KISTA KONJUNGTIVA
Oleh : Ardhan Prahara Putra
0610710017
Bithon Bithonah ah Arie Arie Pras Prasadh adhani ani 0107 010710 100!" 0!"
Pe#$i#$in%: &r &e$$' S()*
+ABO,ATO,IU* I+*U P-N.AKIT P-N.AKIT *ATA *ATA ,U*A/ SAKIT &r) SAIU+ ANA, *A+ANG AKU+TAS K-&OKT-,AN UNIV-,SITAS B,AIJA.A !01!
BAB I P-N&A/U+UAN
Konjungtiva adalah membran mukosa transparan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dengan epitel kornea di limbus 1. Kista konjungtiva adanya masa pada konjungtiva yang bisa timbul secara spontan mengikuti proses inflamasi, pembedahan, dan trauma di luar pembedahan 2. Dalam suatu penelitian di ndia disebutkan bah!a angka kejadian kista konjungtiva merupakan 2"# dari total kejadian tumor konjungtiva $. %ang paling banyak terjadi adalah tipe inklusi epitel (&'#), dermoid (1,#), parasitik (,*#), lhympoid(#), dan pigmented (",""#) ". +terygium merupakan perluasan pinguecula ke kornea, seperti daging berbentuk segitiga, dan umumnya bilateral di sisi nasal. Keadaan ini diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, pengeringan, dan lingkungan dengan angin banyak karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu, atau berpasir *.
ujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk m emahami gejala dan tanda klinis dari kista konjungtiva dan pterygium sehingga sebagai dokter nantinya dapat mendiagnosis secara dini dan memberikan terapi yang tepat bila menemui penyakit ini. -anajemen yang tepat dan adekuat akan mampu mencegah perkembangannya sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang lebih serius, seperti penurunan ketajaman penglihatan hingga kebutaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
!)1 !)1)1
Kon2un%ti3a &e4inisi Konjungtiva adalah membran mukosa transparan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dengan epitel kornea di limbus 1.
!)1)!
Anato#i
ambar 2.1
/natomi Konjungtiva
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkas jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris 1. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan melipat berkali0kali. /danya lipatan0lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Duktus0duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsula tenoni dan sklera di ba!ahnya, kecuali di limbus (tempat kapsula tenoni dan konjungtiva menyatu sepanjang $ mm) 1.
!)1)5
/istolo%i apisan epitel konjungtiva terdiri dari 2 hingga lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal. apisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas curuncula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri atas sel0sel epitel s3uamosa bertingkat. 4el0sel epitel superfisial mengandung sel0sel
goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. -ukus yang terbentuk mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata prakornea secara merata. 4el0sel epitel basal ber!arna lebih pekat dibanding sel0sel superfisial dan di dekat limbus dapat mengandung pigmen 1. 4troma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). apisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan di beberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa stratum germinativum. apisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau $ bulan1. Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar krause dan 5olfring) yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. 4ebagian besarkelenjar Krause berada di forniks atas, sisanya ada di forniks ba!ah. Kelenjar 5olfring terletak di tepi atas tarsus atas 1. /rteri0arteri konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomose dengan bebas dan bersama banyak vena konjungtiva yang umumnya mengikuti pola arterinya membentuk jaring0jaring vaskuler konjungtiva yang sangat banyak. +embuluh limfe konjungtiva tersususn di dalam lapisan superfisial dan profundus dan bergabung dengan pembuluh lomfe palpebra membentuk pleksus limfatikus. Konjungtiva menerima persyarafan dari percabangan oftalmik pertama nervus 6. 4araf ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit1. !)! Kista Kon2un%ti3a Kista konjungtiva adanya masa pada konjungtiva yang bisa timbul secara spontan mengikuti proses inflamasi, pembedahan, dan trauma di luar pembedahan 2. Dalam suatu penelitian di ndia disebutkan bah!a angka kejadian kista konjungtiva merupakan 2"# dari total kejadian tumor konjungtiva $. %ang paling banyak terjadi adalah tipe inklusi epitel (&'#), dermoid (1,#), parasitik (,*#), lhympoid(#), dan pigmented (",""#) ".
!)!)1
Kista inlusi -(itel
ambar 2.2
Kista nklusi 7pitel
-erupakan lesi benign yang terisi oleh cairan serosa jernih berisi sel0sel debris atau mukus gelatinosa. 8airan ini berada di antara dinding kista yang terdiri dari beberapa lapis epitel non keratinisasi dan jaringan ikat. /ngka kejadian pada laki0laki dan perempuan sama dan 9ata0rata usia onset adalah " tahun. Dapat diklasifikasikan menjadi kista primer atau sekunder . kista primer umumnya terbatas pada sisi superomedial dan berkembang secara kongenital selama periode embrionik saat fase pemisahan sel epitel konjungtiva. Kista sekunder lebih banyak terjadi. -erupakan tipe kista didapat, lokasinya di sisi superolateral. erjadi secara spontan
mengikuti
inflamasi
atau tindakan pembedahan atau trauma non
pembedahan. ambaran histopatologi menunjukkan adanya kista konjungtiva dilapisi dengan sel epitel stratified non keratinisasi yang ter!arnai dengan +/4 tanpa sel inflamasi. Ketika terjadi sebuah respon inflamasi pada konjungtiva, epitel menjadi longgar dan jaringan yang lebih dalam mengalami edema, dengan sedikit trauma sel epitel akan terkelupas dan terbenam dalam jaringan yang lebih dalam. Kista ini dapat dibiarkan karena terkadang bisa hilang dengan sendirinya. :amun jika kista semakin membesar, menimbulkan gejala (sensasi adanya benda asing, astigmatisma kornea, gangguan penglihatan), dan ada kecurigaan yang mengarah pada keganasan, perlu dilakukan eksisi. ermasuk jika terjadi pembesaran progresif kista dan terjadi perluasan11
!)!)!
Kista &er#oid
ambar 2.$
Kista Dermoid
4ebuah masa solid kongenital yang terdapat di bulbus atau limbus. ampak sebagai masa meninggi kekuningan, yang bulat dan licin, sering dengan rambut &. Kista dermoid dapat merupakan lesi soliter atau merupakan bagian dari sindrom oldenhar. ambaran histologinya
tampak
dermoid
konjungtiva
malformasi
koritomatous yang terdiri dari jaringan fibrosa padat dilapisi epitel konjungtiva dan bagian dermal yang lebih dalam termasuk kelenjar sebasea dan folikel rambut. Kista yang berukuran besar dapat menyebabkan gangguan refraksi astigmatisma. +atogenesanya terjadi karena ada gangguan perkembangan a!al yang berakhir pada perubahan metaplasia mesoblas antara nervus optikus dan permukaan ektoderm. -ekanisme lain nag diungkapkan adalah sekuesterasi sel pluripoten selama perkembangan embrionik . +engobatan diindikasikan untuk alasan kosmetik, infeksi kronis, pembentukan dellen, dan terkenanya visual aksis. esi kecil dapat dilakukan eksisi. 4edangkan untuk lesi yang besar, pengangkatan kista biasanya juga dibutuhkan grafting kornea atau sklera. !)!)5
Kista Parasit) ;kuran kista parasit bervariasi dari ',$ cm. < ', cm. sampai 1,' cm < 1,'
cm. =entuknya bundar atau oval. Kista ini tampak keputihan dengan bercak putih kapur pada rongga me!akili scole> parasit. Dalam satu kasus kista ditemukan sebagian prolaps dari jaringan subconjunctival. :amun, peregangan mekanis karena adanya kista dan konjungtiva lemah (karena peradangan terkait) mungkin bisa menjelaskan ekspulsi spontan ". 4emua kista lainnya dihilangkan. +emeriksaan histopatologi kasus ini menunjukkan kanal tubuh cysticercus cellulosae dilapisi oleh epitel. !)!)
Kista +i#4ati) ;kuran kista limfatik bervariasi dari ',2 cm < '," cm ', cm < ', cm. Kista ini
transparan,
multilocular
dan
penuh
dengan
cairan
bening.
?istopathologi0
pemeriksaan kal menunjukkan ruang limfatik melebar dilapisi dengan endothelium. imfatik melebar yang tidak dapat dikosongkan dianggap berkembang menjadi kista limfatik". !)!)8
Kista Ber(i%#en) Dalam satu kasus lesi yang terlokalisir pada bagian medial konjungtiva dan
kistik sedangkan dalam kasus kedua sklera dan kelopak juga terlibat along!ith lesi konjungtiva,
yang
kistik di
tempat
(oculo0dermal
kompleks
melanocytosis).
+emeriksaan histopatologi menunjukkan adanya agregat melanosit di ba!ah epitel dengan kecenderungan untuk membentuk pengaturan adenomatosa ".
!)5 !)5)1
Pter'%iu# &e4inisi +erluasan pinguecula ke kornea, seperti daging berbentuk segitiga, dan umumnya bilateral di sisi nasal. Keadaan ini diduga merupakan suatu fenomena iritatif akibat sinar ultraviolet, pengeringan, dan lingkungan dengan angin banyak karena sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di
!)5)!
lingkungan yang berangin, penuh sinar matahari, berdebu, atau berpasir *. -(ide#iolo%i ;mumnya terjadi pada usia 2'0$' tahun dan sering terdapat pada orang yang sebagian besar hidupnya berada di lingkungan tropis
!)5)5 •
1'
Klasi4iasi Pter'%iu#
ipe 1 -eluas kurang dari 2 mm di atas kornea. imbunan besi (ditunjukkan dengan 4tocker line) dapat terlihat di epitel kornea bagian anterior@depan pterigium. esi ini bersifat asimptomatis, meskipun sebentar0sebentar dapat meradang (intermittently inflamed). Aika memakai soft contact lens, gejala dapat timbul lebih a!al karena diameter lensa yang luas bersandar pada ujung kepala pterigium yang sedikit terangkat dan ini dan ini menyebabkan iritasi.
•
1'
ipe 2 -elebar hingga " mm dari kornea, dapat kambuh (recurrent) sehingga perlu tindakan pembedahan. Dapat mengganggu precorneal tear film dan menyebabkan astigmatisme 1'
•
ipe $ -eluas hingga lebih dari " mm dan melibatkan daerah penglihatan. esi@jejas yang luas (e>tensive), jika kambuh dapat berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva dan meluas hingga ke forni> yang terkadang dapat menyebabkan keterbatasan pergerakan mata
1'
ambar 2." +terygium
!)5)
Klasi4iasi Pter'%iu# +terigium diduga disebabkan oleh iritasi kronis akobat debu, cahaya sinar matahari (sinar ;6), dan udara yang panas. 7tiologinya tidak diketahui dengan jelas dan di duga merupakan suatu neoplasma, radang, dan degenerasi.
!)5)8
1'
Tanda dan Ge2ala +terigium dapat tidak memberikan keluhan atau akan memberikan keluhan mata iritatif, merah, dan mungkin menimbulkan astigmatisme yang akan memberikan keluhan gangguan penglihatan. +terigium dapat disertai keratitis pungtata dan dellen (penipisan kornea akibat kering), dan garis besi ( iron line dari 4tocker) yang terletak di ujung pterigium.
!)5)6
1'
&ia%nosis Bandin% Diagnosis banding pterigium
adalah pseudopterigium, pannus, dan kista
dermoid. 1' !)5)7
Penatalasanaan +engobatan tidak diperlukan karena sering bersifat rekure, terutama pada pasien yang masih muda. =ila pterigium meradang dapat diberikan steroid atau tetes mata dekongestan. +engobatan pterigium adalah dengan konservatif atau dilakukan pembedahan bila terjadi gangguan penglihatan akibat terjadinya astigmatisme irregular atau pterigium yang telah menutupi media penglihatan. 1'
BAB IV P-*BA/ASAN
+asien :y. K @ perempuan @ "' tahun datang ke poli -ata 944/ pada tanggal /gustus 2'12 dengan keluhan utama adanya benjolan di mata kiri. +asien mengeluhkan terdapat benjolan di mata kiri sejak bulan yang lalu. =enjolan nampak bulat, ber!arna bening dan nampak berisi cairan dengan diameter kurang lebih $mm. -ata kiri juga terasa nyeri sejak bulan yang lalu. :yeri terasa hilang timbul, diperberat apabila pasien berkedip dan memberat sejak satu bulan ini. -enurut literatur disebutkan bah!a salah satu jenis kista yang bisa timbul di area konjungtiva adalah kista
inklusi epitel dengan penampakan klinis kista berisi cairan jernih berisi sel0sel debris atau mukus gelatinosa. /ngka kejadian pada laki0laki dan !anita sama, onset usia kurang lebih " tahun. Kista tipe inklusi epitel dapat terjadi secara spontan mengikuti proses inflamasi atau akibat suatu proses pembedahan atau trauma non pembedahan. +ada pasien ini kemungkinan kista terbentuk karena proses inflamasi, karena tidak didapatkan ri!ayat pembedahan maupun ri!ayat trauma. 4aat terjadi inflamasi pada konjungtiva, epitel menjadi longgar dan jaringan yang lebih dalam mengalami edema, dengan sedikit trauma sel epitel akan terkelupas dan terbenam dalam jaringan yang lebih dalam. ;ntuk tatalaksana kista konjungtiva direncanakan ekstirpasi kista karena tidak didapatkan penyembuhan kista dalam bulan, serta didapat keluhan nyeri, mengganjal, ngeres, dan keluhan mata kabur. +ada pemeriksaan fisik didapatkan 8, +8, sekret, dan penurunan tajam penglihatan menjadi @,. 4esuai dengan literatur, jika kista tidak besar dapat dibiarkan karena bisa sembuh sendiri, namun jika tidak membaik dan mulai timbul gejala, maka perlu dilakukan eksisi. -asalah lain pada pasien ini adalah adanya jaringan fibrovaskular di kedua mata kanan dan kiri pasien. Dari anamnesa jaringan fibrovaskuler ini pertumbuhannya tidak diketahui karena gejala yang muncul dianggap ringan oleh pasien. ejala0gejala yang dirasakan pasien yaitu berupa mata merah yang berulang pada mata kanan dan kiri secara bergantian tapi lebih sering yang kanan, kemudian diikuti rasa kemeng0kemeng pada kedua mata dan ada perasaan mengganjal, dari anamnesa dan pemeriksaan fisik inilah kita dapat mendiangnosis ini suatu pterigium grade pada mata kanan dan pterigium gr. pada mata kiri. +eda pterigium ringan tidak diperlukan suatu terapi, tetapi pada pterigium yang lebih berat dapat diberikan terapi medikamentosa yaitu dengan memberikan obat anti0inflamasi topikal dan vasokonstriktor mata (dekongestan), sedangkan untuk terapi defitifnya berupa operasi ekstirpasi. erapi ekstipasi ini perlu dilakukan pada pasien ini karena pada pasien ini pterigium kiri telah menjalar sampai $ mm dari limbus, +terigium juga sering memberikan keluhan mata merah yang berulang pada pasien ini dan untuk kebutuhan kosmetik dari pasien ini.
BAB V P-NUTUP
elah dilaporkan suatu kasus mengenai B4 Kista Konjungtiva C +terygium grade dan BD pterygium grade . Dari anamnesis dan pemeriksaan status oftalmologis pada pasien didapatkan hasil yang mendukung suatu diagnosa B4 Kista Konjungtiva C +terygium grade dan BD pterygium grade . +enatalaksanaan pada pasien ini adalah eksisi kista dan ekstirpasi pterygium.
&ATA, PUSTAKA
1. 9iordan07va, +aul. 5hitcher, Aohn +. 2''. Vaugh & Asbury Oftalmologi Umum Ed 17 .hal. 0&. 78Aakarta 2. 4hields, 8arol . 4hields, Aerry /. 2''&. Tumor of The on!uncti"a and ornea. DuaneEs Bphthalmology on 8D 9B-. ippincott 5illiams F 5ilkins $. 9eddy, dkk. 1*$. Tumour and yst of on!uncti"a# A $tudy of 17% cases nternational 4pesialist 7ye 8enter. 6ol $1 page &0&&' ". :ath dkk. 1*$. ystic 'ession of on!uncti"a ndian ournal of Ophthalmology 6ol $1 page 10" . 4eung 5on ee, 4eung08han ee, Kyung0?yun Ain. 2''. on!uncti"al nclusion ysts in 'ong#standing hronic Vernal *eratocon!uncti"itis. Bphthalmolog 21(")2102"
Korean Aournal of
&. 9iordan07va, +aul. 5hitcher, Aohn +. 2''. Vaugh & Asbury Oftalmologi Umum Ed 17 .hal. 122. 78Aakarta . 4herman, -ark dkk.
2'12.
'imbal
+ermoid .
-edscape
9eferance.
http@@emedicine.medscape.com@article@11*$$"0overvie!Gsho!all (online). Diakses tanggal /gustus 2'12. . Kanski, A. A. 2''$. linical Ophtalmology, A $ystematic Approach. Hifth 7dition. =utter!orth ?einemann. 7dinburg, p1' *. 9iordan07va, +aul. 5hitcher, Aohn +. 2''. Vaugh & Asbury Oftalmologi Umum Ed 17 .hal. 11*. 78Aakarta 1'. lyas, 4. 2''. lmu -enya.it /ata 7disi Ketiga. =alai +enerbit HK;. Aakarta, hal 2''0211. 11. 4hields, 8arol . 4hields, Aerry /. 2''. 7yelids, 8onjungtival, and Brbital umor. /n /tlas and e>tbook. ?al "'& ippincott 5illiams F 5ilkins