Keselamatan di Kapal Pesiar 1. Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan adalah di suatu kapal k apal pesiar di atas permukaan laut. 2. Jenis-jenis Bahaya Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematika yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau untuk hares meninggalkan kapal. Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokkan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut : a. Tubrukan b. Kebakaran/ledakan c. Kandas d. Kebocoran/tenggelam e. Orang jatuh ke laut f. Pencemaran. Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal maupun Iingkungan taut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya 'ekosistem' dasar taut, sehingga perlu untuk memahami kondisi keadaan darurat itu sebaik mungkin guna memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengindentifikasi tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal maupun kerjasama dengan pihak yang terkait. 1) Tubrukan Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat situasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak ke laut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran. Situasi Iainnya adalah kepanikan atau ketakutan petugas di kapal yang justru memperlambat tindakan, pengamanan, penyelamatan dan penanggulangan keadaan darurat tersebut. 2) Kebakaran / ledakan Kebakaran di kapal dapat terjadi di berbagai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan, gudang penyimpanan perlengkapan kapal, . instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak bu ah kapal.
Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi darurat serta perlu untuk diatasi. Keadaan darurat pada situasi kebakaran dan ledakan tentu sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang kepanikan atau ketidak siapan petugas untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah. 3) Kandas Kapal kandas pada umumnya didahului dengan tanda-tanda putaran baling-baling terasa berat, asap di cerobong mendadak menghitam, badan kapal bergetar dan kecepatan kapal berubah kemudian berhenti mendadak. Pada saat kapal kandas tidak bergerak, posisi kapal akan sangat tergantung pada permukaan dasar taut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut. Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran atau bahaya tenggelam kalau air yang masuk ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan n yala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran. Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat terjadi perub ahan posisi kapal. Kapal kandas sifatnya dapat permanen dan dapat pula bersifat sementara tergantung pada posisi permukaan dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal a kan terjadi rumit. 4) Kebocoran/Tenggelam Kebocoran pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kerusakan kulit pelat kapal karena korosi, sehingga kalau tidak segera diatasi kapal akan segera tenggelam. Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi. Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal, karena upaya untuk mengatasi keadaan tidak didasarkan pada azas keselamatan dan kebersamaan.
5) Orang jatuh ke laut
Orang jatuh ke laut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang diberikan tidak dengan mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia. 6) Pencemaran Pencemaran taut dapat terjadi karena buangan sampah dan tumpahan minyak saat bunkering, buangan limbah muatan kapal tangki, buangan limbah kamar mesin yang melebihi ambang 15 ppm dan karena muatan kapal tangki yang tertumpah akibat tubrukan atau kebocoran. Upaya untuk mengatasi pencemaran yang terjadi merupakan hal yang sulit karena untuk mengatasi pencemaran yang terjadi memerlukan peralatan, tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan pencemaran. 3. Dampak bagi manusia dan lingkungan a. Dampak bagi manusia Mengalami luka-luka Mengalami kecacatan fisik Mengalami gangguan mental Meninggal dunia Perusahaan kapal menjadi tidak laku
b. Dampak bagi lingkungan Pencemaran air laut Rusaknya terumbu karang Matinya makhluk hidup di laut
4. Penanggulangan Penanggulangan keadaan darurat didasarkan pada suatu pola terpadu yang mampu mengintegrasikan aktivitas atau upaya. Penanggulangan keadaan darurat tersebut secara cepat, tepat dan terkendali atas dukungan dari instansi terkait dan sumber daya manusia serta fasilitas yang tersedia.
Dengan memahami pola penanggulangan keadaan darurat ini dapat diperoleh manfaat : Mencegah (menghilangkan) kemungkinan kerusakan akibat meluasnya kejadian darurat itu. Memperkecil kerusakan-kerusakan mated dan lingkungan. Dapat menguasahi keadaan (Under control).
Untuk menanggulangi keadaan darurat diperlukan beberapa Iangkah mengantisipasi yang terdiri dari : a. Pendataan Dalam menghadapi setia keadaan darurat dikenal selalu diputuskan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi peristiwa tersebut maka perlu dilakukan pendataan sejauh mana keadaan darurat tersebut dapat membahayakan manusia (pelayar), kapal dan lingkungannya serta bagaimana cara mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Langkah-Langkah pendataan Tingkat kerusakan kapal Gangguan keselamatan kapal (Stabilitas) Keselamatan manusia Kondisi muatan Pengaruh kerusakan pada lingkungan Kemungkinan membahayakan terhadap dermaga atau kapal lain.
b. Peralatan Sarana dan prasarana yang akan digunakan disesuaikan dengan keadaan darurat yang dialami dengan memperhatikan kemampuan kapal dan manusia untuk melepaskan diri dari keadaan darurat tersebut hingga kondisi normal kembali. Petugas atau anak buah kapal yang terlibat dalam operasi mengatasi keadaan darurat ini seharusnya mampu untuk bekerjasama dengan pihak lain bila mana diperlukan (dermaga, kapal lain/team SAR). Secara keseluruhan peralatan yang dipergunakan dalam keadaan darurat adalah :
Breathing Apparatus – Alarm Fireman Out Fit – Tandu Alat Komunikasi dan lain-lain disesuaikan dengan keadaan daruratnya.
c. Mekanisme kerja Setiap kapal harus mempunyai team-team yang bertugas dalam perencanaan dan pengeterapan dalam mengatasi keadaan darurat. Keadaan-keadaan darurat ini harus meliputi semua aspek dari tindakan-tindakan yang harus diambil pada saat keadaan darurat serta dibicarakan dengan penguasa pelabuhan, pemadam kebakaran, alat negara dan instansi lain yang berkaitan dengan pengarahan tenaga, penyiapan prosedur dan tanggung jawab, organisasi, sistem, komunikasi, pusat pengawasan , inve ntaris dan detail lokasinya.
Tata cara dan tindakan yang akan diambil antara lain : Persiapan, yaitu langkah-langkah persiapan yang diperlukan dalam menangani keadaan darurat tersebut berdasarkan jenis dan kejadiannya.
Prosedur praktis dari penanganan kejadian yang harus diikuti dari beberapa kegiatan/bagian secara terpadu.
Organisasi yang solid dengan garis-garis komunikasi dan tan ggung jawabnya.
Pelaksanaan berdasarkan 1, 2, dan 3 secara efektif dan terpadu.
Prosedur di atas harus meliputi segala ma cam ke adaan darurat yang ditemui, baik menghadapi kebakaran, kandas, pencemaran, dan lain-lain dan harus dipahami benar oleh pelaksana yang secara teratur dilatih dan dapat dilaksanakan dengan baik. Keseluruhan kegiatan tersebut di atas merupakan suatu mekanisme kerja yang hendak dengan mudah dapat diikuti oleh setiap manajemen yang ada dikapal, sehingga kegiatan mengatasi keadaan darurat dapat berlangsung secara bertahap tanpa harus menggunakan waktu yang lama, aman, lancar dan tingkat penggunaan biaya yang memadai. untuk itu peran aktif anak buah kapal sangat tergantung pada kemampuan individual untuk memahami mekanisme kerja yang ada, serta dorongan rasa tanggung jawab yang didasari pada prinsip kebersamaan dalam hidup bermasyarakat di kapal. Mekanisme kerja yang diciptakan dalam situasi darurat tentu san gat berbeda dengan situasi normal, mobilitas yang tinggi selalu mewarnai aktifitas keadaan darurat dengan lingkup kerja yang biasanya tidak dapat dibatasi oleh waktu karena tuntutan keselamatan. Oleh sebab itu loyalitas untuk keselamatan bersama selalu terjadi ka rena ikatan moral kerja dan dorongan demi kebersamaan. 5. Perencanaan yang aman dan selamat Biasanya disetiap latihan/ drill exercize yang dilakukan 2 kali dalam 1 minggu, kita para crew diharuskan untuk sesegera mungkin menempati po sisi-posisi yang telah ditentukan sebelum tanda sinyal bahaya general emergency dibunyikan. Code/ sinyal yang diberikan kepada crew memang akan lebih cepat beberapa menit daripada sinyal yang diperuntukan buat para penumpang karena kita mempunyai deskripsi tugas agar sesegera mungkin menolong penumpang menuju lifeboatnya. Dibawah ini adalah gambaran step by step life emergency drill.
1. Emergency Signal Biasanya akan terdengar 7 kali suara alarm pendek diikuti 1 kali alarm panjang/ berulang-ulang. Secepatnya kembali kekamar masing-masing untuk mengambil Life Jacket. Pada saat itu semua elevator akan mati, jadi hanya dengan tangga satu-satunya cara kita dapat lakukan.
2. Life Jacket Biasanya Life Jacket akan berada diatas ataupun didalam lemari pakaian kamar dan dipintu kamar akan tertera arah tujuan muster station atau Lifeboat dengan code huruf.
Segera pakai Life Jacket dan pergi ke deck meeting point yang telah ditentukan. Dalam keadaan tertentu mungkin kita harus merangkak dan mengikuti arah dengan lampu penunjuk yang telah dipasang dibawah dekat lantai guna menuju meeting point yang yang biasanya berada dideck tengah/ deck 6. Untuk penumpang tidak harus khawatir karena disetiap jalan menuju meeting point mereka akan dipandu oleh para crew yang memang bertugas untuk menunjukan arah kemana mereka harus pergi.
3. Meeting Point/ Muster Station Disinilah penumpang/ crew akan dikumpulkan dan dicheck sekali lagi agar sesegera mungkin mereka akan dapat masuk ke Lifeboat/ Liferaft sesuai daftar karena kapasitas Lifeboat/ Liferaft yang terbatas.
4. Lifeboat / Liferaft Kapasitas Lifeboat dan Liferaft yang terbatas membuat kita tidak b isa membawa barang barang yang kita miliki untuk dibawa. Perbedaan Lifeboat dan Liferaft : Lifeboat : Lifeboat modern sudah dilengkapi dengan motor dan bisa mengangkut 150 orang, walaupun demikian ada jenis Lifeboat yang masih tetap membutuhkan tenaga
manusia untuk melepas pin dikedua sisinya sebelum meluncurkannya kelaut. Dijenis lain yang biasanya digunakan untuk kapal tangker atau cargo, Lifeboat berada dibelakang dan mempunyai landasan untuk melontar/ meluncurkannya agar secepat mungkin menjauh dari kapal karena mungkin material/ muatan yang dibawa kapal tersebut berupa minyak, gas, ataupun barang yang mempunyai kadar bakar/ explosive yang tinggi.
Liferaft : Liferaft adalah perahu karet yang telah berisi gas dan dilipat untuk disimpan/ dimasukan kedalam kapsul yang disegel. Segel ini tidak boleh dibuka oleh crew kapal menurut peraturan SOLAS. Dan setiap 1 tahun sekali Liferaft harus dibawa kefasilitas bersertifikat khusus untuk membuka dan memeriksa liferaft beserta isinya. Liferaft standard hanya bisa mengangkut 25 orang didalamnya.
6. Survival Eguipment Setelah berada dilaut, biasanya Lifeboat dan Liferaft akan mencoba agar selalu tetap berkumpul/ berdekatan agar lebih mudah ditemukan dan dilakukan pertolongan daripada tercerai-berai. Didalam Liferaft dan Lifeboat sendiri sudah tersimpan survival equipment yang berisi: manual reverse osmosis desalinator (MROD), botol air tawar, paket makanan, kit/ alat memancing, cermin, flare roket dan asap, lampu senter, jangkar lautcadang, kit pertolongan pertama, dayung, baterai cadangan dan bohlam, dan aluminized milar lembar/ selimut ruang/ selimut untuk membantu dalam merawat korba n hipotermia. Jadi tidak akan ada perbedaan perlengkapan keselamatan antara Liferaft dan Lifeboat. 7. Sur vival sui t dan I mmersion sui t
Gunanya sebagai pelindung/pencegah suhu tubuh yang hilang akibat dinginnya air laut.
8. Media pelindung panas ( Th er mal Protective Ai d )
Gunanya sebagai pelindung tubuh, mengurangi hilangnya panas tubuh.
9. Isyarat visual ( Pyrotechnis )
Gunanya sebagai isyarat tanda bahaya bilamana penyelamat melihat ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat diliihat oleh mata pada siang hari digunakan isyarat asap apung (bouyant smoke signal ). Pada malam hari dapat digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor parasut ( parachute signal ).
10. Pesawat luput maut ( sur vival cr aft )
Gunanya untuk menolong/mempertahankan jiwa orang-orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut meninggalkan kapal.
11. Roket pelempar tali ( li ne throwin g appliances )
Gunanya sebagai alat penghubung pertama antara kapal yang ditolong dengan yang menolong yang selanjutnya dipakai untuk keperluan lainnya.
12. Berdoa Hal terburuk yang mungkin terjadi bila semua survival equipment sudah habis digunakan, saatnya kita berdoa agar sesegera mungkin seseorang datang menolong kita.
Kapal Pesiar modern telah dibuat dan ditunjang peralatan didukung sistem yang canggih untuk pembuatan badan kapal ataupun sistem navigasinya. Keselamatan adalah hal utama yang paling dikedepankan. Faktor human error memegang 80% kesalahan yang terjadi, sementara 20% lainnya dibagi antara faktor teknis dan alam. Seorang Kapten atau Nahkoda kapal adalah orang terakhir yang harus meninggalkan kapalnya setelah memastikan bahwa sudah tidak ada penumpang/ crew yang masih berada didalam kapal, dengan kata lain seorang Kapten/ Nahkoda harus rela mati demi memastikan semua muatannya ( manusia) selamat.