PERSEPSI MASYARAKAT PEMILIH TERHADAP CITRA KANDIDAT BUPATI DALAM PILKADA JOMBANG 2013 (STUDI PADA MASYARAKAT “IJOAN” DAN “ABANGAN” KABUPATEN JOMBANG)
Ersya Safitri Pembimbing I : Akh. Muwafik Saleh, S.Sos., M.Si. Pembimbing II : Sri Handayani, S.Pd., M.I.Kom. Email :
[email protected] :
[email protected] Alumni Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Abstract This study discusses the public perception of a typical voter with a culture of "ijoan" and "abangan” toward the the image of candidates in the elections of 2013 Jombang Regency. The purpose of this research is to outlining how the perception of a public with the typical culture of "ijoan" and"abangan" toward the image of the Regent candidates done through the figure of a political, policy aspects, political parties, and the presentation of the candidate. This study uses qualitative methods by using the in-depth interview and major theories of perception. The results of this study showed that the perception is the end result of a series of stimuly process, selection, organization, and interpretation. The process begins with the stimuli when voters see efforts to establish the candidate's image through the media campaign. After the stimuli is the selection, After the stimuli is selection, where the public of "ijoan" and "abangan" each have their own reasons for interested or not interested in candidates for Regent Jombang. After that begins the process of organization which at this stage the public of "ijoan" and "abangan" compose personal construction about aspects of the figure of the political, policy, political party and candidate presentations. At this stage, the cultural knowledge and experience turned into a framework of reference for the public of "ijoan" and "abangan". The society of "ijoan" tends to assess candidates based on Islamic and religious factors, whereas the society of "abangan" tends to assess candidates based on some other factors such as the proximity with the figures either physical or residence without linking candidates with Islamic. In this study, the perception of each voter groups can be different if it based on personal constructs, frames of reference, and a field of experience. Keywords: Keywords: per per cepti cepti on, th e voter voter publ i c, re r egent gent candidate candi dates s image
Pendahuluan Sejak diberlakukannya pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) secara langsung di Indonesia pada tahun 2005 yang dilandaskan pada UU Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilu, telah membawa Kabupaten Jombang untuk menyelenggarakan Pemilhan Bupati (Pilbup) secara mandiri dan otonom. Tahun 2013 merupakan kali kedua Kabupaten Jombang ikut
berpartisipasi dalam pesta demokrasi 5 (lima) tahunan tersebut. Pilkada Kabupaten Jombang 2013 diikuti oleh kandidat Nyono-Mundjidah dan WidjonoSumrambah. Keberadaan atribut kampanye politik dari kedua kandidat ini terlihat saling memenuhi wilayah kabupaten Jombang. Kedua pasangan kandidat ini adalah incumbent dan nonincumbent , Widjono-Sumrambah sebagai
pasangan incumbent dan NyonoMundjidah sebagai non-incumbent . Kedua pasangan kandidat tersebut melakukan berbagai upaya untuk membentuk citra demi memenangkan hati masyarakat pemilih di Kabupaten Jombang yang khas dengan budaya bud aya masyarakat “ijoan” dan”abangan”. Peneliti mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Jombang selain karena bertepatan dengan ajang pilkada 2013, Jombang juga memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh daerah lainnya yaitu adanya publik khas yang identik dengan masyarakat “ijoan” dan “abangan”. “Ijoan” dan “Abangan” berangkat b erangkat dari filosofi kota Jombang yang dalam simbol kedaerahannya diwakili secara dominan oleh warna hijau dan merah (Fang, 2009, h.2). Dalam sejarah kota Jombang, konon kata Jombang merupakan akronim dari kata berbahasa Jawa yaitu ijo (Indonesia: hijau) dan abang (Indonesia: merah). Ijo mewakili kaum santri (agamis), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen) (Fang, 2009, h.2). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan dan harmonis di Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang (www.jombangkab.go.id, yang diakses (www.jombangkab.go.id, pada hari Kamis, 28 Februari 2013, pukul 13.13 WIB). Keberadaan masyarakat yang khas dengan budaya “ijoan” dan “abangan” sebagai masyarakat pemilih inilah yang membuat pilkada Jombang menjadi menarik. Ruslan (2008, h.43) menyatakan bahwa latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut masyarakat serta nilai-nilai yang dianut masyarakat tersebut menjadi beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi. Adapun persepsi berperan penting dalam membangun kesan masyarakat pada kandidat bupati dalam pilkada Jombang 2013. Pencalonan kandidat politik dalam suatu ajang pemilihan kepala daerah kerap kali menjadi arena bagi kandidat politik
untuk memenangkan suara pemilih dengan melakukan upaya-upaya pembentukan citra melalui aspek figur, kebijakan politik, partai politik, dan media presentasi kandidat. Citra menurut Mulyana (2005, h.169) adalah kesan atau impresi seseorang terhadap sesuatu dan merupakan persepsi yang terbentuk dalam benak manusia.. Oleh sebab itu, persepsi pemilih menjadi penting untuk mengetahui dan mengontrol seberapa kuat citra yang telah diciptakan kandidat politik mampu tersalurkan dengan baik pada pemilih melalui kampanye politik yang mereka susun. Persepsi inilah yang akan menuntun pemilih untuk menentukan sikap dalam memilih atau tidak memilih kandidat politik. Walgito (1991, h. 52) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses psikologi dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Meski pada hakikatnya persepsi adalah proses psikologi, akan tetapi konsep tentang persepsi telah banyak dikembangkan oleh para peneliti dalam bidang-bidang lainnya l ainnya (Worchel, dkk, dalam Dayakisni & Hudainah, 2009, h.7). Ilmu komunikasi merupakan salah satu bidang ilmu yang turut mengembangkan konsep persepsi. Persepsi dalam bidang ilmu komunikasi merupakan bagian dari komunikasi intrapersonal dimana proses komunikasi berlangsung di dalam diri individu itu sendiri. Individu akan terlebih dahulu menerima stimuli berupa suatu objek yang membuatnya tertarik. Objek tersebut kemudian diorganisasikan oleh individu hingga akhirnya menimbulkan interpretasi. Adapun interpretasi merupakan inti dari komunikasi. Devito (2011, h. 80) mengatakan persepsi menjadi bagian penting dalam proses komunikasi karena persepsi mempengaruhi pesan yang diterima oleh individu dan menciptakan makna pada pesan tersebut. Dalam penelitian ini, persepsi berada pada konteks kajian komunikasi politik. Lord Windlesham (dalam Uchjana, 2004,
h.158) menyatakan bahwa komunikasi politik adalah suatu penyampaian pesan politik yang secara sengaja dilakukan oleh komunikator kepada komunikan dengan tujuan untuk membuat komunikan berperilaku tertentu. Adapun persepsi merupakan kesan yang diterima oleh komunikan atas pesan politik, sehingga persepsi menjadi penting karena akan mempengaruhi komunikan dalam menciptakan makna pada pesan politik tersebut. Pada penelitian ini, pesan politik yang dimaksud adalah upaya-upaya pembentukan citra dari kandidat bupati Jombang 2013. Penelitian tentang persepsi dalam konteks komunikasi politik pernah dilakukan pada tahun 2009 oleh Siregar, Hendrastiti, dan Syamsurial. Dalam penelitian yang berjudul “Persepsi Politik Mahasiswa FISIP UNIB terhadap Citra Parpol Baru Pemilu 2009 (Partai Gerinda dan Partai Hanura)”, mereka meneliti tentang persepsi mahasiswa yang dikategorikan menjadi mahasiswa yang aktif di ormawa dan mahasiswa yang tidak aktif di ormawa, terhadap citra dari partai baru yakni Gerinda dan Partai Hanura. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif, sehingga peneliti mendapatkan data sedalam-dalamnya terkait dengan jawaban-jawaban informan. Hasil dari penelitian tersebut adalah baik mahasiswa yang aktif di ormawa maupun yang tidak aktif di ormawa memberikan persepsi negatif terhadap citra partai Gerindra dan Hanura dengan menampilkan berbagai kecenderungan tentang motivasi, alasan, dan kesan yang muncul pada informan. Penelitian lain tentang persepsi dalam bidang komunikasi politik juga pernah dilakukan oleh Penelope, Stuart, dan Thierry (2013) dengan penelitiannya yang berjudul The Perception of Political Advertising During an Election Campaign: A Measure of Cognitive and Emotional Effects. Penelitian tersebut menggunakan metode kuantitatif yang berarti lebih mengutamakan banyaknya data. Hasil dari penelitian tersebut adalah
kampanye politik yang bermuatan negatif berpengaruh pada persepsi masyarakat. Dalam hal ini alasan-alasan informan tidak muncul. Dari kedua penelitian terdahulu tersebut terlihat perbedaan dari penggunaan metode kualitatif dan kuantitatif pada penelitian tentang persepsi. Kriyantono (2007, h.56) mengemukakan bahwa dalam penelitian kualitatif yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas data) seperti pada penelitian kuantitatif. Kedalaman data merupakan keunggulan dari penelitian kualitatif sehingga inilah yang membedakan dengan penelitian kuantitatif dimana data besifat umum dan tidak mendalam. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan metode kualitatif untuk mengetahui bagaimana persepsi dari masyarakat pemilih pada pilkada Jombang 2013. Ini dipilih karena sifat persepsi yang subjektif membuat penelitian dengan metode kualitatif akan menghasilkan data yang sedalam-dalamnya dari informan tentang bagaimana persepsi masyarakat yang khas dengan budaya “ijoan” dan “abangan” ini dikonstruksi. dikonstruksi . Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berfungsi menjelaskan fenomena dengan sedalamdalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2007, h.58). Jenis analisis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir, baik karakteristik ataupun frekuensi dari subyek yang dipelajari (Silalahi, 2009, h.62). Penelitian ini mengambil fokus penelitian yaitu persepsi masyarakat “Ijoan” dan “Abangan” terhadap citra kandidat Bupati dalam Pilkada Jombang 2013. Peneliti menggunakan teknik snowball sampling untuk mendapatkan
informan yang sesuai. Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar (Sugiyono, 2008, h.53-54). h.53-54). Penelitian dengan menggunakan teknik snowball teknik snowball sampling dilakukan dilakukan secara berantai dengan meminta informasi pada orang yang telah diwawancarai atau dihubungi sebelumnya, demikian seterusnya (Poerwanadari, 1998, h.27). Nantinya informan ini akan menghubungkan peneliti dengan orangorang dalam jaringan sosialnya yang cocok dijadikan sebagai informan penelitian, demikian seterusnya (Minichielo, 1995, h.85). Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah dengan wawancara mendalam (depth interview). interview). Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada dua belas informan yang terbagi menjadi enam informan dari kelompok masyarakat “abangan” dan enam informan dari kelompok masyarakat “ijoan”. Penelitian ini menggunakan teknik keabsahan data trustworthiness yaitu menguji kebenaran dan kejujuran subyek dalam mengungkap realitas menurut apa yang dialami, dirasakan, ataupun dibayangkan (Kriyantono, 2007, h.71). Trustworthiness ini diuji melalui pengujian sebagai berikut: 1. Credibility subjek, yaitu dengan menguji jawaban-jawaban atas pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuan mereka yang khas. Ini dilakukan peneliti dengan cara mengulang pertanyaan dengan maksud yang sama namun menggunakan katakata yang berbeda. 2. Authenticity, yaitu peneliti memberi kesempatan dan memfasilitasi subjek penelitian untuk lebih dalam mengungkapkan hal-hal yang ditanyakan oleh peneliti dalam wawancara, sehingga memudahkan pemahaman yang lebih mendalam. Ini dilakukan peneliti dengan
memberikan pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana” pada saat melakukan wawancara.
Pembahasan Menurut Soemirat dan Ardianto (2003, h.114), citra dapat disimpulkan sebagai kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Dalam proses pembentukan citra, input adalah adalah stimulus yang diberikan dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Dalam hal ini, konsep citra yang digunakan adalah konsep citra yang ditunjukkan kepada publik. Publik, yang dalam konteks ini merupakan masyarakat “ijoan” dan “abangan” sebagai masyarakat pemilih khas kota Jombang, mempersepsikan apa yang telah mereka lihat dan amati dari pasangan NyonoMundjidah dan Widjono-Sumrambah sebagai kandidat dalam Pilkada Jombang 2013. Proses pembentukan persepsi, seperti yang telah dijelaskan oleh Wood (2008, h.45) dibentuk dari seleksi-organisasiinterpretasi. Proses seleksi telah dijelaskan dalam sub bab 5.1.1 yang berupa rangkaian awal dari motivasi masyarakat “ijoan” dan “abangan” dalam menilai menilai pasangan Nyono-Mundjidah dan WidjonoSumrambah sebagai kandidat bupati. Proses organisasi terjadi ketika hasil seleksi tersebut disusun menjadi suatu hal yang berurutan, yaitu penggabungan aspek-aspek yang membentuk citra kandidat Nyono-Mundjidah dan WidjonoSumrambah yaitu; figur kandidat yg meliputi identitas fisik dan non-fisik, kebijakan yang diusung kandidat dalam kampanyenya, ideologi partai pengusung kandidat, dan media presentasi kandidat. Pada tahap organisasi ini, pembentukan makna pada masyarakat “ijoan” dipengaruhi oleh faktor personal construct . Personal construct adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang untuk mengukur orang lain atau situasi
berdasarkan dimensi bipolar dari judgment dari judgment (Kelly, 1995 dalam Wood, 2008, h.48). Kelly (dalam Infante, dkk.,1990, h.75) menjelaskan bahwa tiap individu menciptakan kosntruk dan sistem konstruk masing-masing. Manusia menggunakan kategori perseptual yang disebut dengan construct (konstruk) untuk membantu membuat prediksi-prediksi. Dari pemamparan sebelumnya, terlihat bahwa masyarakat “ijoan” cenderung menggunakan kontruk atau kategori yang dibangun untuk menilai keislaman kandidat. Masyarakat mengklasifikasikan kandidat berdasarkan islami atau tidak islami. Bagi mereka, kandidat yang islami adalah yang menggunakan atribut islam – dalam hal ini peci – di gambar dengan benar, sedangkan bagi yang penggunaannya dianggap kurang benar berarti tidak islami. Demikian pula, mereka cenderung menganggap bahwa kandidat yang berasal dari keluarga kyai atau santri akan lebih dekat dengan budaya santri dan lebih islami, sementara kandidat yang tidak memiliki latar belakang santri maka tidak islami. Mereka mengemukakan bahwa kandidat yang diusung oleh partai berideologi Islam akan lebih islami ketimbang yang diusung oleh ideologi selain Islam. Mereka juga mengemukakan bahwa kandidat yang menggunakan atribut-atribut Islam di gambar kampanye akan lebih islami ketimbang yang tidak. Masyarakat “ijoan” memiliki personal construct sepasang kategori mental yang saling berlawanan kemudian diberikan label sebagai “kandidat yang islami” dan “kandidat yang tidak islami”. Masyarakat pemilih dalam penelitian ini adalah masyarakat khas kota Jombang yang dibagi menjadi masyar akat akat “ijoan” dan “abangan”. Perbedaan latar belakang budaya dari kedua kelompok masyarakat ini menjadi dasar utama untuk menilai kandidat Bupati Jombang 2013 yang dalam hal ini adalah kandidat NyonoMundjidah dan Widjono-Sumrambah. Informan “ijoan” menganut menganut budaya santri yang mengarahkan informan untuk menilai
kandidat bupati lebih cenderung pada aspek religi atau keislamannya, sedangkan informan “abangan” yang cenderung menganut budaya yang lebih majemuk (tidak terlalu berpatokan pada norma agama) cenderung tidak memiliki patokan khusus untuk menilai kandidat bupati. Dapat dikatakan bahwa informan “abangan” memiliki motivasi yang lebih beragam dan sulit untuk diklasifikasikan. Perbedaan latar belakang budaya dan pengalaman masa lalu antara masyarakat “ijoan” dan “abangan” inilah yang kemudian menjadi faktor fungsional dan dasar bagi mereka untuk mempersepsikan kandidat bupati Jombang. Rakhmat (2008, h.55) menjelaskan bahwa faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk dalam faktor personal yang mempengaruhi persepsi lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Masyarakat “ijoan” memiliki kerangka rujukan berupa pengetahuan tentang ajaran agama islam yang kuat, hal ini karena pengalaman masa lalu mereka yang hidup di lingkungan pondok pesantren membuat konstruksi-konstruksi yang berdasarkan pada nilai-nilai keislaman mejadi kuat. Sementara itu, masyarakat “abangan” yang tidak memiliki latar belakang santri atau pesantren, tidak memiliki pengetahuan akan keislaman yang kuat. Inilah yang menjadikan nilai-nilai keislaman bukan menjadi kerangka acuan bagi masyarakat “abangan”. Konstruksi pada masyarakat “abangan” jauh lebih kompleks, beragam dan tidak bermuara pada satu kritria. Yang didapatkan peneliti adalah, mereka lebih melihat figur kandidat itu sendiri. Adapun figur itu sendiri dinilai berdasarkan faktor familiaritas atau kedekatan dengan informan baik kedekatan tempat tinggal, kedekatan partai politik maupun kedekatan secara fisik. Dalam proses organisasi pada masyar akat akat “ijoan”, peneliti juga menemukan adanya stereotype. Wood (2008, h.72) menjelaskan stereotype
sebagai penyamarataan akan prediksi kita terhadap seseorang atau situasi. Stereotype dihasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya dan seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasikan. Lebih lanjut, stereotype stereotype merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut (Wood, 2008, h.72). Masyarakat “ijoan” cenderung memiliki stereotype terhadap stereotype terhadap kandidat dengan partai pengusung PDIP. Bagi mereka, PDIP identik dengan “abangan” sehingga kandidat yang diusung oleh partai tersebut dianggap kurang religius. Timbulnya stereotype pada masyarakat “ijoan” ini berasal dari kerangka rujukan berupa budaya santri yang kuat pada diri mereka. Generalisasi pada kandidat terjadi karena mengasosiasikan PDIP sebagai partai berbasis “abangan” yang dianggap kurang taat terhadap ajaran agama Islam. Berdasarkan hasil penelitian diatas, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa citra kandidat Bupati dalam Pilkada selain dipengaruhi oleh upaya pemebentukan citra kandidat melalui aspek figur, kebijakan, partai, dan presentasi, juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman akan budaya masyarakat itu sendiri. Melalui aspek-aspek tersebut, masyarakat “ijoan” cenderung mempersepsikan kandidat NyonoMundjidah sebagai kandidat dengan figur islam yang kuat, religius, memiliki program kampanye yang jelas, dan lebih menonjolkan identitas partai melalui media kampanyenya. Sementara itu, mereka cenderung mempersepsikan kandidat Widjono-Sumrambah sebagai kandidat dengan figur islam yang kurang kuat, kurang religius, tidak memiliki program kampanye yang jelas, dan lebih terkesan berusaha untuk mencitrakan dirinya sebagai kandidat yang mewakili kelompok “ijoan” dan “abangan” melalui penggunaan warna di media m edia kampanyenya namun hal tersebut tidak berhasil. Masyarakat “abangan” cenderung mempersepsikan kandidat Nyono-
Mundjidah sebagai kandidat yang kurang familiar bagi mereka, sehingga berdampak pada sikap acuh tak acuh informan terhadap kebijakan politik, partai pengusung, dan media presentasi kandidat tersebut. Masyarakat “abangan” mempersepsikan kandidat WidjonoSumrambah sebagai figur yang cenderung lebih dekat dengan mereka, berasal dari ideologi partai yang sesuai dengan mereka, dan lebih terkesan mewakili kelompok masyarakat “ijoan” dan “abangan”, “ijoan” diwakili oleh sosok Widjono, sedangkan “abangan” diwakili oleh sosok Sumrambah dan juga diaplikasikan melalui gambar iklan kampanye mereka. Berikut ini adalah mind mapping pembahasan mengenai persepsi masyarakat pemilih (“ijoan” dan “abangan”) terhadap citra kandidat Bu pati dalam Pilkada Jombang 2013.
Penutup a. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat pemilih terhadap citra kandidat bupati Jombang 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pembentukan persepsi pada masyarakat “ijoan” dan “abangan” dimulai dari adanya seleksi berupa attensi attensi pada kandidat bupati. Attensi kemudian diorganisasikan dengan berdasar pada faktor personal construct , frame of reference, reference, dan field of experience dengan budaya masing-masing kelompok masyarakat. 2. Masyarakat “ijoan” cenderung mempersepsikan kandidat NyonoMundjidah pada Pilkada Jombang 2013 sebagai figur islam yang kuat, religius, memiliki program kampanye yang jelas, dan lebih menonjolkan identitas partai melalui media kampanyenya, sedangkan kandidat WidjonoSumrambah sebagai kandidat figur islam yang kurang kuat, kurang
religius, tidak memiliki program kampanye yang jelas, dan lebih terkesan berusaha untuk mencitrakan dirinya sebagai kandidat yang mewakili kelompok “ijoan” dan “abangan” melalui penggunaan warna di media kampanyenya namun hal tersebut tidak berhasil. 3. Masyarakat “abangan” cenderung mempersepsikan kandidat NyonoMundjidah pada Pilkada Jombang 2013 sebagai sebagai kandidat yang kurang familiar bagi mereka, sehingga berdampak pada sikap acuh tak acuh informan terhadap kebijakan politik, partai pengusung, dan media presentasi kandidat tersebut. Masyarakat “abangan” mempersepsikan kandidat Widjono-Sumrambah sebagai figur yang cenderung lebih dekat dengan mereka, berasal dari ideologi partai yang sesuai dengan mereka, dan lebih terkesan mewakili kelompok masyarakat “ijoan” dan “abangan”, “ijoan” diwakili oleh sosok Widjono, sedangkan “abangan” diwakili oleh sosok Sumrambah dan juga diaplikasikan melalui gambar iklan kampanye mereka. 4. Citra kandidat bupati dalam Pilkada Jombang 2013 dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman akan budaya masyarakat itu sendiri. b. Saran Penelitian ini bertujuan untuk mengemukakan persepsi masyarakat pemilih “ijoan” dan “abangan” terhadap citra kandidat bupati Jombang. Dari hasil penelitian ini maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain: 1. Saran Praktis - Diharapkan penelitian ini dapat memberikan wawasan (insight (insight ) kepada calon bupati Jombang
berikutnya untuk mengklasifikasikan pemilih khas “ijoan” dan “abangan” Jombang “abangan” Jombang berdasarkan kecenderungankecenderungan dalam menilai kandidat politik. - Diharapkan kandidat bupati Jombang berikutnya dapat merumuskan strategi pemasaran politik yang sesuai dengan kondisi masyarakat khas “ijoan” dan “abangan” Jombang, Jombang, sehingga dapat berpengaruh pada peningkatan citra kandidat. 2. Saran Akademis - Ada baiknya untuk dilakukan penelitian lebih lanjut terkait perilaku komunikasi pada masyarakat “ijoan” dan “abangan” - Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang persepsi pada swing-voters atau pemilih rasional yang tidak termasuk dalam kelompok masyarakat “ijoan” ataupun “abangan”. - Bagi akademisi Ilmu Komunikasi, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut tentang komunikasi politik yang memandang pentingnya peran pemuka agama.
DAFTAR PUSTAKA Applegate, J. L., & Syper, H. E. (1988). Constructivist Theory and Intercultural Communication Research. In Y. Kim & W. Gudykunst (Eds), Theoretical Perspective in Intercultural Communication (pp. Communication (pp. 41-65). Beverly Hills, CA: Sage.
Ardianto, E., & Q-Anees, B. (2009). Filsafat Ilmu Komunikasi. Komunikasi. Bandung: Sambiosa Rekatama Media.
Budiarjo, M. (2008). Dasar-Dasar Ilmu politik . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Christian, I. & Christoper, N. (2012). Societal Perception of Communication Strategies among Married Couples in Nsukka, SouthEastern, Nigeria. Scientific Research Publishing. 2 (4), 100-104. 100-104. Diakses dari http://search.proquest.com/docview/1 282075130?accountid=25704. Dayakisni, T., Hudaniah. (2009). Psikologi (2009). Psikologi sosial. Malang: UMM Pers Devito, J. (2011). Komunikasi Antarmanusia Edisi Kelima. Tangerang: Karisma. Fang, L. (2009). Inspirasi Jombang . Surabaya: PT. Revka Petra Media. Firmanzah. (2007). Marketing Politik: Antara Pemahaman dan Realitas. Realitas . Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Geertz, C. (1981). Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, terj. Aswab Mahasin. Mahasin. Bandung: Dunia Pustaka Jaya. Guba, E. G., & Lincoln, Y. S. (1994). Competing Paradigms in Qualitatives Research. In N. K. Denzim & Y. S. Lincoln (Eds) , Handbook of Qualitatives Research (pp. 105-117). Thousand Oaks, CA: Sage. Guinote, A. (2001). The perception of group variability in a non-minority and a minority context: When adaptation leads to out-group differentiation. The British Journal of Social Psychology. 40 (3), 117-32. Diakses dari
httpe://resources.pnri.go.id2056docvi ew Harris, P. M. Political Marketing and Reaventing Government . Eroupean Jurnal Marketing Political.36..9-10 hlm. 1135-1154. Hyun Jee, O., Jongmin, P., Wayne, W. (2011). Explorig Factors in The Hostile Media Perception: Partishanship, Electoral Engagement, and Media Use Patterns. Association for Education in Journalism and Mass Communication. Communication. 88 (1), 40-54. Diakses dari http://search.proquest.com/docview/ 864043313?accountid=25704 Infante, D. A., Rancer, A. S., Womack, D. F. (1990). Building Communication Theory. Theory. Illinois: Waveland Press, Inc. Jefkins, F. (2003). Public Jakarta: Erlangga.
Relations. Relations.
Jordan, S., & Jake, H . Perceptions of Communication in a Family Relationship and the Reduction of Intergroup Prejudice. Journal of Applied Communication Research Vol. 31, No. 4, November 2003, pp. 320 – 345. 345. Kotler, P., & Gary, A. (1996). Dasar Dasar Pemasaran. Pemasaran. Jakarta: Prehallindo. Kriyantono, R. (2007). Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Levinson, D., & Ember, M, eds. (1996). Encyclopedia of Cultural Anthropology. 4 vols. vols . New York: Henry Holt. Littlejohn, S. W., & Karen, A. F. (2005). Teori Komunikasi: Theories of Human Communication. Communication. Jakarta: Salemba Humanika. Minichiello, V. (1995). In-Depth Interviewing : Principles, Techniques, Analysis. Analysis. Melbourne: Longman. Moleong, J. L. (2007). (2007) . Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhtadi, A. S. (2008). Komunikasi Politik Indonesia: Dinamika Islam Politik Pasca Orde Baru. Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2003). Metodologi Penelitian Kualitatif: Pradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar . Bandung : Remaja Rosdakarya Naseer Ud, D.M., Faridullah, K., Munir, K., Rehman, K.A., & Imrana, R. (2011). Perception of Women Regarding the Social Awareness and Role of Higher Education in Pakistan. Institute of Interdisciplinary Business Research. Research. 10 (2), 10 (2), 466-477. Diakses dari http://search.proquest.com/docview /857667305?accountid=46437 Nasution. (2003). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Neera, J., Anjanee, S., & Shoma, M. (2009). Impact of Communication During Service Encounters on Customer's Perception of Organization Image. Paradigm. 13 (1), 56-65. Diakses dari http://search.proquest.com/docview /214399428?accountid=46437 Newman, B. I. (1999). Handbook of Political Marketing . California: Sage Publication. Nimmo, D. (2005). Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Media . Bandung: Remaja Rosdakarya. Norris,
P. (2004). Politcal Communication. Communication. Journal For The Encyclopedia of the Social Science. www.hks.harvard.edu.
Nursal, A. (2004). Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilu. Pemilu . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Pemda, Humas. Sejarah Singkat Kabupaten Jombang . (http://www.jombangkab.go.id/egov/profile/profile.asp, gov/profile/profile.asp, yang diakses pada hari Kamis, 28 Februari 2013, pukul 13.13 WIB). Penelope, D., Stuart, S., & Thierry, G. (2013). The Perception of Political Advertising During an Election Campaign: A Measure of Cognitive and Emotional Effects. Canadian Journal of Communication. Communication. 38 (2), 167-186. http://search.proquest.com/docview /1370881862?accountid=25704 Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Manusia. Jakarta: LPSP3 FP-UI.
_______________. _______________. Political Marketing dan Kualitas Demokrasi. (http://www.scribd.com/doc/59884 02/Political-Marketing-danKualitas-Demokrasi, Kualitas-Demokrasi, yang diakses pada tanggal 21 Februari 2013, pukul 20.25 WIB). WIB). Rakhmat, J. (2004). Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosda Karya.
http://repository.unib.ac.id/id/epri nt/3868) Siswati. (1999). Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemilu 1999 (Studi kasus di Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan Universitas Negeri Surabaya). Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan Politik,Th Politik, Th XII, No 3, Juli, 54-60.
Rakmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D R&D . Bandung: Rosda Karya.
Ruslan, R. (2005). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Relations. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Penerbit Alfabeta.
Sastroatmodjo. (1995). Perilaku Politik . Semarang: IKIP Semarang Press.
Sukmadinata. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Severin, W. J. dan Tankard, Jr., James, W. (2005). Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Massa . Jakarta: Kencana.
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
________________. ________________. Selayang Pandang Pesantren Tebuireng (http://tebuireng.org/pages/1/profil. html, yang html, yang diakses pada hari Sabtu, 15 Juni 2013, pukul 19.00 WIB).
Thenmustaufiq. (2009). “Ijo“Ijo- Abang” Abang” Masyarakat Jombang . (http://ijoabang.webs.com/, yang (http://ijoabang.webs.com/, diakses pada hari Selasa 5 Februari 2013, pukul 19.46 WIB). Uchjana, E. O.,. Komunikasi. Rosdakarya.
(2004). Dinamika Bandung: Remaja
Silalahi, U. (2009). Metode Penelitian Sosial . Bandung : PT. Refika Aditama.
Walgito, B. (1991). Psikologi (1991). Psikologi Sosial . Yogyakarta : Andi Offset.
Siregar, A. K., dkk. (2009). Persepsi Politik Mahasiswa FISIP UNIB terhadap Citra Parpol Baru Pemilu 2009 (Partai Gerinda dan Partai Hanura). Diakses dari
Wood, J. T. (2008). Communication Mozaics, An Introduction to the Field of Communication, 5 th edition. Amerika: Thomas Higher Education.