CASE REPORT
HEMOROID INTERNA GRADE IV
DISUSUN OLEH RohmiliaKusuma, S.Ked
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN 2013
BAB I LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 44 tahun
Alamat
: Kebon Agung 6/6 Suruh Tasikmadu
Pekerjaan
: Buruh
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 7 Juli 2013
No. RM
: 2689XX
B. RIWAYAT PENYAKIT Keluhan Utama BAB bercampur darah
Riwayat Penyakit Sekarang 1 tahun SMRS Pasien mengeluh BAB bercampur darah segar, terutama saat BAB sulit keluar dan keras. Sebelum kotoran keluar, darah mengucur terlebih dahulu. Keluhan muncul jika kondisi pasien sedang tidak sehat. Tidak didapatkan benjolan yang keluar masuk saat BAB, nyeri, panas, dan lendir. Pasien juga mengeluhkan nyeri perut bagian bawah sebelum BAB. Keluhan lemas (+), pusing (-), mual (-), muntah (-). BAK dalam batas normal. 9 bulan SMRS Pasien mengeluh BAB bercampur darah disertai nyeri perut, lemas, dan pusing. Kemudian pasien berobat ke dokter spesialis penyakit dalam, didiagnosis maag kronis. Pasien mondok di RS dan mendapatkan pengobatan.
7 bulan SMRS Pasien masih mengeluhkan penyakit yang sama, yaitu keluar darah saat BAB dan nyeri pada perut bagian bawah. Pasien berobat ke dokter kandungan, didiagnosis mioma. Pasien tidak mondok di RS. 1 bulan SMRS Pasien mengeluh BAB bercampur darah dan lemas. Pasien berobat ke dokter spesialis penyakit dalam. Pasien mondok di RS dan mendapatkan transfusi darah sebanyak 6 colf. 2 HSMRS Pasien mengeluh BAB encer, warna coklat kehitaman, lendir (-), sehari sebanyak 2x. Perut bagian bawah terasa mules, pusing (-), mual (-), muntah (). HMRS Pasien datang ke IGD dengan keluhan BAB encer sejak 2 hari yang lalu. BAB berwarna coklat kehitaman, sehari sebanyak 1x. Perut bagian bawah terasa mules. Lemas (-), pusing (-), mual (-), muntah (-), kembung (-). Pasien masuk ke bagian penyakit dalam di bangsal Mawar 2.
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit serupa
: Diakui
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat alergi
: Disangkal
Riwayat asma
: Disangkal
Riwayat penyakit keluarga Riwayat penyakit serupa
: Disangkal
Riwayat hipertensi
: Disangkal
Riwayat DM
: Disangkal
Riwayat Alergi
: Disangkal
Riwayat Asma
: Disangkal
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Cukup
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
Tekanan Darah
: 150/80 mmHg
Nadi
: 80 kali/menit
Respirasi
: 22 kali/menit
Suhu
: 36,2 oC
Pemeriksaan kepala : Bentuk kepala
: Normocephal, simetris
Pemeriksaan mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Pemeriksaan leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran
Pemeriksaan thorax : -
Jantung Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi
: Batas jantung dalam batas normal, tidak ada
pembesaran Auskultasi -
: Bunyi jantung I/II murni reguler
Paru Inspeksi
: Simetris, ketinggalan gerak (-)
Palpasi
: Fremitus normal
Perkusi
: Sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi
: SDV (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Pemeriksaan abdomen Inspeksi
: Distended (-), bekas luka operasi (-), massa (-)
Auskultasi
: Peristaltik dalam batas normal
Perkusi
: Timpani pada seluruh lapang abdomen
Palpasi
: Nyeri tekan (-)
Pemeriksaan ekstremitas Akral hangat, turgor kulit baik, edema (-), sianosis (-)
Status lokalis Inspeksi
: Terdapat beberapa benjolan pada sekitar anal
Palpasi
: Nyeri tekan (-)
Rectal toucher : -
Tonus musculus sphingter ani baik Struktur dalam rectum, mukosa halus, tidak terdapat benjolan atau massa
-
Sarung tangan darah (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG No
Parameter
Jumlah
Satuan
Nilai Rujukan
1.
Leukosit
5.400
uL
5.000-10.000/uL
2.
Eritrosit
4,48
uL
4,0-5,5/uL
3.
Hemoglobin
13.9
gr/dl
11,5-13,5 g/dl
4.
Hematokrit
41,9
%
37-43 %
5.
MCV
93,5
femtoliter
82-92 fl
6.
MCH
31
pikograms
27-31 pg
7.
MCHC
33,2
g/dl
32-36 g/dl
8.
Trombosit
218.000
uL
150.000-400.000/uL
9.
Limfosit
28,2
%
20-40%
10.
Monosit
5,7
%
2-8%
11.
N. Segmen
66,1
%
33-60%
12
Creatinine
0,65
mg/dl
0,5-1
13.
Ureum
12,2
mg/dl
10-50
14.
GDS
115
mg/dl
<200 mg/dl
E. DIAGNOSIS BANDING Ca rekti
F. DIAGNOSIS KERJA Hemoroid interna grade III Hipertensi stage I
G. PENATALAKSANAAN Medikamentosa :
Infus RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxon 1x1
Captopril 2x25 mg
Bedah
:
Hemoroidektomi
H. PROGNOSIS Quo ad vitam
: Ad bonam
Quo ad sanam
: Ad bonam
Quo ad fungsionam
: Ad bonam
I. FOLLOW UP Tanggal 10/7/2013
11/7/2013
S Saat BAB keluar darah segar, kadang nyeri perut bagian bawah
Saat BAB keluar darah segar, kadang nyeri perut bagian bawah
12/7/2013
Saat BAB keluar darah segar, kadang nyeri perut bagian bawah
13/7/2013
BAB campur darah (-), nyeri perut (-), batuk (+)
O KU: Cukup TD: 120/90 N: 74 R: 20 S:37 Abdomen: Nyeri tekan di inguinal sinsitra Status lokalis: Terdapat beberapa benjolan di daerah anal KU: Cukup TD: 130/100 N: 80 R: 20 S:37,2 Status lokalis: Terdapat beberapa benjolan di daerah anal KU: Cukup TD: 150/100 N: 78 R: 20 S:37,2 Status lokalis: Terdapat beberapa benjolan di daerah anal KU: Cukup TD: 160/100 N: 73 R: 20 S:36,3
A Hemoroid interna Hipertensi
P - Inf. RL 20 tpm - Inj. Ceftriaxone 1x1
Hemoroid interna Hipertensi
- Inf. RL 20 tpm - Inj. Ceftriaxone 1x1
Hemoroid interna Hipertensi
Hemoroid interna Hipertensi
Planning operasi hemoroidek -tomi (Sabtu 13/7/2013)
15/7/2013
BAB campur darah (-), nyeri perut (-), batuk (+)
16/7/2013
BAB campur darah (-), nyeri perut (-), batuk (+)
17/7/2013
Nyeri bekas operasi (+), tidak bisa tidur, BAB (-)
18/7/2013
Nyeri bekas operasi (-), flatus (+), BAB (-)
Status lokalis: Terdapat beberapa benjolan di daerah anal KU: Cukup TD: 160/100 N: 73 R: 20 S:36,3 Status lokalis: Terdapat beberapa benjolan di daerah anal KU: Cukup TD: 130/80 N: 88 R: 16 S:36,2 Status lokalis: Terdapat beberapa benjolan di daerah anal KU: Cukup TD: 150/90 N: 81 R: 20 S:36,7 Status lokalis: Luka tertutup kasa, rembesan darah (-) KU: Cukup TD: 130/90 N: 80 R: 20 S:36,5 Status lokalis: Luka tertutup kasa, rembesan darah (-)
Hemoroid interna Hipertensi
-Planning operasi (Selasa,16/ 7/2013) -Konsul anestesi
Hemoroid interna pre op Hipertensi
-Inf RL 30 tpm -Inj. Ceftriaxon 2x1 -Inj. Pragesol 3x1 -Inj. Kalnex 3x1 -Aff tampon -Terapi lain lanjut
Hemoroid interna post op H+1 Hipertensi
Hemoroid interna post op H+2 Hipertensi
-Aff kateter -Laxadyn 2x1 -Terapi lain lanjut
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hemoroid adalah jaringan normal yang terdapat pada semua orang, yang terdiri atas pleksus arteri-vena, berfungsi sebagai katup di dalam saluran anus untuk membantu sistem sfingter anus, mencegah inkontinensia flatus dan cairan. Apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau penyulit, baru dilakukan tindakan. B. Klasifikasi Hemoroid dibedakan antara interna dan eksterna. 1. Hemoroid interna Hemoroid interna dalah pleksus vena hemoroidalis superior di atas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid ini merupakan bantalan vaskular di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Hemoroid sering dijumpai pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan, kanan belakang, dan kiri lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut. Adapun derajat hemoroid interna:
A. Derajat I
: Berdarah, tidak menonjol keluar anus
B. Derajat II
: Berdarah, menonjol keluar anus, reposisi spontan
C. Derajat III
: Berdarah, menonjol keluar anus, reposisi manual
D. Derajat IV
: Bila tidak dapat direposisi lagi
2. Hemoroid eksterna Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan plexus hemoroidalis inferior, terdapat di sebelah distal garis mukokutan,di bawah linea pectinata di dalam jaringan di bawah epitel anus. Kedua plexus hemoroid saling berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula dari rectum sebelah bawah dan anus. Plexus hemoroid interna mengalirkan darah ke v.hemoroidalis superior dan selanjutnya ke v.porta. Plexus hemoroid eksternus mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke v.iliaca. C. Etiologi Beberapa hal yang menyebabkan timbulnya hemoroid antara lain: 1. Obstruksi venous Prinsip penyebab timbulnya hemoroid adalah gangguan kongesti dan hipertrofi
bantalan
anus.
Kongesti
terjadi
karena
kegagalan
mengeluarkan berak misalnya feses yang keras (skibala), tahanan oleh spingter ani yang kaku, dan mobilitas abnormal. Kongesti ini bisa disebabkan adanya feses yang keras, kehamilan, tumor di pelvis, peningkatan tekanan vena porta pada sirosis. 2. Prolap dari bantalan vascular Pada anak-anak dan dewasa muda yang sehat bantalan vascular ditopang oleh ligament parks (pectin band) dan muskularis sub mukosa. Pada proses defekasi terjadi rotasi jaringan bantalan vascular dan masuk kembali setelah proses selesai. Beberapa faktor yang mengganggu rotasi vascular adalah umur, konstipasi, kelamaan mengejan. Faktor-faktor ini yang menyebabkan prolaps dan kelemahan bantalan vascular sehingga vena-vena menjadi lebar (varises). 3. Herediter Tidak ada bukti yang jelas bahwa faktor herediter menjadi penyebab hemoroid.Namun dikatakan di sumber lain bahwa factor hereditas berhubungan dengan kelemahan struktur dinding pembuluh darah. 4. Faktor diet Bahwa banyak kasus hemoroid didapatkan pada orang Barat (di Negara maju) dan jarang pada orang pedesaan (undeveloped country). BURKITT 1972 menyatakan bahwa penyakit hemoroid jarang terjadi di pedesaan Afrika (primitive) tapi banyak terjadi keluhan hemoroid pada orang negro yang berada di Amerika Serikat atau di perkotaan. Kemungkinan ini terjadi oleh karena orang Afrika di pedesaan banyak mengkonsumsi makanan berserat. 5. Tonus spingter ani Dengan pemeriksaan manometri terhadap penderita menunjukkan bahwa penderita hemoroid mempunyai tekanan lebih tinggi daripada orang normal. 6. Kebiasaan defekasi
Penderita-penderita hemoroid biasanya lama defekasi mencapai 10-15 menit. Kebiasaan duduk di kloset yang lama menyebabkan tekanan di daerah bantalan vena meningkat dapat menyebabkan hemoroid.
D. Gejala Klinis Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan, dan obesitas. 1. Perdarahan Merupakan gejala awal didapatkan, dan gejala ini tidak selalu timbul, kadang-kadang sudah terjadi prolap tetapi belum ada gejala feses berdarah. Biasanya perdarahan timbul sesudah defekasi, menetes dan tidak nyeri. Kadang-kadang disertai adanya lendir (mucous). Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna akibat trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan feses, dapat hanya berupa garis pada feses atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau yang mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan yang luas dan intensif di plexus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan darah arteri. Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. 2. Prolaps Prolaps atau lumps (benjolan) yang muncul di anus ini disebut “piles”. Perlu dibedakan dengan benjolan lain yang mungkin tampak di anus antara lain polip rectum, hipertrofi papilla anal, sentinel tag pada penderita fissure ani. Hemoroid yang membesar secara perlahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul oleh reduksi spontan sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
ke dalam anus. Akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak dapat didorong masuk lagi. 3. Rasa nyeri Hemoroid yang tidak mengalami penyulit biasanya tidak ada nyeri walaupun berdarah. Rasa nyeri dapat timbul bila terjadi trombosis dan prolaps (disebut juga strangulated). Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis. 4. Keluar lendir atau cairan dan disertai gatal Keluarnya mucus dan terdapatnya feses pada pakaian dalam merupakan ciri dari hemoroid yang mengalami prolaps menetap.Akibat kongesti dan pembengkakan bantalan dalam anus menyebabkan membrane keluar dari anus dan kontaminasi ke kulit menyebabkan iritasi dan timbul gatalgatal, oleh karena kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus.
E. Diagnosis Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosa hemoroid dapat dilakukan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesa harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras diselimuti darah segar atau menetes darah segar setelahnya, faktor-faktor yang menyebabkan tekanan intraabdominal yang tinggi, dan nyeri. Dari pemeriksaan luar kemungkinan tidak ditemukan kelainan. Kadang didapatkan anemia. Inspeksi di daerah anal untuk mengetahui adakah benjolan, dan tentukan benjolan diliputi oleh kulit ataukah mukosa. Bilamana diliputi kulit menunjukkan hemoroid eksterna dan bila diliputi mukosa berarti hemoroid interna yang sudah terjadi prolap. Benjolan di anus dapat pula disebabkan oleh karena fisura ani dimana kulit menebal dan disebut sentinel tag. Apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol
keluar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Dalam hal palpasi hemoroid perlu pelicin, dan harus pelan-pelan, bilamana perlu dengan lubrikasi anestesi. Pemeriksaan ini merupakan keharusan dalam hal kasus berak darah. Untuk pasien wanita, pemeriksaan rektum dilakukan setelah pemeriksaan vagina. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Massa teraba pemeriksaan colok dubur apabila sudah terdapat penyulit trombus atau anal papilla. Colok dubur dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum. Penilaian dengan anoskopi diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan dan diputar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Proktosigmoideskopi perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan yang fisiologis saja atau tanda yang menyertai. Dengan cara ini juga dapat menentukan lokasi dan gradasi hemoroid interna yang selanjutnya digunakan untuk menentukan cara pengobatan. Feses juga harus diperiksa terhadap adanya darah yang samar.
F. Penatalaksanaan Terapi hemoroid interna harus ditetapkan secara perorangan. Hemoroid adalah normal dan oleh karenanya tujuan terapi bukan untuk menghilangkan plexus hemoroidal tetapi untuk menghilangkan keluhan. Terapi hemoroid dapat berupa pencegahan (prevention) atau medikamentosa (non invasive) maupun tindakan (invasive) dan pemilihan jenis terapi sangat tergantung padanderajat hemoroid serta keluhan penderita.
1. Medikamentosa Obat yang digunakan bertujuan untuk memperbaiki defekasi, mengurangi keluhan subjektif, menghentikan perdarahan, mengurangi atau mencegah timbulnya keluhan dan gejala. Untuk memperbaiki defekasi diberikan suplemen serat (fiber suplement) dan pelincir feses (stool softener). Selain itu juga dapat diberikan obat simtomatik. Obat ini bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi keluhan gatal, nyeri, perdarahan. Terapi dimulai dari merendam bokong dalam air hangat atau garam pekat (Sitz bath), kompres dengan es, salep, antiseptik, vasokonstriktor dan anagetik. Saat ini ada preparat diosmin (ardium) yang bersifat phlebotropik dan vaskuloprotektif. Diosmin bekerja pada vena, sistem limfatik, sistem mikrosirkulasi dan terutama memperbaiki permeablitas.
2. Tindakan (invasive) a. Skleroterapi Yaitu penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Sklerosan yang biasa dipakai adalah: - 1% polidocanol yang disuntikkan 0,5 -1 cc per hemoroid dan diulang setiap 3-4 minggu -
Phenol in almond oil 3-4 cc dengan interval 6 minggu.
Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anuskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat, tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk ke dalam prostat, dan reaksi hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikkan. Terapi suntikan dengan bahan sklerosan bersama dengan nasehat tentang
makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II. b. Rubber Band Ligation (RBL) / Ligasi dengan gelang karet Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anuskop, mukosa diatas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau dihisap ke dalam tabung ligator khusus. Gelang karet di dorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa plexus hemoroidalis tersebut. Nekrosis karena iskemia dapat terjadi setelah beberapa hari. Mukosa bersama karet akan lepas sendiri. Fibrosis dan parut akan terjadi pada pangkal hemoroid tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu dua sampai empat minggu. Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbul nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan oleh infeksi. Perdarahan dapat terjadi pada waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah tujuh sampai sepuluh hari. c. Cryosurgery Pemotongan hemoroid dengan menggunakan nitrogen cair yang suhunya -1960C.(7) Bedah beku atau bedah krio ini tidak dipakai secara luas oleh karena mukosa nekrotik sukar ditentukan luasnya. Bedah krio lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rectum yang inoperable. d. Coagulation Koagulasi dapat dilakukan dengan infra red photo coagulation atau laser coagulation. e. Doppler Ultrasound Guides Hemorroid Artery Ligation
Dengan protoscope khusus yang mempunyai transducer ultrasound yang dipergunakan untuk mengetahui lokasi arteri hemoroidalis dan kemudian dijahit ikat. Kelebihan prosedur ini adalah pasca ligasi saat itu juga dapat diketahui apakah ligasi tersebut tepat atau tidak. Prosedur ini dapat menjadi pilihan utama pada hemoroid yang sedang berdarah. 3. Terapi operasi a. Hemoroidektomi Terapi bedah ini dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid derajat III atau IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan pada penderita dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak sembuh dengan terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi. Prinsip yang harus diperhatikan pada hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu spingter anus. b. Stappled hemoroidektomi Prof. Dr. Antonio Longo tahun 1996 memperkenalkan tehnik stappled hemoroidektomi. Tehnik ini dikenal juga sebagai anodermal lifting dan dilakukan pada hemoroid derajat 2-3-4. Prinsipnya adalah mengurangi prolaps dan menghentikan vaskularisasi dari arteri hemoroidalis superior melalui insisi transversal, reseksi mukosa dan muko-mukosal anastomosis dengan alat intraluminar stapling khusus. G. Komplikasi 1. Trombosis dan infeksi bantalan dari hemoroid interna, ini mengakibatkan komplikasi yang dramatik, biasanya disertai nyeri yang hebat, dengan
penonjolan (prolap) di anus yang tampak merah kebiruan oleh karena pangkalnya terjepit
spingter ani.
Kadang-kadang ini
tidak bisa
dikembalikan (grade IV). Pembengkakan ini berlangsung kurang lebih 1-4 hari dan mulai hari ke 10 terjadi resolusi mengecil sampai kurang lebih 6 minggu. 2. Anemia Perdarahan yang berulang-ulang menyebabkan anemis dan ini dapat terjadi sampai kadar hemoglobin dalam darah dibawah 4 gr% 3. Trombosis hemoroid eksterna Keadaan ini disebut juga perianal hematoma. Adanya trombosis menyebabkan bekuan darah terkumpul sehingga kulit menjadi tegang dan mengakibatkan rasa nyeri yang hebat. Benjolan terletak di tepi anus, bentuk bulat dan tegang serta nyeri pada perabaan. 4. Perianal dermatitis Gejala ini akibat dari kontaminasi mukous mengakibatkan maserasi kulit
5. Abses hati Dapat terjadi abses hati oleh karena terjadi emboli septik melalui sistem porta. 6. Untuk hemoroid eksterna pengobatannya selalu operatif. Tergantung keadaan, dapat dilakukan eksisi atau insisi trombus serta pengeluaran trombus. Komplikasi jangka panjang adalah striktur ani karena eksisi yang berlebihan. H. Prognosis Dengan terapi yang tepat keluhan pasien dengan hemoroid dapat dihilangkan. Pendekatan konservatif harus dilakukan pada hampir setiap kasus. Hasil dari hemoroidektomi cukup memuaskan. Untuk terapi lanjutan, mengejan harus dikurangi untuk mencegah kekambuhan.