Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi
2017
Klasifikasi Batuan Beku IUGS IUGS Subcommission on the Systematics of Igneous Rocks membuat rekomendasi untuk membuat klasifikasi . Untuk menyusun klasifikasi baru ini melalui proses yang panjang di berbagai pertemuan seperti di Padua (1979), Paris (1980), Cambridge (1981), Granada (1983), Moscow (1984), and London (1985). Dari pertemuan tersebut disepakati bahwa modal mineralogical QAPF classification batuan vulkanik (Streckeisen, 1978, 1980) masih tetap menjadi klasifikasi batuan vulkanik primer, dengan syarat bahwa analisis modal kandungan mineral bisa dipenuhi (International Union of Geological Science) menyatakan klasifikasi batuan beku berdasarkan dari ukuran kristalnya. Batuan beku faneritik diklasifikasikan sebagai batuan plutonik (dan dibagi menjadi bagian asam-basa serta bagian ultra basa), sedangkan batuan beku afanitik diklasifikasikan sebagai vulkanik. Pada masing-masing kategori utama tersebut, batuan diberi nama berdasarkan persentase mineralnya. Dalam klasifikasi ini digunakan diagram segitiga dengan mineral acuan diletakan di ujung masing-masing sudut segitiga yang disebut diagram QAPF. Diagram QAPF merupakan diagram yang berbentuk segitiga bolak balik yang digunakan untuk mengklasifikasikan batuan beku berdasarkan komposisi mineralogi. Akronimnya, QAPF, merupakan kependekan dari " Kuarsa, Alkali, Feldspar, Plagioklas, dan Feldspathoid (Foid) ", yang merupakan grup-grup mineral yang digunakan untuk klasifikasi dalam Diagram ini. Persentase Q, A, P, dan F. Diagram QAPF biasanya digunakan untuk klasifikasi pada batuan plutonik ( batuan faneritik), tetapi juga digunakan untuk batuan vulkanik jika komposisi mineral modal telah diketahui. Diagram QAPF tidak digunakan untuk mengklasifikasi batuan piroklastik atau batuan vulkanik jika komposisi mineral modal tidak diketahui, dan sebagai gantinya menggunakan klasifikasi TAS ( TotalAlkali-Silika).
Klasifikasi IUGS (International Union of Geological Sciences), 1980, di bedakan atas batuan beku Fenerik dan Afanitik A. Batuan Beku Fanerik diklasifikasikan sebagai plutonik (dibagi menjadi bagian asam-basa serta bagia ultra basa).
Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi
2017
Batuan fanerik merupakan batuan beku yang ukuran butirnya dapat di
amati dengan mata biasa atau dengan loupe. Penamaan batuan dapat menggunakan diagram segitiga double klasifikasi batuan secara umum), dan digram segitiga untuk kelompok untuk batuan
ultramafik, gabroik dan anortosit. Dasar penamaan batuan berdasarkan kehadiran mineral kuarsa (Q),
Feldspatoid (F) Alkali feldspar(A) dan plagioklas (P). Penamaan Batuan : Menghitung persentase kehadiran mineral utama, dimana jumlah Q + A + P atau F + A + P
B. Batuan Beku Afanitik Batuan beku afanitik diklasifikasikan sebagai batuan vulkanik. Batuan umumnya berukuran halus < 1mm yang tidak dapat di amati oleh mata biasa ataupun dengan loupe, sehingga persentase kehadiran mineralnya sulit atau tidak dapat ditentukan secara megaskopis. Untuk menetukan persentase dan komposisi mineralnya dapat diketahui dengan melihat warna dari batuan seperti warna terang menunjukan mineral felsik
dan warna gelap menunjukan mineral mafik. Penamaan batuan mengunakan diagram segitiga dan didasarkan pada
kehadiran mineral utama kuarsa (Q),Plagioklas (P),dan Alkali feldspar (F). Cara penamaan sama seperti cara penamaan batuan Fanerik.
Gambar Klasifikasi batuan beku
Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi
2017
DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Bahan Galian Sie Petrologi
2017 Streckcisen, A, 1976, To each plutonic rock its proper name Earth Sci. Rev, v. 12,p,1-33 Streckcisen, A, 1979, Classification and nomencalture of volcanic rocks, lamprophyrcs, carbonaties, melilitic rocks; Recommendation adn suggestion of IUGS subcommission of igneous Rocks; Geology, v.7,331-335