KEPERAWATAN GAWAT DARURAT LAPORAN INTERPRETASI ASAM BASA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
OLEH MARIA LANI KURNIASIH 22020111200044
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG FEBRUARI 2012
TINJAUAN TEORI
Analisa gas darah merupakan salah satu alat diagnosis dan penatalaksanaan penting bagi pasien untuk mengetahui status oksigenasi dan keseimbangan asam basanya. Kelainan asam basa merupakan kejadian yang sering terjadi pada pasien pasien kritis. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi oksigenasi sel atau jaringan adalah jumlah oksigen yang terkandung dalam darah. AGD biasanya diambil dari arteri radialis, meskipun dapat juga dari arteri lainnya seperti arteri femoralis. Pengambilan darah arteri dapat berakibat spasme, kloting intralumen, perdarahan, dan hematoma yang pada akhirnya akan menimbulkan obstruksi arteri bagian distal. Hal ini tidak terjadi jika arteri yang ditusuk memiliki kolateral yang cukup. Arteri radialis lebih dipilih karena memiliki cukup kolateral untuk menghindari terjadinya obstruksi dibandingkan dengan arteri brakhialis atau femoralis. Selain itu, letak arteri radialis lebih superfisial, mudah diraba dan difiksasi.
A.
PENGERTIAN
Asam adalah molekul yan mengandung atom hidrogen yang dapat melepaskan ion hidrogen dalam larutan. Basa adalah ion atau molekul yang dapat menerima ion hidrogen. Sedangkan keseimbangan asam basa adalah homeostatis dari kadar ion hidrogen pada cairan tubuh.
1
B. KESEIMBANGAN ASAM BASA
pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion H+. Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis, yaitu : 1.
Sistem penyangga asam-basa kimiawi dalam cairan tubuh
Terdapat 4 macam buffer kimia utama dalam tubuh yaitu: a. Sistem buffer bikarbonat-asam bikarbonat
Sistem penyangga bikarbonat terdiri dari larutan air yang mengandung dua zat yaitu asam lemah dan garam bikarbonat. Sistem ini merupakan jumlah terbesar yang terdapat dalam cairan ekstra seluler. Penentuan pH berdasarkan persamaan Henderson-Hesselbach: pH = pK + log (HCO 3 ) (pCO2) b. Sistem buffer fosfat Sistem ini terutama terdapat di dalam sel darah merah dan sel-sel lain, terutama di dalam tubulus ginjal karena fosfat biasanya menjadi sangat pekat dalam tubulus, sehingga meningkatkan tenaga penyangga system fosfat dan cairan tubulus biasanya mempunyai pH yang lebih rendah daripada cairan ekstraseluler, menyebabkan jangkauan kerja penyangga lebih mendekati pH sistem. Buffer fosfat terdapat dalam bentuk Na 2HPO4 dan NaH2PO4. c. Sistem buffer protein Sistem ini terutama terdapat di dalam sel-sel jaringan dan juga bekerja di dalam plasma. Dapat bekerja sebagai asam lemah dan basa lemah ataupun garam basa yang dapat mengikat atau melepaskan ion H +. d. Sistem buffer hemoglobin Hb bekerja sebagai asam lemah dan membentuk sistem buffer dengan basa kuat seperti bikarbonat dan fosfat. 2.
Sistem pernafasan PACO2 di dalam alveoli berada dalam keseimbangan dengan PaCO 2
dan
H2CO3
dalam
darah.
Tiap
perubahan
pada
PACO2
akan
mempengaruhi PaCO2 dan H2CO3. Bila kadar H2CO3 meningkat, maka akan menyebabkan PaCO2 juga meningkat yang akan diikuti oleh perangsangan pusat pernafasan, sehingga timbul hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 lebih banyak. 3.
Sistem keseimbangan asam-basa oleh ginjal
Pada keadaan keasaman darah yang meningkat, ginjal akan mengeluarkan ion H+ dan menahan ion HCO 3 untuk mempertahankan pH darah dalam batas normal, sehingga akan menghasilkan urin yang bersifat asam (pH = 5,5-6,5). Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraselular melalui tiga mekanisme dasar yaitu sekresi ion-ion hidrogen, reabsorbsi ion-ion bikarbonat yang disaring dan produksi ion-ion bikarbonat baru.
C. NILAI NORMAL GAS DARAH ARTERI
Nilai normal gas darah arteri : Jenis Gas Darah pH pO2 Saturasi O2 pCO2 HCO3 BE
Darah Arteri 7,35 – 7,45 80 -100 mmHg 95-100 % 35 – 45 mmHg 22 – 26 mEq/L -2 s.d. +2
Darah Vena 7,33 – 7,47 34 – 49 mmHg 70 – 75 % 41 – 51 mmHg 24 – 28 mEq/L 0-+4
Keterangan: 1. pH menggambarkan konsentrasi ion H + dalam tubuh. Ada peningkatan atau penuruna ion H+ akan mempengaruhi stabilitas dari pH cairan tubuh. Bila ion H+ meningkat pH akan rendah dan bila ion H + menurun pH akan meningkat. 2. pO2 (tekanan parsial oksigen) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh oksigen yang terlarut dalam darah. pO2 akan memberikan petunjuk cukup tidaknya oksigenisasi darah arteri. pH dapat mempengaruhi daya ikat oksigen dan Hb, dan pada pH yang rendah oksigen yang tersedia dalam hemoglobin hanya sedikit. Kadar PaO2 juga berkurang pada penyakit pernapasan, seperti emfisema, pneumonia, dan edema paru; juga pada keadaan Hemoglobin abnormal (CO Hb, Meth Hb, Sulfa Hb); dan pada polisitemia. 3. SaO2 adalah Derajat kejenuhan Hb dengan oksigen. Saturasi O 2 sangat membantu untuk menghitung kandungan oksigen yang terikat pada hemoglobin darah. Pengukuran SaO2 dilakukan secara tidak langsung
melalui oksimetri. Gabungan antara saturasi oksigen, pO 2, dan hemoglobin menunjukkan jaringan teroksigenisasi. 4. pCO2 adalah tekanan partial yang ditimbulkan oleh CO2 yang terlarut. pCO2 ini merupakan parameter untuk mengetahui fungsi respirasi dan menentukan cukup tidaknya ventilasi alveolar. a. pCO2 nomal
: ventilasi normal
b. pCO2 tinggi
: hipoventilasi
c. pCO2 rendah : hiperventilasi Karena CO2 merupakan
unsur
respirasi, maka nilai
pCO2 akan
menunjukkan jenis kelainan asam dan basa: a. pCO2 tinggi
: asidosis respiratori
b. pCO2 rendah :alkalosis repiratori 5. HCO3 (bicarbonate) adalah parameter metabolic (non respirasi) yaitu nilai bikarbonat yang terkandung dalam arteri. Digunakan sebagai pedoman adanya kelainan asam basa yang disebabkan unsur metabolik (bukan karena masalah respirasi). 6. BE (base exces) Menggambarkan secara langsung kelebihan basa kuat / kekurangan asam tetap atau kekurangan basa / kelebihan asam. Bila nilai positif menunjukkan kelebihan basa dan bila nilai negatif menunjukkan kelebihan asam. •
HCO3 ↑ atau BE ↑ : alkalosis metabolic
•
HCO3 ↓ atau BE ↓ : asidosis metabolic
D. Penyebab Gangguan Keseimbangan Asam Basa:
1.
Asidosis metabolik
Gangguan klinis yang ditandai rendahnya pH (peningkatan konsentrasi ion hidrogen) dan rendahnya konsentrasi bikarbonat plasma. Asidosis Metabolik adalah kekurangan HCO 3. Terjadi pada keadaan seperti banyak penimbunan asam: DM tak terkontrol atau kelaparan, penimbunan asamasam inorganik: gagal ginjal, intoksikasi alcohol, penimbunan NaCl berlebihan.
2.
Alkalosis metabolik
Gangguan klinis yang ditandai oleh pH yang tinggi (penurunan konsentrasi ion hidrogen) dan konsentrasi bikarbonat plasma yang tinggi. Alkalosis Metabolik adalah kelebihan bikarbonat. Terjadi pada keadaan: muntah-muntah, overkompensasi terhadap alkalosis repiratorik, kelebihan pemberian Na-bikarbonat 3.
Asidosis respiratorik
Gangguan klinis dimana pH kurang dari 7,35 dan tekanan parsial karbondioksida arteri (PaCO2) lebih besar dari 42 mmHg. Asidosis Respiratorik merupakan akibat penumpukan CO2 dalam darah akan meningkatkan H2CO3. Terjadi pada keadaan: empisema, asma (PPOK), pneumonia. 4.
Alkalosis respiratorik
Kondisi klinis dimana Ph arteri lebih tinggi dari 7,35 dan PaCO 2 kurang dari 38 mmHg. Alkalosis Respiratorik merupakan akibat pengeluaran CO 2 berlebihan pada hiperventilasi.Terjadi pada keadaan: gangguan emosional, demam, kelaianan serebral, pemakaian ventilator.
E. INTERPRETASI HASIL
Jenis Gangguan Murni Asidosis Respiratorik Terkompensasi Sebagian Terkompensasi Penuh Murni Asidosis Metabolik Terkompensasi Sebagian Terkompensasi Penuh Asidosis Respiratorik + Metabolik Murni Alkalosis Terkompensasi Sebagian Respiratorik Terkompensasi Penuh Murni Alkalosis Terkompensasi Sebagian Respiratorik Terkompensasi Penuh Alkalosis Respiratorik + Metabolik
pH ↓ ↓ N ↓ ↓ N ↓↓ ↑ ↑ N ↑ ↑ N ↑↑
pCO 2 ↑ ↑ ↑ N ↓ ↓ ↑ ↓ ↓ ↓ N ↑ ↑ ↓
HCO3 N ↑ ↑ ↓ ↓ ↓ ↓ N ↓ ↓ ↑ ↑ ↑ ↑
F.
INTERPRETASI ASAM BASA
Nama
: Tn. S
No. CM
: 116.15.55
Umur
: 60 tahun
Diagnosa Medis
: Stroke Non Hemoragik, Gagal Napas, Decomp Cordis
(Cardiomegali,
Atrial
Fibrilation),
Diabetes Mellitus, Hipertensi. Tanggal Pemeriksaan AGD : 08 Februari 2012 pukul 05:59 WIB.
Parameter FiO2 pH pH (37) pCO2 pCO2 (37) pO2 pO2 (37) SO2 % HCT Hb BE BEecf SBC HCO3 TCO2 A A-aDO2 a/A RI O2 Cap O2 Ct Lactate Calcium ++
Hasil 35.0 7.497 7.505 35.0 34.2 155.9 152.9 98 28 9.4 4.8 4.0 28.7 27.3 28.3 206.4 225,3 0.8 0.3 13.1 13.3 1,4 0.98
Satuan %
Nilai Normal 7.37-7.45
Kategori High
mmHg mmHg mmHg mmHg % % g/dL mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L mmol/L mmHg mmHg
35-45
Normal
80-100
High
95-100% 37-50 13.2-17.3 -2-(+2)
Normal Low Low High
22-26 23-27
High High
≤ 65
Meningkat
<2
Normal
V% mL/dL mmol/L mmol/L
Analisis Asam Basa menurut Handerson Hasselbach :
1.
pH
(asidosis) Asam 7,35
7,45 Basa (alkalosis)
Hasil pH pada kasus di atas tinggi, yaitu 7. 505 diinterpretasikan meningkat sehingga terjadi ALKALOSIS. 2.
pCO2
Pada kasus di atas hasil laboratorium dari pCO2 mengalami penurunan, yaitu 34.2 mmHg yang menandakan adanya KOMPENSASI. 3.
HCO3
Hasil laboratorium dari HCO3 mengalami peningkatan dari nilai normal, yaitu 27.3 mmol/L sehingga terjadi gangguan METABOLIK. 4.
Base Excess
Hasil laboratorium dari BE kasus adalah 4.8 mmol/L yang menunjukkan nilai lebih tinggi dari rentang normal sehingga dalam kondisi ALKALOSIS.
KESAN : Alkalosis Metabolik Terkompensasi Sebagian.
G. DAFTAR PUSTAKA
1.
Guyton & Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran . Edisi 11. Jakarta :
EGC. 2.
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002. 3.
Jackson, Marilynn. Seri Panduan Praktis Keperawatan Klinis .
Jakarta : Erlangga. 2011