Deret Bowen menggambarkan proses pembentukan mineral pada saat pendinginan magma dimana ketika magma mendingin, magma tersebut mengalami reaksi yang spesifik. Dan dalam hal ini suhu merupaka…Full description
matematika untuk kimiaFull description
Full description
Deret volta
deret taylorFull description
latihanDeskripsi lengkap
zsfzfsfsd
Full description
TUGAS PERKULIAHAN KIMIA ANORGANIK FISIK
DISUSUN OLEH:
NAMA
: RISKA ANGGRAINI
NIM
: 06101381520029
PROGRAM STUDI
: PENDIDIKAN KIMIA
SEMESTER
: VI (ENAM)
DOSEN PE PENGASUH
:Dr! M! M! HA HADELI L" L" M! M! S# S#
UNIVERSITAS SRI$I%A&A FAKULT AKULTAS KEGURUAN KEGUR UAN DAN D AN ILMU IL MU PENDIDIKAN PEND IDIKAN TAHUN A%ARAN 2018' 201 8' 2019
TEORI IKATAN DALAM KOMPLEKS
Teori mengenai ikatan dalam senyawa kompleks mulai berkembang sekitar tahun 1930. Sampai dengan saat ini ada 3 teori yang cukup menonjol :
Teori Ikatan Valensi (TIV)
Teori eori ini menyat menyatakan akan bahwa bahwa dalam dalam senyaw senyawaa terbent terbentuk uk ikatan ikatan kovalen kovalen koordi koordinas nasii antara antara ligan ligan dengan dengan atom atom dimana dimana pasanga pasangan n elektr elektron on bebas bebas disumbangkan oleh ligan dan logam menyediakan orbital kosong untuk ditempati oleh !"# yang disumbangkan oleh ligan
Teori Medan Kristal
$enurut teori ini ikatan antara logam dan ligan dalam senyawa kompleks murni merupakan interaksi elektrostatik.
Teori Orbital Molekul
%alam teori orbital molekul interaksi antara ligan dengan logam pusat dapat berupa interaksi ionik maupun pembentukan ikatan kovalen dengan menggunakan pendekatan mekanika gelombang
a. Teori Ikatan Valensi (Valence Bond Theory)
Teori ini dikemukaka dikemukakan n oleh &inus &inus !auling !auling sekitar sekitar tahun 1931. 1931. Teori
ini
menyatakan bahwa ikatan antara ligan dengan logam merupakan ikatan kovalen koordi koordinas nasi i dengan dengan pasang pasangan an elektr elektron on bebas bebas yang yang disumb disumbang angkan kan oleh oleh ligan. ligan. &oga &ogam m pusat pusat meny menyed ediak iakan an orbi orbital tal'o 'orb rbit ital al koso kosong ng yang yang tela telah h meng mengal alam amii hibr hibrid idis isasi asi untu untuk k dite ditemp mpati ati oleh oleh !"# !"# dari dari liga ligan. n. (enis (enis hibr hibrid idis isasi asi orbi orbita tall menentukan bentuk geometris senyawa kompleks yang terbentuk. !embentukan ikatan dalam senyawa kompleks juga dapat ditinjau sebagai reaksi )sam'#asa &ewis dimana ligan merupakan #asa &ewis yang memberikan !"#. H#r##*# sp* sp3 d*sp3 dsp* dsp3
G+,-+.r# Trigonal planar Tetrahedral 5ktahedral #uju ujur san sangk gkar ar segi segi empa empatt pla plan nar #ipiramida trigonal
sp3d* 5ktahedral +6e683' !embentukan ikatan melibatkan beberapa tahapan meliputi promosi elektron; pembentukan orbital hibrida; dan pembentukan ikatan antara logam dengan ligan melalui overlap antara orbital hibrida logam yang kosong dengan orbital ligan yang berisi pasangan elektron bebas. !ada hibridisasi yang melibatkan orbital d ada dua macam kemungkinan hibridisasi. (ika dalam hibridisasi orbital d yang dilibatkan adalah orbital d yang berada di luar kulit dari orbital s dan p yang berhibridisasi maka kompleks yang terbentuk disebut sebagai kompleks orbital luar atau outer orbital complex. Sebaliknya jika dalam hibridisasi yang dilibatkan adalah orbital d di dalam kulit orbital s dan p yang berhibridisasi maka kompleks tersebut dinamakan kompleks orbital dalam atau inner orbital complex.
+i752; memiliki struktur geometris tetrahedral i*=
: +)r 3d= s*
: +)r 3d=
s*
p0
"lektron pada orbital s mengalami promosi ke orbital 3d sehingga orbital s kosong dan dapat mengalami hibridisasi dengan orbital p membentuk orbital hibrida sp 3.
i*=
: +)r 3d=
s
p
hibridisasi sp3
5rbital hibrida sp3 yang telah terbentuk kemudian digunakan untuk berikatan dengan ligan 75 yang masing'masing menyumbangkan pasangan elektron bebas
+i752
: +)r 3d10
>arena
semua
elektron
sp3
berpasangan
maka
senyawa
bersi?at
diamagnetik
+6e7283'; memiliki bentuk geometris oktahedral 6e*8
: +)r 3d8 s*
6e34
: +)r 3d s0
: + )r 3d
s1
p0
%ua buah elektron pada orbital d yang semula tidak berpasangan dipasangkan dengan elektron lain yang ada pada orbital d tersebut sehingga * orbital d yang semula ditempati oleh kedua elektron tersebut kosong dan dapat digunakan untuk membentuk orbital hibridal d*sp3
6e34
: +)r hibridisasi d2sp3
>arena orbital d yang digunakan dalam hibridisasi ini berasal dari orbital d yang berada disebelah dalam orbital s dan p maka kompleks dengan orbital hibrida semacam ini disebut sebagai kompleks orbital dalam inner orbital complex2
+6e7283'
: +)r 3d8
d*sp3
5rbital hibrida d*sp3 yang terbentuk diisi oleh pasangan elektron bebas dari ligan 7'
%alam kompleks terdapat satu elektron yang tidak berpasangan sehingga kompleks bersi?at paramagnetik.
+i72*' memiliki bentuk geometris segiempat planar i*=
: +)r 3d= s*
: +)r 3d=
i*4
s*
p0
: +)r membentuk orbital hibrida dsp 3
Salah satu elektron pada orbital d yang tidak berpasangan dipasangkan dengan elektron lain sehingga salah satu orbital d kosong dan dapat digunakan untuk membentuk orbital hibrida dsp3
+i72*'
: +)r 3d=
dsp3
Semua elektron dalam kompleks ini berpasangan sehingga kompleks bersi?at diamagnetik
Sebagian besar kompleks lebih memilih kon?igurasi kompleks orbital dalam karena energi yang diperlukan saat hibridisasi untuk melibatkan orbital d sebelah dalam lebih kecil dibandingkan energi yang diperlukan untuk melibatkan orbital d sebelah luar. $eskipun demikian jika dilihat dari pengukuran momen magnetnya beberapa kompleks ternyata berada dalam bentuk kompleks orbital luar.
7ontoh :
-on +6e683' memiliki bentuk geometris oktahedral. (ika diasumsikan kompleks ini merupakan kompleks orbital dalam dengan hanya satu elektron yang tidak berpasangan maka seharusnya momen magnet senyawa adalah sebesar 1@3 #$. $enurut hasil pengukuran momen
magnet ion +6e6 83' adalah sebesar 80 #$ yang akan sesuai jika terdapat lima elektron tidak berpasangan. #erarti ion 6e34 dalam kompleks mengalami hibridisasi sp3d* dengan melibatkan orbital d sebelah luar dan disebut sebagai kompleks orbital luar outer orbital complex2. 6e*8: +)r 3d8 s* 6e34: +)r 3d s0 : +)r 3d
s1
p0
3 2
membentuk orbital hibrida sp d
d0
Elektronetralitas dan Backbonding
%alam T-A reaksi pembentukan kompleks merupakan reaksi )sam #asa &ewis. )tom logam sebagai asam &ewis mendapatkan elektron dari ligan yang bertindak sebagai basa &ewis sehingga mendapatkan tambahan muatan negati?. %engan demikian densitas elektron pada atom logam akan menjadi semakin besar sehingga kompleks menjadi semakin tidak stabil. !ada kenyataannya senyawa kompleks merupakan senyawa yang stabil sehingga diasumsikan walaupun mendapatkan tambahan muatan negati? dari !"# yang didonorkan oleh ligan atom pusat memiliki muatan yang mendekati nol atau hampir netral. )da dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menerangkan hal ini : (1)
Elektronetralitas &igan donor umumnya merupakan atom dengan elektronegativitas yang tinggi sehingga atom ligan tidak memberikan keseluruhan muatan negati?nya sehingga elektron ikatan tidak terdistribusi secara merata antara logam dengan ligan
(2)
Backbonding !ada atom logam dengan tingkat oksidasi yang rendah kerapatan elektron diturunkan melalui pembentukan ikatan balik backbonding2 atau resonansi ikatan partial. -onpusat memberikan kembali pasangan elektron kepada ligan melalui pembentukan ikatan phi B2.
Teori -katan Aalensi cukup mudah untuk dipahami dapat meramalkan bentuk geometris dari sebagian besar kompleks dan berkesesuaian dengan si?at kemagnetan dari sebagian besar kompleks. $eskipun demikian ada beberapa kelemahan dari Teori -katan Aalensi ini. Sebagian besar senyawa kompleks merupakan senyawa berwarna T-A tidak dapat menjelaskan warna dan spektra elektronik dari senyawa kompleks. Selain itu meskipun berkesesuaian dengan si?at kemagnetan senyawa T-A tidak dapat menjelaskan mengapa kemagnetan senyawa dapat berubah dengan kenaikan suhu. Teori -katan Aalensi tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan mengapa sejumlah kompleks berada dalam bentuk kompleks orbital luar. >elemahan'kelemahan dari T-A ini dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh Teori $edan >ristal Crystal Field Teory2.
b. T+,r# M+* Kr#.* (Crystal Field Theory)
Teori ini mula'mula diajukan oleh #ethe 19*92 dan Aleck 1931 C 1932 dan mulai berkembang sekitar tahun 191. Teori ini merupakan usaha untuk menjelaskan hal'hal yang menjadi kelemahan dari Teori -katan Aalensi. %alam Teori $edan >ristal T$>2
interaksi yang terjadi antara logam
dengan ligan adalah murni interaksi elektrostatik. &ogam yang menjadi pusat dari kompleks dianggap sebagai suatu ion positi? yang muatannya sama dengan tingkat oksidasi dari logam tersebut. &ogam pusat ini dikelilingi oleh ligan'ligan bermuatan negati? atau ligan netral yang memiliki pasangan elektron bebas !"#2. (ika ligan merupakan suatau spesi netraltidak bermuatan maka sisi dipol negati? dari ligan terarah pada logam pusat. $edan listrik pada logam akan saling mempengaruhi dengan medan listrik ligan.
%alam Teori $edan >ristal berlaku beberapa anggapan berikut : a. ligan dianggap sebagai suatu titik muatan b. tidak ada interaksi antara orbital logam dengan orbital ligan c. orbital d dari logam kesemuanya terdegenerasi dan memiliki energi yang sama akan tetapi jika terbentuk kompleks maka akan terjadi pemecahan tingkat energi orbital d tersebut akibat adanya tolakan dari elektron pada
ligan pemecahan tingkat energi orbital d ini tergantung orientasi arah orbital logam dengan arah datangnya ligan
Bentuk Orbitald
>arena orbital d seringkali digunakan pada pembentukan ikatan dalam kompleks terutama dalam teori T$> maka adalah penting untuk mempelajari bentuk dan orientasi ruang orbital d . >elima orbital d tidak identik dan dapat dibagi menjadi dua kelompok; orbital t *g dan eg. 5rbital'orbital t*g CdDy; dDE; dan dyE C memiliki bentuk yang sama dan memiliki orientasi arah di antara sumbu D y dan E. 5rbital'orbital eg CdD*'y* dan dE*C memiliki bentuk yang berbeda dan terletak di sepanjang sumbu. x
y
dxy
y
x
z
dxz
x
y
dx2-y2
z
x
dyz
y
dz2
Ko!"leks Oktahedral
!ada kompleks oktahedral logam berada di pusat oktahedron dengan ligan di setiap sudutnya. )rah mendekatnya ligan adalah sepanjang sumbu D y dan E. >arena orientasi arah orbital dD*'y* dan dE* adalah sepanjang sumbu D; y; E dan
menghadap langsung ke arah mendekatnya ligan maka kedua orbital tersebut mengami tolakan yang lebih besar dari ligan dibandingkan orbital d Dy; dDE dan dyE yang berada di antara sumbu'sumbu D; y; dan E. %engan demikian orbital d pada kompleks oktahedral mengalami pemecahan splitting 2 tingkat energi dimana orbital'orbital eg memiliki tingkat energi yang lebih besar dibandingkan orbital t *g. dx2-y2
Z
dz2
eg
L
Y
0,6∆o
L L
M+
L
X dxz
dxy
L
∆o
dyz dx2-y2 dz2
0,∆o dxy
L
dxz
dyz
t2g
a2
b2
G*-*r *! kompleks oktahedral G*-*r ! pemecahan energi yang terjadi pada orbital d menjadi orbital e g dan t*g
(arak antara kedua tingkat energi ini diberi simbol
0 atau
10%F. Setiap
orbital pada orbital t*g menurunkan energi kompleks sebesar 0 0 dan sebaliknya setiap orbital pada orbital eg menaikkan energi kompleks sebesar 08 0. Tingkat energi rata'rata dari kedua tingkat energi orbital t*g dan eg merupakan energi hipotetik dari orbital d yang terdegenerasi. #esarnya harga
o terutama
ditentukan oleh kuat atau lemahnya suatu
ligan. Semakin kuat medan suatu ligan makin besar pula pemecahan tingkat energi yang disebabkan sehingga harga