PUSPA INDAH RAHMAWATI RIVAI
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrient, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi kesehatan atau memiliki peran aktif bagai pencegahan.
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan merupakan hasil metabolisme dari tumbuhan itu sendiri. Dari hasil penelitian banyak ahli tak jarang senyawa kimia ini memiliki efek fisiologi dan farmakologi yang bermanfaat bagi manusia. Senyawa kimia tersebut lebih dikenal dengan senyawa metabolit sekunder yang merupakan hasil dari penyimpangan metabolit primer tumbuhan.
Untuk mendapatkan senyawa tersebut dilakukan beberapa metode salah satunya adalah menggunakan partisi cair-cair dan padat cair.
Maksud dan Tujuan
Maksud Praktikum
Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan fraksinani dengan metode cair-cair pada ekstrak daun jamblang (Eugenia cumini Merr) menggunakan metode partisi cair-cair.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperoleh ekstrak daun jamblang (Eugenia cumini Merr) dengan melakukan fraksinasi dengan metode partisi cair-cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Partisi
Partisi adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan (Najib, 2013).
Metode Partisi
Ekstraksi Cair – Cair
Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam 2 macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut air dan ada pula senyawa yang larut dalam pelarut organik. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai keseimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Najib, 2008).
Kerap kali sebagai pelarut pertama adalah air sedangkan sebagai pelarut kedua adalah pelarut organik yang tidak bercampur dengan air. Dengan demikian ion anorganik atau senyawa organik polar sebagian besar terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase air, sedangkan senyawa organik non polar sebagian besar akan terdapat dalam fase organik. Hal ini yang dikatakan " like dissolves like ", yang berarti bahwa senyawa polar akan mudah larut dalam pelarut polar, dan sebaliknya (Dirjen POM, 1979).
Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan yang pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut (biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat oleh pencampuran kedua fase tersebut dalam corong pisah (Tobo, 2001).
Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya dengan fase cair, menggunakan prinsip "like disolves like". Molekul bermuatan yang memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus ini "menarik yang berlawanan", misalnya senyawa asam akan lebih larut dalam fase air yang basa daripada yang netral atau asam. Rasio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut koefisien partis. Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi yang berbeda, sehingga jika satu senyawa sangat polar, koefisien partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi daripada senyawa non-polar (Tobo, 2001).
Fraksinasi selanjutnya yaitu suau senyawa hanya ada dalam satu fase, hal ini dapat dicapai dengan ekstraksi fase awal berturut-turut dengan fase yang berlawanan. Lebih baik menggunakan elusi berurytan dengan volume relatif kecil dibandingkan dengan satu kali elusi keseluruh volume (Tobo, 2001).
Partisi Padat – Cair
Partisi padat cair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Dapat juga didefenisikan sebagai dispersi komponen kimia dari ekstrak yang telah dikeringkan dalam suatu pelarut yang sesuai berdasarkan kelarutan dari komponen kimia dan zat-zat yang tidak diinginkan seperti garam-garam tidak dapat larut. Operasi ekstraksi ini dapat dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam wadah dengan atau tanpa pemanasan (Najib, 2014).
Pelaksanaan ekstraksi padat cair terdiri dari 2 langkah, yaitu (Najib, 2014) :
Kontak antara padatan dan pelarut untuk mendapatkan perpindahan solute ke dalam pelarut.
Pemisahan larutan yang terbentuk dan padatan sisa.
Berdasarkan metode ekstraksi padat cair dikenal 4 jenis, yaitu (Najib, 2014) :
Operasi dengan sistem bertahap tunggal.
Operasi dengan sistem bertahap banyak dengan aliran sejajar atau aliran silang.
Operasi secara kontinu dengan aliran berlawanan
Operasi secara batch dengan sistem bertahap dengan aliran yang berlawanan.
Tujuan Partisi
Ekstraksi cair-cair bertujuan untuk memisahkan analit yang dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi sampel antar 2 pelarut yang tidak saling campur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain adalah pelarut organik. Senyawa-senyawa yang bersifat polar akan ditemukan di dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut organik, begitupula dengan ekstraksi padat cair akan tetapi sampel yang digunakan tidak larut air (Tobo, 2001).
BAB III
METODE KERJA
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, batang pengaduk, cawan porselin, corong pisah, gelas kimia, hair dryer, klem, sendok tanduk, statif, dan timbangan analitik.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, aquadest, aluminium foil, ekstrak kental daun jamblang (Eugenia cumini Merr), label, n-heksan, n-butanol, dan tissue.
Cara Kerja
Partisi Cair-Cair dengan Pelarut n-Heksan
Ditimbang 2 g ekstrak daun jamblang (Eugenia cumini Merr).
Disuspensikan dengan air sebanyak 20 ml, setelah larut kemudian dimasukkan dalam corong pisah.
Ditambahkan dengan n-Heksan sebanyak 40 ml, kocok sampai merata dengan sekali-kali membuka kran corong pisah.
Diamkan sampai terjadi pemisahan dari fase air dan fase n-Heksan, pisahkan fase air dan fase n-Heksan.
Kemudian fase air dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan diekstraksi lagi dengan n-Heksan sebanyak 30 ml dan dilakukan hingga jernih (sebanyak 3 kali).
Ekstrak n-Heksan yang diperoleh dari beberapa kali penyarian disatukan kemudian diuapkan sampai mendapatkan ekstrak kental.
Ditimbang ekstrak kering.
Partisi Cair-Cair dengan Pelarut n-Butanol
Lapisan air dari hasil ekstraksi dengan n-Heksan dimasukkan dalam corong pisah.
Kemudian ditambahkan dengan n-butanol sebanyak 30 ml.
kocok sampai merata dengan sekali-kali membuka kran corong pisah.
Diamkan sampai terjadi pemisahan dari fase air dan fase n-butanol, pisahkan fase air dan fase n-butanol.
Kemudian fase air dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan diekstraksi lagi dengan n-butanol sebanyak 30 ml dan dilakukan hingga jernih (sebanyak 3 kali).
Ekstrak n-butanol yang diperoleh dari beberapa kali penyarian disatukan kemudian diuapkan sampai mendapatkan ekstrak kental, dan ditimbang ekstrak kering.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel Pengamatan
No
Pengamatan
Sampel
1
2
3
4
5
6
Metode Ekstraksi
Bobot ekstrak etanol (penyari I) (g)
Bobot ekstrak n-heksan (penyari II) (g)
Persentase ekstrak n-heksan (penyari II) (%)
Bobot ekstrak n-butanol (penyari III)
Persentase ekstrak n-butanol (penyari III)(%)
Maserasi
Refluks
Pembahasan
Partisi ekstrak (ekstraksi cair-cair) adalah proses pemisahan zat terlarut di dalam dua macam zat pelarut yang tidak saling bercampur, dengan kata lain perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik dan pelarut air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat larut dalam air dan ada pula yang dapat terlarut dalam pelarut organik. Sedangkan ekstraksi padat-cair adalah proses pemisahan untuk memperoleh komponen zat terlarut dari campurannya dalam padatan dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Pada umumnya metode ini digunakan untuk sampel yang tidak larut dalam air.
Tujuan dilakukannya partisi yaitu untuk memisahkan komponen kimia dari sampel berdasarkan tingkat kepolarannya. Proses partisi sebenarnya dapat dilakukan dengan partisi cair-cair ataupun partisi padat cair, namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan partisi cair-cair.
Prinsip dari proses partisi yaitu digunakannya dua pelarut yang tidak saling bercampur untuk melarutkan zat-zat yang ada dalam ekstrak. Ekstrak yang digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak daun jamblang (Eugenia cumini Merr). Pelarut yang digunakan yaitu pelarut yang bersifat polar dan nonpolar.
Pada pengerjaan awal, partisi dilakukan dengan menggunakan pelarut non polar (n-Heksan), hal ini disebabkan karena jika pada pengerjaan awal digunakan pelarut polar, maka dikhawatirkan adanya senyawa nonpolar yang ikut terlarut, sebagaimana kita ketahui bahwa pelarut polar, selain mampu melarutkan senyawa yang bersifat polar juga mampu melarutkan senyawa yang bersifat nonpolar.
Tahap-tahap dalam melakukan proses partisi yaitu pertama-tama ekstrak metanol dilarutkan dalam air. Setelah larut, kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan 40 ml n-heksan dan dikocok pada satu arah hingga homogen. Sesekali membuka keran corong pisah untuk mengeluarkan udara dari hasil pengocokan. Dipisahkan hingga terlihat adanya dua lapisan, dimana lapisan atas adalah lapisan n-heksan, sedangkan lapisan bawah adalah lapisan air. Hal ini disebabkan karena air memiliki massa jenis yang lebih besar daripada n-heksan.
Selanjutnya untuk lapisan ekstrak n-heksan ditampung dan diuapkan sehingga di dapatkan ekstrak kering. Sedangkan untuk lapisan air, dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan lagi n-heksan dan dikocok hingga homogen, prosedur ini dilakukan sama halnya pada prosedur awal, dan dilakukan terus-menerus hingga lapisan atas kelihatan jernih.
Setelah dipartisi dengan menggunakan n-heksan, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan pelarut n-butanol jenuh air, dengan melakukan proses yang sama dengan penggunaan pelarut n-heksan.
Penggunaan n-butanol pada partisi cair yaitu sebagai pelarut polar, pemilihan pelarut ini didasarkan bahwa n-butanol dapat dijenuhkan dengan air tetapi tetap tidak bercampur dengan air. Adapun perbandingan dalam menjenuhkan n-butanol yaitu 60:40 (60 ml n-Butanol dalam 40 ml aquadest), digunakan n-butanol lebih banyak daripada airnya, karena yang akan dijenuhkan adalah n-butanol, sedangkan air hanya sebagai penjenuh saja.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa bobot ekstrak yang diperoleh dengan metode partisi cair-cair, yaitu ekstrak n-heksan yang diperoleh adalah 1,7 gram dengan % rendamennya adalah 0,017 %. Sedangkan ekstrak n-butanol yang diperoleh adalah 1,5 gram dengan % rendamennya adalah 0,015 %.
Saran
Sebaiknya digunakan metode lain untuk membandingkan hasil yang diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Universitas Muslim Indonesia : Makassar
Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.
Harada, K., Rahayu, M., dan Muzakkir.A. 2006. Tumbuhan Obat Taman Nasional Gunung Halimun, Jawa Barat, Indonesia. PALMedia creative pro: Bandung
Kinho, Julianus Dkk. 2011. Tumbuhan Obat Tradisional Di Sulawesi Utara Jilid II. Balai Penelitian Kehutanan : Manado
Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin : Makassar.
LAMPIRAN
Skema Kerja
Ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksan
2 g ekstrak metanol daun jamblang (Eugenia cumini Merr)
Disuspensikan dengan 20 ml aquadest
Corong pisah
+ 40 mL n-heksan dikocok didiamkan
Pemisahan fase air dan fase n-heksan
Fase air + 30 ml (diulang 3 x)
Ekstrak cair n-heksan diuapkan
Ditimbang
Ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-butanol
Fase air hasil ekstraksi n-heksan
Corong pisah
Diekstraksi dengan n-butanol 3 x
Ekstrak cair n-butanol diuapkan
Ditimbang
PARTISI EKSTRAK
[Type the document title]