KEMOTERAPI
Oleh Miradz Hudaya, dr
Pembimbing : Maman Abdurahman, dr., SpB(K)-Onk
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN RUMAH SAKIT HASAN SADIKIN BANDUNG 2013
KEMOTERAPI
PENDAHULUAN
Pengenalan terhadap obat kemoterapi dimulai awal tahun 1900 dimana Gas Mustard yang dipakai pada Perang Dunia I dan II diketahui dapat mensupresi sumsum tulang dan system limfoid. Pada tahun 1940 mulai zat tersebut digunakan untuk terapi Limfoma. Tahun 1950 mulai diperkenalkan secara luas penemuan ini dan mulai berkembang tahun 1970. Sejak waktu itu i tu makin banyak ditemukan obat yang dapat dipakai untuk mengobati kanker. Pada awal abad ke 20 kemoterapi pertama kali dipergunakan oleh Ehrlich yang berasal dari agen anti parasit (alkyllating agent) Saat ini dikenal lebih dari 40 jenis obat anti-kanker yang dipakai secara aktif di seluruh dunia. Awalnya kemoterapi memberi kesan kuat pada masyarakat awam maupun sebagian dokter bahwa pemberian kemoterapi anti kanker merupakan pemakaian sia- sia serta membawa dampak toksisitas yang parah. Namun dengan kemajuan ilmu di bidang disiplin onkologi anggapan yang tak beralasan tersebut dapat dihilangkan. Hambatan utama bagi efikasi klinis kemoterapi adalah tokisitas terhadap jaringan normal tubuh dan terjadinya resistensi obat seluler. Perkembangan dan aplikasi teknik molekuler untuk menganalisa ekspresi gen sel normal dan maliga pada level DNA, RNA, dan protein telah membantu untuk mengidentifikasi beberapa mekanisme penting yang melaluinya kemoterapi dapat dioptimalkan efek antitumornya dan mengaktivasi kematian sel terprogram. Perkembangan teknologi molekuler juga memberikan pengertian mengenai kejadian molekuler dan genetik di dalam sel kanker yang dapat mengubah kemosensitivitas selama pengobatan.
DEFINISI
(3)
DAN TUJUAN KEMOTERAPI
Kemoterapi adalah pemberian golongan obat-obatan tertentu dengan tujuan menghambat pertumbuhan sel kanker dan bahkan ada yang dapat membunuh sel kanker. Obat itu disebut "sitostatika atau obat anti-kanker
1
Bergantung kepada tipe kanker dan seberapa jauh kanker tersebut telah berkembang, maka kemoterapi digunakan dengan beberapa tujuan : 1. Untuk tujuan kuratif. Kanker dinyatakan sembuh apabila telah dibuktikan secara klinis dan laboratorium terbebas dari sel kanker 2. Untuk mengontrol kanker, hal ini dilakukan untuk me njaga penyebaran sel kanker, memperlambat pertumbuhan sel kanker , membunuh sel kanker yang dapat menyebar ke bagian lain di tubuh selain lokasi tumor primernya. 3. Untuk tujuan paliatif, meningkatkan kulitas hidup penderita. mengurangi gejala yang mungkin ditimbulkan oleh kanker, misalnya rasa nyeri, membantu pasien untuk hidup lebih nyaman.
SIKLUS SEL
Untuk membicarakan kemoterapi kita perlu mengetahui siklus sel. Dimana dalam kemoterapi kita menggunakan obat anti tumor kombinasi yang bekerja pada fase-fase tertentu siklus sel.
Gambar 1. Siklus sel
2
Fase G0
Defenisi Fase istirahat
G1
Fase Gap 1
R
Titik Restriksi
S
Sintesis
G
Fase Gap 2
M
Mitosis
Yang terjadi Faktor pertumbuhan tidak tumbuh lagi dan memiliki DNA yang diploid (chromosom berjumlah 46) Berlangsung selama 8 – 12 jam Pada fase ini sel anak yang baru terbentuk setelah mitosis tumbuh tumbuh menjadi sel dewasa, membentuk protein, enzim ,dsb dan chromosomnya hanya mengandung rantai tunggal DNA (haploid). Pada titik siklus sel ini akan terbagi 2 yaitu : a) Berhenti bertumbuh Sel yang berhenti bertumbuh akan masuk ke fase G-0. Sel ini terbagi dalam 2 golongan yaitu : 1. Stem sel, yaitu sel yang dapat tumbuh lagi bila ada rangsangan tertentu, misalnya untuk mengganti sel yang rusak atau mati dan kembali masuk ke Fase-S 2. Sel yang tetap tidak akan tumbuh sampai sel itu mati. Contohnya yaitu sel saraf. b) Tumbuh terus Sel yang tumbuh lagi akan masuk ke fase-S Berlangsung sekitar 4 jam Terjadi replikasi DNA terjadi dengan bantuan enzim DNA polimerase. Dengan dibentuknya DNA baru maka rantai tunggal DNA menjadi rantai ganda. Berlangsung sekitar 3 jam Pada fase ini dibentuk RNA, protein, enzim dan sebagainya untuk persiapan fase berikutnya Berlangsung sekitar 1-2 jam Terjadi pembelahan sel, dari sel induk menjadi 2 sel anak yang mempunyai struktur genetika yang sama dengan sel induknya. Di sini rantai ganda DNA yang merupakan pembawa informasi gen terbelah menjadi dua rantai tunggal yang masing-masing untuk sel anak baru.
3
DASAR-DASAR KEMOTERAPI
Tujuan kemoterapi untuk memicu remisi, sehingga penyakit terkendali paling tidak selama sebulan. Berdasarkan waktunya, kemoterapi dibagi menjadi: 1. Kemoterapi induksi : terapi awal diberikan dengan tujuan mencapai pengurangan sel ganas secara signifikan, atau remisi sepenuhnya terhadap penyakit. Hasilnya dapat berupa respon lengkap, ketika benjolan hilang seluruhnya dalam 1 bulan; respon sebagian, ketika volume tumor berkurang 50% atau lebih; respon stabil, ketika volume tumoer berkurang kurang dari 50% tanpa ada tumor baru selama sebulan; atau respon progresi, ketika bertambahnya volume tumor mencapai 25% atau lebih, atau terbukti adanya tumor baru. 2. Kemoterapi konsolidasi : kemoterapi lanjutan setelah induksi untuk mempertahankan periode remisi lebih lama. 3. Kemoterapi adjuvant : diberikan setelah perawatan tumor secara lokal seperti pembedahan atau radioterapi, diunakan untuk mengendalikan lesi mikroskopik dan mencegah rekurensi lokal. 4. Kemoterapi neoadjuvant : diberikan sebelum terapi lokal untuk memaksimalkan terapi lokal, seperti untuk mengerutkan tumor sebelum pembedahan. 5. Kemoterapi perawatan : kemoterapi dosis rendah jangka panjang untuk pasien rawat jalan unuk mencapai durasi remisi lebih panjang dan mencapai kesembuhan. 6. Kemoterapi kombinasi : kemoterapi dengan lebih dari satu agen.
Tumor maligna terdiri dari fraksi sel yang aktif berproliferasi sehingga memiliki sensitifitas kemoterapi yang tinggi, selain itu bisa juga terdiri dari sel yang non proliferasi sehingga sensitivitas kemoterapinya rendah. Sebagian besar tumor solid hanya memiliki sedikit fraksi yang berproliferasi sehingga untuk tumor solid tidak sensitif terhadap kemoterapi. Jika kita mengetahui tentang kinetik selular maka akan lebih mudah untuk kita menentukan pemilihan obat anti kanker yang diperlukan.
4
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemakaian obat anti kanker adalah : 1. Jenis kanker
Untuk keperluan pemberian kemoterapi, maka kanker dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Kanker haemopoitik dan limphopoitik Umumnya termasuk kanker sistemik. Yang termasuk dalam golongan kanker jenis ini antara lain : kanker darah (leukemia), limfoma maligna, dan kanker sumsum (myeloma). Untuk terapi utama kanker golongan hematologi adalah kemoterapi, dan sebagai adjuvantnya radioterapi dan operasi. b. Kanker padat (solid) Kanker golongan ini dimulai secara lokal kemudian menyebar regional atau sistemik ke organ-organ yang lain. Dalam kanker golongan ini termasuk semua jenis kanker di luar kanker golongan hematologi. Terapi utamanya antara lain dengan operasi atau radioterapi sedangkan kemoterapi baru diberikan pada stadium lanjut atau hanya sebagai adjuvant.
2.Khemosensitivitas kanker
Sensitivitas tumor terhadap obat-obatan anti kanker tidak selalu sama, namun pada umumnya sel kanker dapat bersifat sensitif, responsif dan bahkan resisten.
3.Populasi sel kanker
Dalam sebuah tumor, sel kanker heterogen yakni terdiri dari bermacammacam sel, yang asalnya sama. Ada beberapa fraksi : a.Fraksi klonogen (clonogenic fraction) Fraksi klonogen ialah fraksi sel yang dapat tumbuh. Klon sendiri ialah sekumpulan sel yang tumbuh. Fraksi ini dibagi lagi menjadi :
5
- Fraksi sel yang tumbuh (growth fraction) Semakin besarnya sebuah tumor, maka semakin kecil fraksi sel yang tumbuh. Tumor sebesar 1 kg, fraksi sel yang tumbuh tidak lebih dari 10%. Fraksi sel yang tumbuh dalam tubuh dapat naik menjadi 50% atau malah lebih. Sel yang berada dalam fraksi tumbuh dapat dihancurkan dengan obat yang bekerja pada fase spesifik. Obat ini memberikan efek toksis minimal pada sel yang tidak tumbuh
- Fraksi sel yang tumbuh pada keadaan tertentu (stem sel = G0 sell) Fraksi sel ini tidak tumbuh, namun dapat tumbuh lagi apabila terdapat rangsangan untuk menggantikan sel-sel yang mati atau rusak sehingga bentuk dan fungsi organ tetap baik seperti semula. Fraksi sel ini tidak dapat dihancurkan dengan obat yang bekerja pada sel yang sedang tumbuh, dan dapat dihancurkan oleh obat yang bekerja pada fase non spesifik. Pemberian rangsangan yang adekuat sel dapat ditarik masuk ke dalam fraksi sel yang tumbuh, sehingga fraksi sel yang tumbuh dapat menjadi lebih besar.
b.Fraksi non klonogen (non clonogenic fraction) Fraksi non klonogen ialah fraksi sel yang tidak mempunyai kemampuan tumbuh, Fraksi sel ini dapat dianggap sebagai sel yang mati. Meskipun masih hidup namun tidak dapat tumbuh lagi. Dalam keadaan normal dalam tubuh kita antara fraksi sel tumbuh dan sel yang tidak tumbuh namun mampu tumbuh lagi terdapat keseimbangan yang harmonis. Pada keadaan kanker keseimbangan tersebut terganggu, pada kanker yang telah bermanifestasi klinik, fraksi sel kanker yang tumbuh berkisar antara 10-50% Implikasi klinik dari fraksi sel yang tumbuh ialah:
- Pada tumor besar atau pertumbuhannya lambat lebih baik menggunakan obat cycle non specific
- Pada tumor kecil atau pertumbuhannya cepat lebih baik menggunakan obat cycle cell specific atau phase specific
6
4. Persentase sel kanker yang terbunuh
Sebagian besar obat anti kanker tidak dapat membunuh sel kanker secara bersamaan seluruhnya, dalam satu tumor tidak semua sel kanker yang terdapat di dalamnya peka terhadap obat anti kanker. Bila pada pertumbuhan kanker tersebut bertambah secara logaritmik maka sel yang mati pun secara logaritmik. Jumlah sel kanker yang terbunuh oleh obat anti kanker bersifat konstan secara proporsional atau persentase tidak tergantung banyaknya sel kanker yang ada, minimum 0% sel sampai maksimum 99,99% sel. Hipotesa disebut Hipotesa Log Sel yang Terbunuh (Log Cell Kill Hyphotesis). Menurut hipotesa ini, pengobatan kanker harus diberikan beberapa kali paparan obat sampai jumlah sel kanker sisa yang masih hidup minimal. Makin besarnya jumlah beban sel, semakin banyak paparan obat yang diperlukan. Dan diharapkan sel kanker yang masih tersisa itu dapat dibunuh oleh imunitas tubuh. Implikasi klinik dari besar beban sel kanker dan hipotesa sel yang mati secara logaritmik ialah : Pengobatan harus diulang beberapa kali untuk dapat membunuh sel kanker sebanyak mungkin. Dipakai kombinasi obat secara bersamaan (polifarma) untuk memperbesar daya bunuh obat anti kanker. Memulai pengobatan sewaktu tumor masih kecil atau setelah mengecilkan masa tumor dengan radiasi atau operasi (debulking) lebih disarankan.
5.Siklus pertumbuhan kanker
Obat anti kanker bekerja pada : Semua siklus (Cell Cycle non specific) Obat anti kanker jenis ini bekerja pada semua siklus sel, dimana sel sedang berada
pada
siklus
pertumbuhan
sel
ataupun
tidak.
Sel
yang
pertumbuhannya cepat lebih sensitif pada obat daripada yang lambat, namun perbedaannya memang tidak terlalu besar. Siklus pertumbuhan tertentu pada semua fase (cell cycle non phase specific)
7
Obat anti kanker jenis ini hanya bekerja pada sel yang berada dalam siklus pertumbuhan, tetapi tidak pada sel yang tidak tumbuh (G0). Toksisitas sel tergantung dari dosis obat dan lamanya paparan (exposure). Siklus pertumbuhan tertentu pada fase tertentu (cell cycle phase specific) Obat anti kanker jenis ini hanya bekerja pada fase tertentu saja dalam siklus pertumbuhan sel. Sel yang pertumbuhannya cepat lebih peka daripada sel yang pertumbuhannya lambat, tetapi ada juga sel yang tidak peka terhadap obat walaupun dosisnya tinggi. Untuk sel kanker golongan ini sebaiknya diberi obat anti kanker dalam waktu yang pendek dan dosis yang tinggi.
6. Imunitas tubuh
Penderita kanker yang telah bermanifestasi klinis, imunitas tubuhnya umumnya tertekan. Diperkirakan kemampuan tubuh untuk mengatasi sel kanker 5
terbatas sampai sejumlah 10 jumlah sel. Setelah jumlah sel kanker dapat 5
dikecilkan sampai 10 diharapkan imunitas tubuh dapat mengambil alih untuk menghancurkan lebih lanjut sisa sel kanker yang masih ada. Operasi, radioterapi dan kemoterapi juga dapat menurunkan imunitas tubuh.
Berdasarkan kerjanya pada siklus sel, obat kemoterapi dapat dibedakan : 1.CCDD (Cell Cycle Depending Drugs) Obat ini bekerja selama terdapat proses pembelahan sel, dan dikelompokkan menjadi a.CCDD Specific Phase Obat jenis golongan ini hanya bekerja pada fase tertentu dalam proses pembelahan sel, sehingga obat ini dapat efektif bekerja jika terdapat dalam jumlah yang cukup pada sel tumor yang memasuki fase tertentu tersebut.
b.CCDD Non Spesific Phase Obat jenis golongan ini bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah tetapi tidak tergantung pada proses pembelahan sel, sehingga obat
8
ini dapat efektif bekerja pada sel-sel tumor yang sedang aktif membelah tanpa tergantung fasenya.
2.CCID ( Cell Cycle Independing Drugs) Obat ini membunuh sel tumor pada setiap keadaan dan tidak tergantung pada pembelahan sel. Obat sitostatika yang hanya dapat bekerja pada satu fase misalnya golongan alkaloid, sedangkan yang dapat bekerja pada beberapa fase sekaligus misalnya golongan antimetabolit.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat kemoterapi dapat dibedakan : 1.Alkilating Agent Obat golongan ini bekerja dengan cara :
Menghambat sintesa DNA dengan menukar gugus alkali sehingga membentuk ikatan silang DNA.
Mengganggu fungsi sel dengan melakukan transfer gugus alkali pada gugus amino, karboksil, sulfidril, atau fosfat.
Merupakan golongan siklus sel non fase spesifik
Yang termasuk golongan ini antara lain: * Amsacrine
*Mephalan
* Busulfan
*Streptozocin
* Chlorambucil
*Dacarbazine 9
* Cyclophospamid
*Procarbazin
* Ifosphamid
*Carboplatin
* Thiotepa
* Cisplatin
2.Antibiotik Obat anti kanker yang termasuk golongan antibiotik umumnya dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang bersifat non spesifik, terutama berguna untuk tumor yang tumbuhnya lambat. Mekanisme kerjanya terutama dengan cara menghambat sintesa DNA dan RNA.
Yang termasuk golongan ini antara lain : * Bleomicin
* Mitoxantron
* Idarubicin
* Mithramicin
*Daunorubicin
* Epirubicin
* Actinomicin D
* Mitomicin
* Doxorubicin
3.Antimetabolit Obat anti kanker yang termasuk golongan antimetabolit bekerja dengan cara menghambat sintesa asam nukleat. Beberapa antimetabolit memiliki struktur analog dengan molekul normal sel yang diperlukan untuk pembelahan sel, sedangkan ada juga yang bekerja dengan cara menghambat enzim yang penting untuk pembelahan. Secara umum aktifitasnya meningkat pada sel yang membelah cepat. Yang termasuk golongan ini antara lain : * Azacytidine
* Fludarabin
* Metotrexate
* Capecitabine
* Cladribin
* Thioguanin
* Mitoguazone
* Cytarabin
* Mercaptopurin
* Luekovorin
* Pentostatin
* Hydroxyurea
* Metothrexate
* Capecitabine
* Fluorouracil
* Mitoguazon
* Gemcitabine
* Pentostatin
10
4.Mitotic Spindle Obat anti kanker yang termasuk golongan mitotic spindle berikatan dengan protein mikrotubuler sehingga menyebabkan disolusi struktur mitotic spindle pada fase mitosis. Yang termasuk golongan ini antara lain : * Paclitaxel (Taxol)
* Docetaxel
* Vinblastine
* Vinorelbin
* Vindesine
* Vincristine
5.Topoisomerase Inhibitor Obat anti kanker yang termasuk golongan topoisomerase Inhibitor bekerja dengan cara mengganggu fungsi enzim topoisomerase sehingga menghambat proses transkripsi dan replikasi. Yang termasuk golongan ini antara lain : * Etoposit
* Irinotecan
* Topotecan
6.Cytoprotektive Agents Yang termasuk golongan ini antara lain : * Amifostin
* Dexrazoxan
7.Lain-lain Obat anti kanker yang termasuk golongan ini tidak mempunyai mekanisme khusus. Yang termasuk golongan ini antara lain : * L-Asparaginase
* Oktreotide
* Anagrelide
* Estramustine
* Suramin
* Interferon alfa
* Lavamisol
* IL-2
* Hexamethylmelamine
11
SYARAT KEMOTERAPI Terapi Utama
a. Kemosensitif, sebagai terapi utama obat anti kanker diberikan pada kanker yang kemosensitif, yakni pada :
Leukemia
Lyphoma maligna
Choriocarsinoma
Kanker paru Oat cel
Sarcoma Ewing
b. Kanker yang telah menyebar jauh (umumnya stadium IV). Pemberian kemoterapi pada kanker stadium lanjut yang telah menyebar jauh ialah untuk tujuan paliatif seperti kanker pada :
Mammae
Serviks
Paru
Kulit
Mulut
12
Terapi Tambahan
Terapi tambahan kemoterapi pada kanker lokal atau regional umumnya diberikan paska operasi dan atau paska radioterapi untuk kanker yang bersifat kemosensitif. Pada penderita kanker yang setelah beberapa bulan dan tahun timbul residif yakni pada waktu operasi atau radioterapi masih ada sel kanker mikroskopis yang masih hidup dalam lapangan operasi atau ada metastase jauh yang subklinik maka diperlukan pemberian terapi adjuvant. Kemoterapi adjuvant digunakan untuk mengeradikasi sel – sel kanker secara mikroskopik di bagian tubuh yang lain dan juga dapat mengurangi frekuensi residif dan atau metastase pada :
Mammae
Serviks
Paru
Lambung
Colon
Kondisi fisik minimal yang dibutuhkan penderita
Untuk mencegah efek toksisitas obat kemoterapi melebihi keuntungan daya kerja obat, maka dibutuhkan keadaan fisik minimal pada penderita untuk dilakukan kemoterapi.
Kedadaan fisik tersebut antara lain meliputi kadar
hemoglobin >10, ANC>1500, jantung dan paru-paru dalam keadaan sehat. ANC merupakan nilai absolut neutrofil yang diperlukan untuk mencegah terjadinya neutropenia hebat pada penderita pasca kemoterapi. Beberapa obat kemoterapi diyakini menyebabkan neutropenia.
INDIKASI DAN KONTRAINIKASI KEMOTERAPI Indikasi :
Menghentikan progresifitas kanker
Memperpanjang hidup
Memperpanjang interval bebas kanker
Mengecilkan volume kanker
13
Terapi paliatif
Kontraindikasi kemoterapi:
1, Kontraindikasi absolut
Penyakit stadium terminal
Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan
Septikemia
Koma
2. Kontraindikasi relative
Usia lanjut
Keadaan umum yang sangat jelek
Ada gangguan fungsi organ vital
Demensia
Penderita tidak dapat mengunjungi klinik secara teratur
Tumor resisten terhadap obat, tidak ada fasilitas penunjang
TEKNIK PELAKSANAAN KEMOTERAPI
Pemberian kemoterapi dapat bermacam-macam, antara lain: 1. Intra vena, paling banyak digunakan. 2. Intra arteri, menggunakan kateter dan pompa arteri. Pemberian intra arteri dapat meningkatkan dosis obat langusng ke dalam tumor, mengurangi toksisitas, dan dapat menaikkan efek obat yg kurang stabil karena secara cepat dapat langsung masuk ke dalam tumor. 3. Perfusi regional, cara untuk memberikan obat dengan dosis tinggi langsung ke daerah tumor tanpa menimbulkan toksisitas pada sirkulasi umum 4. Intra tumoral, obat langsung disuntikkan ke dalam tumor. Cara ini tidak dianjurkan karena dapat melepaskan sel kanker dari sel induknya. 5. Intra cavitas, obat disuntikkan ke dalam rongga tubuh. 6. Topikal, pemberian salep floutouracil pada kanker kulit. 7. Per oral, untuk memperpanjang masa remisi.
14
Efek samping kemoterapi baik per oral maupun parenteral seperti mual, muntah, nyeri sendi, membuat penderita tidak nyaman. Maka sebelum diberikan obat kemoterapi, penderita diberikan obat-obatan premedikasi berupa antiemetik, kortikosteroid, dan protektor lambung baik secara per oral atau parenteral. Teknik pelaksanaan kemoterapi dilakukan dapat berupa per oral atau parenteral. Obat kemoterapi parenteral diencerkan sesuai dengan petunjuk pabrik. Pada umumnya dilarutkan dalam NaCl 0,9%. Tetapi pada Doxorubicin, pelarut yang digunakan adalah glukosa 5% sebanyak 90 cc. Obat yang diberikan sesuai dengan regimen yang digunakan, dimulai dari urutan awal sampai akhir. Dosis yang digunakan menggunakan acuan perhitungan pada luasnya permukaan tubuh sesuai panduan regimen.
PROTEKSI KEMOTERAPI
Obat kemoterapi memiliki toksisitas tinggi, sehingga sangat dibutuhkan proteksi terhadap operator dan lingkungan. Proteksi kemoterapi dimulai sejak pembuatan resep dan regimen kemoterapi. Tahap- tahap proteksi yaitu: 1. Labeling :indentitas penderita, dosis, regimen, tanggal terapi untuk menghindari tertukarnya obat. 2. Operator: menggunakan jubah atau pelindung yang kedap cairan dan sarung tangan karet kedap cairan. Diperlukan juka masker dan kaca mata untuk perlindungan pada operator. 3. Tempat terapi: ruang terapi harus dipastikan memiliki sirkulasi udara yang baik. 4. Trasportasi : bila dibutuhkan untuk memindahkan obat kemoterapi dari suatu tempat ke tempat lain harus menggunakan tempat kedap udara dan air untuk mencegah kontaminasi obat kemoterapi terhadap lingkungan sekitar. 5. Pembuangan: tempat pembuangan botol obat harus dipisahkan dengan sampah medis lain.
15
EVALUASI HASIL KEMOTERAPI
Obat anti kanker bersifat sangat toksis, sehingga pemberian kemoterapi perlu dipantau. Sebelum pemberiannya harus diketahui status penderita sebagai data dasar. Hal yang perlu diperhatikan, antara lain : - Fisik penderita, terutama keadaan umum, dan berat badan - Fungsi sumsum tulang, ginjal , paru – paru, dan hepar - Skor performa : dalam hal ini digunakan skala Karnofsky atau Zubrod. Pasien - Pasien dengan Zubrod skor 3-4 atau Karnofsky skor kurang dari 30% biasanya bukan merupakan kandidat untuk dilakukan kemoterapi.
WHO, SAKK,
Definisi
Karnofsky
Asimptomatik
100
ECOG 0
Aktivitas normal, tidak ada keluhan, tidak ada tanda
1
Simptomatik, fully
90
ambulatori
Gejala dan tanda minor Aktivitas normal
80
Penurunan aktivitas normal
2
Simptomatik, di
70
Tidak dapat melakukan
tempat tidur <50 %
aktivitas normal, masih
per hari
mampu mengurus diri 60
Kadang-kadang membutuhkan bantuan, tapi masih mampu mengurus kebutuhan yang paling dasar
3
Simptomatik. Di
50
Sering membutuhkan
tempat tidur > 50 %
bantuan dan perawatan,
per hari tapi tidak
penanganan medis
16
bedridden
40
Tidak mampu, butuh penanganan khusus dan bantuan
4
Bedridden
30
Berat, indikasi rawat, perawatan aktif
20
Sakit berat, wajib rawat, butuh penanganan suportif yang aktif
10
Sekarat
Hasil kemoterapi A. Subyektif
Mengukur hasil subyektif atas hasil terapi kanker cukup sukar, tetapi sebagai pegangan dapat dipakai parameter : * Berat badan * Status penampilan
B. Obyektif
Hasil obyektif dapat diukur dan diperiksa secara klinis, radiologi, biokimia, pemeriksaan stadium klinik patologi Hasil Obyektif dapat berupa : 1. Respon komplit
semua
tumor menghilang ( melalui pengukuran massa,
gejala, tanda, dan perubahan secara biologi ) sekurang – kurangnya 4 minggu dan tidak ada lesi baru yang muncul 2. Respon partial Reduksi / pengurangan ukuran tumor > 50 % selama 4 minggu dan tidak ditemukan lesi baru atau terjadinya perbesaran dari lesi yang lama. Bila terjadi pada lesi di hepar, maka reduksi > 30 % diukur dari batas linea midklavikula dan processus xiphoideus. 3. Tidak berubah
tumor
mengecil kurang dari 50% atau membesar kurang
dari 25% dan tidak terjadi pertumbuhan dari lesi baru selama 8 minggu
17
4. Penyakit progresif
Tumor
membesar 25% atau lebih atau timbul tumor
baru yang dulu tidak diketahui
Komplikasi kemoterapi Segera
- Syok - Nyeri pada tempat suntikan - Aritmia Dini
- Mual / muntah - Panas Lambat (beberapa hari)
- Stomatitis - Nefrotoksis - Diare - Neuropati - Alopesia - Depresi sumsum tulang, dapat terjadi : - Setelah 1-3 minggu : sebagian besar obat anti kanker - Setelah 4-6 minggu : nitrosourea Lambat (beberapa bulan)
- Hiperpigmentasi kulit Lesi organ Adriamycin : hati Bleomycin, Busulfan : paru Methotrexate :hati - Gangguan kapasitas reproduksi Amenorreae Penurunan konsentrasi sperma - Gangguan endokrin Feminisasi
18
DAFTAR PUSTAKA
1. De Vita V.T. Jr: Principles of Cancer Management: Chemotherapy, in De Vita V.T. Jr. Hellman S, Rosenberg. S. A.,:Cancer Principles and Practise of Oncology, Volume 1. 7 th edition, Philladelphia : Lippincott Raven Publisher. 2. Daly J.M, Bertagnolli, De Cosse JJ, Morton D.L : Oncology in Schwartz : th
Principles of Surgery .8 Edition. Mc Graw-Hill book, New York.2005 3. Martin D Abeloff, james O Armitage, John E. Niederhcuber, Clinical Oncology 3rd ed, Elsevier Churchill Livingstone, 2004 page 485 – 535 4. Noorwaty, SpPD KHOM, Cancer Ina, Media informasi kanker Indonesia, www.dharmais.co,id. Browsed June 10 2010 5. American Cancer Society, www.cancer.org , Browsed June 10 2010 6. Airley, Rachel. Cancer Chemotherapy. Chichester: John Wiley & Sons Ltd.2009.p.55-116. 7. Heubrandtner, Ute. Safe Handling of Cytotoxics.Austria: Ebewe Oncology. Melalui www.ebewe.com. Browsed June 12 2010.
19