BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Demam merupakan proses alami tubuh untuk melawan infeksi, dan akan berbahaya bila mencapai suhu >41,1oC. Pengetahuan ibu tentang demam dapat menunjang dalam penanganan demam pada anak sehingga menimbulkan berbagai macam perilaku ibu dalam penanganan demam. Penanganan yang tepat mengenai penyakit yang menyertai demam merupakan hal penting agar demam dapat diatasi dengan benar, karena demam dapat menimbulkan komplikasi seperti, dehidrasi dan kejang demam. Neny Harianti, Lala Budi Fitriana*), Paulinus Deny Krisnanto 2016
Demam pada anak biasanya terjadi akibat tubuh terpapar infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit). Demam juga bisa disebabkan oleh faktor non infeksi seperti kompleks imun, atau inflamasi (peradangan) lainnya. Ketika virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh, berbagai jenis sel darah putih atau leukosit melepaskan zat penyebab demam (pirogen endogen) yang selanjutnya memicu produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior, yang kemudian meningkatkan nilai ambang temperatur dan terjadilah demam. Selama demam, hipotalamus cermat mengendalikan kenaikan suhu sehingga suhu tubuh jarang sekali melebihi 41 derajat selsius (Anonim, 2016).
Penanganan demam yang kurang tepat dapat dikarenakan pengetahuan 1 kurang memadai sehingga sikap dan perilaku ibu cenderung berlebihan.Informasi bagi ibu sangat diperlukan dalam meningkatkan pengetahuan tentang demam, kenyataannya ibu seringkali memperoleh informasi yang tidak tepat . Etika Dewi Cahyaningrum 2018
Demam pada anak-anak adalah salah satu kasus yang tidak dapat diabaikan. Berdasarkan data dari pusat kesehatan dari Januari hingga September 2016 ada 211 anak demam dengan sakit panas. Salah satu pengobatan demam adalah memberikan obat penurun demam, yang memiliki efek antipiretik. Dalam hal ini, tentu saja pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian obat demam untuk anak-anak sangat penting, karena dampak yang dapat ditimbulkan jika demam tidak ditangani akan menyebabkan kerusakan otak, hiperpireksia yang akan menyebabkan syok,epilepsi, keterbelakangan mental atau ketidakmampuan ketidakmampuan belajar bahkan dapat membahayakan keselamatan hidup. Yeyen fitria ningsi 2018 Menurut penelitian Lubis, Lubis, (2011) pada bayi kecil, demam tinggi dapat sebagai faktor prediktif untuk terjadinya infeksi bakteri berat. Penggunaan metode fisik untuk menurunkan demam tidak dianjurkan, kecuali dalam kasus hipertermia. Penggunaan antipiretik parasetamol (acetaminophen) atau ibuprofen direkomendasikan
untuk
menurunkan
demam
untuk
mengurangi
ketidaknyamanan. Penggunaan kombinasi atau alternatif antipiretik tidak dianjurkan. Dosis antipiretik harus berdasarkan berat badan anak bukan berdasarkan usia. Pemberian oral parasetamol lebih dianjurkan dibanding pemberian
rektal,
direkomendasikan
apabila pada
memungkinkan
anak
demam
penggunaan
disertai
varicella
ibuprofen atau
tidak
dehidrasi.
Penggunaan ibuprofen atau parasetamol tidak dikontraindikasikan pada anak demam dengan asma (Anonim, 2016).
Antipiretik adalah obat-obat atau zat-zat yang dapat menurunkan suhu badan pada keadaan demam. Obat antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh yang tinggi atau hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang normal (Deybi Julianti, 2014). Pada dasarnya obat antipiretik aman untuk dikonsumsi. Namun yang sering menimbulkan masalah ialah orangtua terkadang memberikan dalam dosis yang terlalu banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama.Selain itu, orang tua biasanya memberikan obat antipiretik berdasarkan usia, bukan pada berat badan anak. Untuk pemberian obat antipiretik sesuai dosis, orang tua harus mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik tentang obat antipiretik, sehingga tindakan pemberian obat antipiretik akan semakin baik.Untuk paracetamolyang diberikan pada anak-anak dosisnya ialah 10-15 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari (Felix Chikita Fredy, 2014). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over ( over behavior ). ). Karena dalam pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo Soekidjo, 2010). B. Rumusan Masalah Uraian ringkas dalam latar belakang diatas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “apakah “ apakah ada hubungan pengetahuan orang tua dengan tindakan pemberian obat antipiretik pada anak usia toddler ?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Diketahuinya hubungan pengetahuan orang tua dengan tindakan pemberian obat antipiretik pada anak usia toddler di TK Aulia Tamarunang Kab. Gowa. 2. Tujuan Khusus a. Diidentifikasinya pengetahuan orang tua tentang obat antipiretik di TK Aulia Tamarunang Kab. Kab. Gowa. b. Diidentifikasinya tindakan
pemberian obat
antipiretik di
TK
Aulia
Tamarunang Kab. Gowa. c. Dianalisanyahubunga Dianalisanyahubungan n
pengetahuan
orang
tua
dengan
tindakan
pemberian obat antipiretik pada anak usia toddler di TK Aulia Tamarunang Kab. Gowa.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Dapat
menjadi
referensi
atau
bahan
masukan
bagi
peneliti
selanjutnya tentang hubungan pengetahuan orang tua dengan tindakan pemberian obat antipiretik pada anak usia toddler. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman yang berharga dalam memperluas wawasan dan
pengetahuan
melalui
penelitian
lapanganmengenai
hubungan
pengetahuan orang tua dengan tindakan pemberian obat antipiretik pada anak usia toddler di TK Aulia.
b. Bagi Institusi Sebagai bahan masukan untuk pengembangan ilmu pengetahuan, dokumen bahan bacaan, dan referensi bagi peneliti selanjutnya.
c. Bagi Orang Tua Sebagai bahan acuan dalam memberikan obat antipiretik pada anak yang mengalami demam.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengideraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo Soekidjo, 2010). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over (over behavior ) (Soekidjo Notoatmojo, 2007). Karena dalam pengalaman dan penelitian, ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mubarak, 2006). 2. Tingkatan Pengetahuan Pengetahuan mempunyai mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know ) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. b. Memahami (Comprehension) Comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secar benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan. Contoh: menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi ( Aplication) Aplication) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum –hukum, –hukum, rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain, misalnya dapat menguraikan prinsip –prinsip –prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang di berikan. d. Analisis ( Analysis) Analysis) Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
dapat
dilihat
dari
penggunaan
kata
kerja
seperti
dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis (Syntesis) Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan
formulasi –formulasi –formulasi
yang
ada.
Misalnya
dapat
menyusun,
merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan –rumusan –rumusan yang telah ada. f.
Evaluasi (Evaluation) Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria –kriteria –kriteria yang telah ada (Notoatmojo Soekidjo, 2009). 3. Faktor –faktor –faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun formal) dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun seseorang dengan pendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula, karena pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi dapat juga diperoleh dari pendidikan nonformal. b. Informasi atau media massa Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Informasi tersebut dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik itu melalui media elektronik maupun media cetak. Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediet ( immediet impact ) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
c. Sosial budaya dan ekonomi Status ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status social ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
. d. Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. e. Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. f. Usia Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola piker seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Budiman, 2013). 4. Pengukuran Tingkat Pengetahuan. Dalam membuat kategori tingkat pengetahuan bisa dikelompokkan menjadi dua kelompok jika yang diteliti masyarakat umum, yaitu : a. Tingkat pengetahuan pengetahuan kategori kategori baik jika nilainya nilainya > 50%.
a. Tingkat pengetahuan kategori kurang baik jika nilainya <50% (Budiman, 2013). B. Tinjauan Umum
Tentang Tindakan Pemberian
Obat
Antipiretik/Obat
Penurun Demam 1. Pengertian Antipiretik adalah golongan obat-obatan untuk demam. Demam sebenarnya adalah mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman infeksi. Saat terjadi infeksi, otak kita akan menaikkan standar suhu tubuh di atas nilai normal sehingga tubuh menjadi demam. Obat antipiretik bekerja dengan cara menurunkan standar suhu tersebut ke nilai normal (Felix Chikita Fredy, 2014). 2. Jenis Obat Antipiretik a. Obat-obatan
antiradang
nonsteroid,
seperti
ibuprofen, ibuprofen, ketoprofen,
nimesulide. b. Aspirin. c. Parasetamol. d. Metimazol. Di antara obat antipiretik tersebut, ter sebut, yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah parasetamol (Felix Chikita Fredy, 2014). 3. Mekanisme Kerja Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen) (Deybi Julianti, 2014).
4. Indikasi
Obat antipiretik diindikasikan untuk segala penyakit yang menghasilkan gejala demam. Sejumlah pedoman menyatakan bahwa obat antipiretik sebaiknya diberikan jika demam lebih dari 38,5 oC. Demam yang kurang dari 38,50C sebaiknya jangan cepat-cepat diberi obat. Selain untuk menurunkan demam, sebagian besar obat-obat antipiretik tersebut juga memiliki khasiat untuk mengurangi nyeri (Felix Chikita Fredy, 2014). 5. Efek Samping Pada dasarnya obat antipiretik aman untuk dikonsumsi. Namun yang sering menimbulkan masalah ialah pasien mengonsumsi dalam dosis yang terlalu banyak dan dalam jangka waktu yang terlalu lama. Efek samping yang muncul tergantung jenis obat antipiretiknya. Beberapa efek samping yang pernah ditemui antara lain: a. Alergi kulit. b. Gatal-gatal. c. Pusing. d. Mual, muntah. e. Nyeri ulu hati. f.
Buang air besar berdarah.
g. Gangguan fungsi hati. h. Gangguan penyembuhan luka (Felix Chikita Fredy, Fredy, 2014). 6. Kontraindikasi Tidak boleh digunakan pada penderita dengangangguan fungsi hati berat, hipersensitif terhadap paracetamol. Hipersensitif terhadap paracetamol dan defisiensi glucose-6 fosfat dehidrogenase. Peringatan dan Perhatian :
a. Pemberian harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan gangguan ginjal serta penggunaan jangka lama pada pasien anemia b. Jangan melampaui dosis yang disarankan c. Harap ke dokter bila gejala demam belum belum sembuh dalam waktu waktu 2 hari atau rasa sakit tidak berkurang selama 5 hari (Deybi Julianti, 2014). 7. Dosis Dosis obat antipiretik tergantung pada jenis obat yang digunakan. Berikut dosis obat antipiretik yang sering digunakan : a. Untuk paracetamol, dosisnya dosisnya sebesar sebesar 325-650 mg, 3-4 kali sehari. sehari. Untuk anak-anak dosisnya ialah 10-15 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari. b. Untuk ibuprofen dosisnya dosisnya ialah 300-800 mg, 4 kali sehari. Untuk anakanakanak dosisnya ialah 5-10 mg/kg berat badan, 3-4 kali sehari. c. Untuk aspirin, dosisnya dosisnya sebesar sebesar 325-650 mg, mg, 3-4 kali sehari sehari (Felix Chikita Fredy, 2014).
8. Cara Penyimpanan Cara penyimpanan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya (Deybi Julianti, 2014).
C. Tinjauan Umum Tentang Demam 1. Pengertian Demam bukanlah sebuah penyakit tetapi merupakan sebuah gejala. Demam terjadi ketika sistem kekebalan tubuh sedang berperang melawan infeksi. Dalam istilah medis, seseorang disebut menderita demam jika suhu tubuhnya mencapai 37,5 derajat Celcius atau lebih ( Anonim, 2014).
2. Penyebab a. Penyebab paling sering adalah adalah infeksi infeksi virus. Meski kadang sedikit lesu tetapi, bila anak masih aktif dan mau bermain di lantai biasanay disebabkan karena infeksi ringan seperti infeksi virus. Infeksi virus ditandai dengan pilek dan atau batuk, atau diare tanpa darah. Sebagian infeksi virus tanpa gejala batuk, pilek atau gangguan lain. Ciri khas infeksi virus demam biasanya akan tinggi dalam 1-2 hari pertama, saat hari ke 3-5 turun atau kadang hari ke 4-5 naik lagi tetapi tidak setinggi hari ke 1-2. Biasanya hari ke 6-7 akan membaik sendiri. Dalam keadaan seperti ini tidak perlu antibiotika dan tidak perlu cek darah. b. Demam Berdarah Dengue (DBD). Infeksi virus yang paling harus diwaspadai adalah DBD dengan tampilan khas demam biasanya akan tinggi dalam 1-2 hari pertama, saat hari ke 3-5 turun atau kadang hari ke 4-5 naik lagi tetapi tidak setinggi hari ke 1-2. c. Radang selaput selaput otak atau infeksi otak (Meningitis (Meningitis atau ensefalitis). Infeksi virus yang berbahaya lainnya adalah meningitis dan ensefalitis. Penyakit ini hars dicurigai bila demam disertai kejang berulang dan lama atau disertai kesadaran menurun. d. Infeksi Bakteri. Penyebab infeksi yang jarang adalah infeksi bakteri. Ciri khasnya adalah saat hari 1-2 tidak terlalu tinggi, tetapi hari ke 3-5 semakin tinggi. Infeksi bakteri yang harus dicurigai adalah infeksi saluran kencing, tifus, bronkitis, pnemonia atau infeksi bakteri lainnya. Sebaiknya harus dikonsultasikan ke dokter.
e. Penyebab Jarang. Penyebab lain sangat jarang seperti reaksi auto immun, keganasan dan sejenisnya. Hal ini terjadi bila demam lebih dari 5-7 tidak diketahui sebabnya. f.
Demam tinggi bukan disebabkan karena tumbuh gigi. Masalah klinisi terutama pada penderita alergi atau hipersenitif saluran cerna. Dalam keadaan demam mereka mengalami gangguan pencernaan dan gangguan di sekitar mulut seperti gusi bengkak, bibir kering, lidah putih, lidah berpulau (geographic (geographic tongue), tongue), bibir kering dan berdarah. Pada keadaan gusi bengkak sering dianggap gigi tumbuh (Anonim, 2014).
3. Obat Penurun Demam a. Parasetamol/Asetaminofen. b. Ibuprofen. Merek dagang ibuprofen yang di pasaran Indonesia: Proris, Relaven, Farsiven. c. Naproxen. Aleve dan Midol Extended Relief merupakan nama merek dagang yang paling terkenal yang mengandung naproxen sebagai bahan aktif d. Aspirin. e. Obat pereda demam lewat anus (Anonim, 2014). 4. Penanganan Demam Pada Anak Sebelum membawa si kecil ke dokter, ada beberapa langkah penanganan demam pada anak yang bisa anda upayakan guna membuatnya merasa lebih nyaman, seperti :
a. Kenakan pakaian yang nyaman. nyaman. Pilih pakaian dengan bahan yang yang tidak terlalu tebal atau terlalu tipis. Pakaian yang terlalu tebal akan membuat panas tubuhnya terperangkap sehingga membuatnya semakin tidak nyaman. Sementara itu, jika pakaian terlalu tipis, si kecil bisa menggigil kedinginan. Sebagai solusinya, cukup kenakan satu lapis pakaian saja pada si kecil. Lalu pakaikan selimut yang nyaman dan t idak terlalu tebal. b. Kompres dahi si kecil kecil dengan air hangat hangat agar ia merasa sedikit sedikit nyaman. Hindari mengompres dengan air dingin atau menggunakan kipas angin untuk menurunkan suhu tubuhnya, karena hal ini berisiko memicu gangguan kesehatan lain. c. Sediakan air minum di dekat si kecil agar ia bisa minum kapan pun ketika merasa haus. Pastikan si kecil minum dalam jumlah yang cukup saat sedang demam agar tidak mengalami dehidrasi. Perlu diketahui, demam pada anak berisiko memicu dehidrasi akibat hilangnya cairan melalui keringat. d. Jangan memaksanya memaksanya untuk makan karena demam pada anak biasanya biasanya berdampak pada menurunnya nafsu makan. Coba siasati dengan memberinya susu sebagai pengganti makanan. Hindari memberinya teh manis, karena kadar kafein dalam teh bisa mempercepat penguapan cairan di dalam tubuh. e. Berikan pengawasan pengawasan lebih pada si si kecil guna mengetahui mengetahui perkembangan perkembangan demamnya. Jika suhu tubuhnya tetap tinggi, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut. Selain kelima bentuk penanganan awal demam pada anak di atas, ada satu hal lagi yang perlu anda lakukan, yaitu tetap tenang. Pastikan untuk tidak
panik selama memberikan penanganan pada si kecil. Atasi rasa panik dengan mencoba fokus demi kesembuhan si kecil. Ketahuilah bahwa demam yang diderita tidak selamanya berarti buruk. Pada beberapa kasus, demam berangsur
membaik
setelah
istirahat
cukup
beberapa
jam.
Selama
menangani si kecil yang tengah demam, jangan lupa untuk sering cuci tangan pakai sabun sebelum merawatnya guna mengurangi penyebaran infeksi penyebab penyakit (Anonim, 2016). 5. Kapan harus membawa ke dokter a. Bila bayi berusia kurang kurang dari 3 bulan bulan dengan suhu di atas 38,3°C. b. Kalau demam lebih dari dari 48 jam-72 jam tanpa batuk pilek, sehingga Anda perlu mencari penyebabnya. Misalnya, menyingkirkan kemungkinan ISK (Infeksi Saluran Kemih). c. Tidak mau minum sama sekali, anak hanya mau minum kurang dari biasanya dan mengalami dehidrasi. Mata anak tampak cekung. Bila ubunubun belum menutup, Anda dapat melihat bahwa ubun-ubun juga cekung. Anda juga dapat melakukan tes kulit sederhana. Cubit kulit anak, bila mengeriput dan cukup lama ke posisi awal, maka dapat dikatakan anak Anda mengalami dehidrasi. dehidrasi. d. Rewel berlebihan berlebihan atau menangis terus menerus disertai disertai jeritan. e. Saat hari ke 3-5 demam anak sangat lemas atau tidur terus menerus sepanjang hari. f. Kejang, kuduk leher kaku dan sesak napas (Anonim, 2016).
D. Tinjauan Umum Umum Tentang Anak Anak Usia Todler Todler 1. Pengertian
Periode usia anak 1 sampai 3 tahun disebut juga dengan todler. Todler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuan aktivitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian bahaya atau risiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode todler. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan (Yupi Supartini, 2004). Karakteristik anak usia todler merupakan sangat egosentris. Selain itu nampak juga mempunyai perasaan takut pada ketidaktahuannya sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan terjadi padanya. Misalnya pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa takut melihat alat yang akan ditempel pada tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana anak akan merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang termometer sampai ia yakin bahwa alat tersebut tidak t idak berbahaya untuknya. Dari segi berbahasa anak belum mampu berbicara secara fasih. Oleh karena itu saat menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang dikenalnya. Posisi tubuh yang baik saat berbicara padanya adalah jongkok, duduk di kursi kecil atau berlutut sehingga pandangan mata kita akan sejajar dengannya. Satu
hal
yang
akan
mendorong
anak
untuk
meningkatkan
kemampuan dalam berkomunikasi adalah dengan memberi pujian atas apa yang telah dicapainya atau ditunjukkannya terhadap perawat dan orang tuanya (Yupi Supartini, 2004). 2. Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Usia 12-18 bulan Siapkan orang tua untuk perubahan perilaku yang diperkirakan dari todler, khususnya negativisme dan ritualisme. Kaji kebiasaan makan dan dorong penyapihan bertahap dari botol dan peningkatan masukan makanan padat. Tekankan perubahan pola makan yang diperkirakan dari anoreksia fisiologis, adanya makanan iseng dan kesukaan rasa yang menyolok, kebutuhan adanya jadwal makan yang rutin, ketidakmampuan untuk duduk selama makan dan kurangnya tata cara makan. Kaji pola tidur di malam hari terutama kebiasaan minum susu botol diwaktu tidur yang merupakan penyebab utama dari karies gigi, perilaku penundaan yang menunda-nunda waktu tidur. Siapkan orang tua terhadap potensial bahaya di rumah terutama kendaraan bermotor, keracunan, cedera jatuh, berikan sasaran yang tepat untuk keamanan rumah. Diskusikan kebutuhan untuk disiplin yang keras tapi lembut dan cara untuk menghadapi negativisme dan temper tantrum, tekankan keuntungan positif dari disiplin yang tepat. Tekankan pentingnya perpisahan singkat yang periodik baik bagi anak dan orang tua. Diskusikan mainan baru yang menggunakan pengembangan motorik kasar dan halus, bahasa, kognitif dan keterampilan sosial. Tekankan kebutuhan pengawasan gigi, tipe higiene gigi dasar di rumah dan kebiasaan makanan yang menimbulkan karies, tekankan pentingnya suplemen fluorida b. Usia 18-24 bulan Tekankan
pentingnya
pertemuan
sebaya
dalam
bermain.
Diskusikan metode disiplin yang ada, keefektifannya dan perasaan orang tua tentang negativisme anak, tekankan bahwa negativisme merupakan
aspek yang penting dari pengembangan penonjolan diri dan kemandirian dan bukan tanda dari kemanjaan. Diskusikan tanda-tanda kesiapan untuk latihan toileting, tekankan pentingnya menunggu kesiapan fisik dan psikologis. Diskusikan perkembangan rasa takut, seperti takut pada kegelapan atau suara keras dan kebiasaan seperti selimut pengaman atau mengisap jempol, tekankan normalitas dari perilaku yang bersifat sementara ini. c. Usia 24-36 bulan Siapkan orang tua untuk menghadapi peningkatan minat anak dalam perluasan hubungan. Anjurkan orang tua untuk memberikan pilihan-pilihan pada anak ketika memfasilitasi anak. Siapkan orang tua untuk menghadapi ketidaklancaran anak dalam berbicara dan anjurkan mereka untuk menghindari memfokuskan pada pola. Ingatkan orang tua bahwa ekuilibrium usia 3 tahun akan berubah menjadi agresif. Tekankan kebutuhan terhadap perlindungan dan pendidikan anak untuk mencegah cedera (Donna L. Wong, 2004).