KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karna berkat Rahmat dan d an Karunianya kami bisa menyelesaikan tugas mata kuliah “Ilmu Sosial Budaya Budaya Dasar” dengan pokok pembahasan “Manusia dan Kebudayaan” Kebudayaan” tepat waktu.
Dalam penyusan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kami mengharapkann Kritik dan Saran untuk kesempurnaan makalah yang berikutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
Palu, 18 Februari 2017
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................ .................................................................. ............................... ......... 1 DAFTAR ISI ............................................ .................................................................. ............................................ ........................ .. 2 BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ........................................... ................................................................. ....................................... ................. 3 1.2.Rumusan Masalah .......................................... ................................................................ ................................... ............. 4 1.3.Tujuan ............................................. ................................................................... ............................................ ............................ ...... 4 BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Manusia dan Budaya ....................... .............................................. ................................ ......... 5 2.2.Perwujudan Kebudayaan .......................................... ................................................................. ......................... 9 2.3.Subtansi Utama Budaya. ............................................... ................................................................... ....................12 2.4.Sifat-Sifat Budaya. ............................................. ................................................................... ............................... ......... 15 BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................... .................................................................. ........................................... ....................19 3.2. Saran .......................................... ................................................................. ............................................. ............................... ......... 19 19 DAFTAR PUSTAKA ............................................. ................................................................... ............................... ......... 21
2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi kebudayaan.
Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dalam kesehariannya juga tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.
Perbedaan kebudayaan disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, Faktor Alam, Manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang
menimbulkan
Keberagaman
Budaya
tersebut.
Seiring
dengan
berkembangnya teknlogi informasi dan komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan merupakan jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain. Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat
3
sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan landasan diatas dapat kami rumuskan permasalahan yang akan kita bahas sebagai berikut: 1. Apakah pengertian dari manusia dan kebudayaan ? 2. Bagaimana perwujudan dari kebudayaan ? 3. Apa sajakah subtansi utama budaya ? 4. Bagaimana sifat-sifat budaya dapat mempengaruhi masyarakat?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari manusia dan kebudayaan 2. Agar dapat mengetahui perwujudan kebudayaan 3. Agar dapat mengetahui makna subtansi utama budaya 4. Untuk mengetahui sifat-sifat budaya
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manusia dan Budaya 2.1.1 Pengertian Manusia
Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok ( genus) atau seorang individu. Manusia juga diberi kemampuan (akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Dan juga manusia adalah ciptaan Tuhan dengan derajat paling tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain. Adapun hakikat manusia adalah sebagai berikut : a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial. c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif, mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya. d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya. e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati . f. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
5
g. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.
Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adanya
mempertimbangkan,
nilai
baik
menilai
dan dan
buruk,
mengharuskan
berkehendak
manusia
menciptakan
dan
kebenaran,
keindahan, kebaikan atau sebaliknya. Selanjutnya dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian.
Perasaan rohani adalah perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia misalnya : 1) Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenan dengan pengetahuan. 2) Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenan dengan keindahan 3) Perasaan etis, yaitu perasaan yang berkenan dengan kebaikan 4) Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkeknan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain 5) Perasaan sosial, yaitu perasaan yang berkenan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain 6)
Perasaan religius, yaitu perasaan yang berkenan dengan agama atau
kepercayaan 7) Mahkluk biokultural, yaitu mahkluk hayati dan budayawi
Manusia sebagai makhluk yang berbudaya tidak lain adalah makhluk yang senantiasa mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, karena yang membahagiakan hidup manusia itu hakikatnya sesuatu yang baik, benar dan adil, maka hanya manusia yang selalu berusaha menciptakan kebaikan, kebenaran dan keadilan sajalah yang berhak menyandang gelar manusia berbudaya.
6
2.1.2 Pengertian Budaya
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari
kata
colera.
Colera
berarti
mengolah,
mengerjakan,
menyuburkan,
mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Berikut pengertian budaya atau kebudayaan dari beberapa ahli: 1)
E. B. Taylor, budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2)
R. Linton, kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, di mana unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3)
Koentjaraningrat, mengartikan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4)
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi, mengatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
5)
Herkovits, kebudayaan adalah bagian dan lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
6)
Menurut Trenholm dan Jensen, Pengertian Budaya adalah seperangkat nilai, norma, kepercayaan dan adat-istiadat, aturan dan kode, yang secara sosial mendefinisikan kelompok-kelompok orang, mengikat mereka satu sama lain dan memberi mereka kesadaran bersama. Dalam pandangan Trenholm dan Jensen, pemahaman budaya ini memandu kita untuk mempersepsi dunia,
7
bagaimana kita berpikir mengenai diri kita sendiri dan hubungan kita dengan orang lain, serta bagaimana kita menetapkan dan mencapai tujuan kita, dan bagaimana kita mempertukarkan pesan. 7)
Pengertian Budaya Menurut Geert Hofstede adalah pemrograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dengan kategori lainnya. Geert menyebutkan bahwa nilai-nilai adalah inti suatu budaya, sedangkan simbol-simbol merupakan manifestasi budaya yang paling dangkal, sementara pahlawan-pahlawan dan ritual-ritual berada di antara lapisan luar dan tercakup dalam praktik-praktik. Unsur unsur budaya ini terlihat oleh pengamat luar, tetapi maknanya tersembunyi dan makna persisnya terdapat dalam penafsiran orang dalam.
8)
Edward T Hall mengatakan bahwa Budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya. Begitu kita mulai berbicara mengenai komunikai, tidak dihindakan kita juga berbicara mengenai budaya. Budaya dan komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah komunikasi, akan tetapi pada gilirannya budaya yang tercipta juga mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya yang bersangkutan. K.S. Sitaram dan Roy T. Cogdell membagi kebudayaan dunia ke dalam
lima kategori, yaitu: 1. Kebudayaan Islam. 2. Kebudayaan Timur yang didominasi Hindu dan Budha. 3. Kebudayaan orang kulit hitam Amerika 4. Kebudayaan Afrika. 5. Kebudayaan Barat (orang Kaukasia yang tinggal di Amerika dan Eropa). Ciri Ciri Budaya antara lain :
1. Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari. 2. Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok ke kelompok dan dari generasi ke generasi. 3. Budaya berdasarkan simbol. 4. Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang tersu berubah sepanjang waktu.
8
5. Budaya bersifat selektif, merepresentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas. 6. Berbagai unsur budaya saling berkaitan. 7. Etnosentrik (menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau standar untuk menilai budaya lain).
Unsur Unsur Budaya, antara lain :
1. Adanya perilaku-perilaku tertentu. 2. Adanya Gaya berpakaian. 3. Adanya kebiasaan-kebiasaan. 4. Adanya adat istiadat. 5. Adanya kepercayaan. 6. Adanya Tradisi.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang paling sederhana menuju ke tahapan yang lebih kompleks.
2.2 Perwujudan Kebudayaan
Alisjahbana maupun Koentjaraningrat mengakui bahwa banyaksekali defenisi-defenisi kebudayaan yang mengacu pada suatu disiplinilmu tertentu, bukan
saja
antropologi,
tetapi
juga
sosiologi,
filsafat,
sejarahmaupun
kesusasteraan. Terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu : 1.
Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
9
2.
Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.
3.
Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
Sedangkan Julian Hokley seorang ahli biologi dari Inggris membagi kebudayaan juga menjadi tiga wujud, yaitu:
1. Mentifact , adalah kebudayaan yang bersifat abstrak atau tidak tampak, berupa aspek mental yang melandasi perilaku dan hasil kebendaan manusia, termasuk di dalamnya ide, gagasan, pemikiran, kepercayaan, ideologi, sikap, dan pandangan-pandangan manusia terhadap alam semesta. 2.
Sosifact , adalah kebudayaan yang menempatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Contohnya adalah perilaku manusia yang disesuaikan dengan sistem nilai, moral, norma, dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat.
3. Artefact , adalah kebudayaan material atau kebendaan. Misalnya adalah peralatan pertanian, perkakas rumah tangga, alat transportasi, dan sebagainya.
Berdasarkan penggolongan di atas maka wujud kebudayaan itu dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Wujud kebudayaan yang bersifat abstrak
Wujud budaya yang bersifat abstrak terdapat dalam alam pikiran manusia sehingga tidak dapat dilihat, difoto, maupun diraba. Misalnya berupa ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan cita-cita. Kebudayaan yang bersifat abstrak adalah wujud ideal atau sesuatu yang menjadi cita-cita atau keinginan serta harapan bagi manusia. Namun pada zaman modern seperti saat ini, wujud budaya abstrak ini dapat disimpan dalam bentuk karangan-karangan,
10
karya-karya ilmiah, buku, file disket atau hard disk , compact disk , film, kaset, dan berbagai media rekam lainnya.
2. Wujud kebudayaan yang bersifat konkret
Wujud kebudayaan yang bersifat konkret berpola pada tindakan atau aktivitas manusia dalam masyarakat yang dapat dilihat, difoto, diraba, dan dapat disimpan. Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan yang bersifat konkret menjadi tiga, yaitu:
a) Perilaku
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku tertentu dalam situasi tertentu. Setiap manusia harus mengikuti pola-pola perilaku tertentu yang ada dalam masyarakatnya. Menurut Ralp Linton, dalam mengatur pola hubungan antarmanusia terdapat petunjuk-petunjuk dalam hidup sebagai bagian budaya (designs for living ), misalnya: 1. Sesuatu yang baik dan buruk, apa yang menyenangkan dan tidak menyenangkan, apa yang sesuai dan tidak sesuai dengan keinginan (Valuational elements). 2. Bagaimana orang harus berlaku ( Prescriptive elements). 3. Perlukah diadakan upacara adat pada saat pertunangan, perkawinan, kelahiran, kematian, dan seterusnya (Cognitive elements).
b) Bahasa
Bahasa adalah alat komunikasi antarmanusia dalam masyarakat untuk menyampaikan isi hati kepada pihak lain dengan cara lisan, isyarat, maupun tulisan. Bahasa merupakan sebuah sistem simbol atau lambang-lambang yang dapat dibunyikan dengan suara (vokal) dan ditangkap oleh telinga (auditory). Bahasa sangat bermanfaat bagi manusia. Dengan bahasa orang bisa mengetahui gambaran tentang situasi yang tidak mereka alami secara langsung. Misalnya, adanya bencana gempa umi dan tsunami di Aceh, tanpa kita melihat langsung kita dapat membayangkan melalui berita-berita yang disiarkan melalui berbagai media
11
cetak dan elektronik secara jelas. Bahasa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan, sebagai alat pemersatu bangsa, sebagai perwujudan seni, dan sebagainya. c) Materi
Materi adalah benda konkret yang merupakan hasil karya manusia dalam masyarakat. Contohnya adalah candi, alat-alat pertanian, peralatan rumah tangga, mobil, rumah, televisi, dan lain-lain.
2.3 Subtansi Utama Budaya
Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup. Ada enam isi atau substansi utama budaya, yaitu sebagai berikut:
1. Sistem Pengetahuan
Melalui
sistem
pengetahuan,
manusia
mampu
beradaptasi
untuk
menyesuaikan hidupnya dengan alam sekitarnya. Melalui sistem pengetahuan juga
manusia
mampu
meningkatkan
produktivitas
kebutuhan
hidupnya.
Contohnya, pengetahuan manusia tentang flora dan fauna dapat membantu upaya manusia untuk mengembangkan produktivitas di bidang perburuan, penangkapan ikan, peternakan, dan pertanian. Pengetahuan manusia tentang pengobatan tradisional melalui dukun atau tabib membantu upaya manusia mengobati dan menyembuhkan berbagai penyakit atau luka akibat kecelakaan dan peperangan. Para ahli menyadari bahwa masing-masing suku bangsa di dunia memiliki sistem pengetahuan tentang: Alam sekitar, Alam flora dan fauna, Zat-zat, manusia, Sifatsifat dan tingkah laku sesama manusia,Ruang dan waktu.
2. Sistem Nilai Budaya
- Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang bisa berguna bagi rohani manusia. Menurut Koentjaraningrat, sistem nilai budaya terdiri atas konsep-
12
konsep yang hidup dalam pikiran sebagian besar warga masyarakat. Oleh karena itu, suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Haryati Soebadio, seorang ahli kebudayaan, memberikan deskripsi kerja tentang sistem nilai budaya sebagai nilai gagasan utama (vital). Sistem nilai dan gagasan itu dapat mendominasi keseluruhan kehidupan para pendukungnya dalam arti mengarahkan tingkah laku mereka di dalam masyarakatnya. Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki oleh setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut.}.
Menilai
berarti
menimbang,
yaitu
kegiatan
manusia
untuk
menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lain untuk dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Keputusan nilai dapat menentukan sesuatu berguna atau tidak berguna, benar atau salah, baik atau buruk, religius atau sekuler, sehubungan dengan cipta, rasa dan karsa manusia. Sesuatu dikatakan mempunyai nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral atau etis), religius (nilai agama). Prof. Dr. Notonagoro membagi nilai menjadi tiga bagian yaitu: - Nilai material, yaitu segala sesuatu (materi) yang berguna bagi manusia. - Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan dan aktivitas
3. Persepsi
Biasanya disebut juga sudut pandang dari seorang individu atau kelompok masyarakat mengenai suatu hal atau suatu masalah. Dalam hal tertentu, sering terjadi persepsi yang satu berbeda dengan persepsi yang lain. Akibatnya, akan terjadi konflik atau ketegangan, mulai dari hal yang sederhana sampai yang serius. Contoh perbedaan persepsi: Seseorang menganggap bahwa keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan oleh stabilitas politik di negara yang bersangkutan. Sementara orang lain menganggap atau memandang bahwa keberhasilan pembangunan suatu negara ditentukan oleh kemampuannya
13
mengelola SDM di negara yang bersangkutan. Contoh lainnya: Adanya kepercayaan bersifat takhayul menyangkut sakitnya seseorang.
4. Pandangan hidup
Pandangan hidup adalah konsep yang dimiliki seseorang atau golongan masyarakat yang bermaksud menanggapi atau menerangkan suatu masalah tertentu. Misalnya, pandangan hdup seorang petani Jawa yang memandang bahwa tanah atau lingkungan alam sekitarnya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari diri dan keluarganya. Menurut Koentjaraningrat, pandangan hidup biasanya mengandung sebagian nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat. Misalnya, orang Minangkabau memberikan nilai tinggi pada tradisi merantau. Pepatahnya mengatakan, “kalau ingin menjadi orang, harus merantau dulu.” Artinya, keberhasilan penghidupan orang Minangkabau umumnya diperoleh melaluai tradisi merantau. Menurut M. Habiab Mustofa, seorang ahli sosiologi, pandangan hidup merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi acuan dan cita-cita baik bagi perorangan,
kelompok
masyarakat,
maupun
bangsa.
Habib
Mustofa
mengkategorikan pandangan hidup dalam 3 kategori, yaitu: a. Pandangan hidup yang berasal dari norma-norma agama, yang dinyatakan sebagai dogma, berisi perintah atau keharusan dan larangan bagi segenap penganut agama yang bersangkutan; b. Pandangan hidup yang bersumber dari ideologi negara, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia; c. Pandangan hidup yang berasal dari renungan atau falsafah hidup seorang individu. Kebenaran pandangan hidup ini bersifat relatif, karena hanya sesuai dengan pribadi individu yang bersangkutan. Misalnya, ada orang yang berpandangan
bahwa
hidup
berserah
kepada
nasib
atau
takdir.
Pandangan hidup adalah suatu nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dan dipilih secara selektif oleh individu, kelompok atau suatu bangsa. Pandangan hidup suatu bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu
14
sendiri, yang diyakini kebenarannya, dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.
5. Etos Budaya Menurut Koentjaraningrat, etos adalah watak khas dari suatu kebudayaan yang tampak (dari luar). Contoh etos antara lain, gaya tingkah laku, kegemaran, atau benda-benda hasil budaya yang khas. Menurut Clifford Geertz, etos budaya adalah sifat, watak, dan kualitas kehidupan sekelompok masyarakat atau bangsa. Termasuk ke dalam cakupan etos adalah moral, sikap perilaku, dan gaya estetika atau kepekaan seseorang terhadap seni dan keindahan. Berikut ini contoh etos budaya orang Jawa. Watak khas orang Jawa penuh ketenangan dan kepasrahan diri. Disamping itu, pada pribadi orang Jawa terpancar adanya keselarasan, moral yang tinggi, kejujuran, dan dapat menerima keadaan sebagaimana adanya. Di balik sikapnya yang serba sederhana itu, orang Jawa terkenal ulet, rajin bekerja, dan tahan menderita. Mereka juga pencinta seni terutama seni karawitan atau gamelan, seni tari, dan seni pewayangan.
6. Sistem Kepercayaan Ada kalanya pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas. Secara bersamaan, muncul keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya. Sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau siste m kepercayaan kepada penguasa alam semesta
2.4 Sifat-Sifat Budaya
1. Etnosentis Kebudayaan ini beranggapan bahwa kebudayaannyalah yang terbaik diantara budaya-budaya yang dimiliki orang lain. Etnosentrisme cenderung memandang
15
rendah orang-orang yang dianggap asing, etnosentrisme memandang dan mengukur budaya asing dengan budayanya sendiri. Contoh : kebiasaan memakai koteka bagi masyarakat papua pedalaman. Jika
dipandang dari sudut masyarakat yang bukan warga papua pedalaman, memakai koteka mungkin adalah hal yang sangat memalukan. Tapi oleh warga pedalaman papua, memakai koteka dianggap sebagai suatu kewajaran, bahkan dianggap sebagai suatu kebanggan. 2. Universal Kebudayaan universal adalah kebudayaan yang mencari jawab atas problematika masyarakat, bukan apologi terhadap kesenian, tidak pula apriori terhadap politisasi massa. Tetapi, lebih pada rasionalitas melihat dan menjangkau ke depan demi perkembangan masyarakat majemuk Indonesia. Contoh : Sigit dari Indonesia dan James dari Inggris sama-sama memiliki
kebudayaan (bersifat universal). Namun, Sigit memiliki pola perilaku untuk menerima sesuatu selalu menggunakan dengan tangan kanan. Sementara James memiliki pola perilaku untuk menerima sesuatu bisa dengan menggunakan tangan kanan atau kiri (ciri khusus kebudayaannya). 3. Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan kelompok itu sendiri. Contoh : Bangunan rumah di daerah Kota, Jakarta Utara dan Juga Museum
Fatahillah Jakarta merupakan wujud akulturasi dari kebudayaan yang dibawa oleh bangsa-bangsa Eropa ketika menjajah Indonesia. Bangunan Museum Fatahillah menyerupai Istana Dam di Amsterdam, yang terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
16
4. Adaptif Kebudayaan adalah suatu mekansime yang dapat menyesuaikan diri. Kebudayaan adalah sebuah keberhasila mekanisme bagi spesis manusia. Kebudayaan memberikan kita sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan hidup terhadap bentuk kehidupan yang lain. Contoh : Adaptasi terhadap budaya luar, karena terjadinya bencana alam
masyarakat yang berara pada daerah terebut harus pindah ke daerah lain yang memiliki budaya berbeda. 5. Dinamis (flexible) Kebudayaan itu tidak bersifat statis, ia selalu berubah atau bersifat dinamis. Tanpa adanya “gangguan” dari kebudayaan lain atau asing pun dia akan berubah dengan berlalunya waktu. Bila tidak dari luar, akan ada individu-individu dalam kebudayaan itu sendiri yang akan memperkenalkan variasi -variasi baru dalam tingkah-laku yang akhirnya akan menjadi milik bersama dan dikemudian hari akan menjadi bagian dari kebudayaannya. Dapat juga terjadi karena beberapa aspek dalam lingkungan kebudayaan tersebut mengalami perubahan dan pada akhirnya akan membuat kebudayaan tersebut secara lambat laun menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi tersebut. Contoh : Setiap kebudayaan pasti mengalami perubahan atau perkembangan,
walaupun kecil dan sering kali tidak dirasakan oleh anggota-anggotanya. Coba perhatikan corak pakaian pada potret nenek anda ketika masih muda, lalu bandingkan dengan corak pakaian anda saat ini. Tentu keduanya berbeda. Itulah contoh kecil perubahan dalam masyarakat. Umumnya, unsur kebedaan seperti teknologi lebih terbuka terhadap proses perubahan, dibandingkan dengan unsur rohani seperti moral dan agama yang cenderung statis. 6. Integratif (Integrasi) Integrasi adalah suatu keadaan di mana kelompok-kelompok etnik beradaptasi
dan
bersikap
komformitas
terhadap
kebudayaan
mayoritas
masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masingmasing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu : Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial tertentu membuat suatu
17
keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan. Contoh : Sekelompok yang pergi kesuatu daerah yang budayanya berbeda dengan
daerah asalnya maka sekelompok masyarakat tersebut sebagai kebudayaan minoritas yang harus bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap mempertahankan kebudayaan mereka masingmasing.
18
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Manusia Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sanskerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir berakal budi atau makhluk yang berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok ( genus) atau seorang individu. Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta, karsa, dan rasa. Kata budaya sebenarnya berasal dari bahasa Sanskerta budhayah yaitu bentuk jamak kata buddhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kata budaya berasal dari kata culture, dalam bahasa Belanda diistilahkan dengan kata cultuur, dalam bahasa Latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan tanah (bertani). Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Terdapat tiga wujud kebudayaan yaitu : 4.
Wujud pikiran, gagasan, ide-ide, norma-norma, peraturan,dan sebagainya. Wujud pertama dari kebudayaan ini bersifat abstrak, berada dalam pikiran masing-masing anggota masyarakat di tempat kebudayaan itu hidup.
5.
Wujud sebagai suatu aktifitas kelakuan berpola manusia dalam masyarakat. Sistem sosial terdiri atas aktifitas-aktifitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lain setiap saat dan selalu mengikuti pola-pola tertentu berdasarkan adat kelakuan. Sistem sosial ini bersifat nyata atau konkret.
6.
Wujud fisik, merupakan seluruh total hasil fisik dari aktifitas perbuatan dan karya manusia dalam masyarakat.
19
Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup. 3.2 Saran
Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil
kebudayaan,
setiap
hari
manusia
melihat
dan
menggunakan
kebudayaan, bahkan kadang kala disadari atau tidak manusia merusak kebudayaan. Maka dari itu, sebagai manusia yang berbudaya kita harusnya mampu untuk terus dan tetap berbudaya sebagaimana hakikat kita sebagai manusia.
20
DAFTAR PUSTAKA
21