiri atas 35% liat dan 30% pasir
Tidak bergambut, dan jika ada tidak lebih tebal dari 20 c
Kandungan unsure hara N, P, dan K cukup dan tidak kekurangan unsure mikro
Kemiringan tidak lebih dari 16%
Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm
Angin yang kencang pada musim-musim tertentu dapat mengakibatkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon - klon yang peka terhadap angin kencang.
2.3.2 Iklim
Karet membutuhkan persediaan air yang cukup bagi pertumbuhannya. Air diperoleh dari tanah berasal dari hujan. Air hujan sebagian akan diserap oleh tanah, sebagian diuapkan dan sisanya mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah air dalam tanah yang tersedia bagi tanaman selain ditentukan oleh jenis tanah juga oleh curah hujan.Karet membutuhkan curah hujan minimum 1500 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari. Curah hujan optimum bagi karet 2500-4000 mm. Di beberapa tempat karet masih dapat hidup dengan baik pada curah hujan 5000-6000 mm. Hujan selain bermanfaat bagi pertumbuhan karet ada hubungannya dengan pemungutan hasil, terutama jumlah hari hujan sering turun pada pagi hari. Daerah dengan jumlah hari hujan yang terlalu banyak akan mengganggu dalam penyadapan, apalagi bila hujan sering turun pada pagi hari. Oleh karena itu jumlah hari hujan dan waktu hujan turun, sangat penting untuk diketahui. Khusus mengenai waktu hujan turun ada suatu pengalaman yang cukup berharga. Bila setelah beberapa hari panas terik, kemudian turun hujan lebat pada sore hari selama dua sampai tiga jam, keesokan harinya dapat diharapkan produksi akan tinggi.
Iklim lainnya yang perlu diperhatikan ialah angin dimana angin kencang dapat mematahkan tajuk karet. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk ditanami penahan angin disekeliling kebun. Angin berpengaruh pula terhadap kelembaban sekitar tanaman. Angin bertiup akan membawa uap air, menyebabkan uap air sekitar tanaman menipis. Keadaan demikian mempercepat penguapan dari tanaman. Penguapan ini akan memperlemah turgor dalam tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu disadap. Walaupun mungkin tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.
2.4. Persiapan Lahan
Tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan hasil tebas, ngimas, tumbang sehingga jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah tersebut antara lain :
pembabatan semak belukar,
penebangan dan penumbangan pohon
merencek dan pemangkasan
pendongkelan akar kayu
penumpukan dan pembakaran serta pembersihan
membajak tanah
Pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia maupun secara mekanis. Pengolahan lahan untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah secara mekanis untuk lahan tertentu dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah.
Lahan kebun dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke dalam blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama. Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan tanaman baru dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blok-blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh 200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
2.4.1. Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman sebagai berikut :
Areal lahan yang relatif datar / landai (kemiringan antara 0% - 8%) jarak tanam adalah 7 m x 3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah Utara - Selatan berjarak 3 m
Areal lahan bergelombang atau berbukit (kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500 lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Bahan ajir dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran 20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk tanaman.
2.4.2. Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam 60 cm x 60 cm bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum bibit karet ditanam. Lahan yang akan ditanami tanaman karet harus disiapkan terlebih dahulu dengan membuat lubang tanam berjarak antar lubang 7 x 3 meter. Pembuatan lubang tanam dimulai dengan mengajir lubang tanam sesuai jarak yang dianjurkan. Jika tanah yang disiapkan bentuk teras kontur jarak antar teras 7 meter ajir yang dipancang pada barisan berjarak 3 meter. Sedangkan pada tanah datar yang tanpa teras pemancangan dilakukan sesuai system penanamannya dengan jarak 7 meter kearah utara selatan dan 3 meter kearah timur barat. Perlu diperhatikan pada tanaman karet yang ditanam pada lokasi kemiringan tanah dibawah 10 %. harus menggunakan larikan dan pada tanah yang kemiringannya lebih digunakan teras.
2.5. Pembibitan
Ada beberapa tahapan dalam kegiatan pembibitan karet, yaitu mulai dari pengadaan biji, persemaian biji, persemaian bibit rootstock, okulasi, pembuatan bibit polibag dan penanaman. Pembibitan sangat diperlukan untuk penyiapan dan penyediaan bibit tanaman perkebunan untuk memenuhi kebutuhan areal pertanaman dalam skala luas dan hanya satu kali dalam setiap satu siklus umur ekonomis tanaman (20 – 25 tahun).
Seleksi Biji
Benih diperoleh pada saat musim biji yang biasanya terjadi pada bulan Januari. Benih yang telah diperoleh harus diseleksi untuk mendapat benih berkualitas baik. Ada dua cara seleksi benih yang biasa digunakan adalah metode pantul, dimana biji satu persatu dijatuhkan di atas alas yang keras, misal lantai, lembaran kayu. Biji yang baik adalah biji yang memantul/melenting, sementara biji yang afkir adalah biji yang menggulir ke samping dengan bunyi hampa.
Persemaian Biji
Persemaian biji bertujuan untuk memperoleh bibit yang pertumbuhannya seragam dengan cara seleksi dan mengelompokkan bibit yang tumbuh cepat dan baik serta memisahkan bibit yang tumbuh lambat dan kurang baik. Sebelum dilakukan persemaian, media persemaian (kimbed) harus dipersiapkan terlebih dahulu. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan kimbed, yaitu :
1. Buat bedengan dengan ukuran lebar 1,2 m, tinggi 0,2 m dan panjang disesuaikan dengan kebutuhan.
2. Bedengan dibuat dengan mengarah timur barat.
3. Cangkul tanah di dalam ukuran bedengan tersebut sedalam 40-60 cm, bersihkan dari sisa-sisa akar dan kotoran lainnya.
4. Permukaan tanah setelah dicangkul halus, dilapisi pasir halus setebal 5-10 cm.
5. Bedengan dibuat diberi atap/naungan miring arah utara selatan dengan tinggi di sebelah utara 1,5 m dan sebelah selatan 1,2 m.
6. Naungan dibuat dari rumbia, daun kelapa atau plastik.
Setelah kimbed dapat digunakan, persemaian benih (pendederan) dapat segera dilaksanakan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan selama persemaian biji, yaitu :
1. Jarak antar barisan biji 5 cm dan jarak antar biji dalam barisan 2 cm. Bila jumlah biji yang dikecambahkan lebih banyak, penanaman biji pada kimbed dapat lebih rapat.
2. Letakkan biji dengan bagian "perut" yang lebih rata mengarah ke bawah di atas permukaan pasir dan tekan sampai 3/4bagian biji terbenam.
3. Arah "mata" keluarnya lembaga mengarah ke satu arah.
Pemeliharaan kimbed dilakukan dengan melakukan penyiraman pagi dan sore. Penyiraman pada pagi hari dilakukan pada pukul 06.00 - 09.00 WIB, sementara penyiraman pada sore hari dilakukan pada pukul 15.00 - 18.00 WIB.
Biji akan tumbuh menjadi kecambah setelah 10-14 hari. Jika biji tumbuh lebih dari 14 hari maka biji tersebut diafkir. Pemindahan ke lokasi pembibitan untuk batang bawah sewaktu kecambah masih pendek dan sebelum membentuk daun (fase pancing). Kecambah yang telah dicabut dari kimbed harus ditanam di pembibitan pada hari itu juga.
Persemaian Bibit (Main Nursery)
Bibit dipelihara untuk beberapa bulan sampai tiba saatnya untuk siap diokulasi. Sebelum pelaksanaan penanaman kecambah yang akan dijadikan bibit batang bawah, lahan yang akan digunakan sebagai areal pembibitan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu:
1.Datar atau agak miring sedikit.
2.Dekat sumber air dan cukup subur.
3.Dekat areal rencana tanam untuk memudahkan pengangkutan.
4.Bebas sisa-sisa akar dan gulma.
5.Bebas penyakit akar.
6.Drainase baik.
7.Mudah untuk melakukan pengontrolan.
Okulasi
Okulasi merupakan cara pembiakan vegetatif dengan tujuan meningkatkan sifat tanaman agar lebih baik, sehingga produktivitas menjadi lebih tinggi dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Okulasi dilakukan di Perkebunan Bayah adalah Brown Budding, yaitu okulasi pada batang yang sudah berwarna coklat dan berusia 9 – 12 bulan.
Untuk mendapatkan klon yang baik maka dalam pemilihan batang bawah dan entres harus memenuhi beberapa kriteria. Kriteria batang bawah yang baik antara lain : 1) berusia 9 – 12 bulan, 2) memiliki lingkaran batang ± 4 cm, dan 3) daun tua dan tidak gundul. Kriteria entres yang baik antara lain, 1) entres berasal dari tanaman yang jelas klonnya, 2) tidak terserang hama dan penyakit, 3) pertumbuhan tanaman lurus ke atas, 4) mempunyai banyak mata tunas, 5) berdaun banyak dan agak tua, dan 6) kulit berwarna coklat, mudah dikelupas dan tidak mudah patah.
Berikut langkah-langkah okulasi :
1.Membuat keretan/jendela pada batang bawah.
2.Membersihkan getah dari keretan/jendela
3.Keretan/jendela dibuka dan mata entres dimasukkan
4.Keretan/jendela ditutup dan diikat dengan menggunakan plastik. Pengikatan keretan/jendela tidak boleh longgar karena mata entres dapat bergeser dan mata entres dapat membusuk.
Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1.Sifat spesifik dan umur batang bawah dan entres
2.Waktu pelaksanaan
3.Kebersihan
4.Teknik Okulasi
Pemeriksaan dilakukan dengan menggores sedikit jendela okulasi, bila berwarna hijau segar, maka okulasi tersebut dinyatakan berhasil. Setelah okulasi dibuka, pemotongan batang bawah harus dilakukan dengan tujuan pangalihan transport unsur hara dari cabang atas ke mata tunas dan digunakan untuk pertumbuhan mata tunas. Pemotongan dilakukan dengan arah potongan miring ± 40º dengan bagian yang lebih tinggi terletak di atas mata okulasi. Pembongkaran tanaman induk dilakukan dilakukan ± 10 hari setelah pemotongan atau ketika mata tunas mulai tumbuh dengan ukuran 0.3 – 0.5 cm. pembongkaran dilakukan dengan dicangkul sampai terlihat akar tunggang dan dilakukan pemotongan dan pencabutan. Selanjutnya benih berupa bibit hasil okulasi dapat segera ditanam dalam media dalam polibag.
Bibit Polibag
Bibit hasil okulasi dipindahkan kepolybag bertujuan untuk memudahkan saat bibit akan ditanam dilahan, teknisnya dilakukan pembongkaran dengan cangkul pada bibit okulasian. Akar tunggang dipotong dan disakan 20 – 25 cm kemudian dioles rootone yang merupakan zat perangsang tumbuh akar.
Bibit ditanam pada polybag berukuran 40 x 25 cm dengan media tanah dan pupuk kandang perbandingan 2 : 1, bagian bawah polybag diberi lubang – lubang yang berfungsi mengalirkan kelebihan air pada polybag. Bibit ditata dengan posisi mata tunas saling berlawanan arah sehingga nantinya saat tunas sudah besar memiliki ruang tumbuh dan tidak mengganggu satu sama lain. Bibit omti dalam polybag berumur + 5 bulan dan berpayung dua siap untuk ditanam
Berikut kegiatan pemeliharaan benih polibag :
1. Penyiraman, penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore.
2. Penyiangan, dilakukan untuk membersihkan polibag dari gulma dengan cara manual.
3. Pemupukan, jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk dengan dosis 5 gram / polybag.
4. Pengendalian hama penyakit, penyakit yang umum menyerang benih dalam polibag adalah penyakit mealdow, pengendalian biasanya dilakukan dengan pemberian belerang.
5. Pewiwilan, kegiatan ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan tunas utama dengan cara membuang tunas liar/tunas palsu.
2.6. Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan memasukkan bibit tepat ditengah lubang kemudian ditimbun dengan tanah galian bagian bawah terlebih dahulu kemudian tanah bagian atas.Pemadatan perlu dilakukan secara bertahap sampai batang tanaman cukup kokoh dan tidak goyang.Bila menggunakan bibit polibag,tanah yang dipadatkan cukup bagian pinggirnya saja.
2.7. Pemeliharaan
Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
2.7.1. Penyulaman
Persentase kematian bibit yang dapat ditolerir dalam budidaya karet adalah sebesar 5%. Karenanya, diperlukan penyulaman untuk mengganti bibit yang mati tersebut. Kegiatan penyulaman dilakukan saat tanaman berumur 1 – 2 tahun karena saat itu sudah ada kepastian tanaman yang hidup dan yang mati, dan menggunakan bibit stum tiggi berumur 1 – 2 tahun agar tanaman dapat seragam.
Sebelum penyulaman dilakukan perlu diketahui penyebab kematian bibit. Jika disebabkan oleh bakteri atau jamur, tanah harus diberi fungisida. Pelaksanaan penyulaman dilaksanakan pagi hari pukul 06.00 – 09.00 atau sore hari pukul 15.00 – 17.00, saat cuaca tidak terlalu panas agar mengurangi resiko kematian.
2.7.2. Penyiangan
Tujuan dari penyiangan dalam budidaya karet yaitu untuk membebaskan tanaman karet dari gangguan gulma yang tumbuh di lahan. Oleh karena itu, kegiatan pnyiangan sebenarnya bisa dilakukan setiap saat, yaitu ketika pertumbuhan gulma sudah mulai mengganggu perkembangan tanaman karet. Pada umumnya penyiangan dilakukan 3 kali dalam setahun untuk menghemat tenaga dan biaya.
Dua cara penyiangan dalam budidaya karet, yaitu dengan cara manual dan kimiawi. Secara manual adalah menggunakan alat penyiangan, seperti cangkul atau parang. Sedangkan cara kimiawi dengan menyemprotkan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, gunakan herbisida yang sesuai dengan jenis gulma yang akan dikendalikan agar hasilnya efektif. Disamping itu, harus diperhatikan dosis dan frekuensi penyemprotan agar tidak terjadi pemborosan.
2.7.3. Pemupukan
Tujuan dilakukan pemupukan yaitu untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen sadap dapat dilakukan secepatnya, kegiatan pemupukan dilakukan dengan dua cara, yaitu manual circle dan chemical strip weeding. Pada cara pertama atau manual circle, lubang dibuat melingkari tanaman dengan jarak disesuaikan dengan umur tanaman. Hal ini disebabkan karena perakaran tanaman semakin berambah luas seiring bertambahnya umurnya. Untuk tanaman berumur 3 – 5 bulan, lubang melingkari tanaman dengan jarak 20 – 30 cm, 6 – 10 bulan dengan jarak 20 – 45 cm, 11 – 20 bulan dengan jarak 40 – 60 cm, dan lebih dari 48 bulan dengan jarak 50 – 120 cm. lubang dibuat dengan kedalaman 5 – 10, kemudian pupuk ditaburkan ke dalamnya dan ditutup dengan tanah.
Pada cara kedua atau chemical strip weeding, pupuk diletakkan pada jarak 1 – 1,5 meter dari barisan tanaman. Caranya sama, yaitu tanah digali sedalam 5 – 10 cm, kemudian pupuk dimasukkan ke dalamnya dan ditutup dengan tanah.
Pemupukan tanaman karet sebaiknya tidak dilakukan pada pertengahan musim hujan, karena pupuk mudah tercuci air hujan. Idealnya, pemupukan dilakukan pada pergantian musim hujan ke musim kemarau. Sementara itu, jenis pupuk yang digunakan tergantung pada jenis tanahnya.
2.7.4. Seleksi dan Penjarangan
Idealnya dalam suatu areal perkebunan karet terdiri atas tanaman yang seluruhnya dalam keadaan sehat dan baik, terutama menjelang penyadapan. Oleh karena itu, tanaman yang sakit harus ditebang dan dibongkar sampai akar – akarnya agar penyakit tersebut tidak menyebar ke tanaman yang sehat.
Dengan asumsi yang hidup 95%, maka dari 476 benih yang ditanam dalam satu hektar akan terdapat 452 pohon menjelang penyadapan. Jika dari 452 pohon tersebut 5% diantaranya sakit, akan tersisa 425 tanaman sehat, dari 425 tanaman sehat akan dapat disadap 400 pohon.
2.7.5. Pemeliharaan Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah berfungsi untuk menahan erosi, dan mempercepat matang sadap, tanaman penutup tanah harus dipelihara dengan pemupukan dan pemangkasan, pupuk yang digunakan sebaiknya kompos yang telah matang dengan dosis 4 – 5 ton/hektar. Cara pemberiannya dengan ditaburkan ke sela – sela tanaman. Jika pertumbuhan tanaman penutup tanah terlalu pesat perlu dikendalikan dengan cara pemangkasan. Alat yang dipakai untuk pemangkasan cukup parang atau sabit.
2.7.6. Pemeliharaan Tanaman Masa Produksi (TM)
Setelah menginjak umur lima tahun atau mulai disadap, tanaman karet sering disebut dengan komposisi II. Pemeliharaan tanaman selama masa produksi dimaksudkan agar kondisi tanaman dalam keadaan baik, produksi tetap, bahkan meningkat sesuai dengan umur tanaman, dan masa produktifnya semakin panjang. Tanpa perawatan yang baik, kondisi tanaman mungkin akan semakin memburuk, produktivitasnya menurun, dan masa produktifnya singkat. Pemeliharaan tanaman pada masa produksi ini hanya meliputi penyiangan, pemupukan dan peremajaan.
2.7.6.1. Penyiangan
Penyiangan lahan karet pada masa produksi bertujuan sama dengan penyiangan pada masa sebelum produksi, yaitu mengendalikan perumbuhan gulma agar tidak mengganggu tanaman utama. Penyiangan biasa dilakukan secara manual, kimiawi, atau gabungan dari keduanya. Cara manual atau mekanis adalah pemberantasan gulma menggunakan peralatan, seperti cangkul parang atau sabit. Pemberantasan gulma secara manual hanya memungkinkan jika areal perkebunan karet tidak terlalu luas.
Jika areal karet sangat luas pemberantasan gulma yang paling efektif adalah secara kimiawi menggunakan herbisida atau bahan kimia pemberantas gulma, baik kontak maupun sistemik. Herbisida kontak memberantas gulma dengan cara kontak langsung dengan gulmanya. Sedangkan herbisida sistemik memberantas gulma dengan cara zat aktifnya terserap ke dalam gulma. Penggunaan herbisida harus bijaksana, artinya, harus sesuai dengan dosis dan frekuensi yang telah ditetapkan.
2.7.6.2. Pemupukan
Tanaman karet dilakukan pemupukan sejak tanam sampai tanaman tidak berproduksi lagi. Tanpa pemupukan produksi karet tidak akan maksimal. Jika pada masa sebelum disadap semua tanaman karet harus dipupuk, pada masa setelah sadap pemupukan harus dilakukan secara selektif, artinya hanya tanaman yang produksi lateksnya bagus saja yang dipupuk. Langkah ini untuk menghindari pemborosan.
Pemupukan tanaman karet sama dengan masa sebelum produksi, yaitu pupuk dimasukkan kedalam lubang yang digali melingkar dengan jarak 1 – 1,5 meter dari pohon. Dapat juga pupuk dimasukkan ke dalam alur berbentuk garis dengan jarak 1,5 meter dari pohon. Sebelum pemupukan dilakukan pastikan tanah sudah bebas dari gulma. Jika pada sebelum produksi dilakukan pemupukan sekali dalam setahun, sedangkan pemupukan tanaman karet pada masa produksi dilakukan dua kali dalam satu tahun, yaitu pada pergantian musim. Dosis pupuk disesuaikan dengan jenis tanah tempat karet dibudidayakan.
Penggunaan pupuk tunggal memberikan kesan tidak praktis karena harus mencampurkan paling tidak tiga jenis pupuk. Sekarang di pasaran banyak pupuk majemuk lengkap yang lebih praktis.
2.7.6.3. Peremajaan
Setelah bertahun – tahun disadap lateksnya, tanaman karet akan memasuki fase menua yang ditandai dengan menurunnya produksi lateks. Bila terus dipelihara dan disadap hasil lateks yang diperoleh tidak akan menguntungkan secara ekonomi, sehingga perlu dilakukan peremajaan. Kegiatan peremajaan karet dimulai dengan pembongkaran pohon – pohon tua.
2.8. Panen
Penyadapan merupakan salah satu kegiatan pokok dari pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet ini adalah membuka pembuluh lateks pada kulit pohon agar lateks cepat mengalir. Kecepatan aliran lateks akan berkurang apabila takaran cairan lateks pada kulit berkurang Kulit karet dengan ketinggian 260 cm dari permukaan tanah merupakan bidang sadap petani karet untuk memperoleh pendapatan selama kurun waktu sekitrar 30 tahun. Oleh sebab itu penyadapan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merisak kulit tersebut. Jika terjadi kesalahan dalam penyadapan, maka produksi karet akan berkurang.
Lateks mengandung beragam jenis protein katena lateks adalah cairan sitiplasma, protein ini termasuk enzim-enzim yang berperan dalam sintesis molekul karet.Sebagian protein hilang sewaktu pemekatan lateks yaitu karena pengendapan dan karena terbuang dalam lateks skim. Protein yang tersisa dalam lateks pekat kurang lebih adalah 1% terhadap berat lateks dan terdistribusi pada permukaan karet (60%) dan sisanya sebesar 40% terlarut dalam serum lateks pekat tersebut.
Sebab jika kulit batang karet (balam) basah, getah akan luber keluar dari jalur (pelat) yang dibentuk oleh tarikan pahat. Jika hujan pagi, berarti hari libur para penyadap karet (penakok). Sedang musuh yang paling ditakutkan adalah hujan turun saat ngangkit (mengumpulkan getah dari sayak atau mangkuk penampung). Hasil memutari pohon-pohon karet satu kebun bisa jadi tanpa hasil jika air hujan meluberi sayak (tempurung penampung) cairan getah karet. Namun musuh yang paling dibenci para penyadap karet adalah harga getah/lateks "jatuh" sedang harga kebutuhan sehari-hari meninggi.
Stimulan karet memang sangat menguntungkan bagi para petani atau perkebunan karet, hal ini dikarenakan tanaman karet yang telah diberi stimulan tersebut dapat menghasilkan getah / latek yang banyak karena stimulan tersebut merangsang enzim dan mempercepat metabolisme penghasil latek yang terdapat pada tanaman karet. Dalam penggunaan stimulan pada tanaman karet tergantung dari jenis tanaman karetnya. Ada tanaman karet yang memproduksi latek dalam jumlah banyak apabila diberi stimulan dan ada juga getah karet yang resisten terhadap pemberian stimulan. Namun dari kegiatan Fieldtrip yang telah dilaksanakan kemarin rata-rata tanaman karet peka terhadap pemberian stimulan, hal ini dapat diketahui pada saat dilapang yang mana pada setiap tanaman karet semua terdapat alat untuk memasukkan stimulan tersebut.
Penyadapan merupakan suatu tindakan membuka pembuluh lateks agar lateks yang terdapat di dalam tanaman karet keluar. Penyadapan dapat dilakukan sekitar umur 4,5-6 tahun tergantung pada klon dan lingkungan. Tahapan penyadapan sesuai aturan, diantaranya :
Menentukan matang sadap
Matang sadap pohon. Tanaman karet siap sadap bila sudah matang sadap pohon. Matang sadap pohon tercapai apabila sudah mampu diambil lateksnya tanpa menyebabkan ganguan terhadap pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Kesanggupan tanaman untuk disadap dapat ditentukan lilit batang. Untuk umur tidak dapat dijadikan pedoman menentukan matang sadap. Pengukuran lilit batang terhadap pohon yang sudah masuk matang sapad dapat dilakukan dengan :
Lilit batang 45 cm atau lebih.
Ketinggian 100 cm dpo (di atas pertautan okulasi).
Matang sadap kebun. Apabila pada kebun, jumlah tanaman matang sadap sudah mencapai >60%. Misalkan, jarak tanam 6 x 3 m (555 pohon/ha), maka pohon matang sadapnya sudah mencapai 333 pohon/ha.
Teknis Pelaksanaan Buka Sadap
Dilakukan pada pohon dan kebun yang sudah matang sadap
Ditetapkan berdasarkan:
a. Tinggi bukaan sadap
b. Arah dan sudut kemiringan irisan sadap
c. Panjang irisan sadap
d. Letak bidang sadap
Penggambaran bidang sadap:
a. Tanaman okulasi 130 cm dpo
b. Tanaman seedling 100 cm
c. Arah: dari kiri atas ke kanan bawah, alasannya: Pembuluh lateks posisinya dari kanan atas ke kiri bawah membentuk sudut 3.7° dengan bidang datar.
Sudut kemiringan sadap.
a. Bidang sadap bawah: 30°-40° terhadap bidang datar.
b. Bidang sadap atas : 45°.
Pemasangan Talang dan Mangkuk Sadap
Pemasangan talang dan mangkuk sadap dilakukan setelah penggambaran bidang sadap. Pemasangannya diletakkan di bawah ujung irisan sadap bagian bawah. Talang sadap terbuat dari seng selebar 2,5 cm dengan panjang ±8 cm. Talang sadap dipasang pada jarak 5 - 10 cm dari ujung irisan sadap bagian bawah, tepat di atas garis sandar depan yang juga berfungsi sebagai parit untuk aliran lateks. Pemasangan talang sadap di bagian ini bertujuan supaya tidak mengganggu pelaksanaan penyadapan, lateks dapat mengalir dengan baik, dan tidak terlalu banyak meninggalkan getah bekuan pada batang.
Mangkuk sadap umumnya terbuat dari tanah liat, plastik atau aluminium. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan mangkuk adalah harus mudah dipakai, mudah dibersihkan, dapat dipergunakan dalam jangka waktu lama, ekonomis dan mudah didapat.
Mangkuk sadap dipasang pada jarak 15 cm - 20 cm di bawah talang sadap. Pemasangan mangkuk sadap di posisi ini bertujuan supaya lateks dapat mengalir sampai ke mangkuk dengan baik, dan penyadap tidak mengalami kesulitan mengambilnya sewaktu pengumpulan lateks.
Kedalaman Irisan Sadap dan ketebalan irisan sadap
Kedalaman irisan sadap dianjurkan 1-1,5 mm dari kambium. Hal ini dikarenakan di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam semakin banyak, jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik dan lamanya penyadapat berkisar 25-30 tahun. Ketebalan sadap dianjurkan sebesar 1,5-2,0 mm setiap penyadapan.
Menurut Sapta Bina Usaha Tani Karet, 2003 menyatakan bahwa :
a. Frekuensi Penyadapan
Frekuensi penyadapan: jumlah penyadapan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu.
Penentuan frekuensi penyadapan berkaitan dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan.
Panjang irisan: ½ S (spiral)
Frekuensi penyadapan:
- Tahun pertama: d/3 (3 hari sekali).
- Tahun selanjutnya: d/2 (2 hari sekali) panjang irisan dan frekuensi penyadapan bebas.
b. Waktu Penyadapan
Sebaiknya penyadapan dilakukan Jam 5.00-7.30 pagi hari, dengan dasar pemikirannya:
- Jumlah lateks yang keluar dan kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh tekanan turgor sel.
- Tekanan turgor mencapai maksimum pada saat menjelang fajar, kemudian menurun bila hari semakin siang.
- Pelaksanaan penyadapan dapat dilakukan dengan baik bila hari sudah cukup terang.
Pengolahan karet ini mepertimbangkan bahan baku. Bahan baku dalam pengolahan karet adalah lateks yang belum mengalami pra koagulasi. Lateks merupakan cairan yang berbentuk koloid berwarna putih kekuning-kuningan yang dihasilkan oleh pohon karet. Menurut Oktaviana, 2009 menyatakan bahwa ciri-ciri lateks yang digunakan untuk menghasilkan lembaran slab yang baik, yaitu :
a. Berbau segar atau langu wengur.
b. Mempunyai KKK (Kader Karet Kering) yang tinggi yaitu 20% - 25%.
c. Tidak mengandung kotoran, yaitu kotoran dari benda lain yang tercampur dalam lateks, msalnya tatal kayu, daun, tanah, dan lain-lain.
d. Tidak terdapat bintik-bintik gumpalan karet atau terjadi proses pra koagulasi. Mempunyai pH antara 6,5 – 7,0.
Pada proses penyadapan lateks dilakukan dengan pelukaan kulit batang karet. Di dalam kulit batang terdapat pembuluh lateks, semakin ke dalam semakin banyak. Namun, dalam aplikasinya jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik. Sehingga lamanya penyadapan dalpat berlangsung selama 25–30 tahun.
Penyadapan karet bila melukai pohon/kambium akan mengakibatkan kerusakan pada kulit. Kerusakan ini disebabkan kerukan cambium akan menyebabkan proses transportasi dari akar yang berupa air dan hara maupun dari daun yang berupa hasil fotosintesis kebagian tanaman lainnya tidak dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian pada tanaman yang luka akan sulit mendapatkan bahan-bahan atau enzim yang dapat menutup luka yang telah terjadi.
2.9. Pasca Panen
Lateks Kebun
Lateks kebun yang bermutu baik merupakan syarat utama untuk mendapatkan hasil bokar yang baik. Untuk dapat mencapai hasil karet yang bermutu tinggi, maka kebersihan dalam bekerja merupakan syarat paling utama yang harus diperhatikan seperti kebersihan peralatan yang digunakan dan kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran.
Penurunan mutu biasanya terjadi disebabkan oleh proses prakoagulasi. Prakoagulasi akan menjadi masalah dalam proses pengolahan sit asap atau sit angin dan krep (crepe), sedangkan dalam pengolahan karet remah tidak menjadi masalah.
Prakoagulasi pada lateks dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah aktivitas mikroorganisme, aktivitas enzim, iklim, budidaya tanaman dan jenis klon, pengangkutan, serta adanya kontaminasi kotoran dari luar. Untuk mencegah terjadinya prakoagulasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Alat-alat penyadapan dan pengangkutan harus senantiasa bersih dan tahan karat; (b) Lateks harus segera diangkut ke tempat pengolahan tanpa banyak goncangan; (c) Lateks tidak boleh terkena sinar matahari langsung; dan (d) Dapat menggunakan anti koagulan seperti amonia (NH3) atau natrium sulfit (Na2SO3).
Dalam Penanganan lateks kebun agar melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pembersihan Bidang Sadap
Sebelum penyadapan dimulai, bagian kulit pohon yang akan disadap hendaknya dibersihkan dahulu. Jika penyadapan dilakukan tiap dua hari sekali pekerjaan membersihkan ini dapat dilakukan seperlunya saja.
b. Pengumpulan lateks
Pengumpulan lateks di kebun pada umumnya dilakukan 4-5 jam setelah penyadapan pertama. Lateks dalam mangkuk sadap dituangkan ke dalam ember atau bedeng dan sisa lateks dibersihkan dengan menggunakan sudip. Sudip terbuat dari kayu yang dibungkus dengan selembar karet ban dalam. Bentuk sudip dibuat sedemikian rupa sehingga dengan sekali gerak sisa lateks dalam mangkuk tersapu bersih. Sudip harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur serta harus diperbaharui pada waktu tertentu.
Ember-ember pengumpul lateks yang terbaik ialah ember-ember yang dibuat dari aluminium atau bejana-bejana yang dilapisi timah putih dan memakai tutup. Ember-ember dari email lebih murah tapi lebih cepat aus. Untuk mencegah bergoncangnya lateks dalam ember kadang-kadang para penyadap meletakkan daun-daun di atas permukaan lateks. Hal ini tidak diperbolehkan karena lateks akan tercemar. Penggunaan drum besi bekas untuk pengumpulan lateks tidak diperkenankan. meskipun drum tersebut setiap pemakaiannya selalu dicuci. Ember/wadah pengumpul lateks agar dihindarkan dari sinar matahari, karena suhu yang tinggi mempercepat terjadinya prakoagulasi.
c. Pengawetan lateks
Salah satu bentuk bahan olah karet adalah lateks cair, yang akan diproduksi menjadi bentuk lateks pekat sebagai bahan baku industri. Untuk mendapatkan lateks tetap cair sampai di tempat pengolahan lateks pekat, lateks kebun perlu diawetkan karena lateks kebun akan menggumpal dalam beberapa jam setelah dikumpulkan. Waktu yang diperlukan untuk pengumpalan alami ini bergantung pada suhu sekitarnya dan kemantapan lateks itu sendiri.
Sampai saat ini amoniak merupakan pengawet lateks yang masih digunakan dan dipilih sebagai pengawet baku. Amoniak dapat diperoleh dalam dua bentuk, yaitu gas atau larutan 20%. Untuk kebutuhan dalam jumlah sedikit, umumnya digunakan larutan amonia 2,5 % per liter lateks. Kelemahan penggunaan amoniak adalah mudah menguap, sehingga bila dibiarkan terbuka akan cepat menurun kadarnya dan pada proses penggumpalan diperlukan asam format (semut) yang lebih banyak. Selain itu, untuk pengawetan lateks dapat juga digunakan Natrium sulfit. Natrium sulfit diperdagangkan dalam bentuk serbuk putih berkadar 90% - 98%. Natrium sulfit bersifat higroskopis dan mudah teroksidasi oleh udara. Oleh karena itu bahan ini harus disimpan dalam botol tertutup rapat serta diletakkan di tempat kering dan dingin. Dosis pemakaiannya adalah 5 - 10 ml larutan Natrium sulfit 10% untuk setiap liter lateks. Amonia atau natrium sulfit sedapat mungkin ditambahkan ke dalam mangkuk lateks, semakin cepat akan semakin baik.
d. Pengangkutan lateks
Lateks kebun yang sudah dibubuhi amoniak dituangkan melalui tabung atau pipa ke dalam tangki pengangkut. Tangki dilengkapi dengan penyaring 40 mesh yang ukurannya sesuai lubang masuk. Tangki pengangkut diletakkan dalam truk. Selain tangki pengangkut lateks, prakoagulump dan skrep yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam suatu tempat lalu diangkut menuju pabrik.
Lateks yang telah dibubuhi amoniak bereaksi alkalis tidak diperbolehkan kontak dengan benda yang terbuat dari tembaga, kuningan, seng dan sebagainya karena latek beramoniak akan bereaksi dengan logam tersebut. Penyaring lateks juga sebaiknya terbuat dari baja tahan karat. Tangki lateks terbuat dari besi lunak (mild steel) dan dianjurkan dilapisi dengan lilin untuk mengurangi melekatnya lateks pada sisi-sisi dan alas tangki. Dengan pelapisan lilin juga memudahkan pembersihkan karena film karet yang melekat dapat dikuliti dengan mudah.
Lump
Lump mangkuk adalah lateks kebun yang dibiarkan membeku secara alamiah dalam mangkuk. Pada musim penghujan, untuk mempercepat proses pembekuan lateks ditambahkan asam format/semut atau pembeku asap cair ke dalam mangkuk. Keuntungan pembuatan lump mangkuk :
a. Tenaga kerja relatif lebih sedikit
b. Tidak ada resiko prakoagulasi
c. Penanganannya mudah dan praktis.
Kerugian pembuatan lump mangkuk, diantaranya:
a.Masih ada kemungkinan terjadi manipulasi berat yang dilakukan dengan jalan menambahkan bahan-bahan non-karet
b.Teknik pengukuran KKK yang akurat tidak mudah, karena tingkat kebersihan dan pemeraman lump mangkuk yang beraneka ragam
c.Terjadi penurunan mutu terutama nilai PRI dan laju vulkanisasi akibat penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
d.Tidak dapat dihasilkan karet remah dengan mutu prima.
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Waktu praktikum dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2015 pada pukul 14.30 – selesai WIB. Bertempat di Lahan Percobaan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya pertanian Universitas Sriwijaya.
3.2. Alat dan Bahan
Alat- alat yang digunakan pada praktikum Pengelolaan Perkebunan Karet ini adalah : 1). Sepatu boot, 2) Penggaris, 3) Meteran, 4) Tali Rafia, 5) Ajir anakan, 6) Ajir induk, 7) Cangkul, 8) Parang, 9) Karung, 10) Pisau okulasi, 11) Ember, 12) kayu, 13) Atap daun, dan lain-lain.
Bahan- bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah: 1) Biji karet, 2) Air, 3) Tanah, 4) Bibit okulasi, 5) Bibit dalam polybag berpayungdua, 6) Mata okulasi, dan lain-lain.
3.3. Cara Kerja
Adapun langkah kerja pada praktikum pengelolaan perkebunan karet ini antara lain sebagai berikut :
3.3.1. Praktikum Pemeliharaan Kebun Entres
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan seperti tali dan meteran
Tentukanlah pohon entres yang akan diamati
Pada batang tersebut, tentukanlah jarak 1 meter yang akan diamati.
Hitunglah jumlah mata entres pada jarak satu meter tersebut.
Catatlah hasil yang didapatkan di lembar pengamatan
3.3.2. Okulasi
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
2525Tentukanlah lokasi kebun batang bawah
25
25
Tentukanlah pohon karet yang akan di okulasi
Buatlah jendela okulasi
Ambillah mata tunas yang akan ditempelkan
Tempelkan mata tunas tersebut ke jendela okulasi
Tutup dengan plastic okulasi
Amati setelah 1-2 minggu, bila hasil okulasi berwarna hijau berarti okulasi berhasil.
3.3.3.Penentuan jarak tanam (Pengajiran)
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan seperti ajir, tali, cangkul, dsb.
Tancapkanlah ajir indukan di sisi barat lahan
Tancapkanlah ajir anakan sesuai sejajar dengan ajir induk.
Kondisi jarak tanam harus lurus 4 penjuru mata angina.
3.3.4. Penanaman Karet
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
Buatlah lubang tanam karet sesuai dengan letak ajir anakan.
Lubang tanam di buat dengan kedalaman 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Cangkul lah tanah dengan memisahkan bagian top soil dan sub soil.
Tanam lah bibit dalam polybag yang telah disiapkan.
Tutup kembali lubang tanam dengan memasukkan top soil terlebih dahulu kemudian padatkan.
3.3.5. Pemeliharaan TBM karet
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pemeliharaan TBM
Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m
Beri tanda pengenalpada pohon tersebut
3.3.6. Pemeliharaan TM karet
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pemeliharaan TM
Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m
Beri tanda pengenalpada pohon tersebut
Pembuatan Mal Sadap
Siapkanlah alat dan bahan yang dibutuhkan
Tentukanlah lokasi lahan karet yang akan diamati
Pilihlah satu batang karet yang akan dilakukan praktek pembuatan mal sadap
Bersihkanlah lahan disekitar pohon tersebut dari gulma sejauh 1m x 1 m
Beri tanda pengenalpada pohon tersebut
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1.Pemeliharaan Kebun Entres
Tabel 4.1. Pengamatan Mata Entres di Kebun Percobaan
No.
Nama Pengamat
Jumlah Mata Okulasi
1.
Febrina Monalisa
15
2.
Prisna Meilivia
11
3.
Ricky Oktaviano
17
4.
Bina Ramanda
23
5.
Aprilia Agustina
18
4.1.2. Teknik Okulasi
Gambar 4.1. Proses okulasi pada tanaman karet
Proses okulasi dilakukan dengan menggunakan pisau okulasi yang steril pada batang bawah dan juga pada saat pengambilan mata tunas karet.
28
28
4.1.2. Pengajiran Karet
Gambar 4.2 Pola Pengajiran Pada Tanaman Karet
Jarak tanam pada tanaman karet adalaha x b(4 x 5 meter) atau (6 x 3 meter).
4.1.3. Penanaman Karet
Sub soil Top soil
40 cm
40 cm
Gambar 4.3. Penanaman Tanaman Karet dilapangan.
Tanaman karet ditanam dengan kedalaman 40 x 40 x 40 cm dilahan. Antara tanah top soil dan sub soil dipisahkan.
Pemeliharaan TBM Karet
Pada praktikum ini pemeliharaan pada tanaman karet belum menghasilkan dilakukan dengan cara pembersihan gulma di daerah sekitar tanaman karet. Jarak pembersihan tersebut adalah 1 m x 1 m dari batang karet. Selain itu, juga dilakukan penyanggulan untuk membuat cabang tanaman karet. Setelah pembersihan pada tanaman karet, dilakukan juga pengukuran lilit batang untuk melihat apakah tanaman karet tersebut telah siap untuk disadap atau belum dan juga mengamati jenis-jenis gulma yang ada di sekitar pohon karet tersebut.
Tabel 4.2. Pengamatan TBM karet
No.
Nama Pengamat
Lilit Batang (cm)
Gulma
1.
Febrina Monalisa
23
Alang-alang
Akasia
Teki-tekian
gandotan
2.
Prisna Meilivia
29
3.
Ricky Oktaviano
22
4.
Aprilia Agustina
46
5.
Lian Rambang
22
6.
Heri Efendi
25
7.
Bina Ramanda
27
Tanaman Karet
i
i
Pembersihan dilakukan 1 meter dari batang
Gambar 4.4. Pembersihan pada sekitar batang pohon karet
Pemeliharaan TM Karet
Pada praktikum pemeliharaan TM karet sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan praktikum pemeliharaan TBM karet, perbedaan nya hanya saja dalam praktikum ini lilit batang tanaman karet tidak perlu di ukur.
Pembuatan Mal Sadap
Gambar 4.5.Pembuatan mal sadap
Pembahasan
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 – 25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas.Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks.
Kebun entres ini memerlukan beberapa syarat untuk pertumbuhannya yaitu dengan jarak tanam 1m x1m.jarak tanam ini mendukung baik pertumbuhan kebun entres. Kebun entres dapat dipanen jika sudah berumur 8-12 bulan, dan setelah umur 4 tahun, maka kebun entres perlu diremajakan. Peremajaan ini bertujuan untuk mendapatkan mata tunas entres yang baik dan bermutu kembali.
Dalam pembukaan lahan untuk kebun entres perlu dilakukan pengajiran terlebih dahulu..Jika pengajiran tidak dilakukan maka pasti tidak ditemukan kerapian dan kelurusan ketika menanam karet. Karena pengajiran ini merupakan cara yang dilakukan untuk membantu petani membuat barisan tanaman karet menjadi rapi. Setelah itu kita perlu membuat lobang tanam untuk tanaman karet. Lobang tanam karet memiliki ukuran 40cm x 40cm x 40cm. Lobang tanam dibuat dengan menggali tanah dan kemuadian memisahkan lapisan tanah yang terdiri dari top soil dan sub soil.
Ketika saat penanaman karet kita harus melakukannya dengan hati-hati pada saat merobek polibek tanaman.Jika tidak hati-hati maka dapat menyebabkan tanah dalam polibek pecah dan dapat menyebabkan bibit karet stres.Pada saat penanaman tanaman karet dihadapkan kearah terbitnya matahari dan tanah nya dipadatkan dengan lapisan top soil terlebih dahulu kemudian tanah subsoil.Tanah top soil merupakan tanah bagian atas yang dikategorikan tanah subur karena banyak mengandung bahan organik yang dibutuhkan oleh tanaman.
Pertumbuhan tanaman terhambat karena tanaman kekurangan air saat musim kemarau dan karena tidak disiram oleh praktikan.Pada saat pengamatan pendederan pertama dilakukan maka terlihat bebrapa benih karet tumbuh, tetapi terdapat kerusakan pada bedengan. Kerusakan ini disebabkan oleh hama tikus. Hama tikus ini ditandai dengan adanya lobang tikus dan susunan benih yang berantakan. Pada saat praktikum pemeliharaan kebun entres maka hal yang dilakukan adalah dengan memelihara tanaman dari gulma.Gulma yang paling banyak ditemukan pada lahan karet adalah gulma alang-alang dan juga senduduk.Gulma alang-alang ini sangat mudah tumbuh.Pengendalian yang dapat dilakukan adalah secara mekanik dan kimiawi. Pada praktikum yang dilaksanakan pengendalian gulma dilakukan secara mekanik dengan cara mencangkul 1 meter disekitar pohon karet dengan bentuk melingkar. Pengendalian gulma secara kimiawi menggunakan bahan-bahan kimia berupa herbisida untuk mengendalikan gulma dilahan karet.
Pada saat praktikum okulasi tanaman karet, maka diketahui bahwa terdapat bebrapa jenis mata okuasi, yaitu mata okulasi coklat, okulasi hijau, okulasi mini dan lain sebagainya.Pada saat praktikum ini dilakukan diwajibkan untuk setiap orang mengokulasikan tiga batang tanaman karet.Terdapat dua jenis okulasi, yaitu okulasi perawan pada batang yang belum pernah diokulasikan dan okulasi janda pada batang yang sudah pernah diokulasi. Okulasi pada batang janda dapat dilakukan dan juga memiliki persentase keberhasilan yang sama dengan okulasi perawan. Pada saat pengamatan dilakukan ditemukan bahwa lahan karet sudah terbakar dan semua okulasi yang dilakukan mati.
Panen karet dilakukan dengan cara menyadap kulit karet dan tidak boleh mengenai kambium batang. Jika menyadap karet mengenai kambium batang maka tana man karet akan mudah terkena penyakit. Untuk mendapatkan hasil sadap yang banyak para petani menggunakan stimulan pada karet.Penggunaan stimulan ini harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Karena jika tidak sesuai maka tanaman karet akan mengalami KAS (kering alur sadap). Pemberian stimulan dapat diberikan pada kulit batang yang belum disadap, pada alur sadap, dan pada kulit yang sudah disadap.
Stimulan yang diberikan berlebihan akan menyebabkan karet mudah terkena penyakit, kering alur sadap, dan ini menyebabkan menurunnya hasil panen sadap tanaman karet. Tanaman karet dipertahankan lama hidupnya untuk menghasilkan lateks sampai 25 tahun.Untuk itu perlu pemeliharaan yang baik untuk tanaman menghasilkan. Pemeliharaan tanaman menhasilkan ini dilakukan dengan cara menjaga agar gulma tidak banyak dan perlu pengendalian yang tepat. Kemudian perlu melakukan penyadapan yang sesuai dengan anjuran, jangan terlalu sering karena dapat menghabiskan kulit batang dan pada saat penyadapan tidak mengenai cambium karena dapat menyebabkan kering alur sadap.
Praktikum karet yang dilaksanakan ini memiliki beberapa materi disetiap minggunya. Pada minggu pertama dilakukan praktikum pemeliharaan kebun entres dan menghitung mata tunas tanaman entres kebun karet. Dari hasil yang diperoleh oleh kelompok kami diketahui bahwa terdapat perbedaan jumlah mata tunas disetiap pohon karet. Mata tunas paling banyak dikelompok kami yaitu mata Bina Ramanda dengan jumlah mata tunas sebanyak 23 mata tunas. Dan yang paling sedikit adalah Prisna Meilivia dengan 11 mata tunas. Jumlah mata tunas ini dipengaruhi oleh pemeliharaan kebun entres. Jika pemeliharaannya baik maka jumlah mata tunas yang didapatkan akan lebih banyak, tetapi karena kebun entres ini tidak dirawat maka jumlah mata tunas entresnya hanya sedikit.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum pengelolaan perkebunan karet ini adalah sebagai berikut :
Karet merupakan tanaman tahunan yang tersebar luas di Indonesia termasuk Sumatera Selatan dan merupakan sebagian besar mata pencarian para petani.
Karet menghasilkan lateks yang dapat diolah dengan berbagai produk.
Sebelum penanaman karet dilapangan perlu dilakukan pembuatan lubang tanam.
Penmeliharaan kebun entres perlu dilakukan untuk menghasilkan mata tunas yang banyak.
Kesuksesan penanaman karet juga dipengaruhi oleh pemilihan benih.
Untuk membibitkan bibit karet perlu dilakukan kegiatan pendederan.
Pemberian pupuk yang sesuai,stimulan atau pun perstisida perlu diberikan ke tanaman karet untuk meningkatkan kualitas produksivitas tanaman karet tersebut.
5.2. Saran
Adapun saran untuk praktikum ini adalah sebaiknya para praktikan dapat serius dalam mendengarkan setiap materi yang diberikan asisten agar pada saat dilapangan praktikan dapat menerapkannya dengan benar dan baik serta dapat disiplin dalam melaksanakan praktikum sehingga proses praktikum perkebunan karet ini berjalan dengan baik.
35
35
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan(ID).Pusat penelitian Karet.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Departemen Pertanian, Jakarta. hlm. 26.
Damanik S, M. Syakir, Made Tasma, dan Siswanto. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Darmandono.1995. Budidaya dan Pasca Panen Karet. Bogor (ID) : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994. Teknik Kultur, Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatif. Yogyakarta (ID):Kanisius.
Mahfudin. 2000. Pengaruh Lama Penyimpanan Entres terhadap Pertumbuhan BenihHasil Okulasi. Fakultas Pertanian Universitas Juanda, Bogor. hlm. 21.
Nazarrudin dan Paimin 2006.Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Makalah disampaikan pada Pelatihan Tekno Ekonomi Agribisnis Karet, 18 Mei 2006. Jakarta.
Radjam.2009 panen. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan(ID).Pusat penelitian Karet.
Setiawan dan Andoko.2005. Panduan Dalam Budidaya Karet. Kebun Getas. Salatiga.
36
36
LAMPIRAN
Lampiran 1.1. Pengamatan mata tunas pada tanaman karet
Lampiran 1.2. Penanaman tunas tanaman karet
37
37
37
37
Lampiran 1.3. Penyadapan tanaman karet
Lampiran 1.4. Persiapan pengajiran tanaman karet