ANALISIS FILM PENGKHIANATAN
G 30 S /PKI
Pengkhianatan G 30 S PKI adalah judul Film drama sejarah Indonesia pada tahun 1984 . Film ini dibuat sebagai gambaran peristiwa percobaan kudeta pada tahun 1965 yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia atau PKI.
Film ini menceritakan bahwa saat itu Indonesia berada dalam kekacauan. Rakyat hidup dalam kemiskinan, sementara yang kaya memamerkan kekayaan mereka. Pada saat itu juga , Presiden Soekarno sedang sakit dan diprediksi hidupnya tidak akan lama lagi oleh seorang dokter/professor. Sementara itu, konsep politiknya, NASAKOM (nasionalisme, agama, dan komunisme) telah menyebabkan pertumbuhan besar anggota PKI. Partai yang mencoba melakukan kudeta pada tahun 1965 ini telah menyerang dan membunuh orang di seluruh negeri. Presiden yang telah melemah juga dimanipulasi oleh partai ini. PKI telah merekayasa cerita, berdasarkan sebuah dokumen yang palsu, bahwa Dewan Jenderal sedang mempersiapkan kudeta bila Soekarno mati.
Dipa Nusantara Aidit (D.N Aidit) dan kepemimpinan Partai Komunis diam-diam berencana untuk menggunakan ini sebagai alasan untuk kudeta mereka sendiri. Pangkat dan barisan anggota Partai ini menerima penjelasan dari pimpinan, dan dengan bantuan para prajurit dan perwira yang mempunyai pola pikir lebih maju (sebagian besar dari TNI Angkatan Udara), bekerja untuk mengumpulkan kekuatan Partai. Mereka berencana untuk menculik tujuh jenderal (yang dikatakan sebagai anggota Dewan Jenderal), merebut kota, dan mengamankan Soekarno. G30S yang baru diberi nama kemudian memulai pelatihan. Para anggota sayap kanan yaitu TNI ( Cakrabiwara) tidak menyadari kudeta yang akan terjadi ini. Pada saat mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang salah, mereka sudah terlambat karena kudeta ini sudah terlanjur terjadi.
Pada tengah malam pada tanggal 30 September-1 Oktober, tujuh unit dari tim G30S dikirim untuk menculik para jenderal yang terkait dengan Dewan Jenderal tersebut.Jenderal pertama yaitu Jend. Abdul Haris Nasution berhasil melarikan diri melompati tembok, sementara atase militer Pierre Tandean datang berlari keluar, memegang pistol; Tendean ditangkap karena ia mengaku dirinya adalah jenderal Nasution .
Yang kedua, Jendral Ahmad Yani ,pada saat itu Ahmad Yani dibohongioleh pasukan cakra bahwa ia dipanggil untuk menghadap presiden , ia berkata kepada mereka untuk mengijinkan dia mandi/berpakaian yang rapi terlebih dahulu tetapi para pasuka tidak mengijinkan dia. Tentu saja ia marah, saat ia baru ingin melawan mereka, naas menimpanya ia pun lebih dahulu ditembaki oleh pasukan cakra.
Ketiga, Jenderal M.T Haryono mendapatkan nasib yang sama dengan Jendral Ahmad Yani , ia ditembaki oleh pasukan cakra. Bridjen D.I Pandjaitan ikut menjadi satu dari korban pembantaian ini,ia disuruh oleh pasukan untuk naik ke truk tetapi sebelum itu dia meminta agar diberi waktu untuk berdoa, sayangnya sebelum ia selesai berdoa ,ia sudah dibunuh terlebih dahulu. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo,Letjen S.Parman,dan Letjen Suprapto ditangkap(belum dibunuh) oleh Pasukan Cakra. Tidak hanya para jenderal yang menjadi korban , tetapi masih ada orang yang seharusny tidak menjadi korban malah menjadi korban,seperti Ade Irma Nasution ( Anak Kandung Jenderal A.H Nasution) , K.S Tubun , DLL.
Pada tanggal 1 Oktober 1965 , Pagi hari, Mayjen Suharto diberitahu oleh seseorang bahwa tetangga tetangga para jenderal tersebut mendengar suara tembakan yang sangat jelas dari arah rumah para jenderal.Ia juga mengatakan bahwa banyak pasukan KOSTRAD ( Komando Strategis Angkatan Darat) yang sedang berjaga di Istana Merdeka , Jakarta Pusat.
Pada pagi itu juga Ke 7 korban(hidup ataupun mati) tersebut langsung dibawa ke kamp G30S di Lubang Buaya, Jakarta Timur, di mana para korban disiksa dan dibunuh. Sebelum itu mereka(yang masih hidup) dikumpulkan pada satu gubuk dan disuruh untuk menandatangani sebuah kertas yang brisi surat pernyataan bahwa dewan jendreal itu memang ada dan para jenderal yang sudah ditembaki itu hanya ditinggal tergelatak dengan tidak layak didalam sebuah gubuk lainnya dan disoraki oleh Anggota PKI & beberapa Anggota Cakra.Para korban yang masih hidup tersebut dikhianati,dipukuli,ditikam,diinjak,ditembaki,dan mata mereka dicongkel menggunakan arit sampai mereka mati dihadapan banyak orang.Setelah itu mayat mereka dimasukkan kedalam sumur
anak buah Letnan Kolonel Untung Syamsuri mengambil alih kantor RRI(Radio Republik Indonesia) dan memaksa para staff di sana untuk membaca pidatonya yang menyatakan bahwa G30S telah bergerak dan berhasil untuk mencegah kudeta oleh Dewan Jenderal dan mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi serta mengatakan bahwa letkol Untung telah menyelamatkan Presiden Soekarno dari peristiwa Dewan Jenderal
Dalam Radio tersebut juga mengatakan bahwa Gerakan 30 September / G30S ini juga akan dilaksanakan di Seluruh Indonesia demi Keselamatan Rakyat , bangsa , dan negara , ia juga menghimbau masyarakat untuk lebih berhati hati. Anak buah G30S lain pergi ke istana untuk mengamankan presiden tapi menemukan bahwa presiden telah pergi meninggalkan istana
Sementara itu, di pangkalan Halim, Presiden berbicara dengan para pemimpin G30S dan menyatakan bahwa ia akan mengambil kontrol penuh dari TNI Angkatan Darat. Pidato radio lain kemudian segera dibacakan, menguraikan komposisi Dewan Revolusi yang baru dan mengumumkan perubahan hierarki Angkatan Darat. Para pemimpin G30S mulai merencanakan pelarian mereka dari Halim, yang harus dilakukan sebelum tengah malam
Soeharto, Perwira tinggi Indonesia saat itu, ia membantah tentang pengumuman yang dibuat oleh Letkol Untung dengan melalui RRI tersebut.Soeharto juga dengan tegas menyatakan bahwa Dewan Jenderal itu sama sekali tidak ada dan ia juga membuat catatan catatan tambahan tentang hakikat G30S karena adanya kekosongan kekuasaan dengan meninggalnya Jenderal Ahmad Yani.
Soeharto juga mengambil kendali sementara terhadap TNI Angkatan Darat(TNI-AD) dan mulai merencanakan untuk serangan balik dengan anggota-anggotanya yang ia percayai,namun ia tidak mau terlalu memaksakan pertempuran balik itu.Setelah itu, ia akan mencari pasukan yang setia kepadanya untuk merebut kembali Kantor RRI dan akan memberikan sebuah pengumuman lewat radio.Pengumuman yang akan ia sampaikan ini berisi tentang situasi pada saat itu, menggambarkan G30S sebagai kontra-revolusioner atau orang yang menentang revolusi,dan ia juga mengatakan bahwa TNI-AD akan berurusan dengan kudeta ini. Tak lama setelah itu,Para pemimpin kudeta ini (PKI) melarikan diri dari Halim,dan pasukan Soeharto pun merebut kembali pangkalan udara tersebut.
Beberapa waktu kemudian, pasukan dibawah kepemimpinan Soeharto menyerang Markas G30S atau PKI.Sementara tentara yang memiliki hubungan dengan anggota PKI melawan,pimpinan Partai lolos dan melarikan diri.
Soeharto kemudian dipanggil ke istana kedua yang terletak di Bogor, untuk berbicara dengan Presiden Soekarno. Presiden Soekarno mengatakan bahwa ia telah menerima jaminan dari Marsekal Udara(Pangkat tertinggi di Angkatan Udara).bahwa dalam kudeta ini Angkatan Udara tidak terlibat.Tetapi Soeharto tetap membantah pernyataan tersebut,ia mencatat bahwa persenjataan gerakan percobaan kudeta ini seperti orang orang dari Angkatan Udara.
Pertemuan tersebut akhirnya menghasilkan sebuah konfirmasi pengangkatan Soeharto sebagai pemimpin Angkatan Udara,bekerja sama dengan Pranoto Rekso Samodra.Dalam investigasi mereka terhadap peristiwa kudeta,Akhirnya Angkatan Udara menemukan markas/kamp di Lubang Buaya, termasuk tubuh para Jenderal/Korban.Mereka pun berbondong-bondong untuk mengangkat jasad para korban tersebut dan ditempatkan dipeti mati yang layak dan dipindahkan ke makam ditempat lain. Sembari itu Soeharto menyampaikan pidato yang menggambarkan kudeta ini dan peran PKI didalam kudeta ini.
Soeharto memberikan pidato Hagiografi(buku atau tulisan yang memuat riwayat hidup dan legenda orang-orang suci),dimana di pidato tersebut ia sangat amat mengutuk G30S/PKI dan mendesak masyarakat Indonesia untuk melanjutkn dan menghargai perjuangan jenderal-jenderal/tokoh-tokoh yang terbunuh dalam peristiwa ini dan soeharto sama sekali tidak beri ampun kepada seluruh anggota PKI , yang dimana jika ia melihat seorang PKI didepannya akan dibunuh disitu juga
Film Pengkhinatan G 30 S/PKI ini terus digunakan sebagai kendaraan propaganda oleh pemerintah Orde Baru selama tiga belas tahun berturut-turut, di mana pada saat pemerintahan Soeharto kala itu memerintahkan satu-satunya stasiun televisi di Indonesia saat itu, TVRI , untuk menayangkan film ini setiap tahun pada tanggal 30 September malam.
Film ini juga diperintahkan menjadi tontonan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia, walaupun memperlihatkan adegan-adegan yang penuh kekerasan berlebihan. Pada saat stasiun-stasiun televisi swasta bermunculan, mereka juga dikenai kewajiban yang sama. Peraturan ini kemudian dihapuskan sejak jatuhnya Soeharto pada tahun 1998. Sejak itu film ini telah menjadi kurang diminati lagi . Meskipun aspek artistik film ini tetap diterima dengan baik, tetapi kekeliruan sejarahnya telah menuai banyak kritik.
Film Pengkhianatan G 30 S PKI ini menggambarkan PKI dan komunisme sebagai penjahat pada dasarnya, dengan pengikutnya yang pasti tidak dapat diselamatkan, di mana pimpinan G30S dipandang sebagai licik dan kejam, dan merencanakan setiap langkah dengan terperinci. Sejarawan Katherine McGregor menemukan hal yang ditekankan dalam film ini yang menggambarkan pimpinan G30S sebagai layaknya seorang gangster, duduk dalam pertemuan rahasia di tengah-tengah kepulan asap rokok. Dia juga menganggap sebuah adegan pembuka film, di mana PKI menyerang sebuah sekolah Islam, juga dengan sengaja dimaksudkan untuk menunjukkan sifat jahat seorang komunis.
Walaupun film ini telah sukses dijamannya namun banyak orang yang mengatakan bahwa masih banyak kesalahan dalam film ini , yaitu
D.N Aidit Bukan Seorang Perokok
Dalam sebuah adegan DN Aidit terlihat selalu merokok. Namun ternyata ada fakta lain terhadap hal ini. Pria yang terlahir dengan nama Achmad Aidit ternyata bukanlah perokok.Bahkan dalam sebuah Kongres PKI 5 Januari 1959 ia berpesan kepada anggotanya untuk berhenti merokok dan uang yang biasa dipakai untuk membeli rokok dipakai untuk partai.
Para Jenderal dibunuh tidak dengan cara disayat.
Masyarakat Indonesia pada masa itu tentunya akan geram dengan penghianatan yang dilakukan PKI.Apalagi para jenderal yang dibunuh adalah perwira-perwira tinggi yang cerdas dan cemerlang karirnya.Namun dalam adegan Film G30SPKI terlihat mendiang Jenderal Ahmad Yani dan kawan-kawan dibunuh secara sadis. Ada yang disayat-sayat pakai silet, dipotong alat kelaminnya sampai matanya dicungkil.
Tapi orang-orang berpendapat pembunuhan dan penyisaan para jenderal tidak seperti ini. Semua jenderal termasuk perwira Piere Tendean dibunuh dengan cara ditembak.
Presiden Soekarno Sakit
Dalam film G30S PKI Presiden Soekarno terlihat sebagai pemimpin yang 'bingung-bingung' karena sedang sakit. Namun fakta yang terungkap bapak proklamator RI ini pada saat perisitiwa tersebut dalam keadaan sehat dan tidak menderita penyakit apapun.
Dan yang terakhir
Nilai-nilai yang dapat diambil dari peristiwa G30SPKI yaitu:
1. Obsesi terhadap kekuasaan bisa membutakan nurani dan nalar, karena baik PKI maupun militer memiliki konspirasi sendiri untuk saling menjatuhkan demi tujuan masing-masing
2. Dalam politik, semuanya bisa diatur, termasuk dengan pihak asing demi tujuan politiknya. PKI yang mendapat dukungan Soviet untuk mempertahankan Soekarno dan militer yang dibantu diam-diam oleh CIA untuk kudeta.
3. Masyarakat perlu berhati-hati terhadap sosok yang menunjukkan diri jadi pahlawan, bukan karena jasa yang sebenarnya. Sosok Soeharto yang bersikap seperti itu, plus memanipulasi sejarah nasional dengan pembuatan film tentang peristiwa itu demi penguatan versi pemerintah, justru adalah orang yang licik dan tdk patut akan gelar tersebut.
TERIMAKASIH
Nama : Binta Syalsa Nazrifa
Kelas: X IPS 3