PRAKTIKUM III UJI LIPID DAN KOLESTEROL
I.
Tujuan Mahasiswa mampu memahami prinsip uji lipid dan kolesterol yang
merupakan keterampilan dasar dalam bidang keahlian biokimia klinik.
II.
Prinsip Kerja Menguji minyak dan kolesterol dengan melihat hasil reaksi berupa
kelarutan dengan pelarut maupun perubahan warna akibat bereaksi dengan senyawa lain.
III.
Dasar teori Definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar sebab senyawa lipid tidak
mempunyai struktur yang serupa. Sifat kimia dan fungsi biologisnya berbeda beda. Namun para ahli bersepakat bahwa lemak dan senyawa organik yang mempunyai sifat fisikka seperti lemak, dimasukkan dalam satu kelompok yang disebut lipid. Sifat fisika yang dimaksud ialah: tidak larut dalam air, tapi larut dalam satu atau lebih dari satu pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena; ada hubungan dengan dengan asam-asam lemak atau esternya; dan kemungkinan digunakan oleh makhluk hidup. Lipid dapat diperoleh dari hewan atau tumbuhan dengan diekstraksi dengan alkohol panas, eter, atau pelarut lemak lainnya dimana kuantitasnya tergantung bahan alam sumber lipid yang digunakan. Jaringan bawah kulit sekitar perut, jaringan lemak sekitar ginjal mengandung banyak lipid terutama lemak sekitar 90%, jaringan otak atau telur lipid sekitar 7,5 sampai 30% (Poejadi. 1994: 51). Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserol yang berarti triester dari gliserol. Perbedaan lemak dan minyak, pada suhu kamar lemak berbentuk padat dan minyak bersifat cair. Sebagian besar gliserida hewan berupa lemak, sedangkan gliserida tumbuhan cenderung berupa minyak, karena itu biasa terdengar ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari) (Fessenden & Fessenden.1986: 406).
Lipid
merupakan
sekumpulan
senyawa
biomolekul
yang
dapat
larut dalam pelarut-pelarut organik nonpolar seperti kloroform, eter, benzene, aseton, dan petroleum eter. Lipid akan terhidrolisis jika dilarutkan dalam asam atau basa, air, dan enzimlipase. Hidrolisis lipid oleh asam akan menghasilkan gliserol dan asam-asam lemak penyusunnya. Hidrolisis lipid oleh basa kuat (KOH atau NaOH) akan menghasilkancampuran sabun K + atau Na+ dan gliserol. Proses hidrolisis ini disebut penyabunanatau saponifikasi. Hidrolisis oleh air akan terjadi jika lemak/minyak dipanaskandengan air pada suhu 180º C dan tekanan 10 atm, kemudian akan terhidrolisismenjadi gliserol dan asam-asam lemak. Gliserol larut dalam air, sedangkan asamlemak terapung di atas air (Lehninger.1982). Berdasarkan jumlah ikatan rangkap atom C, asam lemak dibedakan menjadi jenuh dan tak jenuh. Rantai asam lemak dengan ikatan atom C tunggal yang disebut asam lemak jenuh ( saturated ) dan rantai asam lemak dengan satu atau lebih ikatan rangkap yangdisebut asam lemak tidak jenuh ( unsaturated ). Ikatan rangkap mempunyai sifat struktur yang tidak stabil dan kaku ( rigit ) sehingga di dalam larutan dapat membuat dua isomer, yaitu cis dan trans. Pada umumnya lipid yang mengandung asam lemak jenuh bersifat padat yang sering disebut lemak, sedangkan lipid yang mengandung asam lemak tidak jenuh bersifat cair pada suhu kamar dan disebut minyak (Fessenden & Fessenden.1986: 408). Lipid dapat digolongkan dalam beberapa kelompok berdasarkan komponen dasar pembentuk lipid, sumber penghasil lipid, kandungan asam lemak, dan sifat-sifat kimia dari lipid seperti sifat dapat tidaknyadilakukan penyabunan. Berdasarkan komponen dasarnya, lipid dikelompokkanmenjadi lipid sederhana ( simple lipid ), lipid majemuk (compound lipid ), dan lipid turunan (derived lipid ). Lipid sederhana mengandung asam-asam lemak yangsama sebagai penyusunnya dan tidak dapat disabunkan, sedangkan lipid majemuk atau campuran mengandung dua atau tiga jenis asam lemak yang berbeda dandapat disabunkan (Lehninger 1982).
IV.
Alat dan bahan Alat: 1. Tabung reaksi + rak tabung 2. Gelas ukur 10 mL 3. Pipet tetes 4. Penjepit tabung 5. Bunsen 6. Kaki tiga 7. Gelas beaker 8. pH meter 9. porselen 10. Kaca objek + cover glass
Bahan: 1. Minyak goreng sayur (sebagai minyak) 2. Kuning telur (sebagai kolesterol) 3. Alkohol 96% 4. Kloroform 5. Heksan 6. Na2CO3 (aq) 7. Larutan empedu 8. Aquadest 9. Air panas 10. NaOH(s) 11. H2SO4 P (aq) 12. Asam asetat anhidrat
V.
Cara kerja
1.
Uji Kelarutan
10 tetes minyak dimasukkan ke 5 tabung tambahkan 1. 2. 3. 4. 5.
+ + + + +
aquadest alkohol 96% heksan Na2CO3 kloroform Amati
Lihat kelarutan
2. Uji Pembentukan emulsi Buat sampel pada tabung: 1. 2mL aquadest + 2 tetes minyak goreng 2. 2mL aquadest + 2 tetes minyak goreng + 2 tetes Na 2CO3(aq) 3. 2 ml larutan empedu + 2 tetes mnyak goreng Amati Perubahan
3. Uji Penyabunan Lipid Uji pH minyak goreng
5 mL minyak sayur+ 5 butir NaOH + 10 ml alcohol Panaskan 15 mnt, diamkan, ambil 3 tetes larutan sabun + a uadest Kocok, Amati Hasil
4. Uji Kolesterol
3 mL kuning telur + 3 ml kloroform Kocok, Tambahkan 3 mL heksan Kocok, Tambahkan 3 tetes Asam asetat anhidrad + 3 tetes H2SO4 P Aduk, Amati Hasil
5. Uji Kristalisasi
Kuning telur + air panas ambil 1 tetes ke kaca Tambahkan Alkohol 96 % Aduk, Amati Kristal
VI.
HASIL
a.
Uji Kelarutan Perlakuan Air suling + 10 tetes minyak goreng (tidak larut)
Pengamatan Terbentuk 2 lapisan, Atas : Lapisan minyak (kuning) Bawah : Lapisan air
Alkohol 96% + 10 tetes minyak goreng (tidak larut)
Terbentuk 2 lapisan, Atas : Lapisan alcohol (bening) Bawah : Lapisan minyak (kuning)
Heksan + 10 tetes minyak goreng (larut)
Minyak goreng larut dalam heksan (larutan bening)
Natrium karbonat + 10 tetes mnyak goreng (sedikit larut)
Terbentuk 3 lapisan, Atas : minyak (kuning) Tengah : putih Bawah : bening
Kloroform + 10 tetes minyak goreng (tdak larut)
Terbentuk 2 lapisan, Atas : minyak (kuning emas) Bawah : kloroform
Uji Pembentukan emulsi Zat 2 ml aquades + 2 tetes minyak goreng
Gambar
b.
2 ml aquades + 2 tetes minyak goreng + 2 tetes natrium karbonat
Pengamatan Terbentuk 2 lapisan, Atas : Mnyak Bawah : Larutan/air bening
Terbentuk 2 lapisan, Atas : Minyak Bawah : larutan keruh,butiran melayang
Gambar
2 ml larutan empedu + 2 tetes mnyak goreng
Uji Penyabunan Lipid Zat Uji pH minyak goreng
Larutan berwarna hijau,minyak yang ditetesi larut
c.
Pengamatan pH = 5
5 ml minyak goreng + 5 butir NaOH + 10 ml alcohol 96 %
Suhu dingn
Dipanaskan 15 menit
Terbentuk lapisan/larutan putih
Diamkan,lalu diambil 3 tetes + aquades
Larut (larutan berwarna putih buram)
Uji kolesterol Zat 3 ml kuning telur + 3 ml kloroform
Gambar
d.
+ 3 ml heksan
Pengamatan -dibagian atas terdapat busa,dibawah laruran uning pucat
-tidak berubah warna, busa bertambah banyak
Gambar
+ asam asetat anhidrat + asam sulfat pekat
e. Uji Kristalisasi zat Kolesterol + air panas, lalu diambil 1 tetes ke dalam kaca objek, lalu + alkohol
Tidak terjadi perubahan
Pengamatan (larutan kunng) tidak berubah Ada Kristal putih
Gambar
VII. Pembahasan Praktikum ini dilakukan pengidentifikasian minyak dan kolesterol melalui uji sifat-sifat khasnya. Pada minyak diuji kelarutannya, kemampuannya untuk membentuk sabun dan emulsi sedangkan kolesterol dilakukan uji kolesterol (juga bisa diketahui kelarutannya dengan pelarut organik seperti heksan dan kloroform) dan uji kristal kolesterol. Minyak dan kolesterol termasuk dalam lemak, dalam pengamatan diketahui perbedaanya seperti wujudnya dan baunya. Pada suhu kamar minyak goreng berwujud cair sedangkan kolesterol berwujud padat. Minyak goreng berasal dari kelapa sawit sedangkan kolesterol berasal dari gajih hewan. Kebanyakan lemak pada tumbuhan berwujud cair sedangkan lemak pada hewan berwujud padat pada suhu kamar. Minyak berwujud cair karena tersusun dari banyak ikatan rangkap (tak jenuh) akibatnya molekul tersusun tidak rapat yang menyebabkan molekul minyak dapat bergerak. Kolesterol te rsusun dari ikatan tunggal (jenuh) menyebabkan molekulnya tersusun rapat dan rapi sehingga molekul tidak dapat bergerak bebas. Semakin banyak ikatan rangkap yang dimiliki maka semakin rendah titik lelehnya. Pada pengamatan bau kolesterol lebih bau tidak enak dibandingkan minyak goreng. Ini disebabkan karena kolesterol lebih disenangi oleh bakteri dibandingkan minyak akibatnya kolesterol lebih cepat dioksidasi oleh reaksi enzimatis bakteri. Seharusnya minyak lebih cepat berbau tengik karena mudah teroksidasi namun kenyataanya tidak mungkin karena minyak dalam produk jadi telah ditambahkan antioksidan sehingga memperlambat oksidasi minyak.
Uji kelarutan didapat minyak tidak larut dalam aquadest, alkohol 96%, kloroform, heksan namun sedikit larut dalam Na 2CO3. Minyak mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang sehingga lebih bersifat non polar. Sesuai hukum like dissolve like, sejenis dilarutkan yang sejenis. Jadi yang polar melarutkan polar, non polar melarutkan non polar. Kelarutan akan terjadi jika KD kedua senyawa sama atau selisihnya tidak jauh berbeda. Aquadest pelarut paling polar sedangkan alkohol juga dikategorikan pelarut polar karena memiliki KD tinggi. Semakin tinggi KD semakin polar. Ini lah yang menyebabkan minyak tak larut dalam aquadest dan alkohol 96%. Heksan dan kloroform pelarut non polar, seharusnya minyak larut. Namun kenyataannya tidak dapat larut, ini dikarenakan rantai hidrokarbon minyak goreng sampel tidak terlalu panjang sehingga ke non polaran yang terbentuk jauh berbeda kepolarannya sehingga menyababkan minyak tidak dapat terikat dengan kloroform maupun heksan. Ini juga membuktikan KD minyak dengan kloroform ataupun heksan jauh berbeda. Minyak sedikit larut dalam Na2CO3 yeng bersifat basa karena minyak yang larut itu tersabunkan menjadi garam asam lemak. Uji penyabunan menghasilkan sabun yang larut aquadest. pH Minyak setelah diukur termasuk asam karena 5 dibawah 7 (pH netral). Saat minyak goreng ditambahkan NaOH(s) dan alkohol suhu sistem menjadi dingin. Ini dikarenakan alkohol yang dingin menurunkan suhu sistem didukung juga oleh reaksi
penyabunan
NaOH
dengan
minyak
yang
bereaksi
pada
sistem
endotermis.Pemanasan 15 menit ditujukan agar NaOH yang padatan dapat mencair sehingga mempercepat reaksi penyabunan antara NaOH dengan minyak. Pada saat penyabunan terjadi reaksi hidrolisis minyak dimana akan terurai menjadi asam lemak dan gliserol karena adanya basa NaOH sehingga dihasilkan gliserol dan garam asam lemak yang berwarna putih keruh. Sabun dapat larut dalam aquadest karena sabun dapat menurunkan tegangan permukaan air, sehingga bisa melarut dalam air. Pembentukan emulsi terjadi pada campuran minyak, aquadest, NaOH dan campuran asam empedu dengan minyak karena ada yang bertindak sebagai emulsifier (pembentuk emulsi). Campuran minyak dan aquadest tidak terbentuk emulsi karena pada dasarnya tidak akan melarut antara polar dan non polar,
sehingga tidak dapat menyatu walaupun telah dikocok kuat. Namun setelah ditambahkan NaOH 0,5% setelah dikocok kuat tampak aquadest dan minyak dapat menyatu, ini membuktikan NaOH bertindak sebagai emulsifier dimana NaOH dapat membentuk sabun sehingga menurunkan tegangan permukaan aquadest sehingga globul minyak dapat terdispersi dalam aquadest. Minyak ditambah larutan empedu tampak terbentuk minyak-minyak yang terdispersi dalam larutan empedu, berarti larutan empedu dapat bertindak juga sebagai emulsifier. Ini dikarenakan empedu yang bersifat sedikit asam menyebabkan minyak terhidrolisis yang membentuk gliserol dan garam. Uji kolesterol dipakai kuning telur didapatkan hasil negatif, dimana tidak terjadi perubahan warna karena terjadi oksidasi sebagai uji positifnya. Uji positifnya jika bagian asam berwarna kuning dengan fluoresensi hijau jika terkena cahaya. Warna muncul karena ada gugus hidroksi (−OH) dari kolesterol bereaksi dengan pereaksi dan meningkatkan konjugasi dari ikatan tak jenuh dalam cincin yang berdekatan. Kuning telur dilarutkan terlebih dahulu dengan kloroform dan heksan dimaksudkan untuk melarutkan kolesterol dan melarutkan asam asetat anhidrat sebagai pengkompleks sehingga dapat berfluoresensi. Penambahan asam asetat anhidrat untuk membentuk turunan asetil dari ster oid yang akan membentuk turunan asetil yang akan bereaksi dengan asam sulfat pekat membentuk larutan berwarna. H2SO4 P sebagai katalis reaksi dan pemutus ikatan ester pada lemak. Kegagalan uji kolesterol terjadi karena banyak faktor. Kemungkinan kolesterol yang dipakai untuk uji dibawah limit uji coba. Reagen-Reagen yang dipakai terlalu kuat sehingga penambahan pada kolesterol menyebabkan hidrasi. Kolesterol terhidrasi kehiangan gugus hidroksi yang akan bereaksi dengan pereaksi sehingga tidak terbentuk warna hijau. Hidrasi dapat terlihat setelah penambahan kloroform dan heksan yang menimbulkan banyak busa. Uji kristal kolesterol hanya diuji hingga penambahan alkohol di atas kaca preparat tanpa dilihat dengan mikroskop. Kolesterol akan mengkristal dalam konsentrasi tinggi. Pembeian air panas agar dapat melarutkan sedikit kolesterol sehingga kolesterol yang diamati tidak terlalu banyak dan dapat sepesifik. Dapat dilihat jika air panas dituang ke gajih hewan biasanya timbul minyak-minyak cair yang akan mengapung di atas air. Selanjutnya ditambahkan etanol ini tidak dalam
keadaan panas menyebabkan etanol secara tidak langsung menjadi panas sehingga dapat melarutkan kristal kolesterol. Alkohol panas ikatan hidrogennya terputus akibatnya kepolaran alkohol berkurang sehingga menjadi non polar yang dapat melarutkan kristal
kolesterol yang juga non polar. Penambahan suhu
panas
meningkatkan energi kinetik dari partikel sehingga akan mempercepat gerak molekul dan kemungkinan terjadinya tumbukan efektif akan semakin besar berakibat pada pelarutan kristal kolesterol dalam etanol panas. Hingga terbentuklah kristal putih yang terlihat di kaca objek.
VIII.
Kesimpulan
1. Pada suhu kamar minyak berwujud cair sedangkan kolesterol berwujud padat. 2. Minyak goreng sampel termasuk semi polar (agak polar/ agak non polar) karena tidak larut dalam pelarut polar maupun pelarut non polar. 3. Minyak dapat membentuk sabun larut aquadest akibat penambahan asam maupun basa. Sabun dapat menurunkan permukaan tegangan aquadest. 4. Emulsi minyak terbentuk oleh penambahan basa NaOH dan asam oleh empedu karena pembentukan sabun. 5. Uji kolesterol positif jika ditambahkan asam pekat berwarna kuning berfluoresensi hijau jika terkena cahaya. 6.
Kristal kolesterol terbentuk jika konsentrasi kolesterol tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Fessenden.1986. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M, penerjemah; Jakarta: Erlangga.. Poejadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI- Press. LAMPIRAN
ALAT dan BAHAN
Uji Kelarutan
Penetesan kloroform
Uji penyabunan
Penetesan Na2CO3
Uji Emulsi
Hasil
Pemanasan 5 ml minyak goreng + 1,5 ml NaOH + 10 ml alkohol 96%)
Tampak cairan empedu berwarna hijau
UJi Kolesterol
Penetesan ke porselen agar warna dapat dilihat jelas
Uji Kristal Kolesterol
Sampel minyak goreng
Sampel + 1 tetes air panas
diteteskan diatas kaca preparat
Terbentuk kristal putih Sampel + 1 tetes alkohol 96%
(diamati secara visual)
http://www.scribd.com/doc/47362400/Laporan-Uji-Identifikasi-Lipid http://radelyrachemistry.blogspot.com/2013/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html