LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV.1.
GAMBARAN UMUM LOKASI PERENCANAAN
IV.1.1 Kondisi Wilayah Lokasi Perencanaan Secara administrasi wilyah perencanaan saluran irigasi berada di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo dan berada di DAS Sungai Bengawan Solo. Wilayah W ilayah Desa Langenharjo merupakan wilayah yang memiliki intensitas lahan terbangun cukup tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo 2011-2031 wilayah Desa Langenharjo diarahkan untuk pengembangan pengembangan permukiman. Jika dilihat dari skala makro terlihat bahwa wilayah Desa Langenharjo merupakan daerah hilir dari sistem irigasi sekunder yang menampung air hujan dari beberapa saluran irigasi tersier yang barada di Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki yang bermuara ke Sungai Bengawan Solo. Sehingga dalam melakukan pengumpulan data dan analisis data meiputi kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki sebagai Catchment area yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan saluran irigasi di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol. Desa Langenharjo merupakan salah satu wilayah yang cukup sering terjadi banjir dan genangan jika intensitas curah hujan tinggi. Titik lokasi yang mengalami genangan yaitu di pertigaan langenharjo. Permasalahan genangan dan banjir di Desa Langenharjo di sebabkan oleh: a.
Lokasi yang rendah dan menerima limpasan dari daerah lain
b. Terjadinya pendangkalan dan tersumbatnya saluran dan gorong-gorong.
Gambar 4.1 Lokasi perencanaan dan Lokasi Genangan ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 1
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
IV.1.2 Kependudukan Dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2011-2015 jumlah penduduk di Kabupaten Sukoharjo terus mengalami peningkatan dari 869.481 jiwa menjadi 875.228 jiwa. Apabila dilihat dari penyebaran penduduk, Jumlah penduduk terbanyak adalah di Kecamatan Grogol dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebanyak 109.829 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah adalah di Kecamatan Gatak, yaitu hanya sebanyak 51.445 jiwa. Secara lebih rinci, berikut adalah tabel rincian Jumlah Penduduk di tiap kecamatan dari tahun 2011-2015:
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Tiap Kecamatan Dari Tahun 2011-2015 No 1
Kecamatan Weru
2011 67.070
2012 67.262
2013 67.431
2014 67.789
2015 68 150
2
Bulu
51.463
51.516
51.684
51.666
51 907
3 4 5
Tawangsari Sukoharjo Nguter
58.962 85.636 64.434
59.270 86.153 64.681
59.552 86.794 64.970
59.483 87.280 65.076
59 750 87 768 65 182
6
Bendosari
67.906
68.205
68.586
68.981
69 378
7
Polokarto
74.951
75.279
75.591
75.971
76 353
8
Mojolaban
80.053
80.916
81.717
82.559
83 410
9
Grogol
105.016
106.274
107.555
108.649
109 754
10
Baki
53.560
54.207
54.766
55.318
55 875
11
Gatak
49.184
49.726
50.347
50.899
51 457
12
Kartasura
92.922
93.932
94.700
95.810
96 933
851.157
857.421
863.693
869.481
875 917
Jumlah
Sumber: Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka tahun 2010-2015 diolah
Tabel 4.2 Data Jumlah Penduduk Kabupaten Sukoharjo
Kecamatan
Jumlah Kepala Keluarga
Jumlah Penduduk
Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga
(1) 010. W e r u 020. B u l u 030. Tawangsari 040. Sukoharjo 050. Nguter 060. Bendosari 070. Polokarto 080. Mojolaban 090. Grogol 100. B a k i 110. G a t a k
(2) 16 155 12 838 16 715 24 737 17 244 17 948 23 172 24 675 36 071 18 549 15 336
(3) 68 150 51 907 59 750 87 768 65 182 69 378 76 353 83 410 109 754 55 875 51 457
(4) 4.22 4.04 3.57 3.55 3.78 3.87 3.30 3.38 3.04 3.01 3.36
120. Kartasura
33 366
96 933
2.91
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 2
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Kecamatan
Jumlah Kepala Keluarga
Jumlah Penduduk
Rata-rata Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah
256 806
875 917
3.41
2014 2013 2012 2011 2010 2009 2008 2007 2006 2005
255 160 253 206 249 182 246 798 242 395 214 539 212 127 209 281 207 666 205 115
869 481 863 693 857 421 851 157 846 978 843 127 837 279 831 613 826 289 821 213
3.41 3.41 3.44 3.45 3.49 3.93 3.95 3.97 3.98 4.00
TA 2017
Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka 2017, BPS
IV.2.
ANALISIS HIDROLOGI Untuk perencanaan saluran air hujan (ir igasi) dilakukan analisa curah hujan terhadap data
curah hujan harian maksimum, yaitu data curah hujan yang paling tinggi untuk tahun tertentu. Pengolahan dan analisa data dilakukan ter hadap data curah hujan harian maksimum sebanyak 10 tahun terakhir. Kriteria perencanaan dimensi saluran air hujan ini adalah sebagai berikut : a.
Dimensi yang direncanakan harus mampu mengalirkan debit puncak
b. Di usahakan pengaliran tidak menimbulkan pengendapan lumpur maupun pengikisan saluran. Range kecepatan untuk mengatasi hal tersebut adalah 0 ,6 – 3.0 m/det c.
Dimensi saluran merupakan dimensi yang menguntungkan ditinjau dari segi ekonomis maupun hidrolis (efisien)
d. Pada perencanaan ini saluran berbentuk segi empat dengan pertimbangan lebih ekonomis dan tidak banyak menghabiskan lahan
IV.2.1 Analisis Curah Hujan Rata-Rata Seperti yang di jelaskan diatas bahwa saluran irigasi yang ada di Desa Langenharjo Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo merupakan hilir dari sistem irigasi sekunder yang menampung air hujan dari beberapa saluran irigasi tersier yang barada di Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki yang bermuara ke Sungai Bengawan Solo. Sehingga dalam melakukan analisis curah hujan menggunakan data curah hujan Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki. Berdasarkan data dari stasiun pengamatan di wilayah Kecamatan Gatak dan Kecamatan Baki diperoleh data sebagai berikut:
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 3
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
Tabel 4.3 Curah Hujan Maksimum Kec. Baki dan Kec Gatak Tahun
Baki
Gatak
Keterangan
2005
66
0
2006
125
103
2007
98
103
2008
75
85
2009
98
123
2010
113
92
2011
91
87
2012
83
86
2013
68
45
2014
72
12
2015
82
0
2016
94
0
Sumber : Kabupaten Sukoharjo Dalam Angka, 2016 (Diolah). BPS
Dari data tersebut terlihat bahwa terdapat data curah hujan yang hilang yaitu data curah hujan Kecamatan Gatak Tahun 2005, 2015, dan tahun 2016. Untuk melengkapi data yang hilang tersebut maka dapat dilakukan perhitungan perkiraan. Sebagai dasar untuk perkiraan ini digunakan data hujan dari data hujan stasiun pengamat yang berdekatan dan mengelilingi stasiun pengamat yang datanya tidak lengkap.
Jika selisih antara hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya tdak lengkap dengan hujan tahunan normal semua stasiun kurang dari 10 %, maka perkiraan data yang hilang bisa mengambil harga rata-rata hitung dari stasiun –stasiun yang mengelilinginya atau metode aritmatik .
Jika selisihnya lebih dari pada 10 %, maka dapat menggunakan metoda perbandingan rasio normal, yaitu : rx Rx
1 ( N 1)
n
. ( i 1
rn Rn
) ……………………….…………………….. (2.5)
Keterangan : rx : Curah hujan yang dilengkapi Rx : Rata-rata curah hujan pada stasiun pengamat yang salah satu tinggi curah hujannya sedang dilengkapi N : Banyaknya stasiun pengamat hujan untuk perhitungan N > 2 rn : Curah hujan pada tahun yang sama dengan rx pada stasiun pembanding. Rn : Curah hujan rata-rata tahunan pada stasiun pengamat hujan pembanding. Berdasarkan pendekatan perhitungan diatas maka dapat diketahui bahwa curah hujan di Kacematan Gatak dan Kecamatan Baki adalah sebagai berikut:
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 4
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
Tabel 4.4 Curah Hujan Maksimum Kec. Baki dan Kec Gatak (Hasil Perhitungan Terhadap Data yang hilang) Tahun Baki Gatak Gatak 2 Keterangan 2005
66,00
0,00
45,61
2006
125,00
103,00
103,00
2007
98,00
103,00
103,00
2008
75,00
85,00
85,00
2009
98,00
123,00
123,00
2010
113,00
92,00
92,00
2011
91,00
87,00
87,00
2012
83,00
86,00
86,00
2013
68,00
45,00
45,00
2014
72,00
12,00
12,00
2015
82,00
0,00
56,67
2016
94,00
0,00
64,96
Sum =
1.065,00
736,00
903,24
Rata-2
96,82 mm
82,11 mm
Sumber : Analisis Penyusun, 2017
Data-data hujan yang dipakai untuk keperluan perencanaan irigasi adalah data hujan harian maksimum dan memenuhi persyaratan baik kualitas maupun kuantitas. Konsistensi data hujan dari kedua stasiun pengamatan yang ada dapat diselidiki dengan teknik garis masa ganda. Dengan demikian dapat diketahui koreksinya. Caranya adalah dengan membandingkan curah hujan tahunan rata-rata dari suatu stasiun dengan nilai kumulatifnya. Dari hasil analisa diperoleh nilai regresi yang sudah mendekati satu, dengan demikian curah hujan harian maksimum, dianggap konsisten dan tidak memerlukan koreksi. Berikut disajikan tabel perhitungan dan grafik uji konsistensi data hujan di wilayah perencanaan. Data uji konsistensi dapat dilihat di tabel 4.5
Tabel 4.5 Uji Konsistensi Curah Hujan Kecamatan Baki dan Kecamatan Gatak Sta Curah Hujan Tahun
Baki
Gatak2
Akumulasi Baki
Gatak
Rangking Baki
Gatak
2005
66.00
45.61
66.00
45.61
66.00
12.00
2006
125.00
103.00
191.00
148.61
68.00
45.00
2007
98.00
103.00
289.00
251.61
72.00
45.61
2008
75.00
85.00
364.00
336.61
75.00
56.67
2009
98.00
123.00
462.00
459.61
82.00
64.96
2010
113.00
92.00
575.00
551.61
83.00
85.00
2011
91.00
87.00
666.00
638.61
91.00
86.00
2012
83.00
86.00
749.00
724.61
94.00
87.00
2013
68.00
45.00
817.00
769.61
98.00
92.00
2014
72.00
12.00
889.00
781.61
98.00
103.00
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 5
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI Sta Curah Hujan Tahun
Baki
Akumulasi
Gatak2
TA 2017
Rangking
Baki
Gatak
Baki
Gatak
2015
82.00
56.67
971.00
838.28
113.00
103.00
2016
94.00
64.96
1,065.00
903.24
125.00
123.00
96.82
82.11
Rata-2
Sumber : Analisis Penyusun, 2017
Tinggi Curah Hujan Maksimal Sta Baki dan Sta Gathak 1,200.00 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 0.00 1
2
3
4
5
Kecamatan Baki
6
7
8
9
10
11
12
Kecamatan Gatak
Gambar 4.2 Curah Hujan Maksimum Kec. Baki dan Kec. Gatak
IV.2.2 Penentuan Hujan Wilayah Curah hujan daerah itu dapat dihitung dengan persamaan sbb : R = A1R1 + A2R2 + A3R3 + …+ AnRn A1 + A2 + A3 + … + An = A1R1 + A2R2 + A3R3 + …+ AnRn
A(total) Untuk memprediksi Curah hujan wilayah diperhitungkan pengaruh hujan dari Sta Baki 12,68 m 2 dan sta Gatak 14,28 m2. Dengan menggunakan metode polygon thiessen, maka daerah cakupan yang terdiri dari tiga stasiun dibagi pula m enjadi tiga bagian wilayah. Dengan luas sebagai berikut;
Rwil = (96,82 X 12,68)+(82,11 X 14,28))/26,96 = 89,03 mm Tabel 4.6 Curah Hujan Efektif Sta Curah Hujan Tahun
Baki
Gatak2
Rangking Baki
Gatak
2005
66,00
45,61
66,00
12,00
2006
125,00
103,00
68,00
45,00
2007
98,00
103,00
72,00
45,61
2008
75,00
85,00
75,00
56,67
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 6
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI Sta Curah Hujan Tahun
Baki
Gatak2
TA 2017
Rangking Baki
Gatak
2009
98,00
123,00
82,00
64,96
2010
113,00
92,00
83,00
85,00
2011
91,00
87,00
91,00
86,00
2012
83,00
86,00
94,00
87,00
2013
68,00
45,00
98,00
92,00
2014
72,00
12,00
98,00
103,00
2015
82,00
56,67
113,00
103,00
2016
94,00
64,96
125,00
123,00
Sumber : Analisis Penyusun, 2017
Curah Hujan efektif dipilih rangking hujan ke X = n/5 + 1 (n = data hujan) Dengan Demikian sehingga diperoleh 12/5 +1 = 3,4 dipilih rangking ke 4, yaitu:
Curah Hujan Efektif/Re Kecamatan Baki = 75 mm
Curah Hujan Efektif/Re Kecamatan Gatak = 56,67 mm.
IV.2.3 Analisis Debit Rencana Analisis debit rencana digunakan untuk mengetahui dan memprediksi debit banjir. Untuk menghitung debit banjir rencana digunakan metode rasional dengan rumus sebagai berikut:
Curah Hujan Rencana wilayah, diperkirakan R 5tahun sebagai besaran rencana yang diharapkan terjadinya Curah Hujan maksimal yang terjadi dengan skala 5 tahun sekali dengan alasan bahwa kejadian hujan yang diperkirakan dapat teratasi. Prediksi hujan R 5tahun diperoleh seperti yang dilakukan, dalam Tabel 4.7 Berikut.
Tabel 4.7 Hujan Rencana R5tahun Tahun
X hujan
1
40,22
2
(X Xrata)
Harga Sn
(X -Xrata)^2
n data
Yn
Yt
-41,39
1713,17
10,00
0,9497
0,4952
2,2504
55,20
-26,41
697,46
11,00
0,9640
0,4987
2,3224
3
55,82
-25,79
665,26
12,00
0,9782
0,5022
2,3944
4
68,58
-13,03
169,71
13,00
0,9925
0,5058
2,4663
5
78,62
-2,99
8,95
14,00
1,0067
0,5093
2,5383
6
80,30
-1,31
1,72
15,00
1,0210
0,5128
2,6103
7
84,59
2,98
8,87
8
88,88
7,27
52,87
Diperoleh secara interpolasi
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 7
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
Tahun
X hujan
9
100,65
19,04
362,46
10
101,88
20,27
410,74
11
111,24
29,63
878,04
12 Xrata =
113,35
31,74
1007,24
81,61
(X Xrata)
Sum =
(X -Xrata)^2
n data
Harga Sn
TA 2017
Yn
Yt
5976,50
Xrata2
498,04
S (deviasi Standar) =
23,31
Sn
0,9782
Hujan rencana Periode ulang 5 tahun diperoleh
Yn
0,5022
K =
Yt
2,3944
X 5th =
1,93 126,70
mm
Sumber : Analisis Penyusun, 2017
Dari Hasil perhitungan diatas diperoleh hasil bahwa , prediksi Curah Hujan Rencana 5 tahun R5tahun
= 126,70 mm. Hasil perhitungan tersebut ternyata sesuai atau mendekati data yang ada di sta Baki yang pernah terjadi dalam 12 tahun terakhir sebesar 125,00 mm. Selanjutnya Untuk menghitung rencana debit air yang terjadi (Q) perlu diketahui luas catchment area dan juga nilai koefisen tiap penggunaan lahan. Luas catchment area dan koefisien pemanfaatan lahan tersaji dalam table berikut:
Tabel 4.8 Perhitungan Koefisien Pengaliran Wilayah Nilai
Pemanfaatan Lahan
C
Luas ( ha)
Cn x An
Pemukiman sedang
C1 =
0,40 - 0,70
0,5
17.674,40
8837,2
kawasan perdagangan
C2 =
0,90 - 0,95
0,9
1.205,33
1084,797
Kawasan ladang, kebun
C3 =
0,20 - 0,30
0,2
442,25
88,45
Kawasan persawahan
C4 =
0,45 - 0,55
0,5
24.450,81
12225,405
Kawasan Hutan lindung
C5 =
0,40 - 0,60
0,5
2.893,23
1446,615
46.666,02
CWilayah 0,5074885
jumlah Sumber : Analisis Penyusun, 2017
Dari table diatas diketahui bahwa luas wilayah yang diperkirakan berpotensi sebagai penyebab adanya genangan adalah seluas = 46.666,02 ha atau seluas = 466,6602 km 2. Jika ditaksir nilai
insensitas curah hujan (i) sebesar = 6 mm/jam, maka debit yang terjadi adalah sebagai berikut (dengan pendekatan dengan Metode Rasional): Metode Rasional Q = 0,278 X C X i X A Q = 0,278 X 0,5074885 X 0,006/3600 X 466,6602 X 1.000.000 = 109,73 m3/dt.
Q =109,73 m 3/dt. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 8
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
Dengan Menggunakan pendapatan lain, maka diperoleh debit banjir wilayah adalah sebagai berikut: 1. Untuk luas wilayah ( A ) = 15 – 200.000 km2 Q = 24,12 A0,16 = Q = 24,12 X 466,66020,16 = 64,479 m3/dt 2. Luas Wilayah A = 400 – 3.000 km2 Q = 150 A0,5 = 150 X 466,66020,5 = 3240,3 m 3/dt 3. Luas Wilayah A dari 1.000 sampai 12.000 km2 debit banjir Q = [1.538/(A +259) + 0,054)A dengan hasil perhitungan Q = 1014,3 m3dt Dari hasil perhitungan beberapa rumus banjir di atas, nilai i = 6 mm/jam, memiliki nilai tengah yang lebih sesuai yaitu dengan Q = 109,73 m 3/dt.
IV.3.
ANALISIS DIMENSI SALURAN dan POMPA Perencanaan Ukuran Saluran sangat tergantung dari bahan saluran, sehingga kecepatan
aliran dalam saluran diperkirakan sebesar 1,2 – 1,8 m/dt (terbuat dari pasangan) sedangkan untuk saluran beton diperhitungan sebesar 2,0 – 2,5 m/dt, sebaiknya dasar saluran tetap tanah agar terjadi kelestarian lingkungan (air dapat meresap juga ke dalam tanah). Berdasarkan hasil analisis debit banjir, diperoleh bahwa saluran irigasi yang perlu
direncanakan di Desa Langenharjo harus mampu menampung debit air dengan konsentrasi intensitas hujan 6 mm/jam atau 0,0006 m 3/dt. Dengan demikian maka dimensi saluran irigasi yang dibutuhkan adalah sebagai berikut: 1) Untuk saluran-saluran pendek (saluran tersier), sekitar panjang 50 – 80 m, kemiringan dasar saluran 30 cm dalam 50 m atau S = 0,006. Debit yang terkonsentrasi di sekitar saluran tersier diperkirakan seluas (bentuk trapesium), yaitu 1 km X 2 km X 0,50 km, dengan i = 6 mm/jam maka diperoleh 0,0006 m3/dt, sehingga dalam waktu waktu konsentrasi ( tc ) yaitu panjang saluran (50 m), dibagi kecepatan aliran dipermukaan tanah (0,15 m/dt) = 333,33 detik Debit yang harus melewati Saluran diperhitungkan = 0,0006 X 333,33 = 0,2116227 m 3/dt, sehingga dengan kecepatan aliran yang diperhitungkan v = 1,5 m/dt (bahan pasangan atau beton kasar), dengan mengambil lebar dasar saluran b = 0,40 m maka hasil tinggi muka air di saluran 0,35 – 0,38 m.
Ukuran saluran diperhitungkan adalah berukuran : 0,40 X 0,40 m 2. Lebar = 0,40 m Tinggi = 0,40
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 9
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
2) Untuk saluran menengah (saluran sekunder), panjang saluran 200 m, kemiringan dasar saluran diambil 0,30 m dalam 200 m, atau S = 0,0015. Debit yang terkonsentrasi di sekitar saluran tersier diperkirakan seluas 1,5 km X 2 km X 1 km, dengan i = 6 mm/jam, maka diperoleh 0,001481 m 3/dt, sehingga dalam waktu waktu konsentrasi ( tc ) yaitu panjang saluran (200 m) dibagi kecepatan aliran dipermukaan tanah (0,15 m/dt) = 1333,333 detik Debit yang harus melewati Saluran diperhitungkan = 0,001481 X 1333,33 = 1,97515 m 3/dt. Kemiringan dasar saluran S = 0,0015, n komposit diperkirakan = 0,045 Tampang Saluran dibuat : b = 2h sehingga : A = 2 h2
v = 1/n X (R^2/3) X S^(1/2)
P = 2h + 2h = 4 h
v =1/0,045 X ½^(2/3) X h^(2/3) X 0,0015^(1/2) =
R = 2h2/4 h = ½ h
v = 0,5421837 h^(2/3)
Q = 1,97515 m3/dt.
Q = A X v = 2 h2 X 0,5421837 h^(2/3) = 1,08437 h8/3
h = (1,97515/1,08437)^(3/8) = h = 1,25 sehingga b = 2,5 m v yang terjadi v = 0,70 m/dt < 1,2 m/dt
Ukuran saluran diperhitungkan adalah berukuran : 2,5 x 1,25 m 2. Lebar = 2,5 m Tinggi = 1,25 m
3) Untuk saluran akhir (saluran primer), panjang saluran 500 m, kemiringan dasar saluran diambil 0,50 m dalam 500 m, atau S = 0,0010 Debit yang terkonsentrasi di sekitar saluran tersier diperkirakan seluas 0,8 km X 1 km X 1,0 km, dengan i = 6 mm/jam, maka diperoleh Q = 0,000762 m 3/dt, sehingga dalam waktu waktu konsentrasi ( tc ) yaitu panjang saluran (500 m) dibagi kecepatan aliran dipermukaan tanah (0,15 m/dt) = 3333,333 detik. Debit yang harus melewati Saluran diperhitungkan = 0,000762 X 3333,33 = 2,5395 m3/dt. Kemiringan dasar saluran S = 0,0010, n komposit diperkirakan = 0,045 Tampang Saluran dibuat : b = 2,2 h sehingga : A = 2,2 h2
v = 1/n X (R^2/3) X S^(1/2)
P = 2,2h + 2h = 4,2 h
v =1/0,045 X 0,5238^(2/3) X h^(2/3) X 0,0010^(1/2) =
R = 2,2 h2/4,2 h = 0,5238 h
v = 0,4566356 h^(2/3)
Q = 2,5395 m3/dt.
Q = A X v = 2,2 h2 X 0,4566356 h^(2/3) = 1,0046 h8/3
h = (2,5395/1,0046)^(3/8) = h = 1,415 sehingga b = 3,115 m v yang terjadi v = 0,575 m/dt < 1,2 m/dt
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 10
LAPORAN ANALISIS HIDROLOGI DAN PERENCANAAN SALURAN IRIGASI
TA 2017
Untuk saluran Primer di buat kanan dan kiri jalan, dengan lebar masing-masing b = 1,60 m Ukuran saluran diperhitungkan adalah berukuran : 1,60 x 1,4 m 2. Lebar = 1,6 m Tinggi = 1,4 m
4) Pompa Taksiran volume genangan (maksimal) = 6,5 m3/dt yang harus dipompa, maka diperkirakan sesuai specifikasi pompa, dipergunakan pompa 1,5 pk yang memiliki kemampuan mompa Q = 6,12 m3/dt atau pompa 2 pk yang mampu memompa Q = 8,15 m3/dt. Untuk pompa sebenarnya, lebih baik tersedia dua pompa @ 1 pk sehingga dalam operasionalnya lebih hemat. Dalam pemakaian bisa bergantian, karena saat air genangan maksimal mungkin jarang terjadi dan untuk perawatannyapun dapat bergantian, jangan sampai dua-duanya dalam kondisi dalam perbaikan (rusak).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
IV- 11