I. PENDAHULUAN
Kejadian fraktur pada patella relatif cukup banyak. Berlokasi di anterior menemp menempatk atkan an patell patellaa rawan rawan terkena terkena trauma, trauma, dan fraktur fraktur dapat dapat terjadi terjadi karena karena disebabkan mekanisme langsung maupun tidak langsung. Kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian merupakan penyebab tersering. Metoda penatalaksanaan pada fraktur patella dipilih berdasarkan
beberapa faktor pada pasien ( usia,
kualitas tulang, tingkat aktivitas, dan kompliansi) dan pola fakturnya sendiri . !ada tinjauan pustaka ini penulis akan menitikberatkan pembahasan pada metoda penatalaksanaan operatif dan pertimbangan pemilihan jenis operatif yang sesuai. II. ANATOMI DAN FUNGSI
"ulang patella merupakan tulang sesamoid yang paling besar, yang berada dalam dalam bung bungku kuss jarin jaringa gan n luna lunak k yang kuat kuat,, dibe dibent ntuk uk oleh oleh gabu gabung ngan an tend tendon on #uadriceps, #uadriceps, iliotibial iliotibial band, otot #uadriceps #uadriceps distal dan tendon patella. patella. "erdiri "erdiri dari facet medial dan lateral. "iga perempat bagian proksimal dibungkus oleh lapisan tulang kartilago sendi yang tebal, sedangkan sisa pole bagian distal merupakan non artikuler. $etinaculum patella berasal dari fascia profunda sepanjang serat dari otot vastus medialis dan lateralis. $etinaculum patella terdiri dari dua bagian% &
long longit itud udin inal al tend tendin ineu euss e'te e'tens nsio ions ns dari dari #uad #uadri ricep cepss yang berjal berjalan an secar secaraa medial dan lateral dari patella dan langsung masuk ke tibia.
&
eep eep transve transverse rse fiber fiber yang yang berori berorigo go ke epic epicond ondilu iluss dan masuk masuk ke ke patella. patella.
edang edangkan kan suplai suplai darah darah terdir terdirii dari dari system system vascul vascular ar intrao intraosseu sseuss dan ekstraosseus dan terutama berasal dari cabang *cabang geniculate artery. uplai darah intraosseus masuk ke tulang melalui bagian tengah patella dan pembuluh darah di pole pole distal. !ada !ada anak *anak *anak dengan patella patella yang muda suplai suplai darah berasal dari bagian anterior pole distal patella, tanpa adanya suplai dari bagian tepi. ehingga bila terjadi fraktur pada area ini akan mengakibatkan avascular necrosis pada pole proksimal+. !ada ujung femur dan bagian posterior patella terdapat lapisan kartilago sendi sehingga tulang dapat gliding gliding secara halus. !erluasan lateral dari #uadriceps dan traktus iliotibial iliotibial berfungsi berfungsi sebagai sebagai ekstensor ekstensor sekunder sekunder dari knee. edangkan edangkan eksten ekstensor sor primer primerny nyaa terdiri terdiri dari dari tendon tendon dan otot otot #uadri #uadricep ceps, s, patell patellaa beserta beserta liga ligame ment ntum umny nya. a. ay aya
ekst eksten ensi si yang ang
diti ditimb mbul ulka kan n
oleh oleh #uad #uadri rice ceps ps akan akan
ditransmisikan ke ligament patella. elanjutnya patella akan meningkatkan kurang lebih - / ketahanan #uadriceps saat ekstensi penuh dari knee. !atella melakukan kopresi tekanan pada sendi femur. !ada sudut 01 2 sendi knee maka patella dibawah tekanan terbesar ( 3 +& 4ewton5mm +). Beban kekuatan kekuatan dari patella terutama untuk menjaga kedudukan knee. imana saat ekstensi knee, patella sudah mendapatkan beban tension. !ada saat fleksi, bagian posterior patella di mendapat beban pada tiga titik tumpu yang berasal dari kompresi gaya distal femur. femur. ilaporkan ilaporkan bahwa gaya gaya kompresi kompresi meningkat meningkat -.- kali berat badan saat menaiki tangga, 6.7 kali berat badan saat melakukan s#uat. !ada permukaan permukaan
anterior patella yang meneggang berhubungan juga dengan posisi knee, dimana ketegangan maksimal didapat pada fleksi knee sudut 01&7 2 . tress gesekan5 kontak sendi patellofemoral sangat berhubungan dengan konveksitas dari patella baik di bagian permukaan anterior distal maupun posterior. 8asilnya hanya - / & -9 / permukaan patella dapat mengangkat beban melalui penjuru $:M . elama tahap perkembangannya, patella sebagian besar berasal dari satu pusat ossifikasin namun kurang lebih +-/ pasien memiliki dua sampai tiga pusat ossifikasi terpisah. !ada kondisi tersebut +/ pusat ossifikasi ini tidak bergabung, kondisi ini disebut Bipartite Patella . !ada bipartit patella +/ dapat berkembang menjadi trauma atau stress kronis pada patella.
Diagram illustrating the 3point bending stress applied to the patella during knee fexion.
III. DEMOGRAFI
;ngka kejadian
saat penggunaan kekuatan full ekstensi dari knee
yang tiba *tiba dimana #uadriceps dalam keadaan kontraksi) 1.
IV. KLASIFIKASI DAN PATOGENESIS 1,4,5
/) -. Berdasarkan konfigurasi garis fraktur, fraktur patella dibagi menjadi &
"ransversal, yang merupakan jenis fraktur patella paling banyak ( 1/& 9/) yang dihasilkan karena indirect injury( misal? kontraksi #uadriceps yang hebat. Bisa displaced maupun displaced vertical,
&
Marginal yang biasanya dihasilkan dari direct injury dari sisi patella, terjadi pada sisi luar5 keliling meliputi fragment yang kecil. Biasanya garis fraktur tidak menyebrangi patella.
&
Kominutif, ( -/& -1/) yang dihasilkan dari direct injury patella terhadap objek keras. Kominusi garis fraktur dapat berupa multiple fragment dan berbentuk stelata ( biasanya meliputi seluruh patella) atau bersifat polar ( meliputi salah satu pole).
&
@ertical (+/ & 6/), bisa melalui mekanisme langsung maupun tidak langsung, garis fraktur berjalan dari pole bawah ke pole atas. Aenis ini lebih jarang.
&
osteocondral bisa ditimbulkan baik trauma langsung maupun tidak langsung. Berupa keretakan atau diskontinuitas pembungkus patella. aris fraktur meliputi sendi kartilago.
&
sleeve5avulsi, asanya terjadi pada anak , biasanya pole bawah dan meliputi kartilago sendi yang melekat pada fragment distal yang kecil yang tertarik oleh ligamentum patella1.
Berdasarkan pergeseran fragmen fraktur, dibagi menjadi nondisplaced dimana fragment tulang masih berada dalam satu garis yang sama. Displaced didefinisikan sebagai adanya gap5 step&off lebih dari + mm. !ada fraktur patella terbuka yang lebih jarang dibanding fraktur tertutup, dengan angka kejadian menurut "orchia dan =ewallen sekitar 6/ dari fraktur patella dimana fraktur terbuka tipe sebesar 0.1/, tipe 67.0/, tipe ; .9/, tipe B 6.-/, tipe C yang menggunakan klasifikasi ustillo ;nd ;nderson.
V. DIAGNOSIS
iagnostik di dapat dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Anamnesis
$iwayat trauma baik secara langsung maupun tidak langsung, nyeri pada lutut yang terkena, bengkak, laserasi atau abrasi, tidak dapat mengekstensikan lutut pada kaki yang sakit. Pemeriksaan Fisik
tatus eneral% dimana kesan umum pasien tampak kesakitan, dan cara berjalan yang kesakitan, atau dipapah. tatus =okalis pada regio knee% =ook% Ddema, kontusio, ( mungkin terdapat diskontinuitas jar ingan lunak)
Move% pasien tidak mampu mengangkat kaki melawan gravitasi supaya lurus, mempertahankan full ekstensi knee melawan gravitasi Pencintraan
!ada kebanyakan kasus diagnosa dapat ditegakkan dengan pemeriksaan foto polos. Membandingkan foto sisi yang sakit dengan sisi yang normal dapat membantu mengevaluasi anatomi tulang. !ada lateral view, dapat menilai derajat kominutif dan displace dari fragmen fraktur. Mengevaluasi posisi patella, dimana posisi patella yang rendah ( patella baja) mungkin mengindikasikan ruptur tendon #uadriceps dan posisi patella yang tinggi ( patella alta) mungkin mengindikasikan ruptur tendon patella . !ada anteroposteror view dapat menilai jenis dan arah garis fraktur.
!ada tangensial view mungkin dapat menilai jenis fraktur osteocondral dimana view yang lain tidak bisa. C" can dapat membantu pada periarticular injury, evaluasi alignment, dan deteksi okulta fraktur juga pada jenis fraktur yang osteocondral dan sleeve, namun jarang digunakan di klinik. edangkan untuk screening diindikasikan untuk mendeteksi stress fracture yang okulta, misal pada para atlet. !ada bipartite patella perlu dibedakan dengan garis fraktur dengan melakukan '&ray patella bilateral dan sering terletak pada sudut superolateral ( saupe classification),-.
VI. PENATALAKSANAAN1,4,5,7
!enatalaksanaan pada fraktur patella berdasarkan pada jenis fraktur dan pemeriksaan fisik. !enatalaksanaan dapat berupa nonoperatif maupun operatif.. Non Operatif
!enatalaksanaan fraktur patella secara non operatif terutama diindikasikan pada fraktur patella yang nondisplaced ( step&off kurang dari + mm atau separasi - mm atau lebih) pada pasien dengan mekanisme ekstensor yang masih intak. elain itu juga diperttimbangkan pada pasien fraktur patella yang displaced minimal pada pasien usia lanjut dengan kualitas stok tulang yang jelek atau pasien dengan kormobid yang tidak toleran terhadap tindakan operasi. "indakannya berupa pemasangan long leg cillinder cast untuk 0&7 minggu, agar memberikan waktu healing lebih awal dan mencegah displacement. Cillinder cast memberikan manfaat full $:M pada ankle. ;lternatif lain adalah hinged knee brace atau knee immobiliEer. $ehabilitasi meliputi latihan $:M secepatnya dan penguatan #uadriceps bertahap setelah brace dilepas.
Operatif
Manajemen operatif diindikasikan untuk fraktur patella yang displaced dan disrupsi mekanisme ekstensor. "ujuan dari manajemen operatif adalah untuk mencapai reduksi yang akurat dan fiksasi yang stabil serta. !reservasi fungsi ekstensor dan restore keutuhan
sendi, sehingga dapat melakukan $:M lebih
awal. "erdapat banyak metoda fiksasi interna dengan menggunakan screw, wires, atau kombinasi keduanya. Modified "ension Band merupakan tehnik yang paling banyak digunakan dan diterima dalam fiksasi. !enggunaan screws secara
sendiri dikombinasi
dengan anterior "ension Band yang sekarang mulai mendapat dukungan. ebagian besar operasi fraktur patella dikerjakan secara elektif, namun pada fraktur terbuka harus segera dikerjakan sesegera mungkin, karena luka terbuka dapat menjadi tempat kolonisasi kuman yang dapt mengkontaminasi lapangan operasi. ;KD :!D$; ;kses surgical ke patella meliputi insisi transversal midline atau longitudinal dapat digunakan, namun kebanyakan para ahli bedah lebih menyukai longitudinal midline karena selain menghasilkan eksposure yang baik terhadap fraktur site dan yang lebih penting perlekatan jaringan lunak pada sisi proksimal dan distal dapat terekspose. elain itu bermanfaat untuk prosedur rekonstruksi yang diperlukan dikemudian hari. &
!asien posisi terlentang
&
ilakukan pemasangan tourni#uet pada proksimal kaki
&
ebelumnya knee difleksikan dulu untuk memperpanjang #uadriceps dan membawa fragment proksimal dan distal sebelum inflasi tourni#uet. 8al ini untuk mencegah trapping jaringan.
&
nsisi longitudinal midline ( alternative lain transversal mid line)
&
!erdalam sampai fragment fraktur terekspose, eksplorasi sendi melalui fraktur site, dan perhatikan setiap kerusakan articuler, dentifikasi retinaculum, apakah sobek
&
rigasi sendi dan fracture site dengan salin ( bila fraktur tebuka maka juga dilakukan debridemen debris)
sebersih mungkin dengan membuang cloth dan
&
Dksplorasi
permukaan
artikuler
dengan
seksama
sebelum fiksasi
sementara. (Aika terdapat kominusi yang hebat atau fragment fraktur yang mengganggu stabilitas fiksasi fraktur maka pertimbangkan partial patellectomi) &
;ngkat semua fragment fraktur yang dapat menghalangi fiksasi , kemudian dilanjutkan reduksi dan kompresi fragment fraktur dengan menggunakan forceps reduction.
TEHNIK OPERASI
&
K&wires w5 tension band wiring ("BF)
&
=ag&screw fi'ation
&
Cannulated lag&screw with "BF (tension band screw * "B)
&
!artial patellectomy
&
"otal !atellectomy
&
!ercutananeous
:steosynthesis
with
Modiified
( !:MC) Ad.1
K-Wire !" Te#i$# %d Wiri#' (T%W)
CarpenterGs
techni#ue
"ension Band Firing yang dimodifikasi bertujuan untuk menkonversi gaya distraktif ( terpencar) menjadi gaya kompresif pada permukaan articular. "BF digunakan baik untuk jenis fraktur transvers al dan nonkominutif.
Tehnik Operasi &
Dksplorasi fracture site, fraktur dibersihkan dari clots dan debris, inspeksi permukaan articular, reduksi menggunakan forceps reduction dan evaluasi malreduksi.
&
ua K&Fire ukuran + mm dilmasukkan melewati fracture site ke mid pole patella secara pararel dimulai dari distal kea rah proksimal.sehingga mengikat fragment ( bisa menggunakan fluoroskopi untuk memastikan penempatan wire secara pararel baik.
&
etelah posisi K&Fire berada pada posisi yang sesuai sebuah wire ukuran 9 dilewati dibelakang K&Fire dan tendon #uadriceps di bagian proksimal dan dibelakang K&Fires
dan tendon patella di sisi distal.venous catheter 9
dimasukkan di bawah K&Fire dekat dengan tulang . selanjutnya Fire 9 auge dimasukkan melalui catheter dan berjalan di anterior patella secara menyilang
kemudian
ujung wire medial dan lateral diikat dan di
eratkan.menggunakan wire twister agar memenghasillkan gaya5tekanan yang simetris. &
nspeksi kemungkinan robekan pada retinaculum , dan bila robek maka direpair.
&
setelah terpasang dan evaluasi posisinya cuci luka operasi, jahit luka operasi
Ad.*.
L&'-S+re! Fi&i$#
"ehnik ini dapat dikombinasikan dengan tehnik lain ( cercagle wire) atau secara sendiri. Bermanfaat pada fraktur dengan fragment multiple, dan membantu mereduksi fragment minor ke fragment mayor atau pada proksimal atau distal pole fraktur. iindikasikan untuk stabilisasi
fragment kominutif dengan
dikombinasi dengan cerclage wires jika diperlukan. ebagai alternative tehnik "BF pada fraktur transversal atau vertical
=ag screw
dikontraindikasikan pada fraktur dengan fragment fraktur yang
kominutif ekstensiv dan tulang yang osteoporotik.
Tehnik operasi & ;ngkat semua fragment fraktur yang dapat menghalangi fiksasi , kemudian dilanjutkan reduksi dan kompresi fragment fraktur dengan menggunakan forceps reduction & Masukkan +.mm, +.6 mm atau -.1 mm cortical screw (pada fragment fraktur yang kecil) atau screw -.1 atau 0.1 mm. karena ukuran tersebut sesuai pada kebanyakan pasien dari tergantung pola fraktur. & penggunaan fluoroskopi sangat membantu meletakkan posisi yang akurat dari screw. & setelah terpasang dan evaluasi posisinya cuci luka operasi, jahit luka operasi Ad..
/#0&ed L&'-S+re! !i2 T%W (e#i$# 3d +re! T%S)
& "ehnik ini menggabungkan fiksasi screw di perkenalkan oleh Carpenter dkk, untuk mengatasi kegagalan penggunaan tehnik screw semata yang diakibatkan
karena three point bending selama fleksi knee. an resiko separasi fragment fraktur pada penggunaan "BF semata yang kurang rigid. & pada prinsipnya penggunaannya sama dengan screw, namun menggunakan screw yang berkanula dan "BF menggunakan 9 wire yang menyilang di anterior Tehnik Operasi & etelah reduksi fragment fraktur kemudian masukkan canulated * screw, kemudian masukkan wire 9 melalui kanula screw, sesuai konfigurasi garis fraktur, biasanya dari distal ke proksimal.
&
kemudian buat dua putaran wire kearah ke anterior dengan ketegangan yang cukup
&
alternative lainnya dengan memasukkan satu wire di satu screw dan diikat dibagian anterior. Begitu juga yang lainnya.
&
setelah terpasang dan evaluasi posisinya cuci luka operasi, jahit luka operasi.
Rehabilitasi Beberapa pengarang sepakat bahwa prolong immobilisasi post operatif fiksasi interna akan meningkatkan insidensi stiffness dan harus dihindari. 4amun beberapa laporan studi menyebutkan tidak ada tidak ada efek terhadap outcome terhadap batas waktu immobilisasi. !ertimbangan imobilisasi waktu tertentu dapat diterapkan pada fraktur patella yang kominutif atau tulang yang osteopenik. =atihan beban berat pada posisi ekstensi harus segera dilakukan. =atihan fleksi aktif dan ekstensi pasif segera bermanfaat untuk meminimalisir tensile
dan
bending forces pada implant. edangkkan latihan resistive sebaiknya dihindari sampai ada bukti penyembuhan yang adekuat. Ad.4. P&ri& P&ee+$6
!artial patellectomy diindikasikan pada fraktur kominutif yang ekstensif dimana menyebabkan fiksasi semua fragment tidak mungkin. elain itu kominusi pada pole bawah patella mengharuskan eksisi multiple fragment kecil. Mekanisme ekstensor dapat di restorasi bila dilakukan penjahitan primer ligament patella ke fragment patella tertinggal.
!engamatan
terhadap
permukaaan
articular
dapat
mencegah malreduksi.
!erhatikan kemungkinan patella yang miring. Tehnik operasi &
setelah eksposure fraktur site, preservasi jaringan lunak yang melekat untuk mempertahankan sepanjang mungkin, eksisi semua fragment yang lebih kecil ( biasanya pol distal)
&
dipasang lag screw +.6 atau -.1 mm pada pada fragment yang lebih besar untuk preservasi cartilage. rasping ligament
&
"endon dijahit ke fragment dengan benang nonabsorbable melalui lubang yang dibor pada fragment. ( lubang bor harus dekat permukaan articular untuk mencegah tilting patella dan meminimalisir step&off antara tendon dengan permukaan artikular
&
- setelah terpasang dan evaluasi posisi, cuci luka operasi, jahit luka operasi
Rehabilitasi Post Operatif
$ehabilitasi difokuskan pada proteksi weight bearing pada posisi ekstensi dan latihan $:M lebih awal untuk mencegah kekakuan sendi dan adesi intraarticular. "erapi fisik progresif dengan memulihkan kekuatan #uadriceps dapat dimulai segera penyembuhan jaringan lunak, 7&9 minggu post operatif Outcome: ari hasil beberapa studi
melaporkan bahwa operasi partial
patellectomy menghasilkan outcome yang baik ( altEman, dkk, Bostrom,) Ad.5. T$& P&ee+$6
"ehnik ini diindikasikan pada fraktur patella kominutif yang ekstensif dimana tidak partial patellectomy tidak dapt dikerjakan. "ehnik ini secara umum menimbulkan outcome fungsi yang buruk. Tehnik Operasi &
setelah eksposure fraktur site, reseksi semua fragment fraktur dengan preservasi
sebanyak
mungkin
jaringan
lunak
yang
melekat
untuk
mempertahankan panjang tendon dan stabilisasi repair. &
ilakukan penjahitan tendon dan ligament dengan benang nonoabsorble.
&
Cuci dan jahit luka operasi
&
!emasangan cylinder cast untuk 7 minggu agar memberikan kesempatan healing jaringan lunak.
Rehabilitasi Post Operatif
Outcome post total patellectomy sering menimbulkan komplikasi kehilangan $:M dan kekuatan. Beberapa penelitian melaporkan kehilangan kekuatan #uadriceps sampai - /. Ad.8. Per+0e$0 Oe$6#2ei !i2 M$dii9ied /&r:e#er; e+2#i<0e ( POM/)
"ehnik operasi !:MC merupakan tehnik operasi reduksi dan fiksasi secara tertutup dengan minimal invasive yang dikembangkan belakangan ini karena dilatarbelakangi oleh banyaknya komplikasi yang ditimbulkan oleh operasi terbuka ( 6 * 0-/). "ehnik ini dapat dikerjakan pada pola fraktur transversal yang displaced dengan minimal komplikasi yang ditimbulkan (ching ciang dkk% angka komplikasi !:MC% 1 / dan operasi terbuka % 61 /) studi . 4amun tehnik ini tidak dapat diterapkan pada pola fraktur transversal displaced yang berat.( lebih dari 9mm)
Tehnik Operasi &
pasien posisi supine dan tornik#uet dipasang. etelah disinfeksi area operasi
&
Masukkan portal arthroscopy pada inferolateral dan superolateral kemudian drainase hematom intraarticular.
&
$eduksi fragment fraktur percutan menggunakan towel clamp pada posisi full ekstension, dengan ujung fragment.
klamp pada kedua masing * masing ujung
&
!osisi reduksi diperiksa dengan arthroscopy dan fluoroscopy. Bila sudah tereduksi dengan posisi yang baik maka fiksasi sementara fragment dengan menggunakan camp forceps melewati garis fraktur.
&
ilakukan dua inisisi kecil pada proksimal ( H ) dan dan dua inisisi lainnya pada distal. Kemudian melalui dua lubang di proksimal tersebut masukkan guide wire secara antegrade, dari superocentral ke inferocenral, dari superomedial ke inferomedial.
&
Melalui guide wire masukkan dua partially&treaded screw
0.&mm yang
berkanula dengan jarak .1 * + cm. panjang screw harus lebih pendek dari panjang awal pengukuran. &
Fire ( 9 5 .+mm)
dimasukkan antergrade pada insisi ke screw
berkanula . Ijung wire berada di distal insisi. Kemudian masukkan kanula ( kanula ;) ( mis%abbocath atau sejenisnya) perkutan melalui insisi proksimal ke arah insisi distal . Kemudian ujung distal wire dimasukkan ke kanula ; dan keluar melalui insisi proksimal . 8al yang sama juga dilakukan pada sisi satunya. &
Kedua ujung proksimal wire pada masing * masing insisi proksimal di ikat secara simultan.
&
Cek posisi reduksi dan tegangan fiksasi pada posisi fleksi knee > 2 dengan fluoroscopy.
&
Aahit luka operasi.
Rehabilitasi Post Operatif PCOM
!ada laporan penelitian disebutkan rehabilitasi post operatif pasien tidak menggunakan brace maupun splint. !assive $:M dilakukan hari pertama post operative sesuai toleransi nyeri pasien. elain itu juga di bolehkan protected weight& bearing dengan dua crutchs. 8ari ketiga pasien pulang. "iga minggu post operatif dilakukan active $:M, dan full weight * bearing tanpa bantuan di lakukan setelah minggu ke delapan.
VII. KOMPLIKASI
& Knee Stiffness !enurunan $:M merupakan komplikasi umum setelah terjadinya fraktur patella,.pada beberapa kasus keterbatasan pada derajat maksimal fleksi knee. "idak ada laporan mengenai korelasi efek sampimg imobilisasi cast selama 7 minggu, namun latihan $:M secara umum dianjurkan segera post operatif untuk merangsang cartilage healing dan menurunkan insidensi dan derajat kakakuan sendi. Bila terjadi stiffness dan hilangnya $:M tidak dapat diperbaiki dengan terapi fisik maka aff instrumentasi, manipulasi dan artroscopi release adesi intraarticular perlu dipertimbangkan. & oss of reduction ilaporkan sekitar &+/ dari seluruh kasus, ini disebabkan mungkin karena tehnik fiksasi yang kurang tepat, kominusi yang tersisa, mobilisasi awal yang tidak tepat, loss reduction yang menghasilkan gangguan 5disruption
mekanisme
ekstensor
dan
displacement
yang
unacceptable
sering
membutuhkan reoperasi. eperti partial patellectomy. &
Osteoarthrosis Biasanya diakibatkan karena kerusakan artikular pada saat trauma atau karena ketidaktepatan fiksasi fraktur. ebuah studi melaporkan evaluasi terhadap orang selama - tahun setelah fraktur patella meningkatkan insidensi osteoarthritis patellofemoral.
& !ard"are #rritation Biasanya disebabkan oleh adanya wire dan simpul wire pada jaringan lunak. ebuah studi melaporkan gejala karena iritasi hardware membutuhkan aff implant sekitar 1 / kasus. & #nfection Beradasarkan studi disebutkan angka infeksi post operatif sekitar -&/, dan delayed healing jaringan lunak sekitar + /. !enanganannya antara lain dengan wound care dan imobilisasi yang tidak lama. edangkan pada infeksi profunda dicegah dengan melakukan irigasi dan debridement intraoperatif. & $on%union Kejadian non&union lebih sedikit dari / pada pasien post operatif fraktur patella yang displaced. Biasanya berupa non union fibrous asymptomatic dengan
mekanisme
ekstensor
yang
intake.dan
tidak
membutuhkan
pengobatan. !seudoarthrosis dilaporkan terjdi -/ dari pengobatan operatif mmaupun non operatif. ymptomatic non union berupa nyeri dan kelemahan mekanisme ekstensi mungkin membutuhkan treatment. !ilihannya antaralain
:$< dengan canulated screw dan wire bila fragment fraktur memungkinkan. ;utogen born graft dapat dipakai untuk mengisi defek atau partial patellectomy bila tidak dapat di fiksasi secara stabil. VIII. PENUTUP
Metoda penatalaksanaan dan protocol post operatif harus disesuaikan dengan masing * masing individu. Berdasarkan pertimbangan pola fraktur, kualiitas tulang dan beberapa faktor pada pasien. Bila reduksi dan fiksasi yang stabil dapat dicapai maka mobilisasi lebih awal segera dilakukan. Bila reduksi tercapai namun fiksasi
tidak
stabil maka
immobilisasi
periodik harus
dipertimbangkan. Kegagalan mencapai reduksi merupakan indikasi dilakukan partial patellectomy.
TIN=AUAN PUSTAKA
.
Cramer KD, Moed B$. !atellar fractures% Contemporary ;pproach to "reatment. A.;m ;cad :rthop urg >>6?1%-+-&--
+.
"hompson AC. 4etterGs Concise ;tlas of :rthopaedic. +0?+-&+>
-.
!ailo ;<, Malavolta D;, antos ;= et al.!atellar fractures% a decade of treatment ;" :"&8C&
0.
=amoureu' C. Patella &ractures. eMedicine :nline. http%55www.emedicine. com5radio5topic1+9.htm May -, +0.
1.
=in J et al.inferior sleeve fracture of the patella. A of the Chinese Med ;ss +?60%>9&
7.
!iva $, Childs A et al. !atella fracture during rehabilitation after bone& patellar tendon&bone anterior cruciate ligament reconstruction. A :f :rthop +>?->.+69&+90
6.
Chiang CC, et al. Comparison of a minimally invasive techni#ue with open tension band wiring for displaced transverse patellar fractures. A of "he Chinese Med ;ssociation +?60%-7&-+
"injauan !ustaka FRAKTUR PATELLA
:=D8%
;rif 8idayat "ahap
";D BD;8 :$"8:!D !D$:D M;$D" +7 <;KI="; KD:K"D$;4 I4@D$"; !:4D:$: DM;$;4 +7