AUDITING & ATESTASI SAMPLING AUDIT (ISA 530)
KARTIKA SEPTIARY P MUSA / 156020310011025 RINO TAM CAHYADI / 156020310011003
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016
Konsep Dasar Sampling Audit SA 350.01 mendefinisikan sampling audit sebagai penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo rekening atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo rekening atau kelompok transaksi tersebut. Sampling audit sangat banyak dipakai dalam prosedur pencocokkan ke dokumen (vouching), konfirmasi, dan penelusuran (tracing), tetapi biasanya tidak digunakan dalam pengajuan pertanyaan, observasi, dan prosedur analitis. Resiko Sampling dan Resiko NonSampling Dalam sampling audit, resiko terbagi menjadi 2, yaitu resiko sampling dan resiko non sampling. 1. Resiko Sampling Risiko sampling adalah kemungkinan bahwa suatu sampling yang telah diambil dengan benar tidak mewakili populasi. Tipe risiko sampling yang bisa terjadi dalam melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif : a. Pengujian Pengendalian
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah, yaitu risiko menetukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel, terlalu rendah dibandingkan
dengan
efektifitas
operasi
prosedur
atau
kebijakan
struktur
pengendalian yang sesungguhnya.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi, yaitu risiko menentukan tingkat risiko pengendalian, berdasarkan hasil sampel, yang terlalu tinggi dibandingkan
dengan
efektifitas
operasi
prosedur
atau
kebijakan
struktur
pengendalian yang sesungguhnya. b. Pengujian Substantif Risiko keliru menerima yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening tidak berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening telah salah saji secara material.
Risiko keliru menolak yaitu risiko mengambil kesimpulan, berdasarkan hasil sampel, bahwa saldo rekening berisi salah saji secara material, padahal kenyataannya saldo rekening tidak berisi salah sajis secara material. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu rendah dan risiko keliru
menerima, dalam istilah statistik biasa disebut sebagai risiko beta adalah berkaitan dengan efektivitas audit. Sebaliknya, risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi dan risiko keliru menolak, dalam istilah statistik biasa disebut sebagai risiko alpha adalah berkaitan dengan efisiesnsi audit. 2. Resiko Nonsampling Risiko nonsampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan sampling. Risiko nonsampling tidak bisa diukur secara sistematis. Namun demikian, dengan perencanaan dan supervisi yang tepat dan berlandaskan pada standar kualitas mutu, risiko Metode Sampling Analisis
Pemilihan Sampel
Sampling Statistik Menggunakan rumus/formula statistik, sehingga judgment yang akan digunakan harus dikuantifikasi lebih dahulu sesuai kebutuhan formula Harus acak (random)
Sampling Non Statistik Tidak menggunakan rumus/ formula statistik, sehingga judgment yang akan digunakan tidak perlu dikuantifikasi Boleh acak, boleh pula tidak
nonsampling dapat ditangani pada tingkat yang minimal atau tidak berarti lagi. Sumber risiko sampling meliputi : 1) Kesalahan manusia. 2) Ketidaktepatan penerapan prosedur audit terhadap tujuan audit. 3) Kesalahan dalam menafsirkan hasil sampel. Kesalahan karena mengandalkan pada informasi yang keliru yang diterima dari pihak lain. Teknik-teknik Sampling Teknik sampling dalam audit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: menggunakan Metode Statistik atau disebut "sampling statistik" dan Tanpa Menggunakan Metode Statistik atau disebut "sampling non statistik". Perbedaan antar keduanya dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kedua pendekatan ini dapat digunakan dalam audit, karena tidak ada satu pihakpun yang dapat menjamin bahwa salah satu di antara keduanya lebih baik dari yang lain. Namun, dibandingkan
dengan
sampling
non
statistik,
sampling
statistik
lebih
mudah
dipertanggungjawabkan, karena formulanya sudah baku dan diterima oleh kalangan akademisi secara umum. Sesuai dengan sifat datanya, sampling terdiri atas dua jenis: Sampling Atribut dan Sampling Variabel. Sampling Atribut adalah metode sampling yang meneliti sifat non angka (kualitatif) dari data, sedangkan Sampling Variabel adalah metode sampling yang meneliti sifat angka (kuantitatif) dari data. Dalam audit, sampling atribut biasanya digunakan pada pengujian pengendalian, sedangkan sampling variabel biasanya digunakan pada pengujian substantif. Metode yang digunakan pada sampling atribut biasanya mencakup metode sampling atribut (attribute sampling), metode sampling penemuan (discovery/explanatory sampling), dan metode sampling penerimaan (acceptance sampling). Sedangkan metode yang biasanya digunakan pada sampling variabel mencakup metode sampling variabel sederhana (classical variable sampling atau mean per unit estimation) dan metode sampling satuan mata uang (monetary unit sampling atau probability proportional to size sampling). 1. Metode Sampling Statistik Metode sampling statistik yang lazim digunakan pada pengujian pengendalian adalah sampling atribut, yaitu metode sampling yang meneliti sifat non angka dari data, karena pada pengujian pengendalian fokus perhatian auditor adalah pada jejak-jejak pengendalian yang terdapat pada data/dokumen yang diuji, seperti paraf, tanda tangan, nomor urut pracetak, bentuk formulir, dan sebagainya, yang juga bersifat non angka, seperti unsur-unsur yang menjadi perhatian pada sampling atribut. 2. Metode Sampling Non Statistik Pada sampling non statistik, unit sampel dan evaluasi hasil samplingnya dilakukan berdasarkan judgement, tanpa menggunakan formula/rumus yang baku. Pemilihan sampelnya boleh dilakukan secara acak dan non acak. Tahapan Sampling Audit
Langkah-langkah sampling dibagi dalam enam tahap: 1. Menyusun Rencana Audit. Kegiatan sampling audit diawali dengan penyusunan rencana audit. Pada tahap ini ditetapkan: a. Jenis pengujian yang akan dilakukan, karena berpengaruh pada jenissampling yang akan digunakan. Pada pengujian pengendalian biasanya digunakan sampling atribut, dan pada pengujian substantif digunakan sampling variabel. b. Tujuan pengujian, pada pengujian pengendalian untuk meneliti derajat keandalan pengendalian, sedangkan pengujian substantif tujuannya meneliti kewajaran nilai informasi kuantitatif yang diteliti. c. Populasi yang akan diteliti, disesuaikan dengan jenis dan tujuan pengujian yang akan dilakukan. d. Asumsi-asumsi yang akan digunakan dalam penelitian, terutama yangdiperlukan untuk menentukan unit sampel dan membuat simpulanhasil audit, seperti tingkat keandalan, toleransi kesalahan, dan sebagainya. 2. Menetapkan Jumlah/Unit Sampel Jika digunakan metode sampling statistik, unit sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus/formula statistik sesuai dengan jenis sampling yang dilakukan. Pada tahap ini hasilnya berupa pernyataan mengenai jumlah unit sampel yang harus diuji pada populasi yang menjadi objek penelitian. 3. Memilih Sampel Setelah diketahui jumlah sampel yang harus diuji, langkah selanjutnya adalah memilih sampel dari populasi yang diteliti. Jika menggunakan sampling statistik, pemilihan sampelnya harus dilakukan secara acak (random). 4. Menguji Sampel Melalui tahap pemilihan sampel, peneliti mendapat sajian sampel yang harus diteliti. Selanjutnya, auditor menerapkan prosedur audit atas sampel tersebut. Hasilnya, auditor akan memperoleh informasi mengenai keadaan sampel tersebut. 5. Mengestimasi Keadaan Populasi Selanjutnya, berdasarkan keadaan sampel yang telah diuji, auditor melakukan evaluasi hasil sampling untuk membuat estimasi mengenai keadaan populasi. 6. Membuat Simpulan Hasil Audit Berdasarkan estimasi (perkiraan) keadaan populasi di atas, auditor membuat simpulan hasil
audit.
Biasanya
simpulan
hasil
audit
ditetapkan
dengan
memperhatikan/
membandingkan derajat kesalahan dalam populasi dengan batas kesalahan yang dapat ditolerir oleh auditor. Jika kesalahan dalam populasi masih dalam batas toleransi, berarti populasi dapat dipercaya. Sebaliknya, jika kesalahan dalam populasi melebihi batas toleransi, populasi tidak dapat dipercaya.
Perancangan Sampel Atribut Untuk Pengujian Pengendalian Sampling atribut dalam pengujian pengendalian digunakan hanya apabila ada alur bukti dokumen dalam pelaksanaan prosedur pengendalian. Tahapan-tahapan dalam rencana sampling statistik untuk pengujian pengendalian adalah : 1. Menentukan tujuan audit. 2. Merumuskan populasi dan unit sampling. 3. Menetapkan atribut-atribut. 4. Menetukan ukuran sampel. 5. Menentukan metoda pemilihan sampel. 6. Melaksanakan rencana sampling. 7. Mengevaluasi hasil sampel. Memilih Unit Sampel Pemilihan unit sampel menyangkut dua aspek sebagai berikut: Cara memilih unit sampel - Secara acak (random) - Secara non acak
Perlakuan terhadap anggota populasi -
Dengan pengembalian (with replacement)
-
Tanpa pengembalian (without replacement)
Berikut ini diuraikan cara pemilihan sampel dengan memperhatikan kedua ketentuan diatas, cara memilih dan perlakuan terhadap anggota populasi. 1. Pemilihan Sampel Secara Acak Pemilihan sampel secara acak (random) adalah metode pemilihan sampel tanpa dipengaruhi oleh pertimbangan subjektif auditornya. Pemilihan acak tersebut dilakukan untuk menjamin objektivitas hasil sampling. Pemilihan sampel secara acak diyakini lebih objektif dibandingkan pemilihan sampel non acak. Ada dua jenis pemilihan sampel acak yang umum dikenal, yaitu pemilihan sampel acak sederhana dan acak sistematis (simple random sampling dan systematic random sampling). a. Pemilihan Sampel Acak Sederhana Pada metode ini, sampel dipilih langsung dari populasi tanpa memanipulasinya lebih dahulu. Untuk mendapatkan sampel, biasanya digunakan alat bantu berupa tabel angka acak. b. Pemilihan Sampel Acak Sistematis Pada metode ini, pertama, tentukan interval yaitu jarak antara sampel pertama dengan sampel berikutnya. 2. Pemilihan Sampel Non Acak
Pemilihan sampel non acak yang umum digunakan juga ada dua, yaitu haphazard sampling dan block sampling. a. haphazard sampling Metode ini mirip dengan simple random sampling, tetapi pemilihan sampelnya dilakukan sendiri oleh auditornya, tanpa menggunakan alat bantu. Misal, auditor mengambil langsung dengan tangan sendiri, tanpa memperhatikan jumlah, letak, sifat, dan kondisi dari bukti yang menjadi populasinya. b. block sampling Metode ini mirip dengan systematic random sampling, yaitu populasi dikelompokkan lebih dahulu ke dalam beberapa kelompok yang disebut blok, kemudian sampel diambil dari masing-masing blok. Menentukan Ukuran Sampling Faktor dalam menentukan ukuran sampel : 1. Risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah. Dalam sampling atribut, risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah harus ditetapkan secara aksplisit. Contoh tingkat risiko yang disesuaikan dengan tingkat risiko yang direncanakan: Risiko pengendalian direncanakan 2.
Tingkat deviasi bias ditoleransi
Rendah
5
Moderat
10
Tinggi
15
Ti ng ka t
deviasi bias ditoleransi. Tingkat deviasi bisa diterima adalah tingkat deviasi maksimum dari suatu pengendalian yang akan diterima oleh auditor dan masih menggunakan risiko pengendalian direncanakan. Pedoman untuk mengkuantifikasi suatu rentang tingkat deviasi yang bisa ditoleransi :
Risiko pengendalian direncanakan
Tingkat deviasi bias ditoleransi rentang (%)
Rendah
2-7
Moderat
6-12
Tinggi
11-20
3. Tingkat deviasi populasi diharapkan. Auditor menggunakan satu atau lebih hal dibawah ini untuk menaksir tingkat deviasi populasi diharapkan untuk masing-masing pengendalian : - Tingkat deviasi sampel tahun lalu, disesuaikan dengan perimbanngan auditor untuk -
perubahan dalam efektivitas pengendalian tahun ini. Estimasi semata-mata didasarkan pada penilaian auditor atas pengendalian tahun ini. Tingkat tertentu yang diperoleh pada pendahuluan kurang lebih 50 unsur. Faktor Risiko penetapan terlalu rendah
risiko
Hubungan terhadap ukuran sampel pengendalian
Terbalik
Tingkat deviasi bias ditoleransi
Terbalik
Tingkat deviasi populasi diharapkan
Langsung
Ukuran populasi 5000 unit keatas
Tidak berpengaruh
Lebih dari 5000 unit
langsung