Faktor usia bukan penentu Kematangan tidak ditentukan oleh faktor usia. Meskipun kedua pasangan yang memutuskan menikah telah masuk usia dewasa awal, tapi tahap perkembangannya belum sampai ke tahap itu. Maka yang terjadi ialah timbulnya cara berpikir yang beda. Semisal bagaimana membagi waktu antara keluarga dan pertemanan. Saat pasangan yang tahap perkembangan emosionalnya belum matang, maka dia akan berusaha untuk selalu berada di dekat teman-temannya. Sebab dia belum mau meninggalkan fase bersenang-senang. Jadi, dia belum bisa berkomitmen berko mitmen penuh untuk menjadi seorang ayah atau ibu. Maka tak heran bila hal ini akan memicu konflik, sebab ketika seseorang menjalankan peran dan tugasnya akan a kan berpengaruh terhadap hubungan mereka. Perceraian Ketika telah diketahui adanya tahap perkembangan emosional yang belum matang, saat kondisi tersebut berlangsung terus maka kemungkinan kedua belah bela h pihak akan menyerah. Perceraian pun menjadi satu pilihan yang menarik. Persiapan yang matang Selain faktor kematangan, persiapan pun perlu diperhatikan. Artinya harus siap dan dipertimbangkan matang mengenai langkah yang akan ditempuh. Kalau hanya karena alasan untuk menghindari perbuatan dosa, maka merupakan langkah yang paling dangkal. Karena lebih dari itu, pernikahan adalah sebuah ikatan suci di mana dua orang yang memutuskan terikat dalam sebuah pernikahan bertanggung jawab ja wab untuk saling membina sehingga akhirnya tercipta sebuah keluarga harmonis sesuai dengan harapan. Dukungan keluarga Sebuah pernikahan tak akan terwujud tanpa adanya dukungan dari keluarga. Untuk itu, Anda pun harus mengantongi restu keluarga. Sebab pernikahan adalah suatu ikatan yang tak terbatas waktu, jadi dukungan orangtua dan keluarga sangat diperlukan di sini agar tidak akan a kan terjadi kondisi menyerah di tengah jalan...
Sebenarnya nikah di usia muda itu tidak mendatangkan keuntungan, malah sebaliknya akan merugikan diri sendiri maupun anak yang dilahirkan nantinya.
Untuk
lebih jelasnya simaklah beberapa tinjauan dari segi Medis, Psikologis dan Agama mengenai Pernikahan Dini.... 1. Dari segi MEDIS Pernikahan perempuan usia dini di bawah 20 tahun tergolong resiko tinggi, karena saat itu secara fisik belum mampu hamil secara sempurna sebab organ-organ reproduksi mereka belum kuat menjalankan tugasnya secara baik. haid, baru tanda awal perubahan dari masa anak-anak menjadi dewasa. secara biologis dia memang bisa hamil, tapi sesungguhnya dia belum siap untuk hamil apalagi melahirkan. hubungan sex di usia dini juga bisa menyebabkan kanker rahim. Pasalnya, emosional ibu muda belum stabil sehingga kerap dihampiri perasaan tegang dan takut melahirkan. Sementara kecacatan kelahiran bisa muncul akibat tegang saat hamil karena timbulnya sikap 'menolak' karena ibu belum siap mengandung bayinya di usia muda. 2. Dari segi psikologi Nikah dini umumnya berada pada situasi dan kondisi yg tidak siap secara psikis, mudah goyah dan rentan terjadi perceraian lantaran jiwa mereka yg masih labil, belum matang, belum tahu tanggung jawabnya, masih membutuhkan bimbingan dan lain2, belum siap mempunyai anak, sehingga ketika mempunyai anak, tidak care, ketika hamil tidak perhatian terhadap kehamilannya. secara keseluruhan laki2 yg nikah dini jg mempunyai dampak, umumnya mereka belum mempunyai penghasilan tetap untuk membiayai kehidupan rumah tangganya, budaya kita biasanya menggantungkan hidup pada orang tuanya. laki2 yg kawin muda jg belum tahu secara baik apa hakikat dan tujuan berkeluarga, serta tanggung jawab sebagai suami.
Beberapa dampak negatif dari pernikahan dini, yaitu : 1. Hilangnya kesempatan mengenyam pendidikan tinggi 2. Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan diri di masyarakat. 3. kehilangan haknya mendapatkan kesempatan karir yg lebih bagus untuk masa depan.
Pernikaha dini bukanlah solusi mencegah maraknya budaya pergaulan bebas. Sebaliknya solusi memperbaiki kaum remaja justru terletak pada pembenahan pendidikan dan budi pekerti. "semakin tinggi pendidikan yg dicapai anak, dia akan semakin baik untuk mengontrol diri, apalagi kalau pendidikan budi pekerti dan agama ditanamkan dgn baik, dia bisa mengontrol diri untuk tidak menabrak batas-batas tradisi dan agama.