PASAR MODAL
DAN
MANAJEMEN PORTOFOLIO
OLEH:
OLIVIA M.LUMENDEK
13318173
PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI
VALUASI ASET ANALISIS SAHAM (MODEL PENILAIAN SAHAM)
Valuasi Aset Analisis Saham
Investasi dalam saham memberikan prospek bahwa suatu jumlah yang relatif kecil dapat tumbuh menjadi jumlah yang cukup besar sehingga menarik bagi para investor. Investor membeli saham suatu perusahaan dengan harapan memperoleh keuntungan dengan jumlah yang diharapakannya. Dalam melakukan investasi maka, para investor melakukan investasi pada saham-saham perusahaan yang produktif, mempunyai objek bisnis yang perspektif serta terhindar dari kerugian. Dalam memilih saham, seorang investor selalu memperhitungkan tingkat resiko yang harus di hadapi. Dengan adanya resiko tersebut, investor selalu menginginkan tingkat pengembalian minimum yang diharapkan untuk menutupi besarnya resiko yang harus ditanggung. Besarnya cash flow yang diperoleh oleh seorang investor dalam melakukan investasi saham adalah sama dengan dividen.
Penilaian saham (valuasi) adalah nilai sekarang (present value) dari arus kas imbal hasil yang diharapkan (expected cash flows). Dengan kata lain, investor berharap bahwa saham dapat memberikan cash flow selama dimiliki. Untuk mengubah arus kas menjadi harga saham, maka didiskonto dengan tingkat bunga yang diinginkan (required rate of return). Penilaian harga saham bertujuan untuk menilai saham-saham manakah yang paling menguntungkan bagi investor. Dengan kata lain, saham-saham yang harga pasarnya lebih rendah dari nilai intrinsik (undervalued) maka saham ini layak untuk dibeli dan saham yang harga pasarnya lebih tinggi dari nilai intrinsik (overvalued) maka saham ini layak untuk dijual.
Pendekatan berdasarkan price earning ratio (PER), bahwa pendekatan ini didasarkan hasil yang diharapkan pada perkiraan laba per lembar saham dimasa yang akan datang sehingga dapat diketahui berapa lama investasi saham akan kembali. Sedangkan pendekatan nilai sekarang (present value), bahwa pendekatan ini dimana nilai saham diestimasikan dengan mengkapitalisasikan pendapatan. Nilai sekarang suatu saham akan sama dengan nilai sekarang dari arus kas yang akan datang yang investor harapkan terima dari investasi pada saham tersebut. Menurut Mubarok (2009), tujuan investor membeli atau menjual saham antara lain untuk mendapatkan capital gain yang diperoleh dari selisih lebih harga jual saham dari harga belinya atau dividen yang merupakan keuntungan emiten yang dibagikan kepada pemegang saham.
Dalam kaitannya penggunaan price earning ratio (PER) dan Devidend yield sebagai pertimbangan untuk pengambilan keputusan, para pelaku pasar juga dapat mengidentifikasinya melalui arus kas perusahaan. Semakin besar jumlah investasi dalam suatu periode akuntansi tertentu, semakin kecil dividen yang dibayarkan, karena perusahaan yang memiliki level Investment Opportunity Set (IOS) tinggi diidentifikasi sebagai perusahaan yang free cash flownya rendah (Jensen 1986, dalam Jati 2005). Investment opportunity set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Potensi pertumbuhan dapat ditunjukan dengan perbedaan antara nilai pasar saham dengan nilai buku dan adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Investment opportunity set (IOS) merupakan bentuk investasi yang dilakukan perusahaan sehingga menghasilkan nilai bagi perusahaan dimasa mendatang. Semakin tinggi investment opportunity set (IOS) maka perusahaan akan memiliki nilai dimasa mendatang dan akan dinilai tinggi oleh investor (Myers 1997, dalam Jati 2005). Untuk dapat memilih investasi yang aman pada saham, investor memerlukan teknik untuk menilai harga saham yang akan dibeli ataupun kemampuan saham tersebut memberikan dividen dimasa datang. Teknik yang benar dalam analisa akan mengurangi resiko bagi investor dalam berinvestasi. Salah satu teknik penilaian saham yang sering digunakan oleh para analis adalah teknik price earning ratio (PER).
Nilai sekarang suatu saham (Present value) adalah sama dengan nilai sekarang dari arus kas dimasa yang akan datang yang pemodal harapkan diterima dari investasi. Menaksir arus kas memiliki suatu saham, arus kas yang diterima pemodal berasal dari dividen dan hasil penjualan kembali saham tersebut. Apabila hasil penjualan saham tersebut lebih tinggi dari harga belinya, dikatakan pemodal memperoleh capital gain sedangkan apabila hasil penjualan saham lebih kecil dari harga belinya, dikatakan pemodal menderita capital loss. Taksirannya adalah tingkat keuntungan yang disyaratkan (r) dengan memasukan unsur resiko, secara konsepsional tingkat keuntungan yang disyaratkan (r) untuk investasi pada saham menunjukkan nilai ekuitas (Cost of equity), tingkat keuntungan yang disyaratkan juga merupakan tingkat diskonto.
Pada akhirnya arus kas hasil penjualan kembali saham ekuivalen dengan arus dividen yang akan diterima para pemegang saham (Husnan, 2005). Untuk menggunakan model nilai sekarang (Present value), pemodal harus mengestimasikan suatu tingkat diskonto (discount rate) atau tingkat return yang disyaratkan (Required rate of return), mengestimasikan jumlah dan waktu (periode) arus kas dimasa akan datang. Dalam menggunakan kedua komponen diatas, dalam suatu model present value untuk mengestimasikan nilai intrinsik kemudian membandingkannya dengan nilai sekarang. Dasar yang digunakan dalam menentukkan nilai sekarang (present value) dari suatu saham yang dinilai adalah tingkat bunga tertentu yang dianggap layak oleh investor. Sedangkan pendekatan price earning ratio menggunakan angka rasio harga per lembar saham dengan laba per lembar saham dari laporan keuangan perusahaan. Penentuan nilai saham dengan menggunakan pendekatan nilai sekarang (present value) pada prinsipnya sama dengan perhitungan nilai sekarang obligasi. Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan dimasa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor.
1. PENDEKATAN NILAI SEKARANG (PRESENT VALUE)
Dalam pendekatan ini, perhitungan nilai saham dilakukan dengan menghitung nilai sekarang (present value) semua aliran kas saham yang diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang disyaratkan investor. Dalam hal ini nilai intrinsik atau disebut juga dengan nilai teoritis suatu saham nantinya akan sama dengan nilai diskonto semua aliran kas yang akan diterima investor pada masa yang akan datang.
Komponen dalam penentuan nilai saham dnegan pendekatan nilai sekarang adalah aliran kas (cash flow). Aliran kas yang bisa dipakai dalam penilaian saham dengan pendekatan nilai sekarang adalah earning perusahaan, atau berupa earning yang dibagikan dalam bentuk dividen. Dengan demikian kita bisa menggunakan komponen deviden sebagai dasar penilaian saham.
Model Diskonto Deviden merupakan model untuk mengestimasi harga saham dengan mendiskontokan semua aliran dividen yang akan diterima di masa yang akan datang. Secara sistematis, model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
P0 = D1 + D2 + D3 + ....... + D~
(1 + k) (1 + k)2 (1 + k)3 (1 + k)~
Dimana,
P0 = Nilai intrinsik saham dengan model diskonto dividen
D1, D2, D3, D~ = Dividen yang akan diterima dimasa yang akan datang
K = Tingkat return yang diisyaratkan
a.) Model Pertumbuhan Nol
Model ini digunakan saat dividen yang dibayarkan oleh perusahaan tidak akan mengalamai pertumbuhan. Dengan kata lain jumlah dividen yang dibayarkan akantetap sama dari waktu ke waktu. Model ini bisa dirumuskan sebagai berikut:
P0 = D
k
Dimana :
P0 = Nilai saham preferen
D = dividend saham preferen
k = tingkat return yang disyaratkan pd saham preferen
b.) Model Pertumbuhan Konstan
Model petumbuhan konstan (model Gordon), dipakai untuk menentukan nilai saham yang pembayaran dividennya mengalami pertumbuhan secara konstan selama waktu tak terbatas.
Dividen Bertumbuh Secara Konstan (Constant Growth Model)
Dividen tumbuh sesuai dengan tingkat pertumbuhan perusahaan
Model ini mengasumsikan bahwa dividen tumbuh pada suatu tingkat tertentu (g) / konstan
Model ini cocok untuk perusahaan yang mature dengan pertumbuhan yang stabil
{P0 = D0 (1+g) /Ks-g}
Rumus Dividen Bertumbuh Konstan :
{P0 = D0(1+g)/Ks-g}
Dimana :
P0 = Harga saham
D0 = Nilai dividen terakhir
g = tingkat pertumbuhan perusahaan
Ks = tingkat keuntungan yang disyaratkan pada saham tsb
Model ini disebut Gordon model sesuai dgn nama penemunya Myron J Gordon
c.) Model Pertumbuhan Tidak Konstan (ganda)
Model ini sesuai untuk menilai saham perusahaan yang mempuyai karakteristik pertumbuhan yang 'fantastis' di tahun-tahun awal, sehingga bisa membayarkan dividen dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Pada beberapa tahun awal selama masa pertumbuhan fantastis, perusahaan mungkin akan mampu membayar dividen dengan pertumbuhan diats normal, namun setelah melewati masa tersebut pertumbuhan tingkat dividen yang dibayarkan perusahaan mungkin akan lebih rendah dari masa sebelumnya, dan akan bertumbuh secara tetap.
Umumnya, tingkat pertumbuhan dividen tidak konstan karena kebanyakan perusahaan-perusahaan mengalami life cyles (early-faster growth, faster than economy, then match w/ economy's growth, then slower that economy's growth).
2. PRICE EARNING RATIO ( PER )
Bagi para investor semakin tinggi PER maka pertumbuhan Laba yang diharapkan juga akan mengalami kenaikan. Dengan begitu PER {ratio harga terhadap Laba} adalah perbandingan antara market price pershare ( MPS ) { harga pasar per lembar saham} dengan earning pershare ( EPS ) {Laba per lembar saham}. Adapun menurut Van Horne dan Wachowicz, PER adalah "The market price pershare of a firm's common stock devided by the most recent 12 month of earning pershare". Rumusnya adalah sebagai berikut :
MPS
PER = -------------
EPS
Keterangan :
PER = Price Earning Ratio
MPS = Market Price Pershare
EPS = Earning Pershare
1. Analisa Fundamental Saham
Teknik analisa fundamental adalah analisa yang menitikberatkan pada dua poin penilaian, yakni pada aspek finansial yang di dalamnya mencakup pendapatan per saham atau EPS - Earning per Share, Nilai buku Saham atau PBV - Price Book Value, serta rasio pengeluaran dan nilai buku ekuitas dari saham itu sendiri. Sedang orangnya yang cenderung memilih metode analisa seperti ini disebut juga dengan 'Value Investor'. Jadi yang menjadi cakupannya pada analisa pertama ini ada 4 jenis. Adapun poin penilaian kedua dari seorang investor adalah pada laporan keuangan tahunan atau biasa juga pada lap. keuangan per triwulan dan per semester. Di dalam poin ke-2 ini seorang investor akan menganalisa bagaimana detailnya isi laporannya (asset, modal, pendapatan, penjualan, dan sebagainya), termasuk juga menganalisa garis besar dari filosofi persahaan tersebut, dan bila perlu melihat juga isi dari pernyataan auditor serta segala yang tertera pada catatan kakinya.
2. Analisa Teknikal Saham
Tipe analsis saham terbagi menjadi 2 tipe dasar analisis saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap instrumen investasi mempunyai landasan yang kuat yaitu nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisi yang sangat hati-hati terhadap kondisi pada saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Ide dasar pendekatan ini adalah bahwa harga saham dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Harga saham merupakan harga yang terbentuk di bursa saham dan umumnya harga saham itu diperoleh untuk menghitung nilai saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi harga saham adalah keputusan dividen, struktur permodalan, risiko dan pertumbuhan laba. Faktor eksternal yang mepengaruhi harga saham adalah peraturan yang ada, resesi ekonomi, sentimen pasar dan lain-lain.
Analisi teknikal adalah suatu jenis analisis yang selalu berorientasi kepada harga (pembukaan,penutupan,tertinggi, dan terendah) dari suatu instrumen investasi pada timeframe tertentu (price oriented). Analisis ini mempelajari tentang perilaku pasar yang diterjemahkan ke dalam grafik riwayat harga dengan tujuan untuk memprediksi harga di masa yang akan datang. Harga yang tercermin di dalam grafik merupakan harga kesepakatan transaksi antara supply dan demand. Teori Dow atau The Dow Theory adalah teori analisis teknikal yang paling terkenal dalam memprediksi apa trend yang sedang terjadi di bursa. Teori Dow mengatakan bahwa sebagian besar saham bergerak sejalan dengan bergeraknya bursa keseluruhan atau index dalam artian bila ndex bergerak naik. Begitu juga sebaliknya, bila indexbergerak turun maka harga sebagian besar komponen saham yang terdapat didalamnya juga bergerak turun.
3. INFLENASI PASAR YANG EFISIEN
Fama (1970) menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah pasar yang harganya mencerminkan informasi yang relevan, yang berarti harga saham tersebut sulit untuk diprediksi. Fama juga membagi bentuk-bentuk efisiensi pasar ke dalam 3 bentuk :
1. Efisiensi pasar bentuk lemah. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh dari informasi masa lalu..
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang dipublikasikan termasuk informasi yang berada di laporan-laporan keuangan perusahaan.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat. Pasar dikatakan efisien dalam bentuk kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh mencerminkan semua informasi yang tersedia termasuk informasi privat.
Pengujian Efisiensi Pasar
Efisiensi Bentuk Lemah
Cara menguji efisiensi bentuk lemah yaitu dengan melihat prediktibiltas return, Prediktibilitas return dapat dilakukan dengan cara:
Mempelajari pola return seasonal : dengan melihat pola harian dan pola bulanan return saham.
Menggunakan data return di masa lalu, baik untuk prediktibilitas jangka pendek maupun jangka panjang.
Mempelajari hubungan return dengan karakteristik perusahaan, dinyatakan dalam sebuah anomali pasar yang efisien., karena tidak ada seorang investor pun yang dapat memperoleh return abnormal dengan menggunakan informasi perusahaan.
Efisiensi Bentuk Setengah Kuat. Cara menguji harga saham dengan bentuk ini yaitu melakukan event studies dengan mempelajari dampak informasi terhadap harga saham dan memprediksi seberapa cepat informasi dapat masuk ke pasar.
Efisiensi Bentuk Kuat. Cara mengujinya yaitu dengan private information, apakah pihak insider (orang dalam) atau investor tertentu mendapat akses informasi yang baik sehingg mendapatkan abnormal return dibanding return di pasar. Pihak-pihak yang disebut insider adalah direktur, manajer, karyawan atau pemegang saham yang dianggap bisa mendapatkan informasi yang sesungguhnya mengenai perusahaan yang tidak dapat dilakukan oleh pihak lainnya.
Faktor Yang Mempengaruhi Pasar Efisien
Banyak terdapat investor yang rasional
Semua pelaku pasar mendapat informasi yang sama dengan cara yang mudah
Informasi yang terjadi bersifat random
Investor bereaksi cepat terhadap informasi baru
Implikasi Pasar Efisien.
Implikasi hipotesis pasar efisien terhadap investor yang berinvestasi di pasar modal dilihat dari implikasinya terhadap investor yang menerapkan:
Analisis teknikal. Mereka pada dasarnya percaya bahwa pergerakan harga saham di masa yang akan datang bisa diprediksi dari data pergerakan harga saham di masa lampau.
Analisis fundamental. Merupakan analisis saham yang dilakukan dengan mengestimasi nilai intrinsik saham berdasar informasi fundamental yang telah dipublikasikan perusahaan (seperti laporan keuangan, perubahan dividen dan lainnya) untuk menentukan keputusan menjual atau membeli saham.
VALUASI ASET ANALISIS OBLIGASI
Penilaian Obligasi (Bond Valuation)
Obligasi merupakan surat hutang jangka menengah atau panjang yang diterbitkan oleh penerbit (perusahaan atau pemerintah) dengan member imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Rahardjo, 2003).
Dari sudut pandang valuasi maka suatu obligasi konversi memiliki dua aset yaitu obligasi dan waran dimana penilaian obligasi konversi memerlukan suatu asumsi dari :
Gejolak pergerakan harga saham yang menjadi aset dasar obligasi konversi untuk memperkiranan (opsi (keuangan)"nilai opsinya) dan ;
penyebaran kredit atas porsi pendapatan tetap yang memengaruhi profil kredit perusahaan dan peringkat dari konversi pada struktur permodalan.
Jenis Obligasi
Obligasi memiliki beberapa jenis yang berbeda, yaitu:
Dilihat dari sisi penerbit:
Corporate Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
Government Bonds: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
Municipal Bond: obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untut membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility).
Dilihat dari sistem pembayaran bunga:
Zero Coupon Bonds: obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
Coupon Bonds: obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
Fixed Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik.
Floating Coupon Bonds: obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti average time deposit (ATD) yaitu rata-rata tertimbang tingkat suku bunga deposito dari bank pemerintah dan swasta.
Dilihat dari hak penukaran/opsi:
Convertible Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk mengkonversikan obligasi tersebut ke dalam sejumlah saham milik penerbitnya.
Exchangeable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada pemegang obligasi untuk menukar saham perusahaan ke dalam sejumlah saham perusahaan afiliasi milik penerbitnya.
Callable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
Putable Bonds: obligasi yang memberikan hak kepada investor yang mengharuskan emiten untuk membeli kembali obligasi pada harga tertentu sepanjang umur obligasi tersebut.
Dilihat dari segi jaminan atau kolateralnya:
Secured Bonds: obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah:
Guaranteed Bonds: Obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin denan penangguangan dari pihak ketiga
Mortgage Bonds: obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap.
Collateral Trust Bonds: obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya.
Unsecured Bonds: obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
Dilihat dari segi nilai nominal:
Konvensional Bonds: obligasi yang lazim diperjualbelikan dalam satu nominal, Rp 1 miliar per satu lot.
Retail Bonds: obligasi yang diperjual belikan dalam satuan nilai nominal yang kecil, baik corporate bonds maupun government bonds.
Dilihat dari segi perhitungan imbal hasil:
Konvensional Bonds: obligasi yang diperhitungan dengan menggunakan sistem kupon bunga.
Syariah Bonds: obligasi yang perhitungan imbal hasil dengan menggunakan perhitungan bagi hasil. Dalam perhitungan ini dikenal dua macam obligasi syariah, yaitu:
Obligasi Syariah Mudharabah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad bagi hasil sedemikian sehingga pendapatan yang diperoleh investor atas obligasi tersebut diperoleh setelah mengetahui pendapatan emiten.
Obligasi Syariah Ijarah merupakan obligasi syariah yang menggunakan akad sewa sedemikian sehingga kupon (fee ijarah) bersifat tetap, dan bisa diketahui/diperhitungkan sejak awal obligasi diterbitkan.
Jenis-Jenis Obligasi Konversi
Obligasi tukar
Obligasi wajib konversi
Obligasi konversi
Obligasi konversi saham preferen
Karakteristik Obligasi:
Nilai Nominal (Face Value) adalah nilai pokok dari suatu obligasi yang akan diterima oleh pemegang obligasi pada saat obligasi tersebut jatuh tempo.
Kupon (the Interest Rate) adalah nilai bunga yang diterima pemegang obligasi secara berkala (kelaziman pembayaran kupon obligasi adalah setiap 3 atau 6 bulanan). Kupon obligasi dinyatakan dalam annual prosentase.
Jatuh Tempo (Maturity) adalah tanggal dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pembayaran kembali pokok atau Nilai Nominal obligasi yang dimilikinya. Periode jatuh tempo obligasi bervariasi mulai dari 365 hari sampai dengan diatas 5 tahun. Obligasi yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun akan lebih mudah untuk di prediksi, sehingga memilki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan obligasi yang memiliki periode jatuh tempo dalam waktu 5 tahun. Secara umum, semakin panjang jatuh tempo suatu obligasi, semakin tinggi Kupon / bunga nya.
Penerbit / Emiten (Issuer) Mengetahui dan mengenal penerbit obligasi merupakan faktor sangat penting dalam melakukan investasi Obligasi Ritel. Mengukur resiko / kemungkinan dari penerbit obigasi tidak dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu (disebut default risk) dapat dilihat dari peringkat (rating) obligasi yang dikeluarkan oleh lembaga pemeringkat seperti PEFINDO (Pemeringakat Efek Indonesia) atau Kasnic Indonesia (Bursa Efek Indonesia).
Harga Obligasi
Harga obligasi adalah suatu harga apabila kita ingin membeli atau menjual obligasi di pasar modal baik melalui transaksi bursa maupun OTC. Beberapa hal yang mempengaruhi harga obligasi adalah : Nominal, yaitu harga obligasi sebagaimana pada waktu penerbita. Tingkat bunga, yaitu tingkat bunga yang umum berlaku dalam masyarakat sebagai pembanding kupon (bunga) obligasi. Periode pembayaran bunga, yaitu periode waktu dimana penerbit melakukan pembayaran kupo . Biasanya 3 bulanan atau 6 bulanan. Jangka waktu
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Obligasi
Adanya perbedaan karakteristik dari obligasi itu sendiri mempengarui harga obligasi seperti, obligasi yang menamakan bunga tetap, floating rate, obligasi zero coupon bond,obligasi konversi dan income bond.
Tingkat suku bunga
Jangka waktu tempo obligasi
Risiko untuk tidak menerima bunga maupun pokok pinjaman
Besarnya coupon rate dari obligasi
Faktor pembayaran pajak dari hasil/pendapatan obligasi (pajak obligasi yang dibayar pemodal).
Macam-macam Risiko Obligasi
Interest Rate Risk, yaitu risiko yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Jika suku bunga meningkat maka harga obligasi akan turun begitu pula sebaliknya apabila tingkat suku bunga turun maka harga obligasi akan meningkat naik.
Reinvestment Rate, yaitu resiko yang berkaitan dengan perubahan strategi dari tingkat penanaman kembali investasi dimana hal tersebut sangat dipengaruhi suku bunga pasar.
Call Risk, risiko yang berkaitan dengan penarikan atau seluruh obligasi yang telah diterbitkan sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
Credit Risk, risiko apabila penerbit gagal memenuhi kewajiban keuangan meliputi pembayaran bunga dan pembayaran kembali jumlah uang yang dipinjam (pokok utang atau utang nominalInflation Risk atau purchasing power risk, yaitu risiko yang dapat meningkat karena variasi dalam nilai arus kas sekuritas yang dipengaruhi oleh inflasi. Risiko ini diukur dengan kekuatan pembelian.
Exchange Rate Risk, yaitu risiko yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar.
Liquidity Risk, ukuran utama dari likuiditas adalah selisih antara harga jual dan harga beli yang ditetapkan oleh penjual. Semakkin besar selisih antara harga jual dengan harga beli maka risiko likuiditasnya juga akan semakin besar.
Volatility Risk, salah satu faktor yang mempengaruhi adalah ekspektasi tingkat bunga yang berubah-ubah. Secara spesifik, nilai opsi meningkat apabila ekpektasi perubahan tingkat bunga juga meningkat. Risiko yang mempengaruhi perubahan dalam volatilitas akan mempengaruhi harga suatu obligasi. (Fabozzi, 2004:6).
Tingkat Bunga
Untuk memahami perhitungan tingkat bunga dalam obigasi ada 3 titik waktu yang perlu dimengerti. Titik waktu tersebut menyangkut (1) kapan pemberi dana dan pihak yang memerlukan dana menentukan tingkat bunga atas obligasi tersebut, (2) kapan dana akan diserahkan, dan (3) kapan hutang akan dilunasi. Notasi-notasi yang digunakan :
i adalah tingkat bunga
t0 adalah tanggal komitmen
t1 adalah tanggal dana diserahkan ke perusahaan yang menerbitkan obligasi
t2 adalah tanggal obligasi dilunasi kembali
Dengan demikian kita akan menuliskan tingkat bunga sebagai t0, it1, t2. Karena t0 terjadi pada tahun ke nol, maka t0 = 0, dan karenanya penulisannya disederhanakan menjadi it1, t2 Spot Interest Rate merupakan tingkat bunga obligasi yang hanya mempunyai satu arus kas bagi pembeli obligasi. Obligasi yang hanya mempunyai satu arus kas bagi pemodal disebut pure discount bond atau zero coupon bond.
Struktur tingkat bunga
Menurut Eduardus tendelin (2010;170-173) Struktur tingkat bunga adalah hubungan antara waktu jatuh tempo dengan yield untuk suatu kategori obligasi tertentu pada waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu obligsi, maka resiko ketidakpastian juga akan semakin tinggi, sehingga tingkat bunga yang diharapkan juga akan saemakin tinggi.
Ada tiga teori struktur tingkat bunga yaitu :
1. Teori harapan
Dalam teori ini tingkat bunga obligasi jangka panjang selama periode akan sama dengan nilai rata-rata bunga jangka pendek dari obligasi tersebut periode yang sama.
2. Teori preferensi likuiditas
Teori ini menyatakan bahwa tingkat bunga akan mencerminkanjumlah tingkat bunga sekarang dan tingkat bunga jangka pendek yang diharapkan (sama dengan teori harapan) ditambah dengan premi likuiditas (resiko). Semakin lama waktu jatuh tempo suatu obligasi, semakin besar tingkat ketidakpastian yang harus dihadapi investor obligasi. Dengan demikian investor akan lebih menyukai investasi jangka pendek. Sebaliknya perusahaan yang memerlukan dana, lebih menyukai dana pinjaman jangka panjang.
3. Teori Preferensi habitat
Teori ini menyebutkan bahwa investor mempunyaipreferensi terhadap sektor maturitas tertentu dan mereka akan beralih ke maturitas lain jika terdapat imbalan yang memadai. Teori preferensi hampir sama dengan teori struktur bunga lainnya yaitu teori segmentasi pasar. Perbedaan teori segmentasi menganggap bahwa investor tidak akan beralih ke sektor maturitas lain meskipun return yang diperoleh relatif lebih besar. Sebagai contoh bank-bank komersial akan cenderung menyalurkan dana pinjaman dalam jangka pendek. Sedangkan perusahaan dan lembaga pengelolaan dana pensiun akan lebih menyukai invesasi surat-surat berharga dalam jangka panjang.
Struktur resiko tingkat bunga
Menurut Eduardus tendelin (2010;174-175) Struktur resiko tingkat bunga biasanya disebut dengan yield spread, yang diartikan sebagai hubungan antara yield obligasi dengan karakteristik tetentu yang dimiliki obligasi, seperti kualitas, callability, kupon dan mudah tidaknya obligasi diperjualbelikan (marketability). Dengan demikian, adanya struktur risiko tingkat bunga akan menjelaskan mengapa ada perbedaan tingkat yield obligasi dari emiten yang berbeda-beda. Besarnya yield spread dipengaruhi faktor-faktor berikut ini :
Perbedaan kualitas. Untuk mengetahui kualitas obligasi, kita bisa melihat rating kualitas obligasi yang disusun berdasarkan besarnya resiko kegagalan pembayaran (risk of default).
Perbedaan dalam bentuk call provision. Obligasi yang callable akan memberikan YTM yang lebih tinggi dari obligasi moncallable.
Perbedaan tingkat kupon yang diberikan. Obligasi yang memberikan kupon yang relatif lebih kecil akan cenderung memberikan return berbentuk capital gain yang lebih besar.
Perbedaan kemudahan diperdagangkan. Ada beberapa obligasiyang dianggap lebih mudah diperdagangkan dibandingkan dengan obligasi lain sehingga obligasi tersebut mempunyai likuiditas yang relatif lebih baik.
PENGUKURAN RIKS DAN RETURN OBLIGASI
Pengertian Riks dan Return
a. Definisi Risiko (Risk)
Risiko didefinisikan dalam kamus Webster's sebagai kecelakaan, ''bahaya yang dihadapkan pada kerugian atau kecelakaan". Risiko mengacu pada peluang bahwa beberapa kejadian yang tidak menguntungkan.
Risiko aktiva dapat dianalisis dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:
Atas dasar berdiri sendiri (Stand-Alone Basis)
Merupakan risiko yang akan dihadapi investor,jika dia hanya memiliki satu jenis aktiva, baik aktiva riil maupun aktiva keuangan.
Atas dasar portofolio (Portofolio Basis)
Portofolio adalah sekumpulan investasi aktiva atau sekuritas, sebagai salah satu dari seluruh aktiva atau sekuritas dalam portofolio.
b. Definisi Return
Return adalah keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukannnya. Adapun menurut R.J. Shook return merupakan laba investasi, baik melalui bunga ataupun dividen.
c. Definisi Risk and Return
Risk and return merupakan kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi dan individu dalam keputusan investasi yaitu baik kerugian ataupun keuntungan dalam suatu periode akuntasi. Dalam dunia investasi dikenal adanya hubungan kuat antara risk dan retu, yaitu jika risiko tinggi maka return (keuntungan) juga akan tinggi begitu pula sebaliknya jika return rendah maka risiko juga akan rendah.
Obligasi adalah kontrak keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga kepada pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit obligasi membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya, pemegang obligasi memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat ini.
Risiko-Risiko ( Riks) Dalam Obligasi
1. Interest-Rate Risk
Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat bunga: Jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya, jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku bunga bermakna bahwa investor akan mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah harga beli). Risiko jenis ini dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi.
2. Reinvestment Risk
Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar dinamakan reinvestment risk.
3. Call Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.
4. Default Risk
Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang mengalami kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk dalam perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan U.S Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan di pasar obligasi memiliki yield yang lebih besar dari treasury bond.
5. Inflation Risk
Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran kas yang diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya jika investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka purchasing power aliran kas secara nyata akan dikurangi.
6. Exchange-Rate Risk
Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang lokal baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon atau nilai pokok pinjaman terjadi.
7. Liquidity Risk
Liquidity atau marketable risk bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.
8. Volatility Risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada faktor-faktor tersebut berpengaruh pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk.
MENGUKUR RETURN
Untuk membandingkan kinerja dari waktu ke waktu atau antara sekuritas yang berbeda. Total Return (TR) adalah persentase yang berkaitan dengan semua arus kas yang diterima selama periode waktu tertentu, di notasikan dengan CFt +(PE - PB). Di mana: CFt = arus kas selama periode t, PE = Harga akhir periode atau harga jual, PB = Harga beli atau harga awal periode, PC = (PE - PB) = Perubahan harga selama periode pengukuran atau
TR = CFt + (PE – PB) = CFt + Pc
PB PB
MENGUKUR CUMULATIVE WEALTH INDEX (CWI)
CWI adalah kumulatif kekayaan dari waktu ke waktu, berdasarkan pada kekayaan awal tertentu ditambah dengan serangkaian return dari beberapa aset.
Formula CWI untuk periode ke-n=
CWIn = WI0 (1+TR1)+(1+TR2)+... (1+TRn)
CWIn = Cumulative Wealth Inndex pada akhir periode ke-n
WI0 = Nilai Index awal, Khususnya digunakan S1
TR1.n = TR Secara berkala dalam bentuk desimal (ketika ditambah 1, TR menjadi RR)
MENGUKUR RETURN INTERNASIONAL
Return internasional termasuk setiap perubahan nilai tukar yang direalisasi. Jika mata uang asing (valuta asing) mengalami depresiasi, return lebih rendah dalam mata uang (valuta) domestik
Formula TR dalam valuta domestik:
TRDomestic Currency = RRx End Val. Of For .Curr. - 1
Begin Val. Of For. Curr
Model Indeks Tunggal Protofolio
William sharpe(1963) mengembangkan model yang disebut model indeks tungal (singgle-ondeks model). Midelini dapat digunakan untuk menyederhanakan perhitungan model markowitz dan untuk menghitung return ekspektasian dan resiko portofolio.
Model indeks tunggal didassarkan pada pengamatan bhwa harga dari suatu sekuritas berfluktusi searah dengan indeks harga pasarhal ini menyarankan bahwa return-return dari sekuritas berkorelasi karena ada reaksi umum. Terhadap perubahan nilai pasar.
persamaanModel indeks tunggal Ri=αi +βi.RM+ei
SINGLE INDEX MODEL
Model portofolio Markowitz (mean-variance model) dengan perhitungan kovarians memberikan dasalah dalam hal kesulitan penerapan model untuk portofolio yang terdiri dari banyak saham. William Sharpe mengembangkan model Markowitz dengan memperkenalkan model indeks tunggal (single index model) Model ini mengkaitkan perhitungan return setiap aset individu pada return indeks pasar. Secara matematis model indeks tunggal dirumuskan sebagai berikut:
Notasi:
Dalam model indeks tunggal, kovarians antara saham A dan saham B hanya bisa dihitung atas dasar kesamaan respons kedua saham tersebut return pasar. Oleh karena itu, risiko yang relevan dalam model tersebut hanyalah risiko pasar. Secara sistematis, kovarians antar saham A dan B yang hanya terkait dengan risiko pasar bisa dituliskan sebagai:
Perhitungan kovarians model indeks tunggal dilakukan dengan menyederhanakan risiko ke dalam dua komponen, yaitu risiko pasar dan risiko keunikan perusahaan. Secara matematis, risiko dalam model indeks tunggal bisa digambarkan sebagai berikut:
Dalam model indeks tunggal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan terdiri dari komponen alpha ( α ) yang mewakili karakteristik individu perusahaan dan komponen beta ( β ) yang mewakili risiko yang berhubungan dengan pasar. Namun untuk covariance, hanya dipengaruhi oleh risiko pasar. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan saham bersama-sama adalah bereaksi terhadap perubahan yang terjadi dipasar.
Persamaan perhitungan return dan risiko sekuritas dengan model indeks tunggal dapat juga diterapkan dalam perhitungan return dan risiko portofolio. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta saham yang membentuk portofolio tersebut. Dalam hal ini beta dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Persamaan untuk menghitung return portofolio dan risiko portofolio dengan menggunakan model indeks tunggal akan menjadi:
Bila investor mempunyai dana dengan proporsi sama pada N saham yang semakin besar, maka nilai term kedua menjadi semakin kecil dan mendekati 0.
Metode Analisis Data:
1. Menghitung Tingkat Keuntungan (Return)
Rumus :
Ri=Pt+1 – Pt
Pt
Hanya saja untuk maksud agar dalam analisis statistik perhitungan return tersebut tidak bias, karena terpengaruh oleh magnitude pembaginya, perhitungan return dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Ri = Ln (Pt+1 / Pt)
Dimana :
Ri = Tingkat keuntungan
Pt = Harga penutupan saham periode t
Pt+1 = Harga penutupan saham periode sesudahnya
2. Menghitung Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan (Expected Return)
Rumus :
Dimana :
E(Ri)= Tingkat keuntungan dari investasi i yang diharapkan
n = Banyaknya peristiwa yang mungkin terjadi
Rij= Tingkat keuntungan yang telah diperoleh
3. Menghitung Resiko Investasi (Varian dan Standar Deviasi)
Rumus :
Dimana :
4. Menghitung Tingkat Keuntungan Yang Diharapkan Dari Portofolio (Expected Return Portofolio)
Rumus :
Dimana :
E(Rp) = Tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio
Xi = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i
E(R i)= Tingkat keuntungan yang diharapkan dari saham i
5. Menghitung Resiko Portofolio
Rumus :
σp² = XA².σA² + XB².σB² + XC².σC² + 2(XA.XB.ρAB.σAσB) + 2(XA.XC.ρAC.σAσC) 2(XB.XC.ρBC.σBσC)
Dimana :
σp² = Resiko portofolio
XA = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham A
XB = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham B
Xc = Proporsi dana yang diinvestasikan pada saham C
σA²= Resiko investasi dari saham A
σB²= Resiko investasi dari saham B
σC²= Resiko investasi dari saham C
ρAB = Koefisien korelasi antar tingkat keuntungan A dan B
ρAC = Koefisien korelasi antar tingkat keuntungan A dan C
ρBC = Koefisien korelasi antar tingkat keuntungan B dan C
6. Menghitung Koefisien Korelasi
Rumus :
Dimana :
ρij = Koefisien korelasi antara saham i dan j
X = Tingkat keuntungan investasi pada saham 1
Y = Tingkat keuntungan investasi pada saham 2
n = Jumlah periode investasi
ORGANASASI DAN STUKTUR PASAR MODAL
A. Pengertian Pasar Modal
Sebagaimana yang ada di negara-negara kapitalis seperti di amerika serikat, yaitu "suatu bidang usaha perdagangan surat-surat berharga seperti saham , obligasi dan sekuritas efek".Sebagai salah satu elemen ekonomi, maka aspek untuk memperoleh keuntungan yang optimal adalah tujuan yang menjiwai pasar modal sebagai lembaga jual beli efek.
Ada tiga Definisi Pasar Modal.
Definisi yang luas
Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisai, termasuk bank-bank komersial dan semua perantara dibidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga /klaim, jangka panjang dan jangka pendek, perimer dan yang tidak langsung.
Definisi dalam arti menengah
Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lembaga yang memperdagangkan wrkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun)termasuk saham-saham obligasi-obligasi, pinjam berjangka hipotek tabungan serta deposito berjangka.
Definisi dalam arti sempit
Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan saham-saham dan obligasi-obligasi dengan memakai jasa makelar, komisioner dan paraunderwrriter.
Secara umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak, sekaligus pasar konkrit dengan barang yang diperjualbelikan adalah dana yang bersipat abstak, dan bentuk konkritnya lembar surat-surat berharga dibursa efek.
B.ORGANISASI PASAR MODAL
Organisasi yang terlibat dalam Pasar Modal adalah :
a. pemerintah,dalam ini adalah Bapepam
b. perusahaan emiten
c. lembaga penunjang emisi seperti penjamin emisi,perusahaan penilai,akuntan publik,notaris dan konsultan hukum .
d. perantara perdagangan efek ,antara lain,maklar,komisionerdan pedagang efek.
e. Para pemodal ,baik perorangan maupun lembaga
Organisasi diatas dipersiapkan agar tujuan pembentukan pasar modal sebagai alat untuk mempercepat perluasan partisipasi masyarakat dalam pembiayaan pembangunan dan pemerataan pendapatan akan dapat terlaksana .
1. Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (disingkat Bapepam-LK) adalah sebuah lembaga di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang bertugas membina, mengatur, dan mengawasi sehari-hari kegiatan pasar modal serta merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang lembaga keuangan. Kepala Bapepam-LK saat ini adalah A. Fuad Rahmany.
Bapepam-LK merupakan penggabungan dari Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan.
Fungsi Bapepam-LK ialah sebagi berikut :
Penyusunan dan penegakan peraturan di bidang pasar modal primer dan sekunder
Penegakan peraturan di bidang pasar modal;
Pembinaan dan pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin usaha, persetujuan, pendaftaran dari Badan dan pihak lain yang bergerak di pasar modal;
Penetapan prinsip-prinsip keterbukaan perusahaan bagi Emiten dan Perusahaan Publik;
Penyelesaian keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek, Kliring dan Penjaminan, dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian;
Penetapan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal;
Penyiapan perumusan kebijakan di bidang lembaga keuangan;
Pelaksanaan kebijakan di bidang lembaga keuangan, sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku;
Perumusan standar, norma, pedoman kriteria dan prosedur di bidang lembaga keuangan;
Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang lembaga keuangan;
Pelaksanaan tata usaha Badan.
2. Struktur Organisasi Bapepam
Bapepam dan Lembaga Keuangan terdiri dari 1 Ketua Badan dan membawahi 1 Sekretariat dan 12 Biro Teknis, dimana lingkup pembinaan dan pengawasan meliputi aspek pasar modal, dana pensiun, perasuransian, perbankan dan usaha jasa pembiayaan serta modal ventura.
Biro teknis Bapepam-LK terdiri atas:
Biro Perundang-Undangan dan Bantuan Hukum
Biro Riset dan Teknologi Informasi
Biro Pemeriksaan dan Penyidikan
Biro Pengelolaan Investasi
Biro Transaksi dan Lembaga Efek
Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa
Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil
Biro Standar Akuntansi dan Keterbukaan
Biro Perbankan, Pembiayaan, dan Penjaminan
Biro Perasuransian
Biro Dana Pensiun
Biro Kepatuhan Internal
3.BURSA EFEK
Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek atau saham perusahaanobligasi pemerintah. Bursa efek tersebut, bersama-sama dengan pasar uang merupakan sumber utama permodalan eksternal bagi perusahaan dan pemerintah. Biasanya terdapat suatu lokasi pusat, setidaknya untuk catatan, namun perdagangan kini semakin sedikit dikaitkan dengan tempat seperti itu, karena bursa saham modern kini adalah jaringan elektronik, yang memberikan keuntungan dari segi kecepatan dan biaya transaksi. Perdagangan dalam bursa hanya dapat dilakukan oleh seorang anggota, sang pialang saham.
C.INVESTASI DAN PELAKU PASAR MODAL
Dewasa ini telah dikembangkan suatu model dalam pengambilan keputusan tentang usul investasi yang berada dalam suatu portofolio, dimana proyek baru yang diusulkan itu dikaitkan dengan proyek-proyek lainnya yang ada dalam suatu perusahaan.
Proyek-proyek investasi itu mempunyai risiko yang tidak independent Awat. Harapan keuntungan suatu portofolio adalah rata-rata tertimbang dari harapan keuntungan surat berharga yang diperbandingkan dalam portofolio tersebut. Para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama sebagai berikut :
1. Emiten.
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau melakukan emisi di bursa (disebut emiten). Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai tujuan dan hal ini biasanya sudah tertuang dalam rapat umum pemegang saham (RUPS), antara lain :
Perluasan usaha, modal yang diperoleh dari para investor akan digunakan untuk meluaskan bidang usaha, perluasan pasar atau kapasitas produksi.
Memperbaiki struktur modal, menyeimbangkan antara modal sendiri dengan modal asing.
Mengadakan pengalihan pemegang saham. Pengalihan dari pemegang saham lama kepada pemegang saham baru.
2. Investor
Pemodal yang akan membeli atau menanamkan modalnya di perusahaan yang melakukan emisi (disebut investor). Sebelum membeli surat berharga yang ditawarkan, investor biasanya melakukan penelitian dan analisis tertentu. Penelitian ini mencakup bonafiditas perusahaan, prospek usaha emiten dan analisis lainnya.
Tujuan utama para investor dalam pasar modal antara lain :
a. Memperoleh deviden
b.Kepemilikan perusahaan
c. Berdagang
d.Lembaga Penunjang
4. JENIS DAN FUNGSI PASAR MODAL
Pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :
1. Pasar Perdana ( Primary Market )
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan.
2. Pasar Sekunder ( Secondary Market )
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor
setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa.
Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan.
Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar, pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak terbatas. Tempat terjadinya pasar sekunder di dua tempat, yaitu:
a. Bursa reguler
Bursa reguler adalah bursa efek resmi seperti Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES)
b. Bursa paralel
Bursa paralel atau over the counter adalah suatu sistem perdagangan efek yang terorganisir di luar bursa efek resmi, dengan bentuk pasar sekunder yang diatur dan
diselenggarakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-efek (PPUE), diawasi dan dibina oleh Bapepam. Over the counter karena pertemuan antara penjual dan pembeli tidak dilakukan di suatu tempat tertentu tetapi tersebar diantara kantor para broker atau dealer.
Fungsi Pasar Modal
Tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower). Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu ekonomi dan keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower.
Dengan menginvestasikan dananya lender mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk usaha pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasiperusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa harus terlibat langsung dalam kepemilikan aktiva riil
5.INSTRUMEN PASAR MODAL
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain.Dalam makalah ini instrumen yang akan dibahas lebih lanjut yaitu mengenai saham dan obligasi.
MENGENAL SAHAM
Saham (stock) merupakan salah satu instrumen pasar keuangan yang paling popular. Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan untuk pendanaan perusahaan. Pada sisi yang lain, saham merupakan instrument investasi yang banyak dipilih para investor karena saham mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik.
Pada dasarnya, ada dua keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham:
Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai – artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham – atau dapat pula berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut.
Capital Gain
Capital Gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Misalnya Investor membeli saham ABC dengan harga per saham Rp 3.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 3.500 per saham yang berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk setiap saham yang dijualnya.
Struktur Pasar Modal
Struktur pasar modal Indonesia menurut undang-undang pasar modal no. 8 tahun 1995 dikelola oleh sebuah perusahaan swasta yang bernama PT. Bursa Efek Indonesia dan saham-sahamnya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan anggota bursa efek. Menteri Keuangan merupakan lembaga tertinggi yang berada dalam struktur pasar modal Indonesia. Untuk memudahkan pengawasannya, pemerintah membentuk sebuah lembaga yang diberi nama Badan Pengawas Pasar Modal yang dalam tugasnya antara lain melakukan pembinaan, pengawasan dan pengaturan sehari-hari pasar modal.
TEORI PROTOFOLIO DAN CAMP
TEORI PROTOFOLIO
Beberapa Konsep Dasar
Harry M. Markowitz mengembangkan suatu teori pada dekade 1950-an yang disebut dengan Teori Portofolio Markowitz. Teori Markowitz menggunakan beberapa pengukuran statistik dasar untuk mengembangkan suatu rencana portofolio, diantaranya expected return, standar deviasi baik sekuritas maupun portofolio, dan korelasi antar return. Teori ini memformulasikan keberadaan unsur return dan risiko dalam suatu investasi, dimana unsur risiko dapat diminimalisir melalui diversifikasi dan mengkombinasikan berbagai instrumen investasi kedalam portofolio. Pada tahun 1952 teori tersebut dipublikasi secara luas pada Journal of Finance.
Teori Portofolio Markowitz didasarkan atas pendekatan mean (ratarata) dan variance (varian), dimana mean merupakan pengukuran tingkat return dan varian merupakan pengukuran tingkat risiko. Teori Portofolio Markowitz ini disebut juga sebagai mean-Varian Model, yang menekankan pada usaha memaksimalkan ekspektasi return (mean) dan meminimumkan ketidakpastian/risiko (varian) untuk memilih dan menyusun portofolio optimal. Markowitz mengembangkan Index Model sebagai penyederhanaan dari Mean-Varian Model, yang berusaha untuk menjawab berbagai permasalahan dalam penyusunan portofolio, yaitu terdapatnya begitu banyak kombinasi aktiva berisiko yang dapat dipilih dan disusun menjadi suatu portofolio. Dari sekian banyak kombinasi yang mungkin dipilih, investor rasional pasti akan memilih portofolio optimal (efficient set).
Lingkup bahasan utama dalam teori Portofolio adalah bagaimana melakukan pemilihan portofolio dari sekian banyak aset, untuk memaksimalkan return yang diharapkan pada tingkat risiko tertentu yang bersedia ditanggung investor. Dengan kata lain, teori portofolio membahas bagaimana caranya membentuk portofolio yang optimal. Pembahasan tentang konsep – konsep dasar merupakan pembahasan sederhana yang mungkin bisa membantu dalam memahami pemahaman portofolio optimal. Ada tiga konsep yang perlu diketahui sebagai dasar untuk memahami pembentukan portofolio optimal, yaitu :
Portofolio efisien dan portofolio optimal
Fungsi utilitas dan kurva indeferen
Aset berisiko dan aset bebas risiko
Menentukan Portofolio Efisien
Portofolio yang efisien (efficient portfolio) didefinisikan sebagai portofolio yang memberikan return ekspektasi terbesar dengan resiko yang sudah tertentu atau memberikan resiko yang terkecil dengan return ekspektasi yang sudah tertentu. Portofolio yang efisien ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan resikonya atau menentukan tingkat resiko tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan memilih portofolio yang efisien ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau resiko portofolio.
Dua aktiva yang membentuk portofolio dapat berkorelasi antara lain :
Korelasi Positif Sempurna : Dua buah aktiva A dan B, yaitu = +1
Tidak Ada Korelasi Antara Sekuritas : Dua Aktiva A dan B, yaitu = 0
Korelasi Negatif Sempurna : Dua Buah Aktiva A dan B, yaitu = -1
Pemilihan Portofolio Optimal
Portofolio optimal merupakan pilihan dari berbagai sekuritas dari portofolio efisien. Portofolio yang optimal ini dapat ditentukan dengan memilih tingkat return ekspektasi tertentu dan kemudian meminimumkan risikonya, atau menentukan tingkat risiko yang tertentu dan kemudian memaksimumkan return ekspektasinya. Investor yang rasional akan memilih portofolio optimal ini karena merupakan portofolio yang dibentuk dengan mengoptimalkan satu dari dua dimensi, yaitu return ekspektasi atau risiko portofolio.Dalam memilih portofolio yang optimal ada beberapa pendekatan yaitu:
Portofolio optimal berdasarkan preferensi investor
Portofolio optimal berdasarkan preferensi investor mengasumsikan hanya didasarkan pada return ekspektasi dan risiko dari portofolio secara implisist yang menganggap bahwa investor mempunyai fungsi utility yang sama atau berada pada titik persinggungan utiliti investor dengan effiicient set. (Jogiyanto, 2000: 193)
Portofolio optimal berdasarkan model Markowitz
Dalam pendekatan ini pemilihan portofolio investor didasarkan pada preferensi mereka terhadap return yang diharapkan dan risiko masing-masing pilihan portofolio, kontribusi yang sangat pentinga bagi investor adalah bagaimana seharusnya melakukan deversifikasi secara optimal.
Portofolio Optimal Dengan Adanya Simpanan Dan Pinjaman Bebas Risiko.
Aktiva bebas risiko adalah aktiva yang mempunyai return ekspektasi tertentu dengan varian return (risiko) yang sama dengan nol, karena variannya sama dengan nol, maka kovarian antara bebas resiko juga sama dengan nol. Aktiva bebas risiko misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI), karena variannya (deviasi standar ) = 0 kovarian antara bebas aktiva bebas risiko dengan aktiva berisiko yang lainnya akan menjadi sama dengan nol sebagai berikut; (jogiyanto, 2000: 195)
BRi = BRi . BR . i
Dari pernyataan di atas, maka aset bebas risiko merupaka aset yang tingkat returnnya di masa depan sudah dapat dipastikan pada saat ini karena ditunjukkan oleh varians yang sama dengan nol.
Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Tunggal
Model indeks tunggal dapat digunakan sebagai alternatif dari model Markowitz untuk menentukan efficient set dengan perhitungan yang lebih sederhana. Model ini merupakan penyederhanaan dari model Markowitz. Model ini dikembangkan oleh William Sharpe (1963) yang disebut dengan (single-index model), yang dapat digunakan untuk menghitung return ekspektasi dan risiko portofolio.(Jogiyanto, 2000: 203)
Model indeks tunggal didasarka pada pengamatan bahwa harga dari suatu skuritas berfluktuasi searah dengan indeks harga pasar dan memepunyai reaksi yang sama terhadap suatu faktor atau indeks harga saham gabungan (IHSG), karena return dari suatu sekuritas dan return dari indeks pasar yang umum dapat ditulis sebagai berikut; (Halim, 2003: 78)
Ri = i +i . RM + ei
Ri= return sekuritas ke-i
i = nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap
return pasar
i= Beta yang merupakan koefisien yang mengukur perubahan Ri
akibat dari perubahan RM
RM= tingkat return dari indeks pasar, juga merupakan suatu variabel
Acak
ei = kesalahan residual yang merupakan variabel acak dengan nilai
ekspektasinya sama dengan nol atau E(ei) = 0
Model indeks tunggal membagi return dari suatu sekuritas ke dalam dua komponen yaitu;
Komponen return yang unik diwakili oleh alpha (i) yang independen terhadap return pasar.
Komponen return yang berhubungan dengan return pasar yang diwakili beta (i) dan RM Sehingga bentuk ekspektasi return dapat ditulis dengan persamaan;
E (Ri) = E ( i + i . RM + ei) atau
= E ( I) + E(i ) . E(RM) + E( eI)
Portofolio Optimal Berdasarkan Model Indeks Ganda
Model indeks ganda menganggap ada faktor lain selain IHSG yang dapat mempengaruhi terjadinya korelasi antar efek. dalam upaya mengestimasi ekspekted return, standar deviasi dan kovarian efek secara akurat model indeks ganda lebih berpotensi sebab actual return efek tidak hanya sensitif terhadap perubahan IHSG atau ada faktor lain yang mungkin mempengaruhi return efek, seperti tingkat bunga bebas risiko. (Halim, 2003: 82).
Untuk membentuk portofolio yang efisien, terdapat beberapa asumsi yang harus diperhatikan. Asumsi tersebut antara lain:
Perilaku Investor
Bahwa semua investor tidak menyukai risiko (risk averse). Investor yang dihadapkan pada dua pilihan yaitu investasi yang menawarkan keuntungan (return) yang sama dengan risiko yang berbeda, akan memilih investasi yang memiliki risiko yang lebih rendah.
Fungsi Utilitas dan Kurva Indeferen
Fungsi utilitas bisa diartikan sebagai fungsi matematis yang menunjukkan nilai dari semua alternatif pilihan yang ada. Semakin tinggi nilai suatu alternatif pilihan, semakin tinggi utilitas alternatif tersebut. Fungsi utilitas bisa digambarkan dalam bentuk grafik ;sebagai kurva indeferen.
Aset Berisiko dan Aset Bebas Risiko
Dalam berinvestasi, investor bisa memilih menginvestasikan dananya pada berbagai aset, baik aset yang berisiko maupun aset yang bebas risiko, ataupun kombinasi dari kedua aset tersebut. Pilihan investor atas aset–aset tersebut akan tergantung dari sejauh mana preferensi investor terhadap risiko. Semakin enggan seorang investor terhadap risiko, maka pilihan investasinya akan cenderung lebih banyak pada aset – aset yang bebas risiko.
Aset berisiko adalah aset–aset yang tingkat return aktualnya di masa depan masih mengandung ketidakpastian. Aset bebas risiko merupakan aset yang returnnya di masa depan sudah bisa dipastikan pada saat ini, dan ditunjukkan oleh varians return yang sama dengan nol. Salah satu contoh aset bebas risiko adalah obligasi jangka pendek yang diterbitkan pemerintah.
Memilih Kelas Aset yang Optimal
Pada dasarnya, manajemen portofolio terdiri dari tiga aktivitas utama, yaitu :
Pembuatan keputusan alokasi aset
Penentuan porsi dana yang akan diinvestasikan pada masing–masing kelas aset
Pemilihan aset–aset dari setiap kelas aset yang telah dipilih.
Investor Bisa Menginvestasikan dan Meminjam Dana Bebas Risiko
Menginvestasikan Dana Bebas Risiko
Dengan memasukkan return yang diharapkan dalam model Markowitz, maka permukaan efisien akan berubah membentuk garis lurus yang menghubungkan return yang diharapkan dan titik portofolio optimal yang dipilih investor. Jika investor menginvestasikan dananya pada aset bebas risiko, maka return yang diharapkan adalah sebesar Rf dengan risiko sebesar nol. Risiko portofolio bisa diketahui dengan menghitung besarnya standar deviasi portofolio.
Investor Bisa Meminjam Dana Bebas Risiko
Jika analisis terhadap model Markowitz diperluas dengan menambah asumsi bahwa investor bisa meminjam dana untuk meningkatkan kemampuannya berinvestasi, maka akan ditemukan garis permukaan efisien yang baru.
Dengan mencari tambahan dana yang berasal dari pinjaman, investor bisa menambah dana yang dimilkinya untuk diinvestasikan. Jika dana pinjaman tersebut digabungkan dengan dana yang dimiliki saat ini dan digunakan untuk investasi, investor akan mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan return diharapkan dari investasi yang lebih tinggi. Tentu saja sesuai dengan hubungan searah antara investasi dengan risiko, kita harus mempertimbangkan risiko yang meningkat seiring dengan peningkatan return yang diharapkan.
Memilih Portofolio Berdasarkan Preferensi Investor
Dalam memilih portofolio, investor akan mendasarkan pemilihannya pada preferensi terhadap return yang diharapkan dan risiko yang bersedia titanggung investor. Artinya, investor akan memilih titik portofolio yang terletak pada permukaan efisien yang menawarkan risiko yang sesuai dengan preferensinya terhadap risiko.Semakin konservatif seorang investor, semakin enggan dia menanggung risiko. Semakin agresif seorang investor, berarti semakin berani dia menanggung risiko sehingga pilihan portofolionya akan semakin mendekati portofolio pada aset berisiko. Protofoloi juga menggunakan teori kepuasan sehingga titik maksimum dimana resiko tidak bisa dikurangi lagi.
TEORI CAMP
a. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan sebuah model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan return yang diharapkan, model ini digunakan dalam penilaian harga sekuritas (A model that describes the relationship between risk and expected return and that is used in the pricing of risky securities).
Model CAPM diperkenalkan oleh Treynor, Sharpe dan Litner. Model CAPM merupakan pengembangan teori portofolio yang dikemukan oleh Markowitz dengan memperkenalkan istilah baru yaitu risiko sistematik (systematic risk) dan risiko spesifik/risiko tidak sistematik (spesific risk /unsystematic risk). Pada tahun 1990, William Sharpe memperoleh nobel ekonomi atas teori pembentukan harga aset keuangan yang kemudian disebut Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Bodie et al. (2005) menjelaskan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern.Capital Asset Pricing Model (CAPM) memberikan prediksi yang tepat antara hubungan risiko sebuah aset dan tingkat harapan pengembalian (expected return). Walaupun Capital Asset Pricing Model belum dapat dibuktikan secara empiris, Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital Asset Pricing Model akurasi yang cukup pada aplikasi penting.
Capital Asset Pricing Model mengasumsikan bahwa para investor adalah perencana pada suatu periode tunggal yang memiliki persepsi yang sama mengenai keadaan pasar dan mencari mean-variance dari portofolio yang optimal. Capital Asset Pricing Model juga mengasumsikan bahwa pasar saham yang ideal adalah pasar saham yang besar, dan para investor adalah para price-takers, tidak ada pajak maupun biaya transaksi, semua aset dapat diperdagangkan secara umum, dan para investor dapat meminjam maupun meminjamkan pada jumlah yang tidak terbatas pada tingkat suku bunga tetap yang tidak berisiko (fixed risk free rate). Dengan asumsi ini, semua investor memiliki portofolio yang risikonya identik.
Capital Asset Pricing Model menyatakan bahwa dalam keadaan ekuilibrium, portofolio pasar adalah tangensial dari rata-rata varians portofolio. Sehingga strategi yang efisien adalah passive strategy. Capital Asset Pricing Model berimplikasi bahwa premium risiko dari sembarang aset individu atau portofolio adalah hasil kali dari risk premium pada portofolio pasar dan koefisien beta.
b. Risiko dan Return
Keinginan utama dari investor adalah meminimalkan risiko dan meningkatkan perolehan (minimize risk and maximize return). Asumsi umum bahwa investor individu yang rasional adalah seorang yang tidak menyukai risiko (risk aversive), sehingga investasi yang berisiko harus dapat menawarkan tingkat perolehan yang tinggi (higher rates of return), oleh karena itu investor sangat membutuhkan informasi mengenai risiko dan pengembalian yang diinginkan.
Risiko investasi yang dihadapi oleh investor (Rose, Peter S., dan Marquis, Milton H. 2006. Money and Capital Markets, Ninth Edition, p 277-280):
Market Risk (risiko pasar), sering disebut juga sebagai interest rate risk, nilai investasi akan menjadi turun ketika suku bunga meningkat mengakibatkan pemilik investasi mengalami capital loss. Reinvestment risk, risiko yang disebabkan sebuah aset akan memiliki yield yang lebih sedikit pada beberapa waktu di masa yang akan datang.
Default risk. Risiko apabila penerbit aset gagal membayar bunga atau bahkan pokok aset.
Inflation risk. Risiko menurunya nilai riil aset karena inflasi.
Currency risk. Risiko menurunnya nilai aset karena penurunan nilai tukar mata uang yang dipakai oleh aset.
Political risk. Risiko menurunya nilai aset karena perubahan dalam peraturan atau hukum karena perubahan kebijakan pemerintah atau perubahan penguasa.
Suku bunga bank sentral tentunya masih berpotensi memiliki semua risiko, akan tetapi diasumsikan negara tidak mungkin gagal membayar (walaupun ada juga kemungkinannya), oleh karena itu biasanya return dari risk free aset (Rf) digunakan suku bunga bank sentral.
c. Persamaan CAPM
Persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) adalah : Text box : Rs = rf+Rp
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rp = Risk premium
Perubahan persamaan risiko dan perolehan (Equation Risk and Return) dengan memasukan faktor β dinyatakan sebagai: Text Box : Rs = Rf + βs (Rm –Rf)
Rs = Expected Return on a given risky security
Rf = Risk-free rate
Rm = Expected return on the stock market as a whole
βs = Stock's beta, yang dihitung berdasarkan waktu tertentu
d. Resiko Sistematis Dan Resiko Tidak Sistematis
Dalam teori portofolio modern telah diperkenalkan bahwa risiko investor toral dapat dipisakan menjadi dua reiko, atas dasar apakah suatu jenis resiko tertentu dapat dihilangkan dengan sistematis dan resiko tidak sistematis. Esiko sisematis atau dikenal dengan resiko pasar – beberapa penyebut menyebut sebagai resiko umum – merupakan resiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi dipasar recara keseluruhan. Perubahan asar tersebut akn mempengaruhi variabilitasretur suatu investasi. Dengan kata lain, resiko sistematis merupakan risiko yang tidak dapat didiversifikasi.
Sedangkan resiko yang tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik (resiko perusahaan), adalah risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan. Resiko perusahaan lebih terkait pada perubahan posisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Dalam manajemen portofolio disebutkan bahwa resiko perusahaan bisa diminimalkan dengan melakukan diversifikasi asset dalam suatu portofolio.
e. Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
Hubungan antara risiko dan return portofolio efisien akan menghasilkan garis pasar sekuritas modal (capital market line, CML), sementara hubungan antra risiko dan return sekuritas individual akan menghasilkan garis pasar sekuritas (security market line, CML).
Garis pasar modal menggambarkan hubungan antara return harapan dengan resiko total dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Berdasarkan Gambar 6.1 di atas, terlihat bahwa titik M merupakan titik persinggungan antara garis RF-L dengan kurva efficient frontier. Asumsinya, pada pasar yang seimbang semua investor akan berinvestasi pada portofolio M, karena porotofolio M merupakan portofolio aseet berisiko yang optimal. Selanjutnya jika kita tarik garis dari titik RF ke titik L dan menyinggung titik M, maka pilihan investor akan berada pada titik tertentu di sepanjang garis RF-M. Pilihan masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung dari kombinasi porsi dana yang akan diinvestasikan pada asset berisiko dan asset yang bebas resiko. Jika pilihan investor berada pada titik RF, berarti 100% dana investor akan diinvestasikan pada asset bebas risiko. Sebaliknya, jika pilihan investor berada pada titik M, berarti 100% dana investor diinvestasikan pada asset berisiko
Jika kurva efficient frontier dalam gambar 6.1. di atas kita hilangkan, dan hanya kita ambil titik M saja sebagai portofolio asset berisiko yang optimal, maka akan kita dapatkan garis RF-L, yang selanjutnya akan disebut sebagai garis CML.
Kemiringan (slope) CML pada gambar di atas, menunjukkan harga pasar risiko (market price of risk) untuk portofolio yang efisien atau harga keseimbangan return yang disyaratkan pasar untuk setiap 1% kenaikan risiko portofolio. Slope CML dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
E(RM) - RF = Slope CML
σM
f. Beta Portofolio
Beta sebuah portofolio dapat dihitung sepeti menghitung return harapan portofolio. Return harapan portofolio.
Garis Pasar Sekuritas
Garis pasar sekuritas atau security market line (SML) adalah garis yang menghubungkan tingkat retun harapan dari suatu sekuritas dengan risiko sistematis (beta). SML digunakan untuk menilai sekuritas secara individual pada kondisi pasar yang seimbang, yaitu menilai tingkat return yang diharapkan dari suatu sekuritas individual pada suatu tingkat risiko sistematis tertentu (beta). Sedangkan CML, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bisa dipakai untuk meniali tingkat return diharapkan dari suatu portofolio yang efisien, pada suatu tingkat risiko portofolio efisien tertentu (σP). Secara sistematis, hubungan tersebut bisa digambarkan persamaan berikut:
Ki = tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
= RF + βi [E(RM) – Rf]
Dalam hal ini :
Ki = tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) = return portofolio pasar yang diharapkan
βi = koefisien beta sekuritas i
RF = tingkat return bebas risiko
Dari rumus di atas kita dapat mengetahui besarnya premi risiko untuk sekuritas i (risk premium). Premium risiko sekuritas i dapat dihitung dengan mengalihkan beta sekuritas tersebut dengan premium risiko pasar (market risk premium). Sedangkan premium risiko pasar adalah selisi antara return harapan pada portofolio pasar E(RM) dengan tingkat return bebas risiko (RF).
Premi risiko sekuritas i = βi (market risk premium)
= βi (E(RM) – Rf)
g. Aplikasi CAPM
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Model yang dikembangkan CAPM menjelaskan bahwa tingkat return yang diharapkan adalah penjumlahan dari return aset bebas risiko dan premium risiko. Premium risiko dihitung dari beta dikalikan dengan premium risiko pasar yang diharapkan. Premium risiko pasar sendiri dihitung dari tingkat return pasar yang diharapkan dikurangi dengan tingkat return aset bebas risiko. Bentuk matematika CAPM.
Rf biasanya didekati dengan tingkat return suku bunga bank sentral, di Indonesia umumnya risk free aset didekati dengan tingkat return suku bunga Bank Indonesia. βs didekati dengan menghitung data time series saham dengan data return pasarnya.
Rm didapatkan dengan meramalkan return IHSG. Banyak mahasiswa yang bingung mendapatkan nilai Rm yang negatif, biasanya mereka menghitung IHSG dengan cara memprediksi historisnya yaitu dengan membandingkan return IHSG tahun x dengan return IHSG tahun x-1. Dari definisi CAPM bahwa Rm adalah tingkat return pasar yang diharapkan, bukan tingkat return pasar yang periode yang lalu. Untuk mendapatkan nilai Rm tentunya harus dapat memprediksi berapa tingkat return IHSG yang diharapkan. Salah satu cara memprediksi IHSG adalah dengan cara analisis faktor. Di sini anda harus melakukan studi empiris, anda harus menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi IHSG, kemudian membuat persamaan regresi dari IHSG dan faktor yang mempengaruhinya. Dan terakhir anda harus memprediksi nilai dari faktor yang mempengaruhi IHSG untuk x periode yang anda tentukan. Cara lainnya adalah menggunakan nilai IHSG dari hasil penelitian empiris dari peneliti lain.
h. Aplikasi Menghitung Rs
Suatu sekuritas x yang mempunyai Expected Return 0.27 (27% per tahun) dan nilai betanya 1.2, apakah sekuritas x ini layak di beli atau tidak?
Rs = Rf + βs (Rm – Rf)
Rf = misal SBI 1 bulan saat ini adalah 0.06 (6% per tahun)
Rm = misal return IHSG yang diharapkan saat ini adalah 0.26 (26% per tahun, didapatkan dengan cara memprediksi return) βs = 1.2 Sehingga
Rs = 0.06 + 1.2 (0.26 – 0.06)
Rs = 0.06 + 1.2 (0.2)
Rs = 0.06 + 0.24
Rs = 0.3 (30%)
i. Aplikasi Garis Pasar Modal (Capital Market Line)
Dalam kondisi pasar yang seimbang, terurn harapan pada portofolio pasar adalah 15% dengan deviasi standar sebesar 20%. Tingkat return bebas risiko sebesar 8%. Slope CML akan sebesar:
(0,15 – 0,08) : 0,20 = 0,35
Dengan demikian, slope CML sebesar 0,35 ini dapat diartikan bahwa setiap terjadi kenaikan 1% risiko portofolio, maka tambahan return yang disyaratkan oleh pasar 0,35%. Dengan mengetahui slope CML dan garis intersep (RF) tersebut, maka kita dapat membentuk persamaan CML tersebut menjadi :
E(RP) = RF + E(RM) - RF
σM
Dalam hal ini :
E(RM) = Tingkat return harapan untuk suatu portofolio yang efisien pada CML
RF = Tingkat return pada asset yang bebas yang risiko
E(RM) = Tingkat return portofolio pasar (M)
σM = Deviasi standar return pada portofolio pasar
σP = Deviasi standar portofolio efisien yang ditentukan
Garis Pasar Sekuritas
Ki = tingkat risiko asset bebas risiko + premi risiko
= RF + βi [E(RM) – Rf]
Dalam hal ini
Ki = tingkat return yang diserahkan investor pada sekuritas i
E(RM) = return portofolio pasar yang diharapkan
βi = koefisien beta sekuritas i
RF = tingkat return bebas risiko
j. Teori Penetapan Harga Arbitrasi
Salah satu alternatif teori model keseimbangan selain CAPM adalah Arbitrage Pricing Theory (APT). Seperti halnya CAPM, APT menggambarkan hubungan antara risiko dan return, tetapi dengan menggunakan asumsi dan prosedur yang berbeda. Estiasi return harapan dari suatu sekuritas dengan menggunakan APT, tidak terlalu dipengaruhi portofolio pasar seperti hanya dalam CAPM. Pada CAPM, portofolio pasar sangat berpengaruh karena diasumsikan bahwa risiko yang relevan adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta (enunjukan sensivitas return sekuritas terhadap perubahan return pasar). Sedangkan pada APT, return sekuritas tidak hanya dipengaruhi oleh portofolio pasar karena adanya asumsi bahwa return harapan dari suatu sekuritas bisa dipengaruhi oleh beberapa sumber risiko lainnya.
k. Resiko sistematis dan tidak sistimatis
Bagian keuntungan yang tidak terantisipasi yang berasal dari surprise, merupakan resiko yang dihadapi oleh para pemodal. Meskipun demikian sumber resiko tersebut dapat berasal dari faktor yang mempengaruhi semua atau banyak perusahaan, tetapi ada pula yang spesifik perusahaan tertentu. Dengan demikian sumber resiko dapat dibagi dua koleompok yaitu :
Systematic risk, yang merupakan resiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan.
Unsystematic risk, yang merupakan resiko yang mempengaruhi satu (sekelompok kecil ) perusahaan.
Formulanya adalah :
R = E ( R ) + U
= E ( R ) + m + ε
dimana : m = resiko sistematis
ε = resiko tidak sistematis
Resiko tidak sistematis dari perusahaan A tidak berkorelasi dengan resiko tidak sistematis dari perusahaan B maka korelasi (εA , εB ) = 0
REKSA DANA TERBUKA DAN TERTUTUP
A. Pengertian Reksa Dana
Reksa dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat yang berminat melakukan investasi di pasar modal. Dana masyarakat yang telah terkumpul diinvestasikan dalam bentuk Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Lembaga reksa dana adalah emiten (penerbit) unit-unit sertifikat saham yang kegiatan utamanya adalah melakukan investasi dalam efek, investasi kembali atau perdagangan efek di bursa efek (Keputusan Menteri Keuangan No. 1548/KMK 013/1990).
Di Indonesia dipakai istilah reksa dana. Reksa yang berarti menjaga atau penjaga. Menjaga di sini dalam arti dana itu harus aman dan memberikan penghasilan. Pada umumnya reksa dana mengumpulkan dana dari investor dengan jalan menerbitkan sekuritas, dan sekuritas ini yang dibeli investor. Dana yang terkumpul diinvestasikan ke dalam berbagai sekuritas di pasar modal. Oleh karena itulah, reksa dana disebut juga manajer investasi yang merupakan penghubung bagi investor individual untuk melakukan investasi. Manajer investasi adalah orang atau perusahaan investasi agar investasi dapat dikelola secara profesional dan dalam skala ekonomi yang luas.
Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): "Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi."
Dari definisi di atas, terdapat tiga unsur penting dalam pengertian Reksadana yaitu:
Reksadana merupakan kumpulan dana dan pemilik (investor).
Diinvestasikan pada efek yang dikenal dengan instrumen investasi.
Reksadana tersebut dikelola oleh manajer investasi.
Reksadana tersebut merupakan instrumen jangka menengah dan panjang.
B. Pengelolaan dan Karakteristik Reksa Dana
1. Pengelolaan Reksa Dana
Terdapat dua pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan reksa dana. Pertama adalah Manajer Investasi. Manajer Investasi merupakan pihak yang berperan penting dalam kegiatan investasi reksa dana. Manajer Investasi yang dimaksud adalah sebuah perusahaan yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek milik investor.
Manajer Investasi harus memiiliki ijin dari Bapepam dengan memenuhi syarat syarat yang diajukan. Salah satunya adalah paling tidak ada seorang direksi dan seorang staf perusahaan yang telah mendapat ijin perorangan sebagai Wakil Manajer Investasi yang baru diperoleh setelah calon Wakil Manajer Investai tersebut mengikuti ujian yang diadakan oleh Asosiasi Standar Profesi Pasar Modal.
Pengelola reksa dana berikutnya adalah Bank Kustodian. Bank Kustodian merupakan salah satu fungsi yang dimiliki oleh Bank Umum sebagai tempat penyimpanan kekayaan serta administrator reksa dana, yang meliputi penyelesaian transaksi dengan broker ataubank, registrasi dan pendaftaran efek, dan sebagainya, yang telah mendapat persetujuan dari Bapepam dan tidak diperbolehkan terafiliasi dengan manajer investasi, artinya tidak boleh ada hubungan istimewa antara Bank Kustodian dengan Manajer Investasi seperti yang dimaksud dalam pasal 25 ayat (2) Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995.
2. Karakteristik Reksa Dana
Ada dua macam karakteristik reksa dana, yaitu reksa dana tertutup dan reksa dana terbuka. Reksa dana bersifat tertutup (Close-end Invesment Fund) jika perusahaan emiten atau penerbit unit sertifikat reksa dana tidak melakukan pembelian kembali unit-unit saham yang telah dijual kepada para investor. Unit-unit sertifikat reksa dana close-end dicatatkan di bursa efek menurut prosedur emisi efek yang biasa. Investor akan memperoleh penghasilan jika terjadi kenaikan nilai unit sertifikat dananya dalam bentuk capital gain, yaitu jika harga unit di bursa efek yang mencatat unit tersebut naik dibandingkan dengan harga pada saat emis perdana.
Reksa dana terbuka T1 selalu siap menjual saham-saham baru kepada masyarakat dan siap setiap waktu membeli kembali sahamnya yang beredar pada harga yang sesuai dengan proporsi nilai dari portofolionya, yang dihitung pada setiap penutupan pasar setiap hari. Reksa dana terbuka T1 (open-end fund) yang telah lama dikenal di Indonesia adalah sertifikat PT Danareksa baik sertifikat sistem back to back (diterbitkan setara dengan satu jenis saham asli yang mendukungnya) atau unit sertifikat dana.
C. Bentuk dan Jenis Reksa Dana
1. Bentuk Reksa Dana
Berdasarkan Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasal 18, ayat (1), bentuk hukum Reksadana di Indonesia ada dua, yakni Reksadana berbentuk PerseroanTerbatas (PT. Reksa Dana) dan Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK
a. Reksa Dana berbentuk Perseroan (Investemet companies)
Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Reksa dana berbentuk perseroan dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi dua yaitu reksa dana terbuka (open end foud) dan reksa dana tertutup (close end foud). Adapun ciri dari reksa dana bentuk perseroan ini adalah :
Badan hukum terbentuk PT
Pengelolaan kekayaan Reksa Dana didasarkan pada kontrak antara direksi perusahaan dengan manajer investasi yang ditunjuk.
Penyimpanan kekayaan reksa dana didasarkan pada kontrak antara manajer investasi dengan bank kustodian.
b. Kontrak Investasi Kolektif (Unit Investement Trust)
Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai Investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio efek dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi.
Karakteristik dari reksa danan kontrak investasi kolektif adalah :
Menjual unit penyertaan secara terus menerus sepanjang ada investor yang membeli.
Unit penyertaan tidak tercatat di bursa.
Investor dapat menjual kembali unit penyertaan yang dimilikinya kepada manajer investasi (MI) yang mengelola.
Hasil penjualan atau pembayaran pembelian kembali unit penyertaan akan dibebankan pada kekayaan reksa dana.
Harga jual/beli unit penyertaan didasarkan pada nilai aktiva bersih (NAB) perunit dihitung oleh bank kustondian secara harian.
PENILAIAN KINERJA PORTOFOLIO
Penilaian Kinerja Portofolio
Penilaian kinerja portofolio saham dapat dilakukan dengan mempertimbangkan variabel return saja atau melibatkan variabel risiko. Tandelilin (2001:198) menyebutkan bahwa ada tiga ukuran yang dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan risk adjusted return, yaitu Dua cara yang bisa dilakukan dalam penilaian kinerja portofolio adalah :
1. Perbandingan Langsung
Salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkannya dengan portofolio lain yang mempunyai resiko kurang lebih sama. Suatu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai resiko yang lebih tinggi.
2. Menggunakan Ukuran Kinerja tertentu
Ada empat parameter yang bisa dipergunakan sebagai ukuran kinerja portofolio. Parameter-parameter tersebut dikaitkan dengan, baik resiko total maupun resiko sistematis. Paramater-parameter tersebut adalah :
a. Excess return to variability measure.
Sewaktu menggambarkan kombinasi dari berbagai portofolio yang efisisen tetapi berisiko, akan memperoleh kurva melengkung. Kalau kita hitung rasio excess return terhadap deviasi standart maka rasio yang kita hitung tersebut tidak lain adalah kemiringan garis yang menghubungkan portofolio yang beresiko denagn RF. Kemiringan ini bisa dinyatakan sebagai [E(RP) – RF]/σP dan ukuran ini disebut Sharpe Measure (ukuran sharpe).
Karena semakin besar kemiringan garis tersebut berarti semakin menarik portofolio yang membentuk garis lurus tersebut, maka semakin besar ratio excess return terhadap deviasi standar, makin menarik portofolio tersebut.
b.Excess return to beta ratio.
Perhitungan untuk menentukan portofolio optimal akan sangat dimudahkan jika hanya didasarkan pada sebuah angka yang dapat menentukan apakah suatu sekuritas dimasukkan ke dalam portofolio optimal. Angka tersebut adalah rasio antara ekses return dengan beta (excess return to beta ratio).
Rasio ini adalah : ERBi = E(Ri) – RBR
βi
Notasi :
ERBi = Excess return to beta sekuritas ke –i
E(Ri) = Return ekspektasi berdasarkan model indeks tunggal untuk sekuritas ke –i
RBR = Return Aktiva bebas resiko
βi = Beta sekuritas ke-i
Portofolio dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aset yang dimiliki untuk tujuan ekonomis tertentu. Konsep dasar yang dinyatakan dalam portofolio adalah bagaimana investor mengalokasikan sejumlah dana tertentu pada berbagai jenis investasi yang akan menghasilkan keuntungan yang optimal. ( Harold , 1998 )
Pertimbangan utama bagi pemilik dana ( investor ) di dalam mengoptimalkan keputusan investasi adalah memaksimumkan tingkat imbal hasil (return) invesatasi pada risiko ( risk ) tertentu. Pembuatan kerangka keputusan investasi sangat menentukan keberhasilan seorang investor di dalam mengoptimalkan tingkat imbal hasil investasi sekaligus mengurangi risiko yang dihadapi menjadi sekecil mungkin ( Markowitz, 1952 ).
Salah satu aspek kunci di dalam proses keputusan investasi adalah dengan memperhatikan ukuran kinerja portofolio. Hal ini penting karena instrumen tersebut dapat memberikan informasi yang diperlukan bagi investor untuk menilai seberapa efektif dana yang mereka telah investasikan ( atau dapat diinvestasikan ).
Pengukuran kinerja portofolio menjadi sangat penting karena selama ini kebanyakan investor hanya mendasarkan keberhasilan portofolio mereka pada hasil tingkat imbal hasil ( return), tanpa memperhatikan risiko yang mereka ambil untuk mendapatkan tingkat return tersebut. Tanpa mengevaluasi hasil risiko yang disesuaikan, seorang investor kemungkinan besar tidak akan melihat seluruh gambaran investasi, yang mungkin secara tidak sengaja menyebabkan keputusan investasi yang suram.
Menilai Kinerja Portofolio
Terdapat 3 (tiga) set perangkat pengukuran yang telah memperhatikan faktor risiko yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi kinerja portofolio.
1. Indeks Treynor
Pengukuran kinerja portofolio ini dikembangkan oleh Jack L Treynor, yang juga merupakan orang pertama yang menyediakan pengukur komposit kinerja portofolio yang memperhitungkan tingkat risiko. Tujuan Treynor adalah untuk menemukan ukuran kinerja yang dapat diaplikasikan kepada seluruh investor dengan tidak mempedulikan preferensi risiko personal. Ia juga menyarankan bahwa ada komponen risiko, yaitu risiko yang dihasilkan dari fluktuasi di pasar dan risiko yang muncul dari fluktuasi sekuritas individual.
Treynor memperkenalkan konsep garis pasar sekuritas yang mendefinisikan hubungan antara hasil portofolio dan tingkat hasil pasar, dimana kemiringan garis mengukur volatilitas relatif antara portofolio dan pasar (yang diwakili dengan beta). Koefisien beta secara sederhana mengukur volatilitas saham, portofolio atau pasar itu sendiri. Semakin besar kemiringan garis maka semakin baik tradeoff risiko – hasil. Pengukuran kinerja menggunakan indeks Treynor sering disebut dengan reward to volatility ratio. Rumus yang dipakai : Tp = Rp – Rf
βp
Keterangan:
Tp = indeks Treynor
Rp= return rata-rata portofolio selama jangka waktu pengukuran
f R = return rata-rata aset bebas risiko selama jangka waktu pengukuran
βp = risiko sistematik dari portofolio selama jangka waktu pengukuran
Karena pengukuran menggunakan indeks Treynor ini hanya memperhitungkan risiko sistematik (yang dapat diukur menggunakan beta), maka diasumsikan bahwa investor sudah mempunyai portofolio yang terdiversifikasi. Oleh karena itu, risiko tidak sistematik (atau risiko yang dapat didiversifikasi) tidaklah dipertimbangkan. Akibatnya, pengukuran kinerja ini sebaiknya hanya digunakan oleh investor yang memiliki portofolio yang telah terdiversifikasi,
2. Indeks Sharpe
Pengukuran ini diperkenalkan oleh Bill Sharpe dan terkait erat dengan model penetapan harga aset modal (capital asset pricing model/CAPM). Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar modal ( Capital Market Line – CML ) sebagai patokan.
Indeks Sharpe diukur dengan cara membandingkan antara premi risiko portofolio dengan risiko portofolio yang dinyatakan dengan standar deviasi. Rumus yang dipakai untuk menghitung Indeks Sharpe adalah :
Ŝp = Rp – Rf
σ TR
Keterangan:
p Sˆ = indeks Sharpe
Rp= return rata-rata portofolioselama jangka waktu pengukuran
Rf= return rata-rata aset bebas risiko selama jangka waktu pengukuran
σTR = standar deviasi portofolio selama jangka waktu pengukuran
Indeks Sharpe mengevaluasi portofolio manajer berdasarkan tingkat imbal hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti mempertimbangkan risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar devisiasi pada denominatornya). Oleh karena itu, indeks Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio. Pengukuran kinerja portofolio menggunakan indeks Sharpe sering disebut dengan reward to variability ratio
3. Indeks Jensen
Dinamakan sesuai pembuatnya, Michael C. Jensen, pengukuran Jensen memperhitungkan kelebihan hasil (excess return) yang diperoleh sebuah portofolio melebihi hasil yang diharapkan.
Indeks Jensen menunjukkan perbedaan antara tingkat return aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut berada pada garis pasar modal.
Rumus yang dipakai : Ĵp – Rf = αp + [ Rf + (Rm – Rf ) βp]
Keterangan:
Ĵp = return portofolio selama jangka waktu pengukuran t /indeks Jensen
Αp = exess performance portofolio selama jangka waktu pengukuran
Rf = return bebas risiko salama jangka waktu pengukuran
Rm = return pasar selama jangka waktu pengukuran
βp = Risiko sistemaik selama jangka waktu pengukuran
Pengukuran Jensen membutuhkan penggunaan tingkat hasil bebas risiko yang berbeda untuk masing-masing interval waktu yang dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan (seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa) masing-masing tingkat hasil dan risiko sekuritas (atau portofolio) akan bervariasi sesuai periode waktu. Pengukuran Jensen akan memberikan hasil terbaik jika diaplikasikan pada portofolio yang telah terdiversifikasi seperti reksa dana.
SEJARAH PASAR MODAL DI INDONESIA DAN PORTOFOLIO
Sejarah Awal Pasar Modal
Pasar modal menjadi sesuatu yang menggemparkan, karena investasi di bursa efek berkembang sangat pesat. Banyak perusahaan antri untk dapat masuk bursa. Parainvestor domestic juga ramai-ramai ikut bermain di bursa saham. Selama tahun 1989 tercatat ada 37 perusahaan go public dan sahamnya tercatat (listed) di Bursa Efek Jakarta. Sedemikian banyaknya perusahaan yang mencari dana melalui pasar modal, sehingga masyarakat luas pun berbondong-bondong untuk menjadi investor. Perkembangan ini berlanjut dengan swasatanisasi bursa, yakni berdirinya PT. Bursa Efek Surabaya, serta pada tanggal 13 Juli 1992 berdiri Bursa Efek Jakarta yang menggantikan peran Bapepam sebagai pelaksana bursa.
Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Vereneging Voor dan Effectenhandel pada tahun 1989. transaksi efek telah berlangsung sejak tahun 1880 namun dilakukan tanpa organisasi resmi sehingga catatan tentang transaksi tersebut tidak lengkap. Pada tahun 1878 terbentuk perusahaan untuk perdagangan komunitas dan sekuritas, yaitu Dunlop & Koff, cikal bakal PT Perdanas.
Tahun 1892, perusahaan perkebunan Cultuur Maatschappid Goalpara di Batavia mengeluarkan prospectus Penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden persaham. Empat tahun berikutnya (1896), harian Het Centrum dari Djoejacarta juga mengeluarkan prospectus penjualan saham senilai 105 ribu gulden dengan harga pedana 100 gulden per saham. Tetapi, tidak ada keterangan apakah saham tersebut diperjualbeliakn. Menurut perkiraan, yang diperjualbelikan adalah saham yang listing di bursa Amsterdam tetapi investornya berada di Batavia, Surabaya dan Semarang. Dapat diaktakan bahwa ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia. Atas dasar itulah maka pemerintahan kolonial waktu itu mendirikan pasar modal. Setelah mengadakan persiapan, maka akhirnya berdiri secara resmi pasar modal di Indonesia yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14 Desember 1912 dan bernama Vereniging voor de Effectenhandel (bursa efek) dan langsung memulai perdagangan.
Pada saat awal terdapat 13 anggota bursa yang aktif (makelar) yaitu : Fa. Dunlop & Kolf; Fa. Gijselman & Steup; Fa. Monod & Co.; Fa. Adree Witansi & Co.; Fa. A.W. Deeleman; Fa. H. Jul Joostensz; Fa. Jeannette Walen; Fa. Wiekert & V.D. Linden; Fa. Walbrink & Co; Wieckert & V.D. Linden; Fa. Vermeys & Co; Fa. Cruyff dan Fa. Gebroeders.
Sedangkan Efek yang diperjual-belikan adalah saham dan obligasi perusahaan/perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia, obligasi yang diterbitkan Pemerintah (propinsi dan kotapraja), sertifikat saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor administrasi di negeri Belanda serta efek perusahaan Belanda lainnya. Perkembangan pasar modal di Batavia tersebut begitu pesat sehingga menarik masyarakat kota lainnya. Untuk menampung minat tersebut, pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya dan 1 Agustus 1925 di Semarang resmi didirikan bursa.
Anggota bursa di Surabaya waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. V. Van Velsen, Fa. Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu adalah : Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien & Co, serta Fa. P.H. Soeters & Co.
Periode Permulaan Sejarah Pasar Modal
Sekitar awal abad ke-19 pemerintah colonial mulai membangun perkebunan secara besar-besaran di Indonesia. Sebagai salah satu sumber dana adalah dari para penabung yang telah dikerahkan sebaik-baiknya. Para penabung tersebut terdiri dari orang Belanda dan Eropa lainnya yang penghasilannya sangat jauh lebih tinggi dari pengghasilan penduduk pribumi.
Periode menggembirakan ini tidak berlangsung lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi tahun 1929 dan pecahnya Perang DuniaII (PD II). Keadaan yang semakin memburuk membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup terlebih dahulu. Kemudian pada 10 Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Selanjutnya baru pada tanggal 31 Juni 1952, Bursa Efek Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE (Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek ) yang beranggotakan bank Negara, bank swasta dan para pialang efek dengan Bank Indonesia sebagai penasihat. Pada tanggal 26 September 1952 dikeluarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 1952 sebagaiUndang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa.
Dari regulasi yang dikeluarkan periode ini mempunyai cirri khas yakni diberikannya kewenangan yang cukup besar dan luas kepada Bapepam selaku badan pengawas . Amanat yang diberikan dalam UU Pasar Modal secara tegas menyebutkan bahwa Bapepam dapat melakukan penyelidikan, pemeriksaan, dan penyidikan jika terjadi kejahatan di pasar modal.
Kebijaksanaan Sektor Pasar Modal
Baru pada Orde Baru kebijakan ekonomi tidak lagi melancarkan konfrontasi terhadap modal asing. Pemerintah lebih terbuka terhadap modal luar negeri guna pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim menyatakan bahwa benih dari PM di Indonesia sebenarnya sudah ditanam pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976 mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep-25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur Bank Sentral.Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas untuk membentuk kembali PU dan PM. Selain sebagai pembantu menteri keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola bursa efek.
Beberapa hal yang dilakukan adalah pertama, pada tanggal 10 Agustus 1977 mengeluarkan keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 tentang pendirian Pasar Modal, membentuk Badan Pembina Pasar Modal. Yang kedua ialah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1976 tentang penetapan PT Danareksa sebagai BUMN pertama yang melakukan go public dengan penyertaan modal Negara Republik Indonesia sebanyak Rp. 50 Miliar. Yang ketiga adalah memberikan keringanan perpajakan kepada perusahaan yang go public dan kepadapembeli saham atau bukti penyertaan modal.
Perkembangan Pasar Modal
Perkembangan pasar modal selama 1977 s/d 1987 mengalami kelesuan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu disebabkan oleh beberapa masalah antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga saham dan lain sebagainya. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang dicatat dalam saham BEJ.
Baru setelah pemerintah melakukan deregulasi pada periode awal 1987, gairah di pasar modal kembali meningkat. Deregulasi yang pada intinya adalah melakukan penyederhanaan dan merangsang minat perusahaan untuk masuk ke bursa serta menyediakan kemudahan-kemudahan bagi investor. Kebijakan ini dikenal dengan tiga paket yakni Paket Kebijaksanaan Desember 1987, Paket Kebijaksanaan Oktober 1988, dan Paket Kebijaksanaan Desember 1988.
Paket kebijaksanaan Desember 1987 atau yang lebih dengan Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi, dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek maksimal 49% dari total emisi. Kebijakan ini juga mengahpus batasan fluktuasi harga saham di bursa efek dan memperkenalkan bursa parallel. Sebagi pilihan bagi emiten yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
Kemudian Paket Kebijakssanaan Oktober 1988 atau disingkat Pakto 88 ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3L (Legal, Lending, Limit), dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini berdampak positif terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
Yang ketiga adalah paket kebijaksanaan Desember 1988 atau Pakdes 88 yang pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Hal ini memudahkan investor yang berada di laur Jakarta.
Akibat Investor Terhadap Pasar Modal
Akibat dari perubahan yang menggembirakan ini adalah semakin tumbuhnya rasa kepercayaan investor terhadap keberadaaan pasar modal Indonesia.hal ini ditindaklanjuti oleh pemerintah dengan mengeluarkan peraturan berupa Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 1996. Undang-undang ini dilengkapi dengan peraturan organiknya, yakni Peraturan pemerintah No. 45 Tahun 1995 tentang penyelenggara Kegiatan di Bidang Pasar Modal, serta Peraturan Pemerintahb No. 46 Tahun 1995 tentang Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Pasar Modal.
Pada tanggal 22 Mei 1995, mulai diberlakukan system JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu system perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-match-kan antara harga jual dan beli saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan menggunakan "papan tulis" sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham. Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa warkat (bukti fisik kepemilikan saham). Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini menggunakan system Remote Trading, yaitu system perdagangan jarak jauh.
Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange (IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki bursa efek : BES dan BEJ. Pada tahun 2007 terjadipenggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Dan pada tanggal 2 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia yaitu JATS-NextG.
SEJARAH LAHIRNYA TEORI PORTOFOLIO
Teori Portofolio (portfolio) lahir dari seseorang yang bernama Henry Markowitz. Dasar pemikiran dibentuknya portofolio seperti yang dikatakan Markowitz yaitu: "do not put all eggs in one basket" (janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang), karena jika keranjang tersebut jatuh, maka semua telur yang ada dalam keranjang tersebut akan pecah. Begitu pula dengan investasi yang dilakukan, jangan menanamkan seluruh dana dalam satu bentuk investasi, karena ketika investasi tersebut gagal, maka seluruh dana yang tertanam kemungkinan tidak akan kembali. Teori portofolio yang diperkenalkan oleh Markowitz (yang di kalangan ahli manajemen keuangan disebut sebagai the father of modern portfolio theory) ini telah mengajarkan konsep diversifikasi portofolio secara kuantitatif.
Charnley (1965 : 22.30) mengungkapkan kunci standardisasi bahasa penulisan yang memakai pendekatan ketepatan pelaporan faktualisasi peristiwa, yaitu akurat, seimbang, obyektif, jelas dan singkat serta mengandung waktu kekinian. Hal-hal ini merupakan tolok ukur dari Capital Asset Pricing Model yang dibangun dengan menggunakan pendekatan. Pertama, kita menganggap semacam memaksimalkan perilaku investor dalam pasar; maka dengan menyelidiki kondisi kesetimbangan dimana pasar tersebut akan terlihat jelas.
Sejak Markowitz telah memberikan model dalam memaksimalkan perilaku yang diperlukan, maka tidak mengherankan bahwa Sharpe tidak sendirian dalam mengeksplorasi implikasi untuk keseimbangan pasar,. Beberapa tahun 1963 Sharpe menerima makalah yang tidak dipublikasikan dari Jack Treynor berisi kesimpulan agak mirip. Pada tahun 1965, John Lintner menerbitkan makalah penting dengan hasil yang sangat mirip,. Kemudian Jan Mossin menerbitkan sebuah versi yang diperoleh hubungan yang sama dalam suatu pengaturan yang lebih umum.
C. TEORI PORTOFOLIO MODERN
Tahun 1952 merupakan tahun yang sangat bermakna untuk para investor. Pada tahun tersebut, lahir pemikiran yang dipandang sebagai revolusi perilaku investor. Perilaku rasional dalam berinvestasi yang dikemukakan oleh Harry Markowitz[5].
Asas pendekatan Markowitz memakai variable keuntungan sebagai proyeksi risiko investasi. Sepertisaham X diharapkan menghasilkan 12% plus minus 4%, dan saham Y memberikan harapan 12% plus minus 6%. Maka, saham X dianggap lebih berisiko dibandingkan saham Y pada profit yang sama sebesar 12%. Dengan demikian, saham X menjadi pilihan terbaik investor. Risiko dibentuk Markowitz berbasis varians. Pembentukan portfolio pun terjadi jika risiko investor telah ditetapkan. Portfolio tersebut, ada beralaskan empat kenyataan.
Pertama, keuntungan yang diharapkan dan risiko merupakan ciri relevan portfolio investasi.
Kedua, investor yang rasional akan memilih portfolio efisien.
Ketiga, secara teoritis terdapat peluang memperoleh portfolio yang berkesan dengan menganalisis setiap sekuritas berbasis profit harapan, varians profit, dan koefisien korelasi antar profit tiap sekuritas dalam portfolio.
Keempat adalah dapat dikembangkannya program komputer yang saat ini memang ada untuk menunjukan eficient frontier.
Portfolio Markowitz dalam keberadaannya mempunyai kelemahan yang mencakup: keperluan input data yang banyak, menggunakan data lampau, tidak menyatakan jangka waktu berlaku perhitungan dibuat, dan perhatian seksama tidak begitu saintifik dari karena masih mempergunakan pengalaman seorang manajer portfolio.
Teori portofolio modern (MPT) adalah formulasi matematika dari konsep diversifikasi dalam berinvestasi, dengan tujuan memilih koleksi aset investasi yang telah menurunkan resiko aset kolektif daripada individu. Bahwa ini mungkin dapat dilihat secara intuitif karena berbagai jenis aset sering perubahan nilai dengan cara yang berlawanan..Misalnya, ketika harga di pasar saham jatuh, harga di pasar obligasi sering meningkatkan, dan sebaliknya. Kumpulan kedua jenis aset sehingga dapat memiliki risiko secara keseluruhan lebih rendah daripada secara individu. Tetapi diversifikasi menurunkan resiko bahkan jika kembali aset tidak berkorelasi negatif-sungguh, bahkan jika mereka berkorelasi positif.
Lebih teknis yang terlihat pada gambar 1, teori portofolio modern, model aset kita kembali sebagai terdistribusi secara normal (atau lebih umum sebagai eliptik didistribusikan variabel acak ), mendefinisikan risiko sebagai standar deviasi return, dan model portofolio sebagai kombinasi tertimbang aktiva, supaya pengembalian portofolio adalah kombinasi tertimbang mengembalikan aset. Dengan menggabungkan aset pengembalian yang berbeda yang tidak sempurna positif berkorelasi , MPT berusaha untuk mengurangi total varians dari return portofolio. MPT juga mengasumsikan bahwa investor rasional dan pasar yang efisien .
MPT yang dikembangkan pada tahun 1950 melalui awal 1970-an dan dianggap sebagai kemajuan penting dalam pemodelan matematika keuangan. Sejak itu, praktis banyak teoritis dan kritik telah dilontarkan terhadap itu. Ini termasuk fakta bahwa pengembalian keuangan tidak mengikuti distribusi Gaussian atau bahkan setiap distribusi simetris, dan bahwa korelasi antara kelas aktiva tidak tetap tetapi dapat bervariasi tergantung pada peristiwa eksternal (terutama dalam krisis).