MAKALAH TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL
ERIK ERIKSON
Disusun untuk memenuhi tugas kuliah Pendidikan Anak Usia Dini
Disusun Oleh:
Annisa Cipto 1310324
Umi Layyina 13103241047
Uswatun Khasanah 1310324
PENDIIDKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dasar teori Erikson dimulai dari aspek ketidak-sadaran dan pra-sadar
yang terlihat dalam cara anak-anak berkomunikasi melalui bahasa dan dalam
tingkah laku bermain. Karena Erikson mengarahkan perhatiannya terhadap
kelompok dan kebudayaan yang mnegelilinginya, ia menerapkan Psikoanalisa
pada pengetahuan-pengetahuan social.
Dalam mengemukakan konsepnya mengenai perkembangan, Erikson
membandingkan dengan perkembangan-perkembangan evolusi-filogenetik.
Perkembangan manusia merupakan pengulangan perkembangan evolusi-
filogenetik yang memiliki dasar-dasar biologis, misalnya pada masa bayi
mulut adalah alat satu-satunya untuk memasukan segala sesuatu dari luar,
pada tingkat-tingkat pertama. Erikson menekankan kemampuan kreatif dan
penyesuaian pada setiap individu dan menghargai kekhususan kemampuan yang
dimiliki secara perorangan untuk mengatur kehidupannya. Erikson melihat
semua manusia ketika dilahirkan mempunyai potensi untuk menjadi baik atau
menjadi buruk. Perhatiannya terhadap sifat-sifat perorangan ini yang
terlihat pada setiap masa perkembangan menjadi dasar konsepnya mengenai :
prinsip-epigenesis.
Dalam perkembangan anak, Erikson juga menekankan pentingnya tahun-
tahun pertama kehidupan anak sebagai tahun pembentukan dasar-dasar
kepribadiannya dikemudian hari. Kehidupan emosi dan kualitas hubungan-
hubungan perorangan menjadi landasan yang penting untuk memberi bentuk
terhadap perkembangan kepribadian selanjutnya. Perkembangan ego lebih
penting daripada fungsi-fungsi lain, dan dalam perkembangan ego ini
pengaruh-pengaruh lingkungan social besar sekali. Pada waktu anak
memasuki tahapan perkembangan baru ia dihadpkan dengan tantangan yang
timbul dari lingkungannya, agar ego-nya mampu menyesuaikan diri. Dengan
demikian pada setiap meningkat ke tahapan perkembangan baru, ia
menghadapi krisis emosi.
Jika ego dapat mengatasi krisis ini, maka perkembangan ego yang
matang (healthy ego development) akan terjadi, dan ia bisa menyesuaikan
diri dengan baik pada lingkungan social atau masyarakatnya. Proses-proses
kematangan berhubungan dengan waktu-waktu yang ada pada setiap tahap
perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapt ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah perkembangan pada setiap tahapan perkembangan menurut
Erikson?
2. Bagaimana peran tahapan perkembangan bagi perkembangan seseorang?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tahapan perkembangan menurut Erikson.
2. Menjelaskan peran tahapan perkembangan baagi seseorang.
BAB II
PEMBAHASAN
Teori erikson (dalam Rita dkk., :2013) dijabarkan dalam dua sisi yakni
tahap perkembangan social dan penekanan terhadap pekembangan anak. Berikut
penjelasan lebih lanjut.
1. Tahap perkembangan psikososial
Teori erikson adalah penganut teori psikodinamika atau psikoanalisis
Freud, namun ia memberikan perluasan dengan menghubungkan antara gejala
psikis dan sisi edukasi. Menurut Freud masyarakat sangat memberikan
pengaruh terhadap perkembangan individu, dimulai dari aturan budaya yang
ada dalam masyarakat hingga pola asuh orang tua.
Dalam tahapan psikoanalisis ada dua hal yang menjadi perhatian untuk
mencermati perkembangan psikososial yaitu:
a. Tahapan perkembangan social seseorang sebenarnya sama, namun budaya yang
ada disekitarnya memiliki peran dalam mempengaruhi perilaku individu
tersebut
b. Budaya dapat berubah seiring dengan waktu, kemajuan teknologi,
pendidikan, urbanisasi, dan perubahan lain yang membuat budaya harus
berubah dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat.
Perkembangan psikososial menekankan pada perubahan perkembangan
sepanjang siklus hidup yang mana setiap tahapannya terdiri atas tugas yang
menghadapkan individu pada suatu permasalahan. Semakin individu tersebut
mampu mengatasi permasalahan yang ada maka akan semakin baik
perkembangannya.
Untuk mendapatkan pemahaman mengenai tahapan perkembangan yang
dikemukakan Erikson perlu memahami poin-poin (Feist & Feist: 2014) sebagai
berikut:
1. Satu bagian komponen yang tumbuh dari komponen lain dan memiliki
pengaruh waktu sendiri namun tidak menggantikan komponen yang lain
2. Terdapat interaksi berlawanan antara elemen sintonik dan distonik
3. Lahirnya kekuatan dasar yakni kualitas dan kekuatan ego
4. Kemungkinan adanya patologi inti
5. Meski tahapan yang dikemukakan adalah perkembangan psikososial namun
tetap tidak meninggalkan aspek biologis
6. Peristiwa ditahapan lalu tidak menyebabkan kepribadian selanjutnya
7. Setiap tahapan pasti akan ada krisis.
Dalam perkembangannya manusia memiliki tahapan perkembangan, menurut
erikson ada 8 tahapan perkembangan manusi dengan tahapan pertamahingga
keempat sama dengan tahapan yang diungkapkan oleh piaget, berikut tahapan
yang dikemukakan oleh erikson:
1. Masa oral-sensorik. Kepercayaan vs ketidakpercayaan (Basic trust vs
mistrust)
a. Periode: 0-1 tahun
b. Karakteristik: rasa percaya menuntut perasaan nyaman secara fisik dan
sedikit ketakutan serta kekhawatian akan masa depan. Oleh karenanya
kepercayaan pada masa bayi menentukan tahapan selanjutnya.
c. Contoh: Saat memberi makan
Saat memberi makan (menyuapi anak, jika ia timbul kepercayaan dalam
dirinya maka akan mudah dalam menyuapi dan hal ini akan berefek pada
tahap selanjutnya.
Seorang bayi yang baru dilahirkan mulai berhadapan dengan kehidupan
di dunia luar, tidak lagi tenang dan aman seperti berada dalam kandungan
ibunya. Lingkungan yang menyenangkan (hawa udara, cahaya, suara) dan
tidak mengalami hal-hal yang menakutkan atau serba tidak menentu, mulai
menumbuhkan perasaan mempercayai sesuatu.
Sebaliknya, bila lingkungan yang tidak memuaskan dan pengalaman-
pengalaman psikologis yang tidak menyenangkan, timbulah perasaan tidak
mempercayai sesuatu. Pertumbuhan yang cepat pada masa bayi, dan
pengalaman yang ditempuhnya melalui kebutuhannya menjadi landasan
tumbuhnya hal-hal yang psikologis seperti mempercayai atau tidak
mempercayai sesuatu.
Fungsi penginderaan menjadi alat yang pertama untuk melakukan
hubungan dan mendapat pengalaman social dan mempengaruhi reaksi dan sikap
di kemudian hari. Bayi akan merasakan hubungan-hubungan social yang
pertama melalui hal-hal kualitatif dari pada hal-hal yang kuantitatif,
seperti seringnya memperoleh makanan. Dengan kata lain bayi akan
merasakan kehangatan cinta kasih dari ibunya melalui caranya memberikan
makanan, menyusui anak, caranya mengajak tertawa dan berbicara dengan
bayi. Sejalan dengan tumbuhnya gigi ia mulai merasakan ingin mengigit.
Hal ini sebagai perkembnagn timbulnya keinginan untuk bisa menentukan
sendiri. Dalam pengalaman dan kegiatan sensorik ini, tidak selamanya
terjadi hal-hal yang menyenangkan terkadang terjadi pula hal-hal yang
tidak menyenangkan.
Pada masa ini Erikson masih menambahkan peranan hubungan timbale
balik antara bayi dengan ibunyayang mampunyai sifat pengaturan bersama
(mutual regulation). Hubungan timbale balik antara anak dan ibunya adalah
kenyataan bahwa pengasuhan yang baik untuk memperkembangkan dan
menumbuhkan dasar perasaan mempercayai sesuatu pada anak adalah sifat dan
sikap keibuan dengan tertitik tolak pada keadaan anak.
2. Masa anal-muskulator. Otonomi vs rasa malu dan ragu-ragu (Autonomy vs
shame/doubt)
a. Periode: tahun ke 2
b. Karakteristik: pada tahap ini bayi mulai menyadari keinginan mereka,
bila ada pembatasan pada banyak hal atau adanya hukuman yang berat
akan membuat anak mengembangkan rasa ragu-ragu dan malu.
Pertumbuhan fisik anak pada masa ini memungkinkan untuk melakukan
gerak-gerik, berjalan, berlari dengan bebas. Anak merasa bebas dan ingin
melakukan semuanya dengan sendiri, karena memang beberapa hal seperti
dikemukakan diatas sudah bisa dilakukan anak. Pemikiran ini tumbuh
menurut Erikson dari perkembangan ego-nya. Bila anak masih mengalami
kesulitan untuk menguasai tubuhnya, sehingga orang lain yang harus
melakukan sesuatu kepadanya, maka padanya akan tumbuh perasaan malu dan
ragu-ragu.
Perasaan mau juga timbul karena secara naluriah anak tidak mau lagi
menikmati ketergantungan yang dialami pada masa perkembnagan sebelumnya,
tetapi dalam kenyataannya masih banyak hal yang belum mampu dilakukannya
sendiri. Situasi konflik ini menimbulkan perasaan ragu-ragu terhadap
segala kemampuan yang dimiliki sendiri. Dalam keadaan demikian anak
membutuhkan pengarahan yang baik dan halus serta dorongan yang berkali-
kali agar tidak terlalu jauh mengalami perasaan malu dan ragu-ragu ini.
3. Masa gential-locomotor. Inisiatif vs Rasa Bersalah (initiative vs Guilt)
a. Periode: 3-5 tahun
b. Karakteristik: masa ini sering disebut sebagai pra sekolah dan umumnya
anak-anak akan lebih aktif disbanding saat bayi. Perlilaku aktif ini
akan menjadi sebuah tuntutan untuk menghadapi tantangan yang
harapannnya membuat anak mengembangkan rasa tanggungjawab akan tubuh,
perilaku, mainan, dan hewan peliharaan mereka. Namun pada fase ini
juga dapat muncul rasa bersalah yang tidak menyenangkan saat anak
tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas.
Pada anak mulai tumbuh "kepribadian", anak mulai mengetahui kemampuan
dan bisa berkhayal mengenai apa yang akan dilakukan. Tetapi rencana-
rencana yang akan dilakukan tidak selamanya berkenan bagi orang dewasa
yang ada di sekitarnya, rencara atau inisiatif ini didorong oleh
kepercayaan dari kebebasan yang baru diperolehnya sedangkan ia ingin
menarik kembali rencana ini, maka timbul perasaan bersalah.
Perkembangan psikologis pada masa ini terlihat dalam dua hal yakni :
a. Bahwa unsure-unsur struktur kepribadiannya, yakni id, ego, dan
superego mulai mencapai keseimbangan sebagai suatu kesatuan psikologis
yang sesuai, dan menampilkan kepribadian tertentu
b. Bahwa anak mulai bisa mengetahui perbedaan-perbedaan jenis kelamin
terhadap orang di sekelilingnya, yang mempengaruhi perasaan dan
dorongannya tetapi terbatasi oleh adanya norma-norma social
4. Masa laten. Tekun vs Rasa Rendah Diri (Industry & Inferiority)
a. Periode:6 tahun – pubertas
b. Karakteristik: pada tahap ini anak akan bersentuhan dengan pengalaman-
pengalaman baru. Perkembagan imajinasi terjadi pada awal masa anak-
anak pada tahap ini sedangkan pada masa peralihan yakni pertengahan
dan akhir masa anak-anak mereka memusatkan energy mereka pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Namun ada bahaya
yang mengancap pada fase ini yakni proses pengembangan rasa rendah
diri, perasaan tidak berkompeten, dan tidak produktif pada tahun-tahun
sekolah dasar. Disinilah menurut Erikson peran guru
c. Contoh: sekolah
Dalam hubungan social yang lebih luas, anak menyadari kebutuhan utnuk
mendapat tempat dalam kelompok seumurannya. Perkembangan Psikososialnya
menunjukan anak yang berada pada usia sekolah memperoleh bermacam-macam
keterampilan da kemampuan dan mengetahui apa yang akan dilakukannya dan
bagaimana ia akan melakukannya. Maka anak akan memperoleh perasaan
gairah, ia merasa bahwa ia mampu melakukan sesuatu. Tetapi di pihak lain,
ia bisa menemui kegagalan dan terlihat ketidak mampuannya di hadapan
orang-orang dewasa, maka timbul perasaan randah diri.
5. Identitas vs Kebingungan Identitas (Identity vs Identity confusion)
a. Periode: 10 – 20 tahun
b. Karakteristik: pada masa ini dihadapkan pada pertanyaan seperti siapa
mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam
hidupnya. Mulai berhadapan dengan banyak peran baru dan status orang
dewasa, jika mereka dapat menjajaki peran dengan cra yang sehat dan
tiba pada suatu jalan yang positif untuk diikuti dalam kehidupannya
maka identitas yang positif akan dicapai.
c. Contoh: penentuan karir masa depan
6. Keakraban vs Keterkucilan (Intimacy vs Isolation)
a. Periode: 20 – 30 tahun
b. Karakteristik; menghadapi tugas perkembangan pembentukan relasi intim
dengan orang lain . Erikson menggambarkan hal tersebut sebagai
penemuan diri sendiri pada diri orang lain. Jika dapat membentuk
persahabatan yang sehat dan relasi akrab yang intim dengan orang lain
maka keintiman akan dicapai.
c. Contoh: hubungan asmara
7. Bangkit vc Tetap-mandeg (Generativity vs Stagnation)
a. Periode: 40 – 50 tahun
b. Karakteristik: persoalan pada fase ini adalah membantu generasi muda
agar berkembang dan mengarahkan kehidupan yang berguna.
c. Contoh: parenting
8. Keutuhan vs Keputusasaan (Integrity vs Despair)
a. Periode: diatas 60 tahun
b. Karakteristik: melakukan refleksi akan kehidupan yang telah dilalui
saat retrospektif yang dilakukan menghasilkan pandangan yang positif
akan apa yang telah dilakukan di masa lalu maka akan melahirkan
keutuhan rasa utuh namun jika sebaliknya maka yang didapat adalah
keputusasaan.
c. Contoh: refleksi
Proses perkembangan diatur oleh Epigenetic Principle of Maturation,
setiap tahap ditentukan oleh faktor genetik/keturunan. Erikson juga
menekankan faktor peranan lingkungan/sosial. Jadi perkembangan ditentukan
oleh dua faktor yaitu dari dalam (innate) dan faktor yang dipelajari .
Perkembangan manusia ditentukan oleh sejumlah konflik. Kepribadian harus
mampu mengatasi konflik pada setiap tahapnya.
Setiap tahap perkembangan melibatkan dua pilihan yaitu maladaptif dan
adaptif yakni ego identity.
Misal pada tahap pertama melalui dua tahap perkembangan yaitu trust
dan mistrust. Trust lebih adaptif sedangkan mistrust maladaptif. Individu
juga harus mengembangkan mistrust sebagai bentuk perlindungan. Di setiap
tahap, ego harus mengembangkan sikap adaptif maupun maladaptif.
2. Penekanan pada identitas
Erikson selalu menekankan bahwa Individu selalu mencari identitas diri
dlam setiap tahapan perkembangan. Bila proses pencarian identitas ini
baik maka akan menguatkan untuk tahapan perkembangan selanjutnya meski
tetap akan mencapai puncak krisis pada saat remaja.
3. Peran terhadap perkembangan
Erikson merupakan salah satu pengikut dari teori yang dikemukakan
Frued sehingga dalam teorinya pun juga memasukkan pemikiran Frued.
Berdasarkan teori psikoanalisis Frued dikatakan bahwa sangat penting
pengalaman pada masa kanak-kanak awal, hal ini dapat diartikan bahwa
lingkungan terdekat haruslah memperhatikan kebutuhan serta tata cara atau
metode pendekatan yang sesuai untuk anak sehingga praktek pengasuhan atau
pendidikan dapat berlangsung secara optimal.
Erikson membagi tahapan perkembangan menjadi 8 tahapan dan mengatakan
pada setiap tahapannya ada tugas perkembangan yang dikuasai pada setiap
tahapannya. Untuk itu ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru
dalam mendorong inisiatif pada anak-anak yang berkaitan dengan implikasi
teori structural dari Erikson, yaitu:
Pada anak prasekolah
a. Mendorong anak untuk membuat pilihan-pilihan sendiri
b. Pastikan anak mendapat kesempatan yang sama, yaitu ajarkan langkah-
langkah kecil ketika mengajarkan suatu keterampilan, serta menghindari
permainan kompetitif bila rentag kemamampuan di kelas sangat besar
c. Mendorong menstimulasi berbagai macam peran profesi
d. Bersikap toleran terhadap kesalahan anak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Singgih D. Gunarsa. (2006). Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: PT
BPK Gunung Mulia.
Rita, dkk. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Feist, Jess., & Feist, J Gregory. 2014. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba
Humanika.