HADITS-HADITS PERADILAN Abu Bakrah R adliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Janganlah seseorang menghukum antara dua orang dalam keadaan marah." Muttafaq Alaihi.
Dari Ali Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila ada dua orang meminta keputusan hukum kepadamu, maka anganlah engkau memutuskan untuk orang yang pertama sebelum engkau mendengar keterangan orang kedua agar engkau mengetahui bagaimana harus memutuskan hukum." Ali berkata: Setelah itu aku selalu menjadi hakim yang baik. Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi, dikuatkan oleh Ibnu al-Madiny, dan dinilai shahih oleh Ib nu Hibban. 'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Hakim yang adil akan dipanggil pada hari kiamat, lalu ia mendapat perhitungan yang melelahkan sehingga ia berkeinginan, alangkah baiknya jika seumur hidupnya ia tidak pernah memutuskan hukum antara dua orang." Riwayat Ibnu Hibban. Baihaqi juga meriwayatkan dengan tambahan: "Dalam masalah sebiji kurma."
: ) (
Dari Abu Umamah al-Haritsi Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa mengambil hak milik seorang muslim dengan sumpahnya, maka Allah mengharuskan dirinya masuk neraka dan mengharamkan baginya surga." Ada seseorang bertanya: Walaupun sedikit, wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: "Walaupun sepotong dahan pohon arak." Riwayat Muslim.
Dari Abu Musa Radliyallaahu 'anhu bahwa ada dua orang yang bersengketa masalah seekor hewan. Tidak seorang pun di antara mereka yang memiliki bukti. Maka Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memutuskan bahwa keduanya mendapatkan setengah. Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Nasa'i. Lafadz hadits menurut Nasa'i dan ia berkata: sanadnya baik.
,
, ,
)
.
,
, :
(:
)
(
(: ,
,
)
,
)
(:
, ,
:
(:
)
( , ,
,
, ,
)
:
)
,
,
,
,
( :
: ,
Abu Hurairah Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melaknat penyuap dan penerima suap dalam masalah hukum. Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits hasan menurut Tirmidzi dan shahih menurut Ibnu Hibban.
Abdullah Ibnu Zubair Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasululah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memutuskan bahwa dua orang yang bersengketa harus duduk (untuk memutuskan perkara mereka) di depan hakim. Riwayat Abu Dawud. Hadits shahih menurut menurut Hakim.
,
,
AYAT – AYAT PERADILAN
135. Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia[361] Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan. [361] Maksudnya: orang yang tergugat atau yang terdakwa.
1. (Ini adalah) satu surat yang kami turunkan dan kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum yang ada di dalam)nya, dan kami turunkan di dalamnya ayat ayat yang jelas, agar kamu selalu mengingatinya. 2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada ke duanya mencegah k amu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. 3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028]. 4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik.
KAIDAH FIQH
Ad dinu mabniyun 'ala masholihi fi jalbiha wa dar ii lilqobaiihi " agama ini bagun untuk kebaikan dan maslahat dalam penetapan syariatnya dan untuk menolak kerusakan" Misal : Allah melarang minuman keras dan judi karena mudharat (bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya, sebagaimana dikatakan dalam QS : Al-Baqorah :219)
2:219. “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya".
(FA IDHA TAZAKHUMA ADADUL MASHALIKHI YUQODDAMUL A'LA MINAL MASHOLIKHI ) Artinya : jika dalam suatu masalah bertabrakan antara manfaat satu dengan yang lainnya maka di dahulukan dan diambil manfaat yang paling besar / tinggi
1. Firman Allah dalam QS Az-Zumar: 55: “Dan ikutilah sebaik-baik apa yang Telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu[ alqur'an].”
2. Firman Allah QS Az-Zumar : 17-18 “sampaikanlah berita itu kepada hamba - hamba-Ku,” (18) “Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaran mereka.” Maka yang paling baik dikembalikan kepada ucapan ini, jika bertabrakan antara manfaat/ keutamaan yang didalamnya untuk mendapatkan hukum dari hukum-hukun syariat maka kami mengikuti yang paling baik. Jika manusia mau memperhatikan hukum-hukum syariat maka akan mendapati maslahat yang banyak jenisnya: ada maslahat yang sudah ditentukan dan merupakan kewajiban seperti: sholat wajib, kadang mendapati maslahat yang disukai dan di sunnahkan, seperti sholat-sholat sunnah, kadang maslahat yang di syari'atkan yang harus ada di masyarakat walaupun tidak semunya mengerjakan seperti misal: sholat jenazah, memandikan mayit, dan kadang juga ada maslahat yang harus dikerjakan oleh semua angota masyarakat
WADHIDDUHU TAZAKUMUL MAFASIDDI FARTAKIBUL ADNA MINAL MAFASIDI ARTINYA: adapun lawannya jika bertabrakan antara mudharat satu dengan yang lainya maka diambil mudharat yang paling kecil dan ringan.
)71 :
(}
{
Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Baqorah : 173 )
WALAISA WAJIBUN BILAA IQTIDARIN WALAA MUHARROMUN MA'ADH DHORORIN. ARTINYA: tidak menjadi kewajiban jika tidak mampu mengerjakan dan tidak ada keharaman dalam keadaan darurat ( bahaya ) Dalilnya adalah firman Allah I :
) : “Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu.” (QS At -Taqobun : 16 ) Juga hadist Rasulullah "
-( }
{
)
(
Jika aku perintahkan dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian. (HR Bukhari no: 7288 dan Muslim no: 1337 ) Adapun macam-macam al qudrah (kemampuan) disini berbeda-beda tergantung jenis dari kewajiban tersebut, diantara hal yang wajib kadang berhubungan dengan 1. Badan, yaitu tidak ada kemampuan ('adamul qudrah ) berhubungan dengan anggota badan yang berhubungan dengan kewajiban tersebut, contoh : mencuci tangan tatkala berwudhu padahal orang tersebut tidak memiliki tangan ( putus tangannya), maka dalam keadaan seperti itu orang tersebut tidak ada kemampuan untuk mencuci tangan, maka gugurlah kewajiban mencuci tangan baginya. 2. Kadang tidak ada kemampuan juga berhubungan dengan perbuatan (fiil) ibadah, misal: orang yang lumpuh/duduk di kursi roda maka tidak ada kemampuan baginya untuk berdiri (dalam sholat ataupun ibadah lainnya: misal thowah, sa'ii dsb) maka gugurlah kewajiban berdiri baginya. 3. Dan kewajiban yang berhubungan dengan harta (wajibaatul maaliyyah) kadang gugur darinya karena tidak memiliki kemampuan untuk mengunakan harta yang cukup, misal: tidak memiliki perbekalan dan biaya untuk bepergian ibadah hajji maka gugurlah kewajiban hajji baginya. 4. Dan ada juga kewajiban yang berhubungan dengan ucapan/perkataan, (wajibaatul qauliyyah) misal: bacaan dalam sholat, maka gugurlah kewajiban itu dari orang yang bisu yang tidak bisa berbicara.
Wal aslu fi 'aadaatinal ibaahatu hatta yajii a sooriful ibahati Artinya : dan hukum asal dalam kebiasaan ( adat istiadat ) adalah boleh saja sampai ada dalil yang memalingkan dari hukum asal
( )
:
1033 :
"Sesuatu yang halal itu adalah apa yang dihalalkan Allah dan sesuatu yang haram apa-apa yang diharamkan Allah, adapun sesuatu yang didiamkan-Nya adakah dimaafkan (HR Abu Dawud kitab Al Ath'imah bab: Apa Saja yang Tidak Disebutkan Pengharamanya hadist no : 3800 dan berkata As-Syeikh Al-Albani: shahih sanadnya)