Isu-Isu Strategis Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah Suatu wilayah tidak dapat berdiri sendiri dan memiliki ketergantungan pada wilayah yang lain. Beberapa wilayah memiliki fasilitas yang mampu melayani kebutuhan penduduk dalam radius yang lebih luas, sehingga penduduk pada radius tertentu akan mendatangi wilayah tersebut untuk memperoleh kebutuhan yang diperlukan. Morlok (1988) mengemukakan bahwa akibat adanya perbedaan tingkat pemilikan sumberdaya dan keterbatasan kemampuan wilayah dalam mendukung kebutuhan penduduk suatu wilayah menyebabkan terjadinya pertukaran barang, orang, dan jasa antar wilayah. Perpindahan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lain selalu melalui jalur-jalur tertentu. Tempat asal dan tempat tujuan dihubungkan satu sama lain dengan suatu jaringan dalam ruang. Jaringan tersebut dapat berupa jaringan jalan, yang merupakan bagian dari sistem transportasi.
Transportasi merupakan hal yang penting dalam suatu sistem, karena tanpa transportasi perhubungan antara satu tempat dengan tempat lain tidak terwujud secara baik (Bintarto, 1982). Hurst (1974) mengemukakan bahwa interaksi antar wilayah tercermin pada keadaan fasilitas transportasi serta aliran orang, barang, maupun jasa. Transportasi merupakan tolak ukur dalam interaksi keruangan antar wilayah dan sangat penting peranannya dalam menunjang proses perkembangan suatu wilayah.
Ullman mengungkapkan ada beberapa syarat untuk terjadinya interaksi keruangan, yaitu: 1. Complementarity atau ketergantungan karena adanya perbedaan demand dan supply antar daerah. 2. Intervening opportunity atau tingkat peluang atau daya tarik untuk dipilih menjadi daerah tujuan perjalanan. 3. Transferability atau tingkat peluang untuk diangkut atau dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain yang dipengaruhi oleh jarak yang dicerminkan dengan ukuran waktu dan atau biaya 4. Aksesibilitas. Yang dimaksud aksesibilitas adalah kemampuan atau keadaan suatu wilayah, region, ruang untuk dapat diakses oleh pihak luar baik secara langsung atau tidak langsung. Faktor-faktor yang mempengaruhi aksesibilitas adalah sebagai berikut: a. Konektivitas antara daerah yang satu dengan daerah lain. b. Topografi. c. Tersedianya jaringan jalan antar daerah baik kondisi maupun jenis jalan yang mendukung dalam mengakses wilayah (Marbun, 1985:86). d. Kuantitas dan kualitas jalan (Mokogunto, 1997 dalam Afif 2009: 5). e. Keefektifan sistem jaringan (Mokogunto, 1997 dalam Afif 2009: 5).
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 1. Posisi Kabupaten Sragen Kabupaten Sragen dilihat dari aksesibilitas terhadap daerah lainnya menjadi penghubung yang strategis karena letaknya berada di wilayah tengah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selain itu juga menjadi salah satu akses penghubung antar provinsi (Jawa Tengah dengan Jawa Timur) melalui jalur Selatan. Kemudahan aksesibilitas terhadap wilayah sekitar dan teraksesnya pelayanan hampir ke seluruh wilayah Kabupaten Sragen diharapkan dapat memberikan pertumbuhan yang cukup signifikan di Kabupaten Sragen. Selain itu Kabupaten Sragen dalam RTRW Propinsi Jawa Tengah ditetapkan sebagai KSP dari sudut pandang ekonomi “Subosukowonosraten” dan menjadi daerah penyangga dari Kota Surakarta.
Sragen mempunyai letak yang sangat strategis yang menjadi penghubung bagi daerah disekitarnya. Berada di koridor jalur utama selatan pulau jawa yang mengubungkan Surabaya dan Surakarta.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 2. Interaksi Antar Daerah Analisis interaksi ini diharapkan dapat memberikan gambaran wilayah yang mempunyai daya tarik atupun ketergantungan dengan Kabupaten Sragen. Analisis interaksi antara Kabupaten Sragen dengan wilayah sekitar menggunakan metode gravitasi dengan tujuan untuk bekerja. Untuk mewakili ketertarikan orang menggunakan jumlah penduduk, sedangkan untuk barang atau komoditas menggunakan indikator PDRB.
Interaksi tinggi untuk indikator orang terjadi antara Kabupaten Sragen dengan Kabupaten Grobogan, Kota Surabaya, Kabupaten Karanganyar dan Kota Semarang. Sedangkan untuk komoditas dengan Kota Surabaya, Kota Surakarta, Kota Semarang dan Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Sragen yang merupakan hinterland dari Kota Surakarta dan dihubungkan dengan jaringan arteri dengan Kota Surakarta ternyata dari hasil perhitungan indeks gravitasi mempunyai hubungan orang yang relatif rendah dengan Kota Surakarta, hubungan yang lebih tinggi justru terjadi antara Kabupaten Sragen dan Kota Semarang yang merupakan ibukota Provinsi Jawa Tengah. Interaksi komoditas/barang yang tinggi yang terjadi antara Kabupaten Sragen dan Kota Surabaya kemungkinan dikarenakan produksi unggulan Kabupaten Sragen adalah beras organik yang relatif mahal dan dikonsumsi oleh kalangan terbatas yang sadar akan kesehatan. Dari Hasil Proyeksi untuk 20 tahun kedepan menunjukkan bahwa : 1. Pergerakan orang antar beberapa daerah tersebut tidak mengalami perubahan,Surabaya, Grobogan, Semarang dan Karanganyar masih mempunyai daya tarik yang besar. 2. Untuk pergerakan komoditas mulai mengalami perubahan yaitu Karanganyar mempunyai daya tarik tertinggi, hal ini disebabkan karena pertumbuhan ekonomi yang cukup besar di Kabupaten Karanganyar.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 3. Interaksi dalam Daerah Analisis interaksi ini diharapkan dapat memberikan gambaran wilayah yang mempunyai daya tarik di Kabupaten Sragen. Dan wilayah yang mempunyai interaksi yang rendah dengan daerah lain. Dari hasil analisis gravitasi antar kecamatan di Kabupaten Sragen menunjukkan bahwa interaksi yang besar terjadi di sekitar jalan arteri. T e r j a d i ketimpangan interaksi antara Sragen bagian utara dan Sragen bagian Selatan.
Di Kecamatan Jenar dan Tangen walaupun dilalui oleh jalan kolektor dari hasil analisis masih menunjukkan interaksi yang sangat rendah. Ababila dikaitkan dengan tingkat pendidikan masyarakat, kedua kecamatan tersebut masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya sekitar 25 % masyarakat yang sudah memenuhi pendidikan dasarnya. Sedangkan apabila dilihat dari ketersediaan fasilitas pendidikan berupa SMA/SMK, di Kecamatan Tangen sama sekali tidak tersedia. Topografi yang sedikit lebih terjal dari daerah yang lain juga merupakan salah satu penyebab rendahnya interaksi. Dari Hasil Proyeksi indeks gravitasi untuk tahun 2033 kondisi interaksi antar kecamatan di Kabupaten Sragen tidak banyak berubah. indeks terendah ada di Kecamatan Gesi, Tangen dan Jenar sehingga perlu adanya daya tarik yang bersifat regional untuk menggerakkan daya tarik Kecamatan tersebut.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 4. Aksesibilitas Wilayah Standar pelayanan minimal yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 1 Tahun 2014 di bidang jalan, dikembangkan dari 3 (tiga) keinginan dasar pengguna jalan yaitu kondisi jalan yang baik (tidak ada lubang), jalan tidak macet (lancar sepanjang waktu) dan jalan dapat digunakan sepanjang tahun (tidak banjir pada waktu musim hujan). Untuk mencapai keinginan tersebut pengembangan jalan mempertimbangkan aspek aksesibilitas dan aspek mobilitas yang penghitungannya ditentukan dengan indeks. Indeks aksesibilitas terkait dengan kemudahan suatu wilayah untuk dijangkau melalui jaringan jalan yang ada. Indeks aksesibilitas Kabupaten Sragen dengan kepadatan penduduk per km mencapai 951,83 jiwa / km mencapai indeks 1,05 memenuhi standar SPM untuk kabupaten dengan kepadatan sedang yaitu lebih dari 0,5. Sedangkan indeks aksesibilitas masing-masing kecamatan yang memenuhi standar SPM hanya 6 Kecamatan yaitu Sambungmacan, Ngrampal, Karangmalang, Sragen, Miri dan Gesi. Namun untuk indeks aksesibititas jalan lingkungan semua kecamatan telah memenuhi standar SPM.
Selanjutnya indeks mobilitas yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi pada suatu daerah. Untuk Kabupaten Sragen indeks mobilitas kabupaten secara keseluruhan telah memenuhi SPM yaitu 1,21 untuk PDRB per kapita sedang. Sedangkan untuk masing masing kecamatan yang m e m e n u h i S P M h a nya 5 k e c a m a t a n y a i t u Sambungmacan, Ngrampal, Karangmalang, Miri dan Gesi.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah
Hal tersebut mengindikasikan bahwa panjang jalan di seluruh Kabupaten Sragen telah mencukupi namun persebaran pelayanannya belum merata pada masing-masing kecamatan.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 5. Kualitas Jaringan Jalan Kualitas jaringan jalan yang ada merupakan salah satu penentu aksesibilitas dan konektivitas wilayah. Kinerja jaringan jalan sesuai dengan SNI pada Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun 2001 adalah sebagai berikut :
Indeks Kondisi Jalan (Road Condition Index = RCI) adalah skala tingkat kenyamanan atau kinerja jalan yang dapat diperoleh dari pengukuran dengan alat Roughometer maupun secara visual. Menurut Lampiran Permen PU No. 1 Tahun 2014 dari pengamatan secara visual dapat ditentukan RCInya sebagai berikut :
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah
Dari nilai RCI yang didapat dari hasil pengamatan secara visual dapat disimpulkan bahwa kondisi jalan di Kabupaten Sragen secara kualitas belum memenuhi standar sehingga membutuhkan perbaikan dan pelebaran. Dari 12 sampel jalan lokal yang diamati hanya 4 sampel yang memenuhi standar atau sebesar 33 %. Jalan lokal yang telah memenuhi standar terletak di jalan poros antara Kecamatan Sidoharjo dan Kecamatan Gemolong serta di jalan lokal yang tingkat interaksinya rendah.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 6. Efektivitas Sarana Transportasi Sarana prasarana pendukung interaksi dan pergerakan masyarakat di Ka b u p ate n S ra ge n cukup banyak dan s a l i n g t e r ko n e k s i . Namun beberapa trayek ada yang kurang peminat dikarenakan p e n u m p u k a n beberapa moda angkutan umum. Angkutan umum di Ka b u p ate n S ra ge n dibagi empat sesuai d e n ga n d aya angkutnya. Beberapa trayek angkutan perdesaan mengalami penurunan jumlah dari tahun ke tahun. Hal tersebut dikarenakan adanya overlap antara beberapa angkutan. Trayek tersebut antara lain : !Sragen - Tanon - Gemolong - Kedungwuni !Sragen - Tanon - Sukodono - Gesi !Batujamus - Sragen - Banaran !Sragen - Batujamus - Banaran - Tangen - Galeh !Batujamus - Sragen - Tangen - Galeh !Sragen - Batujamus - Jambangan - Grompol !Sragen - Banaran - Gondang - Winong !Sragen - Sambirejo - Balong - Batujamus
Trayek yang perlu ditingkatkan antara lain Sragen-Semarang dikarenakan indeks gravitasinya cukup tinggi yang menandakan pergerakan antara dua wilayah tersebut cukup besar, namun dengan angkutan umum yang tersedia masyarakat yang hendak ke Semarang harus memutar dahulu melalui Kota Surakarta sehingga kurang efisien. Disamping itu untuk efisiensi angkutan umum perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai trayek angkutan yang saling overlap.
Aksesibilitas dan Konektivitas Wilayah 7. Kesimpulan 1. Interaksi antara Kabupaten Sragen dan Kota Semarang cukup besar walaupun Sragen merupakan hinterland dari Kota Surakarta. Hal tersebut bisa ditangkap dengan penyediaan angkutan umum yang memadai untuk menuju ke Kota Semarang. 3. Interaksi komoditas antar Kabupaten Sragen dan Kota Surabaya cukup besar hal ini dikarenakan komoditas unggulan Kabupaten Sragen adalah beras organik yang harganya mahal, sehingga hanya masyarakat yang mempunyai pendapatan per kapita yang tinggi dan sadar akan kesehatan yang tertarik dengan komoditas tersebut. 3. Interaksi antar Kecamatan di Kabupaten Sragen masih di dominasi di sekitar jalan arteri dan jalan kolektor primer hal ini dikarenakan penyebaran fasilitas ekonomi, perkantoran dan sosial mengikuti kedua jalan tersebut. untuk meningkatkan interaksi di kawasan utara harus disediakan fasilitas yang berskala besar di Kawasan tersebut. 4. Kualitas dan kuantitas jalan di Kabupaten Sragen apabila dilihat per kecamatan belum bisa memenuhi kebutuhan masyarakat dengan indikator belum memenuhi SPM. 5. Penataan, pengaturan dan peningkatan angkutan umum di Kabupaten Sragen untuk meningkatkan aksesibilitas antar kecamatan serta mengurangi penggunaan mobil pribadi.