LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN 1
JARINGAN KULIT
OLEH:
NAMA : IRMA ISMAWATI
NIM : 08041181621015
KELOMPOK : 8
ASISTEN : ROHMAT SUGIYANTO
LABORATORIUM ZOOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jaringan (tissue) merupakan kumpulan sel-sel dengan struktur dan fungsi yang sama. Jenis jaringan yang berbeda memiliki struktur yang berbeda sesuai dengan fungsinya. Suatu jaringan di disatukan oleh suatu matriks ekstraseluler lengket yang melapisi sel-sel itu atau menenun mereka bersama-sama menjadi suatu anyaman serat. Sesungguhnya, istilah jaringan (tissue) berasal dari bahasa latin yang berarti "tenunan" (Campbell, 2000).
Di dalam tubuh kita manusia sebagai sebuah sistem, terdiri dari berbagai bagian yang berbeda fungsi dan saling melengkapi. Dilihat Penting bagi kita untuk memiliki pengetahuan dasar yang cukup tentang struktur dan fungsi yang normal dari suatu organ sebelum bisa memahami struktur dan fungsi yang normal. Kulit seperti lapisan penghias pada 'kue' anatomi. Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan. Kulit bagaikan kertas pembungkus yang memberikan keindahan, dan tanpanya makhluk hidup tidak hanya tidak terlihat menarik, tetapi berbagai fenomen fisiologis yang tidak menyenangkan bisa membawa ke arah kematian (Brown, 2005).
Selain berfungsi sebagai organ panca indera, jaringan kulit berfungsi sebagai pelindung tubuh, memelihara panas tubuh, dan memelihara penguapan. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kita perlu memberikan perhatian khusus dalam perawatan kulit karena kita hidup di negara yang beriklim tropis dan kulit merupakan pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar kita, juga kulit kita paling banyak diganggu oleh sengatan sinar matahari dan kotoran keringat badan (Anonim, 2017).
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luas dari kepala sampai ke kaki. Diduga dengan bertambahnya usia seseorang, kadar asam amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga kalogen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen kehilangan kelembapan dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Pada perubahan susunan molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas (Alya, 2004).
Secara garis besar, lapisan kulit terbagi menajdi dua bagain yaitu kulit luar (epidermis) dan kulit bagain dalam (dermis). Saat tubuh manusia mengalami penuaan, beberapa bagian juga mengalami penurunan fungsi berupa pertumbuhan epidermis tersebut lambat, sel fibroblas pada lapisan dermis yang mati tidak ada ganti, kolagen menjadi lebih tipis, produksi pada kelenjar keringat dan kelenjar minyak juga menurun, dan bahkan berkurangnya lemak (Brown, 2005).
Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, dan telapak kaki, merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing-masing. Kulit di daerah tersebut sungguh berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan atau dikenal dengan pola sidik jari (Moeloek, 2007).
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit sangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari (Anonim, 2017).
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan perkembangan jaringan kulit pada hewan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Jaringan Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan seseorang. Kita perlu memberikan perhatian khusus dalam perawatan kulit karena kita hidup di negara yang beriklim tropis yang selalu berudara panas, dan kulit merupakan pertahanan pertama terhadap lingkungan sekitar kita, dan diganggu oleh sengatan sinar matahari dan kotoran keringat badan (Stockley, 2005).
Kulit atau kutis adalah pelindung tubuh yang paling luar yang tersusun atas beberapa lapisan jaringan. Kulit memiliki banyak fungsi seperti menerima rangsangan dari luar, melindungi diri dari infeksi dan luka, mencegah kekeringan, membantu pengaturan suhu tubuh, mengeluarkan keringat, menyimpan lemak, dan membuat vitamin D. Di dalam kulit terdapat banyak struktur yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Keseluruhan kulit (semua struktur dan lapisan jaringan) disebut sistem intergumen (Stockley, 2005).
2.2 Susunan Jaringan Kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu: kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis). Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis (Cormack, 1994).
Epidermis tersusun atas beberapa lapisan (stratum) yaitu stratum korneum merupakan sel mati yang mengandung keratin (suatu protein yang tahan air), sel ini terus-menerus mengalami penuaan dan terkelupas. Stratum granulosum merupakan sel bergranula yang lama-kelamaan akan mati kemudian terdorong ke atas menjadi bagian stratum korneum karena tidak memiliki pembuluh darah sebagai penyuplai makanan dan oksigen. Stratum germinativum tersusun atas dua lapisan sel, lapisan paling atas (stratum spinosum) mengandung sel-sel baru. Sel-sel akan terdorong ke atas karena di bawahnya terbentuk sel-sel baru yang dibuat oleh sel yang terus membelah (malpighi) atau stratum basale (Stockley, 2005).
Sesudah 4 bulan, epidermis menjadi epitel berlapis banyak terdiri atas beberapa lapisan sel, yaitu stratum germinativum atau sel basalis;Stratum granulosum, lapisan epitel di atas stratum germinativum, sel yang mengandung granula keratohialin; Stratum lucidum, di atas stratum granulosum, sel tipis dan bening keratohialin degeneratif; Stratum corneum, sel gepeng pada pemukaan sel, sitoplasma menjadi sel mati bertanduk/kornifikasi dengan inti berdegenerasi; Kornifikasi tidak intensif pada beberapa daerah, lapisan tersebut berwarna merah bibir dan anus juga berwarna merah bibir (Moeloek, 2007).
Kulit jangat (dermis) menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, getah bening, dan otot penegak rambut. Sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar minyak yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat 95 % membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulitnya dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar seperti selai dan sel-sel (Schwartz, 2000).
Suatu sel dari stratum basale (sel yang aktif membelah) membutuhkan kurang lebih 8-10 minggu untuk mencapai permukaan epidermis dan sel-sel yang hilang dari permukaan sama banyaknya dengan sel-sel yang diproduksi pada stratum basale sehingga ketebalan epidermis selalu tetap. Keseimbangan ini dipertahankan oleh stimulator-stimulator dan inhibitor-inhibitor pertumbuhan seperti epidermal growth factor (EGF) dan transforming growth factor alfa dan beta. Sel-sel pada permukaan kulit yang membentuk stratum korneum, adalah sel-sel mati yang telah mengalami keratinisasi yang secara bertahap terkikis oleh kerusakan yang terjadi tiap hari (Brown, 2005).
Lapisan subkutan merupakan lapisan lemak (jaringan adiposa) di bawah dermis yang merupakan sebagai tempat penyimpanan lemak. Serat-serat elastis di dalamnya menghubungkan dermis dengan organ-organ di bawahnya, seperti misalnya otot. Lapisan ini berfungsi sebagai lapisan insulasi. Kelenjar minyak terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk sebum atau urap kulit. Dan terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka (Stockley, 2005).
Kulit pada setiap organisme di bumi ini memiliki warna tersendiri karena memiliki pigmen (penghasil warna pada kulit). Warna kulit tergantung pada 3 (tiga) komponen menurut derajat yang bervariasi. Jaringan memiliki warna inheren kekuningan akibat kandungan karoten. Adanya Hb beroksigen dalam dasar kapiler dari dermis memberinya warna agak kemerahan. Dan warna kecoklatan sampai kehitaman adalah akibat jumlah pigmen melanin yang bervariasi. Dari ketiga substansi berwarna ini hanya melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin adalah produk dari melanosit itu sendiri (Alya, 2004).
Suatu pigmen coklat yang melindungi kulit terhadap sinar ultraviolet dengan cara menyerap energi cahaya matahari. Pigmen ini ditemukan di semua lapisan epidermis orang-orang di daerah tropis sehingga kulit mereka berwarna gelap. Orang yang berkulit pucat, hanya memiliki melanin di lapisan epidermis bagian bawah. Namun melanin tersebut dapat diproduksi lebih bila terkena sinar matahari langsung yang menyebabkan kulit berwarna menjadi coklat. Orang dengan melanin yang hanya terdapat di lapisan epidermis bawah memiliki kulit yang pucat. Pigmen karoten bersama dengan melanin akan menghasilkan warna kulit menjadi kuning langsat. Kulit berwarna gelap disebabkan oleh banyaknya melanin di semua lapisan epidermis tersebut (Stockley, 2005).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jum'at, tanggal 10 Februari 2017, pukul 13.15 WIB sampai dengan 15.30 WIB. Bertempat di Laboratorium Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini berupa baki bedah, gunting atau cutter, kaca objek, mikroskop, dan pinset. Bahan yang digunakan dalam kegiatan kali ini yakni berupa mencit (Mus musculus).
3.3 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang digunakan dalam praktikum ini, pertama siapkan bahan yang akan diamati dan letakan di atas baki. Kedua, bedah mencit, lalu ambil sebagian kulit mencit sebanyak 2 sayatan dan letakan di atas kaca objek. Ketiga, amati dibawah mikroskop dan tentukan bagian-bagiannya. Keempat, gambar dalam kertas kerja dan beri keterangan.
Stockley, C. 2005. Kamus biologi bergambar. Erlangga : Jakarta.
Graham-Brown, R. 2005. Dermatologi. Erlangga : Jakarta.
Moeloek, N. 2007. Sistem integumentum : Embriologi, Penyakit kulit, dan Kultur jaringan kulit. www.pdf.kq5org/doc/jaringankulit. 16-10-2011. 20.30 WIB.
Alya. 2004. Kulit. pharzone.com/materi%20kuliah/anfis%202/kulit.pdf. 16-10-2012. 21.00 WIB.
Universitas Sriwijaya