Analisis Data Penelitian Kualitatif (Sebuah Pengalaman Empirik) Written by Mudjia Rahardjo, Prof. Dr. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Friday, 11 June 2010 01:32 Pekerjaan paling berat yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah analisis data. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal. Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman baku, tidak berproses secara linier, dan tidak ada aturanaturan yang sistematis. Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan ( field field research) research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali, model analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman. Kendati tidak baku, artinya setiap peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara garis besar model analisis itu itu diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Domain (Domain analysis). Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. 2. Analisis Taksonomi (Taxonomy (Taxonomy Analysis). Analysis). Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masingmasing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain,
dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted (exhausted ). ). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam. 3. Analisis Komponensial (Componential (Componential Analysis). Analysis). Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsur-unsur yang kontras dipilah pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan. 4. Analisis Tema Kultural ( Discovering Cultural Themes). Themes). Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca secara cermat keseluruhan catatan penting, (2) memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian. ANALISIS DATA KUALITATIF
Analisis data dalam kualitatif sebenarnya peneliti tidak harus menutup diri terhadap kemungkinan penggunaan data kualitatif, karena data ini bermanfaat bagi pengembangan analisis itu sendiri. Prosedur penelitian lapangan yang lain yang umum ialah memeriksa apa yang dikatakan oleh partisipan atau pengamat yang berbeda-beda itu tentang satu kenyataan setelah itu terjadi. Peneliti perpustakaan seringkali tidak mengalami kesulitan besar dalam m enggunakan taktik ini. Tiga taktik yang lebih paralel dalam penelitian lapangan atau penelitian perpustakaan. Pertama, tentu saja sangat mungkin kita mengikuti sekuen-sekuen tertentu dari kejadiankejadian yang berkaitan. Kedua, seorang peneliti lapangan berharap biasa menentukan siapa yang terlibat dalam satu kejadian dan siapa yang tidak atau siapa yang mungkin tahu tentang hal itu dan siapa yang mungkin tidak tahu; peneliti perpustakaan harus pula menemukan bagaimana informan yang bermacam-macam itu mengukur dan menilai hal-hal semacam itu. Ketiga,
seringkali peneliti lapangan “terjerumus” oleh makna kata kunci yang mereka lihat digunakan secara konstan oleh masyarakat.
Teknik Analisis Kualitatif ) 1. Teknik Analisis Isi ( Content Analysis
Teknik ini merupakan strategi verifikasi kualitatif, teknik analisis data ini dianggap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Artinya teknik ini adalah yang paling abstrak untuk analisis data-data kualitatif. Secara teknik, content analysis mencakup analysis mencakup upaya-upaya, klasifikasi lambang-lambang yang dipakai dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan teknik analisis an alisis tertentu dalam membuat produksi. Analisis ini sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja atau logika analisis ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan k ebanyakan analisis data kualitatif. Peneliti memulai analisis dengan menggunakan lambang-lambang tertentu, mengklasifikasi data tersebut de ngan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula. ) 2. Teknik Analisis Domain ( Domain Analysis
Analisis domain digunakan untuk menganalisis ga mbaran objek peneliti secara umum atau di tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut. Teknik analisis ini terkenal sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian yang bertujuan eksplorasi. ek splorasi. Artinya, analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus diperincikan secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian tersebut. Seorang peneliti misalnya menganalisa lembaga sosial, maka domain atau kategori simbolik dari lembaga sosial antara lain: keluarga, perguruan tinggi, rumah sakit. Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya domain, maka disarankan menggunakan hubungan semantik ( semantik semantik relationship) relationship) yang bersifat universal dalam analisis domain, yakn i: 1. Jenis,
2. Ruang, 3. Sebab akibat, 4. Rasional, 5. Lokasi kegiatan, 6. Cara ke tujuan, 7. Fungsi, 8. Urutan, 9. Atribut.
Terdapat 6 langkah dalam mengaplikasikan analisis domain, yakni: 1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian peneliti di lapangan, 2. Menyiapkan kerja analisis domain, 3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti di lapangan, 4. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori simbolik dari tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik, 5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing domain, 6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.
3. Teknik Analisis Taksonomi ( Taksonomi Analysis ) Teknik analisis domain memberikan hasil analisis yang luas dan umum, tetapi belum terperinci serta masih bersifat menyeluruh. Apabila yang diinginkan adalah suatu hasil dari analisis yang terfokus pada suatu domain atau sub-sub domain tertentu maka peneliti harus menggunakan teknik analisis taksonomi. Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu, kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian yang lebih khusus dan terperinci, yang umumnya merupakan satu rumpun yang memiliki kesamaan. Hal yang perlu diketahui pula bahwa banyak sedikit pecahan-pecahan domain menjadi subdomain
dan seterusnya, tergantung pada kompleksnya domain itu sendiri atau tergantung pada peneliti mengembangkan kompleksitas domain tertentu.
) 4. Teknik Analisis Komponensial ( Componential Analysis
Teknik analisis komponensial adalah teknik analisis yang cukup menarik dan paling mudah dilakukan karena menggunakan “pendekatan kontras antarelemen”. Kedua teknik analisis tersebut pada umumnya digunakan dalam ilmu-ilmu sosial karena dua cara ini adalah yang termudah untuk gejala-gejala sosial. Teknik analisis komponensial secara keseluruhan memiliki kesamaan kerja dengan teknik analisis taksonomik, hal yang membedakan kedua teknik analisis ini hanyalah pada pendekatan yang dipakai oleh masing-masing teknik analisis. Teknik analisis komponensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu sama yang lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk u ntuk dianalisis secara lebih terperinci. Kegiatan analisis dapat dimulai dengan menggunakan beberapa tahap yaitu: (a) penggelaran hasil observasi dan wawancara; (b) pemilihan hasil observasi dan wawancara; dan (c) menemukan elemen-elemen kontras.
) 5. Teknik Analisis Tema Kultural ( Discovering Cultural Themes Analysis
Teknik analisis tema memiliki bentuk yang sama dengan teknik analisis domain, tetapi muatan analisis berbeda dengan yang tersirat dalam nama masing-masing teknik tersebut. Teknik analisis tema mencoba mengumpulkan sekian banyak tema-tema, fokus budaya, etos budaya, nilai dan simbol budaya yang terkonsentrasi pada domain-domain tertentu. Selain itu, analisis tema berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain-domain yang dianalisis sehingga akan membentuk suatu kesatuan yang holistik, dalam suatu complex pattern complex pattern yang yang akhirnya akan menampakkan ke permukaan tentang tema-tema atau
faktor yang paling mendominasi domain tersebut dan mana yang kurang mendominasi. Ada beberapa hal yang secara prinsip paling menonjol pada analisis ini yaitu dalam melakukan analisis. Peneliti harus kegiatan sebagai berikut: 1. Peneliti harus mampu melakukan analisis komponensial antar domain, 2. Membuat skema sarang laba-laba untuk dapat terbentuk pada domain satu dengan lainnya, 3. Menarik makna dari hubungan-hubungan yang terbentuk pada masing-masing domain, 4. Menarik kesimpulan secara universal dan holistik tentang makna persoalan sesungguhnya yang sedang dianalisis.
Sebelum hasil analisis ini dibuat dalam sebuah laporan, maka peneliti sekali lagi harus melakukan komparasi hasil analisisnya dengan be rbagai macam literatur yang ada serta kelompok atau masyarakat lain sehubungan dengan persoalan yang ditelitinya.
6. Teknik Analisis Komperatif Konstan (Constant Comperatif Analysis) Teknik ini adalah yang paling ekstrim menerapkan strategi analisis deskriptif. Dikatakan ekstrim karena teknik ini betul-betul menerapkan logika induktif dalam analisisnya, hal tersebut jarang kita jumpai dalam penelitian-penelitian sosial. Esensinya bahwa teknik analisis komparatif adalah teknik yang digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi pada saat peneliti menganalisa kejadian tersebut dan dilakukan secara terus-menerus sepanjang penelitian ini dilakukan. Langkah-langkah dalam teknik komparatif konstan, yakni: 1. Tahap membandingkan kejadian yang dapat diterapkan pada tiap kategori, 2. Tahap memandukan kategori dan ciri-cirinya, 3. Tahap membatasi lingkup teori, 4. Tahap menulis teori, 5. Peneliti harus memublikasikan teori yang ditemukannya dengan penuh keyakinan.
) 7. Analisis Induksi ( Induction Analysis
Pengujian intensif pada strategi yang memilih beberapa kasus yang di bangun dengan pengalaman menyebabkan suatu fenomena. Analisis induksi ini digunakan untuk mengeliminasi kasus negatif. Langkah-langkah dari analisis induksi, yakni: 1. Definisi kasar dari fenomena harus sudah dirumuskan, 2. Salah satu masalah diuji dengan apakah obyektif atau tidak hipotesis sesuai dengan hasil fakta observasi, 3. Jika hipotesisi tidak sama atau hipotesis ditulis ulang atau fenomena yang dijelaskan didefinisikan ulang kasus itu ditiadakan, 4. Prosedur dari pengujian suatu kasus dan di luar kasus negatif dari formulasi hipotesis atau fenomena yang didefinisikan ulang dilanjutkan sampai hubungannya ada.
TEKNIK ANALISIS KUALITATIF ANALISIS DATA KUALITATIF
Pengenalan Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang m endalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi. Analisis Kualitatif: Pertimbangan-pertimbangan Umum Tujuan dari analisis data, dengan mengabaikan jenis data yang dimiliki dan mengabaikan tradisi yang sudah dipakai pada koleksinya, apakah untuk menentukan beberapa pesanan dalam jumlah besar informasi sehingga data dapat disintesis, ditafsirkan, dan dikomunikasikan. Walaupun tujuan utama dari kedua data kualitatif dan kuantitatif adalah untuk mengorganisir, menyediakan struktur, dan memperoleh arti dari data riset. Satu perbedaan penting adalah, di dalam studi-studi kualitatif, pengumpulan data dan analisis data pada umumnya terjadi secara serempak, pencarian konsep-konsep dan tema-tema penting mulai dari pengumpulan data dimulai. Tugas analisis data adalah selalu hebat, tetapi itu yang terutama sekali menantang untuk peneliti kualitatif, tiga pertimbangan utama, yaitu: 1. Tidak ada aturan-aturan sistematis untuk meneliti dan penyajian data kualitatif. Ketiadaan prosedur analitik sistematis, menjadi sulit bagi peneliti untuk menyajikan kesimpulan. 2. Aspek analisis kualitatif yang kedua yang menantang adalah jumlah besar pekerjaan. Analis kualitatif harus mengorganisir dan bisa dipertimbangkan dari halaman dan bahan-bahan naratif. Halaman itu harus dibaca ulang dan kemudian diorganisir, mengintegrasikan, dan menafsirkan. 3. Tantangan akhir adalah pengurangan data untuk tujuan-tujuan pelaporan. Hasil-hasil utama dari riset kuantitatif dapat diringkas. Jika satu data kualitatif dikompres terlalu ban yak, inti dari integritas bahan-bahan naratif sepanjang tahap an alisa menjadi hilang. Sebagai konsekuensi, adalah kadang sukar untuk melakukan satu presentasi hasil riset kualitatif dalam suatu format yang kompatibel dengan pembatasan ruang dalam jurnal professional. Model-Model Analisa Crabtree dan Miller (1992) mengamati ada ban yak strategi analisis kualitatif. Mereka sudah mengenal empat pola analisa utama yang lebih tepat sasaran, sistematis, dan distandardisasi, dan pada ekstremum lain adalah satu model yang lebih yang intuitif, hubungan, dan interpretive. empat prototypical model-model yang mereka uraikan adalah sebagai berikut: “Model Quasi-statistical”. Peneliti menggunakan statistik secara khas mulai dengan pertimbangan analisa, dan menggunakan ide-ide untuk memilih jenis data. Pendekatan ini adalah kadang dikenal sebagai analysis peneliti meninjau ulang isi dari data naratif, mencari-cari tema atau kata tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu codebook. Hasil pencarian adalah informasi yang dapat digerakkan secara statistik dan disebut Quasi statistik. Sebagai contoh, analis dapat menghitung frekwensi kejadian dari tema-tema spesifik. Model ini adalah serupa dengan pendekatan kwantitatif tradisional sampai melakukan analisa isi. “Model Analisa Template”. Di model ini, peneliti mengkembangkan analisa cetakan untuk data naratif yang digunakan. Unit-unit template adalah secara khas perilaku-perilaku, kejadian, dan ungkapan ilmu bahasa. Template lebih mengalir dan dapat menyesuaikan diri dibanding suatu
codebook di dalam model Quasi statistik. Peneliti dapat mulai dengan template bersifat elementer sebelum mengumpulkan data, template mengalami revisi tetap sebanyak data dikumpulkan. Analisa menghasilkan data. Model jenis ini adalah bisa dipastikan diadopsi oleh peneliti yang biasa meneliti etnografi, etologi, analisa ceramah, dan ethnoscience. “Model Analisa Editing” . Peneliti menggunakan model editing bertindak sebagai interpreter yang membaca sampai habis data mencari segmen-segmen penuh arti dan unit-unit. Suatu ketika segmen ini dikenali dan ditinjau, interpreter dikembangkan satu rencana pengelompokan dan kode-kode sesuai yang dapat digunakan untuk memilih jenis dan mengorganisir data. Peneliti kemudian mencari-cari struktur dan pola-pola yang menghubungkan kategori-kategori pokok. Pendekatan teori yang khas menyertakan model ini. Peneliti-peneliti yang biasa meneliti fenomenologi, hermeneutics, dan ethnomethodology menggunakan prosedur pola analisa editing. “Model Immersion/crystallisasi”. Model ini melibatkan pembaptisan total analis di dalam dan cerminan bahan-bahan teks, menghasilkan satu kristalisasi data yang intuitif. Terjemahan yang interpretive dan subjektif dicontohkan dalam laporan kasus pribadi d ari semi anekdot dan jumlah sedikit ditemui di dalam literatur riset dibanding tiga model yang lain. Proses Analisa Analisa dari data kualitatif secara khas adalah satu p roses yang interaktip dan aktif. Peneliti peneliti kualitatif sering membaca data naratif mereka berulang-ulang dalam mencari arti dan pemahaman-pemahaman lebih dalam. Morse dan Field (1995) mencatat bahwa analisis kualitatif adalah proses tentang pencocokan data bersama-sama, bagaimana membuat yang samar menjadi nyata, menghubungkan akibat dengan sebab. Yang merupakan suatu proses verifikasi dan dugaan, koreksi dan modifikasi, usul dan pertahanan. Beberapa kaum intelektual memainkan peran dalam analisis kualitatif. Morse dan Field (1995) mengenali empat proses-proses: 1. Memahami Awal proses analitik, peneliti-peneliti kualitatif berusaha untuk bisa mempertimbangkan data dan belajar mencari ” apa yang terjadi.” Bila pemahaman dicapai, peneliti bisa menyiapkan cara deskripsi peristiwa, dan data baru tidak ditambahkan dalam uraian. Dengan kata lain, pemahaman diselesaikan bila kejenuhan telah dicapai. 2. Sintesis Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. `Pada langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang “khas” mengenai suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya. Pada akhir proses sintesis, peneliti dapat mulai membuat pernyataan umum tentang peristiwa mengenai peserta studi. 3. Teoritis Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian menjaga penjelasan ini sampai menentukan apakah “cocok” dengan data. Proses teoritis dilanjutkan untuk dikembangkan sampai yang terbaik dan penjelasan paling hemat diperoleh. 4. Recontextualisasi Proses dari recontextualisasi meliputi pengembangan teori lebih lanjut dan aplikabilitas untuk
kelompok lain yang diselidiki. Di dalam pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi dan sesuai konteks. Manajemen Dan Organisasi Data Kualitatif Pengembangan skema pengelompokan Langkah awal analisa data kualitatif penelitian adalah untuk mengorganisir, tanpa beberapa sistem dari organisasi, ada hanya kekacauan. Tugas utama di dalam mengorganisir data kualitatif mengembangkan metoda untuk menggolongkan dan memberi index. Yaitu, peneliti harus mendisain mekanisme untuk memperoleh akses sampai bagian-bagian data, tanpa harus berulang-kali membaca himpunan data keseluruhannya. Tahap ini sangat utama, suatu data harus dikonversi menjadi lebih kecil, lebih dapat dikendalikan, dan lebih banyak manipulatable unitunit yang dapat dengan mudah didapat kembali dan review. Prosedur secara luas yang digunakan adalah mengembangkan skema pengelompokan dan kemudian mengkode data menurut kategori.
Kode topik digunakan di dalam penelitian Gagliardi’s ( I991) studi pengalaman keluarga tentang penyesuaian diri seorang anak dengan Duchenne kekurangan gizi otot. Ini adalah suatu contoh dari sistem pengelompokan konkrit dan deskriptif. Sebagai con toh, itu mengijinkan coders untuk mengkode hubungan-hubungan spesifik antar anggota-anggota keluarga, dan kejadian yang terjadi di dalam lokasi spesifik. Dalam mengembangkan satu rencana kategori, konsep-konsep yang terkait sering dikelompokkan bersama-sama untuk memudahkan proses koding.. Sebagai contoh, semua kutipan yang menggambarkan bagaimana keluarga merasakan tentang menyesuaikan diri seorang anak dengan Duchenne kekurangan gizi otot dikelompokan sebagai “Kode perasaan.” Studi-studi yang dirancang untuk mengembangkan teori lebih mungkin untuk pengembangan abstrak dan kategori konseptual. Dalam meranc ang kategori konseptual, peneliti harus merinci data ke dalam segmen-segmen, menguji dan membandingkan dengan segmen-segmen lain untuk perbedaan dan persamaan. Untuk menentukan apa tipe fenomena yang dicerminkan dan apa arti dari fenomena tersebut. Peneliti menanyakan pertanyaan tentang kejadian berbeda, peristiwa peristiwa, atau pemikiran yang ditandai pernyataan, seperti berikut: “Apakah ini? “Apa yang terjadi? “Untuk apa ini? Diposkan oleh ARIEF. B (EBD.S.Comp
ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA KUALITATIF SERTA PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA PendahuluanDalam penelitian kualitatif proses analisis dan interpretasi data memerlukan cara berfikir kreatif, kritis dan sangat hati-hati. Kedua proses tersebut merupakan prosesyang saling terkait dan sangat erat hubungannya. Analisis data merupakan prosesuntuk pengorganisasian data dalam rangka mendapatkan pola-pola atau bentuk-bentuk keteraturan. Sedangkan interpretasi data adalah proses pemberian makna terhadap pola-pola atau keteraturanketeraturan yang ditemukan dalam sebuah penelitian.Data yang terkumpul diharapkan dapat merupakan jawaban dari pertanyaan penelitianyang telah dirumuskan. Proses penyusunan data dapat berbeda-beda antar penelititergantung selera, pengalaman dan kreatifitas berfikir sehingga data yang terkumpuldapat mempengaruhi pemilihan alat analisis data. Dalam penelitian kualitatif tidak adaformula yang pasti untuk menganalisis data seperti formula yang dipakai dalam penelitian kuantitatif. Namun, pada dasarnya terdapat beberapa kesamaan langkah yang ditempuh untuk menganalisis dan interpretasi data. Proses analisis data diawali dengan menelaahseluruh data yang berhasil dihimpun dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan lapangan, dan kajian dokumen (pustaka). Langkah berikutnya reduksidata yang dilakukan dengan cara abstraksi. Abstraksi merupakan upaya membuatrangkuman dari segala data yang ada. Kemudian, menyusunnya dalam satuansatuan.Satuan-satuan ini dikategorisasikan pada langkah berikutnya. Pengkategorian inidilakukan dengan cara koding. Selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan keabsahandata. Langkah terakhir, penafsiran data yang telah untuk diuji (verifikasi) untuk dijadikan teori substansif dengan menggunakan beberapa metode tertentu.Taylor dan Bogdan berpendapat bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif adalahsebuah proses yang terus menerus. Pengumpulan data dan analisis data berjalan bersamaan (hand in hand).Ii. PembahasanA. Analisis dan Interpretasi Data1. Robert C. Bogdan & S ari Knopp Biklen (2007) µCoding¶Analisis data kualitatif adalah proses secara sistematis mencari dan mengolah berbagai data yang bersumber dari wawancara, pengamatan lapangan, dan kajiandokumen (pustaka) untuk menghasilkan suatu laporan temuan penelitian. Sedangkaninterpretasi data merujuk pada pengembangan ide-ide atas hasil penemuan untuk kemudian direlasikan dengan kajian teoretik (teori yang telah ada) untuk menghasilkan konsep-konsep atau teori-teori substansif yang baru dalam rangkamemperkaya khazanah ilmu.Berikut ini merupakan beberapa saran dalam penganalisisan dan interpretasi data menurut Bogdan dan Biklen pertanyaan penelitian dan hipotesis peneliti, misalnya, apakah menggambarkan tren,membandingkan, atau mengkorelasikan. Uji statistik juga ditentukan dari jumlahvariabel bebas dan terikat, tipe skala yang digunakan mengukur variabel, dan apakah populasinya telah terdistribusi secara normal atau tidak.Sedangkan prosedur dalam p enelitian kualitatif dilakukan dengan coding/pengkodeandata, membagi teks ke dalam unit kecil seperti frasa, kalimat dan paragraph, lalumemberi label ke tiap unit kecil tadi. Setelah itu mengelompokkan kode ke dalamtema atau kategori, lalu menghubungkan tema atau kategori tersebut ataumengabstraksikannya ke dalam tema yang lebih kecil. Terakhir adalah koding datayang dapat dilakukan dengan program analisis data untuk kualitatif.4. Mempresentasikan analisis dataLangkah yang dilakukan dalam penelitian kuantitatif adalah denganmempresentasikan temuan penelitian dalam bentuk ringkasan yaitu berupa pernyataantemuan, dan menyediakan temuan dalam bentuk tabel dan gambar. Namun dalam penelitian kualitatif, presentasi temuan
penelitian dilakukan dalam bentuk mendiskusikan tema atau kategori yang dipakai, kemudian jugamenyiapkannya secara visual dalam bentuk model, gambar dan tabel.5. Memvalidasi dataValidasi data dilakukan dengan memakai standar external, lalu memvalidasi danmemeriksa reliabilitas skor dari instrument yang lama, kemudian menentukanvaliditas dan reliabilitas data. Walaupun validasi data berbeda dalam kedua penelitian,tetapi tujuan keduanya adalah sama yakni memeriksa kualitas data dan temuannya.Dalam penelitian kuantitatif, validitas berarti bahwa peneliti mampu menyimpulkanhasil yang berdasarkan temuan ke populasi, dan reliabilitas bermakna skor dari partisipan selalu bersifat konsisten dan stabil.Dalam penelitian kualitatif, vaidasi data dilakukan dari hasil analisis peneliti daninformasi partisipan di lapan gan dan juga penguji luar. Reliabilitas berperan kecildalam penelitian kualitatif dan sangat tergantung pada reliabilitas pemberi kode dalammenganalisis kode teks yang diteliti. Sehingga, d alam langkah selanjutnya, validasidata dilakukan dengan memakai pendekatan member checking, triangulasi, dan peer review.B. Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Data (Trustworthiness)1. Kriteria Keterpercayaan DataSetelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat. Validasi temuan dalam penelitian kualitatif menurut Guba dalamMills meliputi beberapa kriteria, yakni: Credibility, Transferability, Dependability danCofirmability.Credibility (kredibilitas) digunakan untuk mengatasi kompleksitas data yang tidak mudah untuk dijelaskan oleh sumber data, peneliti harus berpartisipasi aktif dalammelakukan tindakan, berada di latar penelitian sepanjang waktu penelitian (prolonged participation at study site), guna menghindari adanya bias dan persepsi yang salah.Hal ini dilakukan dengan cara melakukan tindakan secara aktif (pada MetodePenelitian Tindakan (MPT) misalnya mengajar), Dengan demikian semua masalahdapat diatasi langsung di lapangan. Melakukan observasi yang cermat (persistentobservation) untuk mengamati perilaku informan (siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung), diskusi den gan sejawat selama proses penelitian berlangsung (peer debriefing).Transferability (keteralihan) merupakan konsep validitas yang menyatakan bahwageneralisasi suatu penemuan penelitian dapat berlaku atau diterapkan pada kontekslain yang berkarakteristik sama (representatif). Hal ini juga dilakukan untuk membuktikan bahwa setiap data sesuai konteks artinya peneliti membuat deskripsidata secara detail dan mengembangkannya sesuai konteks.Dependability (kebergantungan) untuk menunjukkan stabilitas data, penelitimemeriksa data dari beberapa metode yang digunakan sehingga tidak terjadi perbedaan antara data yang satu dengan yang lain.Confirmability (kepastian) untuk menunjukkan netralitas dan objektivitas data, peneliti dapat menggunakan jurnal guna melakukan refleksi terhadap data yangdikumpulkan. b. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan DataSetelah menganalisis data, peneliti harus memastikan apakah interpretasi dan temuan penelitian akurat. Validasi temuan me nurut Creswell berarti bahwa penelitimenentukan keakuratan dan kredibilitas temuan melalui beberapa strategi, antara lainmember checking. triangulasi dan auditing.1. Member checkingPeneliti perlu mengecek temuannya dengan partisipan demi keakuratan temuan.Member checking adalah proses peneliti mengajukan pertanyaan pada satu atau lebih partisipan untuk tujuan seperti yang telah dijelaskan di atas. Aktivitas ini jugadilakukan untuk mengambil temuan kembali pada partisipan dan menanyakan padamereka baik lisan maupun tertulis tentang keakuratan laporan penelitian. Pertanyaandapat meliputi berbagai aspek dalam penelitian tersebut, misalnya apakah deskripsidata telah lengkap, apakah interpretasi bersifat representatif dan dilakukan tanpakecenderungan.2. TriangulasiMerupakan proses penyokongan bukti terhadap temuan, analisis dan interpretasi datayang telah dilakukan peneliti yang berasal dari: 1) individu
(informan) yang berbeda(guru dan murid), 2) tipe atau sumber data (wawancara, pengamatan dan dokumen),serta 3) metode pengumpulan data (wawancara, pengamatan dan dokumen).3. External AuditUntuk menghindari bias atas hasil temuan penelitian, p eneliti perlu melakukan cek silang dengan seseorang di luar penelitian. Seseorang tersebut dapat berupa pakar yang dapat memberikan penilaian imbang dalam bentuk pemeriksaan laporan penelitian yang akurat. Hal ini menyangkut deskripsi kelemahan dan kekuatan penelitian serta kajian aspek yang berbeda dari hasil temuan penelitian. Schwandt danHalpern memberikan gambaran pertanyaan yang dapat diajukan oleh auditor, antaralain:1. Apakah temuan berdasarkan data?2. Apakah simpulan yang dihasilkan logis?3. Apakah tema tepat?4. Sejauhmana peneliti melakukan bias?5. Strategi apa yang digunakan untuk meningkatkan kredibilitas?Sementara itu, Michael Quinn Patton mengajukan beberapa teknik pemeriksaanketerpercayaan data yang lebih bervariasi, antara lain:1. Perpanjangan keikutsertaanHal ini berarti bahwa peneliti berada pada latar penelitian pada kurun waktu yangdianggap cukup hingga mencap ai titik jenuh atas pengumpulan data di lapangan.Waktu akan berpengaruh pada temuan penelitian baik pada kualitas maupunkuantitasnya. Terdapat beberapa alasan dilakukannya teknik ini, yaitu untuk membangun kepercayaan informan/subjek dan kepercayaan peneliti sendiri,menghindari distorsi (kesalahan) dan bias, serta mempelajari lebih dalam tentang latar dan subjek penelitian.2. Ketekunan pengamatanMengandung makna mencari secara konsisten dengan berbagai cara dalam kaitandengan proses analisis yang konstan atau tentatif dan menemukan ciri-ciri dan unsur yang relevan dengan fokus penelitian untuk lebih dicermati. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan kedalaman penelitian yang maksimal.3. TriangulasiTriangulasi adalah teknik yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk pengecekan atau sebagai pembanding terhadap temuan data. Denzin dalam Moleongmengajukan empat macam triangulasi: sumber, metode, penyidik dan teori.4. Pengecekan sejawatMengekspos hasil penelitian kepada sejawat dalam bentuk diskusi untuk menghasilkan pemahaman yang lebih luas, komprehensif, dan menyeluruh. Hal ini perlu dilakukan agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan jujur atastemuan, dapat menguji hipotesis kerja yang telah dirumuskan, menggunakannyasebagai alat pemgembangan langkah penelitian selanjutnya serta sebagai pembanding.5. Kajian kasus negatif Dilakukan dengan cara mengumpulkan contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai pembanding. 7. Uraian rinciTeknik ini berkaitan erat dengan kriteria keteralihan, yakni peneliti dapat menuliskaninterpretasi data atau laporan temuan sejelas dan secermat mungkin sehingga dapatmenggambarkan konteks yang sesungguhnya agar pada gilirannya dapat digunakan pada konteks lain yang sejenis (berkarakteristik sama)8. AuditingTeknik ini berkaitan erat dengan kriteria kebergantungan dan kepastian data. Hal itudilakukan terhadap proses dan hasil penelitian. Proses auditing terdiri dari: pra-entri, penetapan hal-hal yang dapat diaudit, kesepakatan formal dan penentuan keabsahandata.
TEKNIK ANALISIS KUALITATIF ANALISIS DATA KUALITATIF 4 January 2012 Pengenalan Analisis Kualitatif Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang m endalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi. Analisis Kualitatif: Pertimbangan-pertimbangan Umum Tujuan dari analisis data, dengan mengabaikan jenis data yang dimiliki dan mengabaikan tradisi yang sudah dipakai pada koleksinya, apakah untuk menentukan beberapa pesanan dalam jumlah besar informasi sehingga data dapat disintesis, ditafsirkan, dan dikomunikasikan. Walaupun tujuan utama dari kedua data kualitatif dan kuantitatif adalah untuk mengorganisir, menyediakan struktur, dan memperoleh arti dari data riset. S atu perbedaan penting adalah, di dalam studi-studi kualitatif, pengumpulan data dan analisis data pada umumnya terjadi secara serempak, pencarian konsep-konsep dan tema-tema penting mulai dari pengumpulan data dimulai. Tugas analisis data adalah selalu hebat, tetapi itu yang terutama sekali menantang untuk peneliti kualitatif, tiga pertimbangan utama, yaitu: 1. Tidak ada aturan-aturan sistematis untuk meneliti dan penyajian data kualitatif. Ketiadaan prosedur analitik sistematis, menjadi sulit bagi peneliti untuk menyajikan kesimpulan. 2. Aspek analisis kualitatif yang kedua yang menantang adalah jumlah besar pekerjaan. Analis kualitatif harus mengorganisir dan bisa dipertimbangkan dari halaman dan bahan-bahan naratif. Halaman itu harus dibaca ulang dan kemudian diorganisir, mengintegrasikan, dan menafsirkan. 3. Tantangan akhir adalah pengurangan data untuk tujuan-tujuan pelaporan. Hasil-hasil utama dari riset kuantitatif dapat diringkas. Jika satu data kualitatif dikompres terlalu banyak, inti d ari integritas bahan-bahan naratif sepanjang tahap an alisa menjadi hilang. Sebagai konsekuensi, adalah kadang sukar untuk melakukan satu presentasi hasil riset kualitatif dalam suatu format yang kompatibel dengan pembatasan ruang dalam jurnal professional. Model-Model Analisa Crabtree dan Miller (1992) mengamati ada ban yak strategi analisis kualitatif. Mereka sudah mengenal empat pola analisa utama yang lebih tepat sasaran, sistematis, dan distandardisasi, dan pada ekstremum lain adalah satu model yang lebih yang intuitif, hubungan, dan interpretive. empat prototypical model-model yang mereka uraikan adalah sebagai berikut: “Model Quasi-statistical”. Peneliti menggunakan statistik secara khas mulai dengan pertimbangan analisa, dan menggunakan ide-ide untuk memilih jenis data. Pendekatan ini adalah kadang dikenal sebagai analysis peneliti meninjau ulang isi dari data naratif, mencari-cari tema atau kata tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu codebook. Hasil pencarian adalah informasi yang dapat digerakkan secara statistik dan disebut Quasi statistik. Sebagai contoh, analis dapat menghitung frekwensi kejadian dari tema-tema spesifik. Model ini adalah serupa dengan pendekatan kwantitatif tradisional sampai melakukan analisa isi. “Model Analisa Template”. Di model ini, peneliti mengkembangkan analisa cetakan untuk data naratif yang digunakan. Unit-unit template adalah secara khas perilaku-perilaku, kejadian, dan ungkapan ilmu bahasa. Template lebih mengalir dan dapat menyesuaikan diri dibanding suatu
codebook di dalam model Quasi statistik. Peneliti dapat mulai dengan template bersifat elementer sebelum mengumpulkan data, template mengalami revisi tetap sebanyak data dikumpulkan. Analisa menghasilkan data. Model jenis ini adalah bisa dipastikan diadopsi oleh peneliti yang biasa meneliti etnografi, etologi, analisa ceramah, dan ethnoscience. “Model Analisa Editing” . Peneliti menggunakan model editing bertindak sebagai interpreter yang membaca sampai habis data mencari segmen-segmen penuh arti dan unit-unit. Suatu ketika segmen ini dikenali dan ditinjau, interpreter dikembangkan satu rencana pengelompokan dan kode-kode sesuai yang dapat digunakan untuk memilih jenis dan mengorganisir data. Peneliti kemudian mencari-cari struktur dan pola-pola yang menghubungkan kategori-kategori pokok. Pendekatan teori yang khas menyertakan model ini. Peneliti-peneliti yang biasa meneliti fenomenologi, hermeneutics, dan ethnomethodology menggunakan prosedur pola analisa editing. “Model Immersion/crystallisasi”. Model ini melibatkan pembaptisan total analis di dalam dan cerminan bahan-bahan teks, menghasilkan satu kristalisasi data yang intuitif. Terjemahan yang interpretive dan subjektif dicontohkan dalam laporan kasus pribad i dari semi anekdot dan jumlah sedikit ditemui di dalam literatur riset dibanding tiga model yang lain. Proses Analisa Analisa dari data kualitatif secara khas adalah satu p roses yang interaktip dan aktif. Peneliti peneliti kualitatif sering membaca data naratif mereka berulang-ulang dalam mencari arti dan pemahaman-pemahaman lebih dalam. Morse dan Field (1995) mencatat bahwa analisis kualitatif adalah proses tentang pencocokan data bersama-sama, bagaimana membuat yang samar menjadi nyata, menghubungkan akibat dengan sebab. Yang merupakan suatu proses verifikasi dan dugaan, koreksi dan modifikasi, usul dan pertahanan. Beberapa kaum intelektual memainkan peran dalam analisis kualitatif. Morse dan Field (1995) mengenali empat proses-proses: 1. Memahami Awal proses analitik, peneliti-peneliti kualitatif berusaha untuk bisa mempertimbangkan data dan belajar mencari ” apa yang terjadi.” Bila pemahaman dicapai, peneliti bisa menyiapkan cara deskripsi peristiwa, dan data baru tidak ditambahkan dalam uraian. Dengan kata lain, pemahaman diselesaikan bila kejenuhan telah dicapai. 2. Sintesis Sintesis meliputi penyaringan data dan menyatukannya. `Pada langkah ini, peneliti mendapatkan pengertian dari apa yang “khas” mengenai suatu peristiwa dan apa variasi dan cakupannya. Pada akhir proses sintesis, peneliti dapat mulai membuat pernyataan umum tentang peristiwa mengenai peserta studi. 3. Teoritis Meliputi sistem pemilihan data. Selama proses teori, peneliti mengembangkan penjelasan alternatif dari peristiwa dan kemudian menjaga pen jelasan ini sampai menentukan apakah “cocok” dengan data. Proses teoritis dilanjutkan untuk dikembangkan sampai yang terbaik dan penjelasan paling hemat diperoleh. 4. Recontextualisasi Proses dari recontextualisasi meliputi pengembangan teori lebih lanjut da n aplikabilitas untuk
kelompok lain yang diselidiki. Di dalam pemeriksaan terakhir pengembangan teori, adalah teori harus generalisasi dan sesuai konteks. Manajemen Dan Organisasi Data Kualitatif Pengembangan skema pengelompokan Langkah awal analisa data kualitatif penelitian adalah untuk mengorganisir, tanpa beberapa sistem dari organisasi, ada hanya kekacauan. Tugas utama di dalam mengorganisir data kualitatif mengembangkan metoda untuk menggolongkan dan memberi index. Yaitu, peneliti harus mendisain mekanisme untuk memperoleh akses sampai bagian-bagian data, tanpa harus berulang-kali membaca himpunan data keseluruhannya. Tahap ini sangat utama, suatu data harus dikonversi menjadi lebih kecil, lebih dapat dikendalikan, dan lebih banyak manipulatable unitunit yang dapat dengan mudah didapat kembali dan review. Prosedur secara luas yang digunakan adalah mengembangkan skema pengelompokan dan kemudian mengkode data menurut kategori. Kode topik digunakan di dalam penelitian Gagliardi’s ( I991) studi pengalaman keluarga tentang penyesuaian diri seorang anak dengan Duchenne kekurangan gizi otot. Ini adalah suatu contoh dari sistem pengelompokan konkrit dan deskriptif. Sebagai con toh, itu mengijinkan coders untuk mengkode hubungan-hubungan spesifik antar anggota-anggota keluarga, dan kejadian yang terjadi di dalam lokasi spesifik. Dalam mengembangkan satu rencana kategori, konsep-konsep yang terkait sering dikelompokkan bersama-sama untuk memudahkan proses koding.. Sebagai contoh, semua kutipan yang menggambarkan bagaimana keluarga merasakan tentang menyesuaikan diri seorang anak dengan Duchenne kekurangan gizi otot dikelompokan sebagai “Kode perasaan.” Studi-studi yang dirancang untuk mengembangkan teori lebih mungkin untuk pengembangan abstrak dan kategori konseptual. Dalam merancan g kategori konseptual, peneliti harus merinci data ke dalam segmen-segmen, menguji dan membandingkan dengan segmen-segmen lain untuk perbedaan dan persamaan. Untuk menentukan apa tipe fenomena yang dicerminkan dan apa arti dari fenomena tersebut. Peneliti menanyakan pertanyaan tentang kejadian berbeda, peristiwa peristiwa, atau pemikiran yang ditandai pernyataan, seperti berikut: “Apakah ini? “Apa yang terjadi? “Untuk apa ini? Diposkan oleh ARIEF. B (EBD.S.Comp) ============= ANALISIS KUALITATIF DALAM PENELITIAN SOSIAL ANALISIS KUALITATIF DALAM PENELITIAN SOSIAL Penulis: S. Eko Putro Widoyoko, Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Purworejo A. Pendahuluan Berdasarkan aspek filosofi yang mendasarinya penelitian secara garis besa r dapat dikategorikan menjadi dua dua macam, yaitu penelitian yang berlandaskan pada aliran atau paradigma filsafat positivisme dan aliran filsafat postpositivisme. Apabila penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan akhir menemukan kebenaran, maka ukuran maupun sifat kebenaran antara kedua
paradigma filsafat tersebut berbeda satu dengan yang lain. Pada aliran atau paradigma positivisme ukuran kebenarannya adalah frekwensi tinggi atau sebagian besar dan bersifat probalistik. Kalau dalam sampel benar maka kebenaran tersebut mempunyai peluang berlaku juga untuk populasi yang lebih besar. Pada filsafat postpositivisme kebenaran didasarkan pada esensi (sesuai dengan hakekat obyek) dan kebenarannya bersifat holistik. Pengertian fakta maupun data dalam filsafat positivisme dan postpossitivisme juga memiliki cakupan yang berbeda. Dalam postivisme fakta dan data terbatas pada sesuatu yang empiri sensual (teramati secara indrawi), sedangkan dalam postpositivisme selain yang empiri sensual juga m encakup apa yang ada di balik yang empiri sensual (fenomena dan nomena). Menurut istilah Noeng Muhadjir (2000: 23) positivisme menganalisis berdasar data empirik sensual, postpositivisme mencari makna di balik yang empiri sensual. Kedua aliran filsafat tersebut mendasari bentuk penelitian yang berbeda satu dengan yang lain. Aliran positivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian dengan paradigma kuantitatif. Sedangkan postpositivisme dalam penelitian berkembang menjadi penelitian dengan paradigma kualitatif. Karakteristik utama penelitian kualitatif dalam paradigma postpositivisme adalah pencarian makna di balik data (Noeng Muhadjir. 2000: 79). Penelitian kualitatif dalam aliran postpositivisme dibedakan menjadi dua yaitu penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi dan penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi bertujuan mencari esensi makna di balik fenomena, sedangkan dalam paradigma bahasa bertujuan mencari makna kata maupun makna kalimat serta makna tertentu yang terkandung dalam sebuah karya sastra. B. Konsep dan Ragam Penelitian Kualitatif Istilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas. Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti. Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif. Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah penelitian kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek filosofi penelitian dan makna dari aspek desain penelitian.
1. Filosofi Penelitian Dari aspek filosofi, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: a. Penelitian kualitatif dalam paradigma kuantitatif (positivisme) Penelitian kualitatif jenis pertama ini menggunakan paradigma positivisme. Kriteria kebenaran menggunakan ukuran frekwensi tinggi. Data yang terkumpul bersifat kuantitatif kemudian dibuat kategorisasi baik dalam bentuk tabel, diagram maupun grafik. Hasil kategorisasi tersebut kemudian dideskripsikan, ditafsirkan dari berbagai aspek, baik dari segi latar belakang, karakteristik dan sebagainya. Dengan kata lain data yang bersifat kuantitatif ditafsirkan dan dimaknai lebih lanjut secara kualitatif. Penelitian di jenjang p endidikan strata satu (S1) istilah penelitian kualitatif lebih banyak menunjuk pada pengertian jenis pertama ini. Beberapa peneliti menyebut dengan istilah penelitian deskriptif kualitatif. b. Penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa Penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa (dan sastra) menggunakan paradigma post positisme. Penelitian kualitatif jenis kedua ini berusaha mencari makna, baik makna di balik kata, kalimat maupun karya sastra. Penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa ini masih dapat dibendakan menjadi : 1) Sosiolinguistik yang berupaya mempelajari teori linguistik atau studi kebahasaan atau studi perkembangan bahasa. 2) Strukturalisme Linguistik yang berupaya mempelajari struktur dari suatu karya sasta. P ada awalnya strukturalisme linguist disebut struturalisme otonom atau struturalisme obyektif karena menganalisis karya sastra hanya dari struktur karya sastra itu sendiri, tidak dikaitkan dengan sesuatu di luar karya sastra. Strukturalisme linguist berkembang lebih lanjut menjadi strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik dan strukturalisme semiotik. 3) Strukturalisme Genetik. Analisis karya sastra (dan bahasa) dalam strukturalisme genetik lebih menekankan makna sinkronik dari pada makna lain, seperti makna ikonik, simbolik, ataupun indeksikal. Oleh karena itu menurut Prof. Noen g Muhadjir (2000: 304) analis struturalisme genetik perlu mencakup tiga unsur kajian, yaitu: a) intrinsik karya sastra itu sendiri, b) latar belakang pengarangnya, dan c) latar belakang sosial serta latar belakang sejarah masyarakatnya. 4) Strukturalisme Dinamik. Strukturalisme dinamik mengakui kesadaran subyektif dari pengarang, mengakui peran sejarah serta lingkungan sosialnya, meski titik berat analisis harus tetap pada karya sastra itu sendiri. Analisis karya sastra menurut struturalisme dinamik mencakup dua hal, yaitu: a) karya sastra itu sendiri yang merupakan tampilan pikiran, pandangan dan konsep dunia dari pengarang itu sendiri dengan menggunakan bahasa sebagai tanda-tanda ikonik, simbolik, dan indeksikal dari beragam makn a, dan b) analisis keterkaitan pengarang dengan realitas lingkungannya. 5) Strukturalisme Semiotik. Strukturalisme semiotik adalah struturalisme yang dalam membuat analisis pemaknaan suatu karya sastra mengacu pa da semiologi. Semiologi atau semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda dalam bahasa dan karya sastra. Strukturalisme semiotik mengenal dua cara pembacaan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik mencoba menelaah mencari makna dari kata-kata, dari bagian- bagian, seperti Said Mahmud (Noeng Muhadjir. 2001: 101) mencari amal shaleh menurut Al-Qur’an dengan cara mencari kata-kata kunci dalam Al-Qur’an, dan dia menemukan 13 kata kunci. Berdasarkan 13 kata kunci tersebut dia mendeskripsikan karakteristik amal shaleh menurut Al-Qur’an. Pembacaan hermeneutik mencoba menelaah makna dengan melihat keseluruhan karya sastra. M. Radhi Al-Hafid (Noeng Muhadjir. 2001: 101) mencoba mengklasterkan kisah edukatif dalam Al- Qur’an, secara
hermeneutik, dan menemukan tiga klaster, yaitu kisah sejumlah Nabi, kisah para kaum dan kisah sketsa kehidupan. c. Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi berusaha memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang -orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong. 2001: 9). Dengan kata lain penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi adalah penelitian yang berusaha mengungkap makna terhadap fenomena pe rilaku kehidupan manusia, baik manusia dalam kapasitas sebagai individu, kelompok maupun masyarakat luas. Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi telah men galami perkembangan mulai dari model Interpretif Geertz, model grounded research, mode l Ethnographik, model paradigma naturalistik dari Guba dan model interaksi simbolik. Model paradigma naturalistik (the naturalistic method of inquiry, menurut istilah Guba) menurut Noeng Muhadjir (2000: 147) disebut sebagai model yang telah menemukan karakteristik kualitatif yang sempurna, artinya bahwa kerangka pemikiran, filsafat yang melandasinya, ataupun operasionalisasi metodologinya bukan reaktif atau sekedar merespons dan bukan sekedar menggunggat yang kuantitatif, melainkan membangun sendiri kerangka pemikirannya, filsafatnya dan operasionalisasi metodologinya. Para ahli metodologi penelitian kualitatif pada umumnya mengikuti konsep model naturalistik yang dikemukan oleh Guba. Begitu juga uraian lebih lanjut dalam tulisan ini pengertian penelitian kualitatif menunjuk pada makna kualitatif naturalistik. Moleong menggunakan istilah paradigma alamiah untuk menunjuk pada paradigma kualitatif naturalistik sebagai kebalikan dari paradigma ilmiah untuk menunjuk pada paradigma kuantitatif (Moleong. 2001: 15). Guba (1985: 39 – 44) mengetengahkan empat belas karakteristik penelitian naturalistik, yaitu : a. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya. b. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya. c. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan mengungkap halhal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden. d. Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. e. Pengambilan sample secara purposive. f. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi. g. Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan pen yusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik. h. Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistik menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya. i. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena responden lebih memahami
konteksnya daripada peneliti. j. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus lain. k. Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), buk an ke nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya. l. Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan b erbeda. m. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai lokalnya. n. Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya validitas dan reliabilitas, sedangkan dalam kualitatif naturalistik oleh Guba diganti den gan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. 2. Desain Penelitian Berdasarkan desain penelitian yang disusun, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : a. Desain penelitian kualitatif non standar Desain penelitian dalam paradigma positivistik kuantitatif bersifat terstandar, artinya ada aturan yang sama yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dari adanya masalah, membatasi obyek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan, mendesain metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, ada yang menambah dengan implikasi, saran dan atau rekomendasi. Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari segi konstrak teori, isi maupun empiriknya. Sistematika penulisan sudah terstandar, yaitu: Bab I. Pendahuluan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan/batasan masalah, dst.). Bab II. Kajian teori atau kajian pustaka (kajian teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, hipotesis/pertanyaan penelitian). Bab III. Metode penelitian (Desain, tempat dan waktu pe nelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen dan teknik analisis data). Bab IV. Hasil penelitian. Bab V. Kesimpulan (ada yang menambah, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran). Desain penelitian kualitatif non standar sebetulnya menggunakan standar seperti kuantitatif tetapi bersifat flesibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan modifikasi dari model penelitian paradigma positivistik kuantitatif dengan menyederhanakan sistematika ataupun menyatukan bebarapa bagian dalam bab yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab I . Desain penelitian kualitatif non standar ini digunakan untuk penelitian kualitatif dalam paradigma positivistik dan penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa. b. Desain penelitian kualitatif tentatif Model ini sama sekali berbeda dari model-model di atas. Desain penelitian terstandar dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan penelitian, sedangkan desain penelitian tentatif disusun sebelum ke lapangan juga tetapi setelah peneliti memasuki lapangan penelitian, desain penelitian dapat berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kondisi realitas lapangan yang dihadapi. Acuan pelaksanaan penelitian tidak sepenuhnya tergantung pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi realitas yang dihadapi.
Dalam desain penelitian terstandar maupun non standar d apat dibakukan dengan istilah-istilah: masalah, kerangka teori, metode penelitian, analisis dan kesimpulan dan lainnya. Model tentatif menggunakan dasar sistematika yang berbeda. Sistematika model ini unit-unitnya atau bab babnya disesuaikan dengan sistematika substantif obyeknya. Misalnya: penelitian tentang perilaku anak Bab I. Pendahuluan termasuk metode penelitian. Bab II. Fantasi. Bab III. Bermain. Bab IV. Sosialisasi, dst. Model ini digunakan dalam penelitian kualitatif naturalistik. C. Analisis Penelitian Kualitatif Pengertian penelitian kualitatif dalam uraian lebih lanjut menunjuk pada penelitian kualitatif naturalistik (naturalistic inquiry dari Guba) 1. Keabsahan Data Keabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Penelitian kualitatif memiliki tiga kriteria untuk memeriksa keabsahan data, yaitu: credibility, trasferability, dan dependability . a. Kredibilitas (kepercayaan), yang dapat dilakukan dengan cara : · Memperpanjang waktu pengamatan (tinggal dengan responden) · Pengamatan secara tekun dan terus menerus (untuk memperoleh data secara lebih mendalam). · Triangulasi, yang dapat dilakukan dengan : Ø Menggunakan sumber ganda (berbeda-beda). Ø Menggunakan metode ganda (berbeda-beda). Ø Menggunakan peneliti ganda (berbeda-beda). · Peer debriefing (diskusi dengan teman sejawat) · Member check (pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam pengumpulan data) b. Transferabilitas (keteralihan). Analog dengan generalisasi bagi positivisme. c. Dependabilitas atau auditabilitas, yang dapat dilakukan dengan: · Pengamatan oleh dua atau lebih pengamat · Checking data · Audit trail atau menelusur dari data kasar (Sa yekti. 2001: 2) 2. Analisis Data Analisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng Muhadjir.2000: 139). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih menampilkan komentar peneliti terhadap fenomena yang dihadapi. Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data. a. Pemrosesan Satuan (Unitying)
Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang utuh dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Satuan dapat berwujud kalimat faktual sederhana, misalnya: ”Responden menunjukkan bahwa ia menghabiskan sekitar sepuluh jam seminggu untuk melakukan perjalanan keliling dari satu sekolah ke sekolah lain sebagai pelaksanaan peranannya selaku guru lepas di beberapa sekolah”. Selain itu satuan dapat pula berupa paragraf penuh. Satuan ditemukan dalam catatan pengamatan, wawancara, dokumen, laporan dan sumber lainnya. Agar satuan-satuan tersebut mudah diidentifikasi perlu dimasukkan ke dalam kartu indeks dengan susunan satuan yang dapat dipahami oleh orang lain. b. Kategorisasi Kategorisasi disusun berdasarkan kriteria tertentu. Mengkategorisasikan kejadian-kejadian mungkin saja mulai dari berdasarkan namanya, fungsinya atau kriteria yang lain. Pada tahap kategorisasi peneliti sudah mulai melangkah mencari ciri-ciri setiap kategori. Pada tahap ini peneliti bukan sekedar memperbandingkan atas pertimbangan rasa-rasanya mirip atau sepertinya mirip, melainkan pada ada tidaknya muncul ciri berdasarkan kategori. Dalam hal ini ciri jangan didudukkan sebagai kriteria, melainkan ciri didudukkan tentatif, artinya pada waktu hendak memasukkan kejadian pada kategori berdasarkan cirinya, sekaligus diuji apakah ciri bagi setiap kategori sudah tepat. c. Penafsiran /Pemaknaan Data Langkah ketiga Moleong (2001: 197) menggunakan istilah penafsiran data,. Noeng Muhadjir (2000: 187) menggunakan istilah pemaknaan, karena penafsiran merupakan bagian dari proses menuju pemaknaan. Beliau membedakan antara 1) terjemah atau translation, 2) tafsir atau inerpretasi, 3) ekstrapolasi dan 4) pemaknaan atau meaning. Membuat terjemah berarti upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran, peneliti tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konsteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yan g tersajikan. Memberi makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia: indriawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Di balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti empirik logik, sedangkan pada pemaknaan menjangkau yang etik maupun yang transendental. Dari sesuatu yang muncul sebagai empiri dicoba dicari kesamaan, kemiripan, kesejajaran dalam arti individual, pola, proses, latar belakang, arah dinamika dan banyak lagi kemungkinankemungkinan lainnya. Dalam langkah kategorisari dilanjutkan dengan langkah menjadikan ciri kategori menjadi eksplisit, peneliti sekaligus mulai berupaya untuk mengintegrasikan kategori -kategori yang dibuatnya. Menafsirkan dan memberi makna hubungan antar kategori sehingga hubungan antar kategori menjadi semakin jelas. Itu berarti telah tersusun atribut-atribut teori. d. Perumusan Teori Perumusan teori dimulai dengan mereduksi jumlah kategori-kategori sekaligus memperbaiki rumusan dan integrasinya. Modifikasi rumusan semakin minimal, sekaligus isi data dapat terus semakin diperbanyak. Atribut terori yang tersusun dari hasil penafsiran/pemaknaan dilen gkapi terus dengan data baru, dirumuskan kembali dalam arti diperluas cakupannya sekaligus dipersempit kategorinya. Jika hal itu sudah tercapai d an peneliti telah merasa yakin akan hasilnya, pada saat itu peneliti sudah dapat mempublikasikan hasil penelitiannya.
D. Kesimpulan Penelitian untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu kantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang di peroleh dari dua pendekatan tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. P endekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis pen elitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah ada. Daftar Pustaka : · Guba, Egon G. & Lincoln, Yvonna S. (1981). Effective Evaluation. S an Fransisco: Jossey-Bass Publishers · Kirk, J. & Miller, M.I. (1986). Reability and Validity in Qualitative Research, Vol.1, Beverly Hills: Sage Publication · Lincoln, Yvonna S. & Guba, Egon G. (1985). Naturalistic Inquiry. California, Beverly Hills: Sage Publications · Moleong, L. J. (2001). Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosydakarya · Noeng Muhadjir. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi IV. Yogyakarta: Rak e Sarasin· Noeng Muhadjir. (2001). Filsafat Ilmu, Positivisme, Post Positivisme dan Post Modernisme. Edisi II. Yogyakarta: Rake Sarasin
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia pendidikan menuntut
kita untuk selalu berinovasi
dalam pembelajaran. Dengan pembelajaran yang terstruktur, terarah, terinci dan inovatif tentunya akan menghasilkan kualtitas pembelajaran sesuai dengan yang kita harapkan. Inovasi-inovasi tersebut tidak muncul serta merta tetapi dibutuhkan suatu penelitian yang tidak “ gampang”. Dibutuhkan ketekunan, ketelitian dan kemauan yang keras untuk dapat menghasilkan inovasi yang mutakhir. Keseriusan tersebut juga diwujudkan oleh pemerintah dengan ikut ambil bagian dalam usaha menemukan inovasi baru dalam dunia pendidikan. Salah satunya dengan adanya peraturan bahwa untuk mencapai golongan tetentu dalam strata PNS, seseorang harus mengusulkan suatu pengembangan profesi yang berupa penelitian dalam bidangnya masing-masing. Selain itu lembaga-lembaga di bidang pendidikan juga sedang gencar-gencarnya mengadakan seleksi sebagai usaha mencari inovasi-inovasi baru hasil penelitian yang untuk selanjutnya dikembangkan dan disosialisasikan. Untuk menghasilkan penelitian yang inovatif, banyak hal yang perlu kita perhatikan yaitu sebelum pelaksanaan penelitian, saat penelitian sampai pada penulisan
hasil
penelitian.
Rangkaian
kegiatan
tersebut
merupakan
kunci
keberhasilan dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, rencana penelitian, proses penelitian dan penulisan hasil penelitian harus menjadi fokus utama penelitian. Berbagai tahapan dalam penelitian perlu kita cermati mulai dari ide penelitian, jenis penelitian yang kita pilih, sampel yang diambil, proses pengambilan data, cara menganalisa data selama proses penelitian, metode dalam menganalisa data sampai pada pengambilan kesimpulan hasil penelitian. Analisis data dianggap sebagai kunci utama dalam suatu penelitian, karena dengan cara menganalisis data yang benar dan sesuai kita dapat menuangkan hasil penelitian sebagai suatu laporan ilmiah yang dapat diambil manfaatnya. Sehingga peneliti yang bijak harus
mengetahui segala teori-teori yang berkaiatan dengan analisis data agar dapat melakukan penelitian sesuai yang mereka inginkan. Dalam dunia pendidikan kita lebih familier bentuk penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dimana kedua penelitian tersebut mempunyai perbedaan nyata. Mulai dari ide, sudut pandang, pengambilan sampel, saat pengambilan data di lapangan sampai pada penulisan hasil penelitiaan sangat berbeda jelas.
B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang ingin penulis kupas dalam makalah ini adalah : 1. Bagaimana cara menganalisa data kualitatif dengan model Miles dan Huberman? 2. Mengkaji analisis data model Miles dan Hubermen dalam menjawab permasalahan penelitian kualitatif ?
C. TUJUAN
Dari permasalahan yang penulis pilih, penulis mempunyai tujuan : 1.
Menjelaskan cara menganalisa data dengan model Miles dan Huberman
2.
Mengkaji analisis data model Miles dan Hubermen dalam menjawab permasalahan penelitian kualitatif ?
BAB II ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF MODEL MILES DAN HUBERMAN
Penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif sering disebut dengan penelitian naturalistik, etnografik, studi kasus atau fenomenologi. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan tentang orang-orang atau perilaku yang dapat di amati. Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka (Depdiknas,2008). Penelitian
kualitatif
umumnya
mengambil
sampel
lebih
kecil,
dan
pengambilannya cenderung memilih yang purposif daripada acak. Penelitian
kualitatif lebih mengarah ke penelitian proses daripada produk; dan biasanya membatasi pada satu kasus. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfolus, atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang peroleh melalui pemotretan atau rekaman video. A.
ANALISIS DATA KUALITATIF
Pada awalnya para peneliti kualitatif tidak menjelaskan secara rinci kegiatan analisis dalam penelitiannya. Pada perkembangan selanjutnya para peneliti sejenis telah berupaya untuk menjelaskan proses analisisnya secara rinci, meskipun masih beragam caranya. Namun, hal itu dapat dipahami sesuai dengan sifat keterbukaan dan kelenturan metode ini (Sutopo, 2002). Data-data yang diperoleh selama melaksanakan penelitian tidak memiliki arti apapun jika tidak diolah, dianalisis dan disajikan dengan cermat dan sistematis. Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan. Tujuan akhir analisis data kualitatif adalah untuk memperoleh makna, menghasilkan pengertian-pengertian, konsep-konsep serta mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data kualitatif adalah proses mencari serta menyusun secara sistemat is data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya sehingga mudah dipahami agar dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dikaji dimulai sejak sebelum peneliti memasuki lapangan, dilanjutkan pada saa t peneliti berada di lapangan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas sehingga datanya jenuh. Kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. B.
ANALISIS DATA KUALITATIF SEBELUM DI LAPANGAN
Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun hal ini bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan. Semisal penelitian difokuskan pada pohon jati, setelah peneliti masuk ke hutan beberapa lama, ternyata hutan tersebut tidak ada pohon jati. Bagi peneliti kuantitatif
tentu akan membatalkan penelitiannya, tetapi kalau peneliti kualitatif tidak, karena fokus penelitiannya bersifat sementara dan akan berkembang setelah di lapangan. Bagi peneliti kualitatif kalau fokus penelitian yang dirumuskan pada proposal tidak ada di lapangan, maka peneliti akan merubah fokusnya. C.
ANALISIS DATA KUALITATIF SELAMA DI LAPANGAN MODEL MILES DAN HUBERMAN
Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing / verification).
Sejumlah peneliti kualitatif berupaya mengumpulkan data selama mungkin dan bermaksud akan menganalisis setelah meninggalkan lapangan. Cara tersebut untuk peneliti kualiatatif salah, karena banyak situasi atau konteks yang tak terekam dan peneliti lupa penghayaatan situasinya, sehingga berbagai hal yang terkait dapat berubah menjadi fragmen-fragmen tak berarti. Sehingga pekerjaan pengumpulan data bagi peneliti kaulitatif harus langsung diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit, mengklasifikasikan, mereduksi, dan menyajikan; yang selanjutnya Analisis data kualitatif model Miles dan Hubermen terdapat 3 (tiga) tahap: 1. Tahap Reduksi Data Sejumlah langkah analisis selama pengumpulan data menurut Miles dan Huberman adalah : Pertama, meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan
situasi di lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih dan meringkas dokumen yang relevan. Kedua, pengkodean. Pengkodean hendaknya memperhatikan setidak-
tidaknya empat hal : a. Digunakan simbul atau ringkasan. b. Kode dibangun dalam suatu struktur tertentu. c. Kode dibangun dengan tingkat rinci tertentu
d. Keseluruhannya dibangun dalam suatu sistem yang integratif. Ketiga, dalam analisis selama pengumpulan data adalah pembuatan catatan
obyektif.Peneliti perlu mencatat sekaligus mengklasifikasikan dan mengedit jawaban atau situasi sebagaimana adanya, faktual atau obyektif-deskriptif. Keempat, membuat catatan reflektif. Menuliskan apa yang terangan dan
terfikir oleh peneliti dalam sangkut paut dengan catatan obyektif tersebut diatas. Harus dipisahkan antara catatan obyektif dan catatan reflektif Kelima, membuat catatan marginal. Miles dan Huberman memisahkan
komentar peneliti mengenai subtansi dan metodologinya. Komentar subtansial merupakan catatan marginal. Keenam, penyimpanan data. Untuk menyimpan data setidak-tidaknya ada
tiga hal yang perlu diperhatikan : a. Pemberian label b. Mempunyai format yang uniform dan normalisasi tertentu c. Menggunakan angka indeks dengan sistem terorganisasi baik. Ketujuh, analisis data selama pengumpulan data merupakan pembuatan
memo. Memo yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide atau konseptualisasi ide, dimulai dengan pengembangan pendapat atau porposisi. Kedelapan, analisis antarlokasi. Ada kemungkinan bahwa studi dilakukan
pada lebih dari satu lokasi atau dilakukan oleh lebih satu staf peneliti. Pertemuan antar peneliti untuk menuliskan kembali catatan deskriptif, catatan reflektif, catatn marginal dan memo masing-masing lokasi atau masing-masing peneliti menjadi yang konform satu dengan lainnya, perlu dilakukan. Kesembilan, pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Isinya lebih
bersifat matriks tentang ada tidaknya data yang dicari pada setiap lokasi. Mencermati
penjelasan
di
atas,
seorang
peneliti
dituntut
memiliki
kemampuan berfikir sensitif dengan kecerdasan, keluasan serta kedalaman wawasan yang tertinggi. Berdasarkan kemampuan tersebut peneliti dapat melakukan aktivitas reduksi data secara mandiri untuk mendapatkan data yang mampu menjawab pertanyaan penelitian. Bagi peneliti pemula, proses reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui
diskusi tersebut diharapkan wawasan peneliti akan berkembang, data hasil reduksi lebih bermakna dalam menjawab pertanyaan penelitian. 2. Tahap Penyajian Data/ Analisis Data Setelah Pengumpulan Data Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya, mengingat bahwa peneliti kualitatif banyak menyusun teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara tematik kepada pembaca. Miles dan Huberman (1984) memperkenalkan dua macam format, yaitu : diagram konteks (context chart) dan matriks. Penelitian kualitatif biasanya difokuskan pada kata-kata, tindakan- tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu. Konteks tersebut dapat dilihat sebagai aspek relevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari sistem sosial dimana seseorang berfungsi (ruang kelas, sekolah, departemen, keluarga, agen, masyarakat lokal), sebagai ilustrasi dapat dibaca Miles dan Huberman (1984:133) Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data yang yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapi tujuan penelitian. Penyajian data yang baik merupakan satu langkah penting menuju tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal. Miles and Hubermen (1984) menyatakan : ”the most frequent form of display data for qualitative research data in the post has been narrative text”/yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Miles dan Huberman membantu para peneliti kualitatif dengan model-model penyajian data yang analog dengan model-model penyajian data
kuantitatif
statis,
dengan
menggunakan
tabel,
grafiks,
amatriks
dan
semacamyan; bukan diisi dengan angka-angka melainkan dengan kata atau phase verbal. Dalam bukunya Qualitative Data Analysis disajikan mengenai model-model penyajian data untuk analisis kualitatif.
Miles dan Huberman dengan model-
modelnya itu dimaksudkan untuk mendorong tumbuhnya kreativitas membuat modelnya sendiri, bukan hanya sekedar konsumen model Miles dan Huberman. Miles dan Huberman menyajikan 9 model dengan 12 contoh penyajian data kualitatif bentuk matriks, gambar atau grafik analog dengan model yang biasanya digunakan dalam metodologi penelitian kuantitatif statistik. Model 1 adalah model untuk mendeskripsikan model penelitian. Dapat
berupa sosiogram, organigram atau menyajikan peta geografis. Model 2
adalah model yang dipakai untuk memantau komponen atau
dimensi penelitian, yaitu dengan checklist matrik. Karena matriks itu tabel dua dimensi, maka pada barisnya dapat disajikan komponen atau dimensinya, pada kolom disajikan kurun waktunya. Isi checklist hanyalah tanda-tanda singkat. Model 3 adalah model untuk mendeskripsikan perkembangan antar waktu.
Isinya bukan sekedar tanda cek, melainkan ada diskripsi verbal dengan satu kata atau phase. Model 4 adalah matriks tataperan, yang mendeskripsikan pendapat, sikap,
kemampuan atau lainnya dari berbagai pemeranan. Model 5
adalah matriks konsep terklaster. Digunakan untuk meringkas
berbagai hasil penelitian dari berbagai ahli yang pokok perhatiannya berbeda. Model 6 adalah matriks tentang efek atau pengaruh. Model ini hanya
mengubah fungsi-fungsi kolom-kolomnya, diganti untuk mendeskripsikan perubahan sebelum dan sesudah mendapat penyuluhan, sebelum dan sesudah deregulasi dan yang semacamnya. Model 7 adalah matriks dinamika lokasi. Melalui model ini diungkap
dinamika lokasi untuk berubah. Model ini berguna bagi peneliti yang memang hendak melihat dinamika sosial suatu lokasi, tetapi memang tidak banyak peneliti yang mengungkap hal tersebut cukup sulit. Model 8 adalah menyusun daftar kejadian. Daftar kejadian dapat disusun
kronologis atau diklasterkan.
Model 9 adalah jaringan klausal dari sejumlah kejadian yang ditelitinya. Dari
deskripsi atau sajian yang diringkaskan dalam berbagai model tersebut dapat diharapkan agar mempermudah kita untuk merumuskan prediksi kita. Selanjutnya disarankan dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif juga dapat berupa : bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart), pictogram, dan sejenisnya. Kesimpulan yang dikemukakan ini masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. 3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi Langkah selanjutnya adalah tahap penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verifikasi data. Seperti yang dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti buat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel. Langkah verifikasi yang dilakukan peneliti sebaiknya masih tetap terbuka untuk menerima masukan data, walaupun data tersebut adalah data yang tergolong tidak bermakna. Namun demikian peneliti pada tahap ini sebaiknya telah memutuskan anara data yang mempunyai makna dengan data yang tidak diperlukan atau tidak bermakna. Data yang dapat diproses dalam analisis lebih lanjut seperti absah, berbobot, dan kuat sedang data lain yang tidak menunjang, lemah, dan menyimpang jauh dari kebiasaan harus dipisahkan. Kualitas suatu data dapat dinilai melalui beberapa metode, yaitu : a.
mengecek representativeness atau keterwakilan data
b. mengecek data dari pengaruh peneliti c.
mengecek melalui triangulasi
d. melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat dipercaya e.
membuat perbandingan atau mengkontraskan data
f.
menggunakan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data negatif
Dengan
mengkonfirmasi
makna
setiap
data
yang
diperoleh
dengan
menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penarikan kesimpulan penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan baru yang belum pernah ada. Temuan tersebut dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya remang-remang atau gelap menjadi jelas setelah diteliti. Temuan tersebut berupa hubungan kausal atau interaktif, bisa juga berupa hipotesis atau teori.
BAB III PENUTUP
A. SIMPULAN 1. Analisis data penelitian kualitatif menurut Miles dan Hubermen ada tiga tahap, yaitu : a.
Tahap reduksi data
b. Tahap penyajian data c.
Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data Langkah-langkah dalam tahap reduksi, yaitu :
1.
Meringkaskan data kontak langsung dengan orang, kejadian dan situasi di lokasi penelitian.
2. Pengkodean. 3. Pembuatan catatan obyektif. 4. Membuat catatan reflektif. 5. Membuat catatan marginal. 6. Penyimpanan data. 7. Pembuatan memo. 8. Analisis antarlokasi. 9. Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi. Tahap penyajian, pada tahapan ini dikembangkan model-model: 1. Mendeskripsikan konteks dalam penelitian.
2. Cheklist matriks 3. Mendeskripsikan perkembangan antar waktu. 4. Matriks tata peran 5. Matriks konsep terklaster. 6. Matriks efek dan pengaruh 7. Matriks dinamika lokasi 8. Daftar Kejadian Tahap penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Kesimpulan hasil penelitian yang diambil dari hasil reduksi dan panyajian data adalah merupakan kesimpulan sementara. Kesimpulan sementara ini masih dapat berubah jika ditemukan bukti bukti kuat lain pada saat proses verifikasi data di lapangan. Jadi proses verifikasi data dilakukan dengan cara peneliti terjun kembali di lapangan untuk mengumpulkan data kembali yang dimungkinkan akan memperoleh bukti-bukti kuat lain yang dapat merubah hasil kesimpulan sementara yang diambil. Jika data yang diperoleh memiliki keajegan (sama dengan data yang telah diperoleh) maka dapat diambil kesimpulan yang baku dan selanjutnya dimuat dalam laporan hasil penelitian. 2.
Analisis penelitian kualitatif menurut Miles dan Hubermen dapat disimpulkan mampu menjawab permasalahan penelitian kualitatif. Hal ini didasarkan pada tahapan-tahapan penelitian yang tersusun secara sistematis dan runtut, alamiah (tanpa memanipulasi data), logis, aktual dan dapat dipertanggungjawabkan. Di samping itu, kesimpulan yang diambil pada penelitian kualitatif menggunakan analisis data Miles dan Hubermen dapat dipertanggungjawabkan karena telah melalui tahapan verifikasi data.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, Pengolahan dan Analisis Data Penelitian; 2008 Milles, M.B. and Huberman, M.A. 1984. Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta Muhadji, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: Sonhaji, Ahmad.1994. Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-Ilmu Sosial dan Keagamaan.Malang:Kalimasada Press
TAHAPAN ANALISIS DATA PENELITIAN KUALITATIF 20 Jan
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. (Bogdan & Biklen, 1982). Analisis ada lah penelaahan untuk mencari pola (paterns). Pola disini lebih mengacu pada pola budaya (cultural patterns) bukan semata-mata situasi sosial suatu domain cultural (cultural domain) adalah katagori makna cultural yang menyangkut katagori-katagori yang lebih kecil. Pada hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab. Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa dipahami dengan mudah. Pada bagian analisis data diuraikan proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis transkrip-transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain agar peneliti dapat menyajikan temuannya. Analisis ini melibatkan pengerjaan, pengorganisasian, pemecahan dan sintesis data serta pencarian pola, pengungkapan hal yang penting, dan penentuan apa yang dilaporkan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data, dengan teknik-teknik misalnya analisis domain, analisis taksonomis, analisis komponensial, dan analisis tema. Dalam hal ini peneliti dapat menggunakan statistik nonparametrik, logika, etika, atau estetika. Dalam uraian tentang analisis data ini supaya diberikan contoh yang operasional, misalnya matriks dan logika. Analisis data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak. Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan ( field research) bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang lebih bermakna. Untuk bisa menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada faktor-faktor tersebut. Menurut Prof. Dr. Sugiyono, analisis data terdiri dari Analisis Data Sebelum di lapangan dan Analisis Data Selama di lapangan. Miles dan Huberman (1984) menyebutkan bahwa analisis data selama pengumpulan data membawa peneliti mondar-mandir antara berpikir tentang data yang ada dan mengembangkan strategi untuk mengumpulkan data baru. Melakukan koreksi terhadap informasi yang kurang jelas dan mengarahkan analisis yang sedang berjalan
berkaitan dengan dampak pembangkitan kerja lapangan. Langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data yaitu penyusunan lembar rangkuman kontak (contact summary sheet), pembuatan kode-kode, pengkodean pola (pattern codding) dan pemberian memo.
Lembar rangkuman kontak merupakan lembar yang berisi serangkaian pemfokusan atau rangkuman pertanyaan tentang kontak lapangan tertentu. Dalam hal ini, peneliti menelaah catatan-catatan lapangan, dan menjawab setiap pertanyaan secara singkat untuk mengembangkan rangkuman secara keseluruhan dari hal pokok dalam kontak. Pertanyaan itu dapat dirumuskan : 1)
Orang, peristiwa atau situasi apa yang akan diungkap?
2)
Tema dan isu apa dalam kontak?
3) Tempat mana yang paling energi pada kontak berikutnya, dan informasi apa saja yang akan dilacak? Lembar rangkuman kontak dapat dibuat secara lebih spesifik dan tidak begitu “openended”, dengan disertai kode-kode. Persoalan yang dihadapi dalam pengumpulan data adalah banyaknya catatan-catatan lapangan dan dokumen yang terkumpul, sehingga dapat menyulitkan peneliti dalam menangkap makna yang esensial dan menata kembali, serta merampingkan menjadi satuan-satuan yang siap dianalisis. Pengkodean diawali dengan penyusunan daftar kode. Dalam daftar kode yang dapat disimak dalam Miles & Huberman, 1984 :58-59; terdapat 3 kolom, yakni kolom yang memuat label deskriptif untuk kategori umum dan kode-kode yang bersangkutan dengan kategori, berikutnya kolom yang memuat kode-kode secara rinci, sedangkan terakhir adalah kolom yang memuat kunci-kunci yang mengacu pada pertanyaan atau sub pertanyaan penelitian, dari mana kode diderivasi. Pemberian kode biasanya dilakukan pada tepi kiri dan tepi kanan pada catatan lapangan. Kode pola adalah kode eksplanatori atau inferensial yaitu kode yang mengidentifikasi suatu tema, pola atau eksplanasi yang muncul untuk kepentingan analisis selanjutnya. Pengkodean pada dasarnya menarik sejumlah besar bahan bersama menjadi lebih bermakna dan dapat teridentifikasi. Proses ini dapat dikatakan merupakan “pengkodean-meta”. Pengkodean dimaksudkan sebagai alat untuk merangkum segmen-segmen data, selain itu pengkodean pola merupakan cara untuk mengelompokkan rangkuman-rangkuman data tersebut menjadi sejumlah kecil tema atau konstruk. Pengumpulan data merupakan pekerjaan yang sangat menarik dan pengkodean biasanya memakan energi yang besar sekali, dimana peneliti dibanjiri dengan berbagai informasi. Hal ini memungkinkan peneliti untuk lupa menangkap makna atau gejala umum dari apa yang sedang terjadi. Pembuatan memo adalah salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut. Analisa data setelah pengumpulan data, pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari data yang dikumpulkan dan
dianalisis sebelumnya Peneliti kualitatif banyak menyususn teks naratif. Display adalah format yang menyajikan informasi secara sistimatik kepada pembaca. Penelitian kualitatif memfokuskan pada kata-kata, tindakan-tindakan orang yang terjadi pada konteks tertentu, konteks mana dapat dilihat sebagai aspek r elevan segera dari situasi yang bersangkutan, maupun sebagai aspek relevan dari si stem sosial di mana seseorang berfungsi seperti contohnya : ruang kelas, sekolah, departemen, perusahaan, keluarga, agen, masyarakat lokal dan sebagainya. Dari pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali, model analisis data yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser dan Strauss (1967) bisa dipakai sebagai pedoman. Kendati tidak baku, artinya setiap peneliti kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara garis besar model analisis itu diuraikan sebagai berikut: 1. Analisis Domain (Domain analysis).
Analisis domain pada hakikatnya adalah upa ya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperolehdomain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. Terdapat 3 elemen dasar domain yaitu Cover term, Included term dan Semantic relationship. Ada enam tahap yang dilakukan dalam analisis domain yaitu: (a) Memilih salah satu hubungan semantik untuk memulai dari sembilan hubungan semantik yang tersedia; (b) Menyiapkan lembar analisis domain; (c) Memilih salah satu sampel catatan lapangan yang dibuat terakhir, untuk memulainya; (d) Me ncari istilah acuan dan istilah bagian yang cocok dengan hubungan semantik dari catatan lapangan; (e) Mengulangi usaha pencarian domain sampai semua hubungan semantik habis; (f) Membuat daftar domain yang ditemukan (teridentifikasikan). 1. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis).
Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic relationship. Jadi taksonomi merupakan rincian dari domain cultural. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari subdomain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted ). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam. Tujuh langkah yang dilakukan dalam analisis taksonomi yaitu: (a) Memilih salah satu domain untuk dianalisis; (b) Mencari kesamaan atas dasar hubungan semantik yang sama yang digunakan
untuk domain itu; (c) Mencari tambahan istilah bagian; (d) Mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis; (e) Membentuk taksonomi sementara; (f) Mengadakan wawancara terfokus untuk mencek analisis yang telah dilakukan; (g) Membangun taksonomi secara lengkap. 3. Analisis Komponensial (Componential Analysis). Pada tahap ini peneliti mencoba mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh. Unsur-unsur yang kontras dipilah-pilah dan s elanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan. Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci anggota sesuatu ranah, juga m emahami karakteristik tertentu yang berasosiasi. Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal, dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan. Ada delapan langkah dalam analisi komponen ini yaitu: (a) Memilih domain yang akan dianalisis; (b) Mengidentifikasi seluruh kontral yang telah ditemukan; (c) Menyiapkan lembar paradigm; (d) Mengidentifikasi demensi kontras yang memiliki dua nilai; (e) Menggabungkan demensi kontras yang berkaitan erat menjadi satu; (f) Menyiapkan pertanyaan kontras untuk ciri yang tidak ada; (g) Mengadakan pengamatan terpilih untuk melengkapi data; (h) Menyiapkan paradigma lengkap. 4. Analisis Tema Kultural ( Discovering Cultural Themes). Analisis Tema Kultural adalah analisis dengan memahami geja la-gejala yang khas dari analisis sebelumnya. Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang dominan dan mana yang kurang dominan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah: (1) membaca secara c ermat keseluruhan catatan penting, (2) memberikan kode pada topik-topik penting, (3) menyusun tipologi, (4) membaca pustaka yang terkait dengan masalah dan konteks penelitian. Berdasarkan seluruh analisis, peneliti melakukan rekonstruksi dalam bentuk deskripsi, narasi dan argumentasi. Sekali lagi di sini diperlukan kepekaan, kecerdasan, kejelian, dan kepakaran peneliti untuk bisa menarik kesimpulan secara umum sesuai sasaran penelitian. Tujuh cara untuk menemukan tema yaitu: (a) Melebur diri; (b) Melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan; (c) Menemukan perspektif yang lebih luas melelui pencarian domain dalam pemandangan budaya; (d) Menguji demensi kontras seluruh domain yang telah dianalisis; (e) Mengidentifikasi domain terorganisir; (f) Membuat gambar untuk memvisualisasi hubungan antar domain; (g) Mencari tema universal, dipilih satu dari enam topik: konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial pribadi, memperoleh dan menjaga status dan memecahkan masalah. Sesuai dengan topik penelitian maka yang dipilih adalah memecahkan masalah.
5. Analisa Komparasi Konstan (Grounded Theory Research) Dalam pendekatan teori grounded ini, peneliti mengkosentrasikan dirinya pada deskripsi yang rinci tentang sifat/ ciri dari data yang dikumpulkan, sebelum berusaha menghasilkan pernyataan-pernyataan teoritis yang lebih umum. Di saat telah memadainya rekaman cadangan deskripsi yang akurat tentang fenomena sosial yang relevan, barulah peneliti dapat mulai menghipotesiskan jalinan hubungan di antara fenomena-fenomena yang ada, dan kemudian mengujinya dengan menggunakan porsi data yang lain. Tiga aspek kegiatan yang penting untuk dilakukan, yaitu: -
Menulis catatan atau note writing.
-
Mengidentifikasi konsep-konsep atau discovery or identification of concepts.
Mengembangkan batasan konsep dan teori atau development of concept definition and the elaboration of theory. Analisis Data Kualitatif adalah suatu proses yang meliputi:
Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri, Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya, Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola,hubungan-hubungan dan temuan-temuan umum. (Seiddel, 1998).
Pada analisis data kualitatif, kata-kata dibangun dari hasil wawancara dan diskusi kelompok terfokus terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan dan dirangkum. Tahapan-tahapan analisis data kualitatif sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Membiasakan diri dengan data melalui tinjauan pustaka; Membaca, mendengar, dan melihat; Transkrip wawancara dari perekam; Pengaturan dan indeks data yang telah diidentifikasi; Anonim dari data yang sensitif; Koding; Identifikasi tema; Pengkodingan ulang; Pengembangan kategori;
10. Eksplorasi hubungan antara kategori; 11. Pengulangan tema dan kategori; 12. Membangun teori dan menggabungkan pengetahuan yang sebelumnya;
13. Pengujian data dengan teori lain; dan 14. Penulisan laporan, termasuk dari data asli jika tepat (seperti kutipan dari wawancara). Pelaksanaan analisis memiliki empat sifat dasar, yaitu: (1) analisis induktif, (2) dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, (3) interaktif, (4) proses siklus. Analisis dalam penelitian kualitatif bersifat induktif. Informasi yang dikumpulkan di lapangan digunakan untuk membuat simpulan akhir, bukan untuk membuktikan hipotesis. Oleh karenanya peneliti harus menggali informasi selengkap mungkin. Proses analisis data dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Artinya, analisis harus sudah dilakukan sejak awal, tidak sama dengan dengan analisis data dalam penelitian kuantititatif yang dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses interaktif juga dilakukan baik pada waktu pengumpulan data masih berlangsung, misalnya dalam bentuk perbandingan antar unit data, pengelompokan data, maupun pengumpulan data sudah berakhir, dalam penyusunan laporan yang melibatkan analisis tahap akhir. Proses siklus dil akukan sejak awal pengumpulan data sampai akhir sebagai kelanjutan proses refleksi (Sutopo, 2005). Menurut Lexy J. Moleong, dalam penelitian kualitatif ada tiga model analisis data, yakni (1) metode perbandingan tetap (constant comparative method) seperti yang dikemukakan oleh Glaser & Strauss dalam buku mereka the Discovery of Grounded Research. (2) Metode analisis data menurut Miles & Huberman seperti yang mereka kemukakan dalam buku Qualitative Data Analysis). (3) metode analisis data menurut Spradley sebagai yang ditemukan dalam bukunya Participant Observation. Dinamakan metode perbandingan tetap atau constant comparative method karena dalam analisa data, secara tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lainnya, dan kemudian secara tetap membandingkan katagori dengan katagori lainnya. Secara umum proses analisis datanya mencakup: reduksi data, katagorisasi data, sintesisasi, dan diakhiri dengan penyusunan hipotesis kerja. Miles and Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru. Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verification). Pada analisa data, peneliti harus mengerti terlebih dahulu tentang konsep dasar analisa data. Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data. Analisa data dalam penelitian kualitatif sudah dapat dilakukan semenjak data diperoleh di lapangan. Usahakan jangan sampai data tersebut sudah terkena
bermacam-macam pengaruh, antara lain pikiran peneliti sehingga menjadi terpolusi. Apabila terlalu lama baru dianalisa maka data menjadi kadaluwarsa. Dari analisa data dapat diperoleh tema dan rumusan hipotesa. Untuk menuju pada tema dan mendapatkan rumusan hipotesa, tentu saja harus berpatokan pada tujuan penelitian dan rumusan masalahnya. Analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang harus dilewati oleh seorang penelitian. Adapun urutannya terletak pada tahap setelah tahap pengumpulan data. Dalam arti sempit, analisis data di artikan sebagai kegiatan pengolahan data, yang terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi data. Tabulasi data dinyatakan sebagai proses pemaduan atau penyatupaduan sejumlah data dan informasi yang diperoleh peneliti dari setiap s asaran penelitian, menjadi satu kesatuan daftar, sehingga data yang diperoleh menjadi mudah dibaca atau dianalisis. Rekapitulasi merupakan langkah penjumlahan dari setiap kelompok sasaran penelitian yang memiliki karakter yang sama, berdasar kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti. Dalam proses pelaksanaannya, tahap pengolahan data tidak cukup hanya terdiri atas tabulasi dan rekapitulasi saja, akan tetapi mencakup banyak tahap. Di antaranya adalah tahap reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Lebih dari sekedar itu, pengolahan data, yang tidak lain merupakan tahap analisis dan interpretasi data mencakup langkah-langkah reduksi data, penyajian data, interpretasi data dan penarikan kesimpulan /verifikasi. Reduksi data diartikan secara sempit sebagai proses pengurangan data, namun dalam arti yang lebih luas adalah proses penyempurnaan data, baik pengurangan terhadap data yang kurang perlu dan tidak relevan, maupun penambahan terhadap data yang dirasa masih kurang. Penyajian data merupakan proses pengumpulan informasi yang disusun berdasar kategori atau pengelompokan-pengelompokan yang diperlukan. Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari serangkaian data yang telah tersaji, dalam wujud yang tidak sekedar melihat apa yang tersurat, namun lebih pada memahami atau menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data yang telah disajikan.. Penarikan kesimpulan/verifikasi merupakan proses perumusan makna dari hasil penelitian yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah difahami, serta dilakukan dengan cara berulangkali melakukan peninjauan mengenai kebenaran dari penyimpulan itu, khususnya berkaitan dengan relevansi dan konsistensinya terhadap judul, tujuan dan perumusan masalah yang ada. Tahap analisis dan interpretasi data merupakan tahap yang pasti akan dilalui oleh para peneliti termasuk peneliti kualitatif. Dalam uraian pokok di atas telah
dikemukakan bahwa tahap dan proses analisis dan interpretasi data, setidak-tidaknya terdiri atas tiga komponen penting yang meliputi (1) reduksi, (2) penyajian, dan (3) kesimpulan/ verifikasi. Sedangkan tahap dan proses selengkapnya meliputi (1) Pengolahan data, yang terdiri dari kategorisasi dan reduksi data, (2) penyajian data, (3) interpr etasi data dan (4) penarikan kesimpulan-kesimpulan/verifikasi. Tahap tahap di atas hendaknya dilakukan sedemikian rupa sehingga proses analisis dan Intepretastasi tersebut dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Reduksi data diartikan sebagi proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Tahapan-tahapan meliputi: • Membuat ringkasan • Mengkode • Menelusur tema • Membuat gugus-gugus • Membuat partisi • Menulis Memo
DAFTAR PUSTAKA
http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/221-analisis-data-penelitian-kualitatifsebuah-pengalaman-empirik.html http://massofa.wordpress.com/2008/01/14/kupas-tuntas-metode-penelitian-kualitatif bag-2/ http://www.infoskripsi.com/Proposal/Proposal-Penelitian-Kualitatif-Skripsi.html http://anannur.wordpress.com/2010/07/08/analisis-data-dalam-penelitian-kualitatifmodel-spradley-studi-etnografi/ http://mudjiarahardjo.com/curriculum-vitae/221.html?task=view http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/221-analisis-data-penelitian-kualitatifsebuah-pengalaman-empirik.html diakses pada 13 Desember 2010 pukul 13.40
Penelitian Kualitatif OPINI | 11 February 2011 | 07:53
Dibaca: 17315
Komentar: 10
3 dari 3
Kompasianer menilai bermanfaat
(Pengertian Data, Analisis Data dan Cara Menganalisis Data Kualitatif) Oleh: HALIM MALIK Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif . Proses dan makna lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Penelitian kualitatif lebih subyektif daripada penelitian atau survei kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari mengumpulkan informasi, terut ama individu, dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan grup fokus. Sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relatif kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam(Wikipedia: 2009) Menurut Brannen (1997: 9-12), secara epistemologis memang ada sedikit perbedaan antara penelitian kualitatif dan kuantitatif. Jika penelitian kuantitatif selalu menentukan data dengan variabel-veriabel dan kategori ubahan, penelitian kualitatif justru sebaliknya. Perbedaan penting keduanya, terletak pada pengumpulan data. Tradisi kualitatif, peneliti sebagai instrument pengumpul data, mengikuti asumsi cultural, dan mengikuti data. Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif) adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan t idak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian kualitatif mencakup berbagai pendekatan yang berbeda satu sama lain tetapi memiliki karakteristik dan tujuan yang sama. Berbagai pendekatan tersebut dapat dikenal melalui berbagai istilah seperti: penelitian kualitatif, penelitian lapangan, penelitian naturalistik, penelitian interpretif, penelitian etnografik,
penelitian post positivistic, penelitian fenomenologik, hermeneutic, humanistik dan studi kasus. Metode kualitatif menggunakan beberapa bentuk pengumpulan data seperti transkrip wawancara terbuka, deskripsi observasi, serta anali sis dokumen dan artefak lainnya. Data tersebut dianalisis dengan tetap mempertahankan keaslian t eks yang memaknainya. Hal ini dilakukan karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami fenomena dari sudut pandang partisipan, konteks sosial dan institusional. Sehingga pendekatan kualitatif umumnya bersifat induktif. 1. Penger ti an Data Kuali tatif
Data kualitatif yaitu data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristk berwujud pertanyaan atau berupa kata-kata. Data ini biasanya didapat dari wawancara dan bersifat subjektif sebab data tersebut ditafsirkan lain oleh orang yang berbeda (Riduan, 2003: 5-7). Data kualitatif dapat diberi dalam bentuk ordinal atau rangking (skala yang diurutkan dari jenjang terendah atau sebaliknya). Setiap peneliti selalu melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi dari lapangan dan kemudian mereka akan memperoleh data kualitatif yang banyak. Yang dimaksud data kualitatif menurut Ryan dan Bernard (2002), adalah semua informasi yang berupa test, sit com, email, cerita rakyat, sejarah kehidupan, yang berguna untuk membangun dan mengarahkan pada pengembangan pengertian yang mendalam atas dasar setting orang-orang yang diteliti. Data tersebut biasanya masih berupa data kasar di antaranya seperti: catatan kancah yang sumbernya bermacam-macam, termasuk sebagai tulisan tangan, tape recorder, ringkasan dokumen dan sebagainya. Data yang ada tanpa melalui angka administrasi secara sistematis dan selanjutnya dianalisis. Analisis data dalam penelitian kualitatif, pada prinsipnya berbeda dengan analisis pada data kuantitatif. Jika pada penelitian kuantitatif, analisis data dilakukan setelah proses pengumpulan data dari lapangan, maka pada penelitian kualitatif, langkah analisis telah dimulai sejak peneliti terjun ke kancah untuk mengambil data yang pertama kali melalui kegiatan refleksi. Pada s aat itu secara kontinyu atau on going peneliti mulai menggunakan data yang ada untuk mencapai tujuan penelitian yaitu memecahkan fokus penelitian. Menurut Lofland & Lofland (1984: 47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sementara Barney G. Glasser dan Anselm L. Strauss mengatakan bahwa sumber sumber data kualitatif baru, oleh para ilmuwan sosial untuk tujuan tertentu mereka kebanyakan menggunakan dokumen yang dihasilkan oleh orang lain seperti: suratsurat, biografi, otobiografi, catatan memori bahan pidato, novel serta berbagai bentuk non fiksi cenderung dipakai untuk penggunaan tujuan-tujuan tertentu. Penggunaannya bermacam-macam seperti: (1) materi itu bisa dipakai terutama pada hari-hari permulaan penelitian, untuk membantu peneliti memahami bidang
substantive yang telah ditentukan untuk dikaji, (2) sumber-sumber kualitatif ini dipakai untuk analisis deskriptif, seperti dalam penelitian tentang kewiraswastaan atau partai politik, misalnya menganalisis tradisi ilmu pengetahuan politik dan sejarah, tapi sudah diarahkan pada sosiologi. Penggunaan data kualitatif ini sudah meluas dan sangat bermanfaat, (3) dibentuklah kajian-kajian khusus yang sangat empiris, seperti bila isi novel atau surat kabar dikaji tentang apa yang ditampilkan dari satu zaman, satu kelompok, atau cita rasa yang sedang berubah di satu negara. Rangkaian terbatas dari materi kualitatif yang digunakan oleh para sosiolog ini sebagian besar karena mereka kebetulan memfokuskan diri pada verifikasi. Untuk sebagian besar peneliti, data kualitatif ini sebenarnya mirip dengan hasil kerja lapangan dan interview, yang dikombinasikan dengan dokumen “latar bel akang” apa saja yang mungkin diperlukan untuk membuat penelitian itu sejajar dengan konteks. Sebagian sosiolog tidak pernah memikirkan perpustakaan sebagai satu sumber data riil untuk penelitian mereka. Data kualitatif merupakan sumber-sumber dari deksripsi yang sangat luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data kualitatif kita dapat mengikuti dan memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat dalam lingkup pikiran orangorang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat. Data kualitatif lebih condong dapat membimbing kita untuk memperoleh penemuan penemuan yang tak diduga sebelumnya dan untuk membentuk kerangka teoritis baru, data tersebut membantu para peneliti untuk melangkah lebih jauh dari praduga dan kerangka kerja awal. Seperti yang dikemukakan oleh Smith 1978 (Miles & Huberman, 1992: 1), penemuan-penemuan dari penelitian kualitat if mempunyai “mutu yang tak dapat disangkal”. Kata-kata, khususnya bilamana disusun ke dalam bentuk cerita atau peristiwa, mempunyai kesan yang lebih nyata, hidup, dan penuh makna, seringkali jauh lebih meyakinkan pembacanya, peneliti lainnya, pembuat kebijakan, praktisi daripada halaman-halaman yang penuh dengan angka-angka. 2. Yang terpenti ng dalam anali sis data kual itati f
Menurut Miles & Huberman (1992: 16) “Bahwa analisis terdiri dari ti ga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi. - Reduksi Data; reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terusmenerus selama proyek yang berorientasi penelitian kualitatif berlangsung. Antisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitiannya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekatan pengumpulan data mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilan tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo). Reduksi data/transfoemasi ini berlanjut terus sesudah penelian lapangan, sampai laporan akhr lengkap tersusun.
Reduksi data merupakan bagian dari analisis. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulankesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan “reduksi data” peneliti tidak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi. Data kualitatif dapat disederhanakan dan transformasikan dalam aneka macam cara, yakni: melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau ur aian singkat, menggolongkan-nya dalam satu pola yang lebih luas, dsb. Kadangkala dapat juga mengubah data ke dalam angka-angka atau peringkat-peringkat, tetapi tindakan ini tidak selalu bijaksana. - Penyajian Data; Miles & Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Mereka meyakini bahwa pen yajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih. Dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikisahkan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna. - Menarik Kesimpulan; Penarikan kesimpulan menurut Miles & Huberman hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis (peneliti) selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan makan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk mengembangkan “kesepakatan intersubjektif” atau juga upaya-upaya yang luas untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang lain harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya. Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Moleong (1989: 190), “bahwa analisis data pada umumnya mengandung tiga kegiatan yang saling terkait yaitu (a) kegiatan mereduksi data, (b) menampilkan data, dan (c) melakukan verifikasi untuk membuat kesimpulan”. Sementara Sukardi (2006: 72), mengatakan “Bahwa Ada beberapa elemen penting dalam analisis data yang penting dalam analisis data kualitatif yang perlu terus diingat oleh setiap peneliti dalam melakukan kegiatan analisis data adalah sebagai berikut: a. Reduksi Data
Proses analisis data mestinya dimulai dengan menelaah s eluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, langkah berikutnya adalah membuat rangkuman untuk setap kontak atau pertemuan dengan responden. Dalam merangkum data biasanya ada satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan tersebut. Kegiatan yang tidak dapat dipisahkan ini disebut membuat abstraksi, yaitu membuat ringkasan yang inti, proses, dan persyaratan yang berasal dari responden tetap dijaga. Dari rangkuman yang dibuat ini kemudian peneliti melakukan reduksi data yang kegiatannya mencakup unsur-unsur spesifik termasuk (1) proses pemilihan data atas dasar tingkat relevansi dan kaitannya dengan setiap kelompok data, (2) menyusun data dalam satuan-satuan sejenis. Pengelompokkan data dalam satuan yang sejenis ini juga dapat diekuivalenkan sebagai kegiatan kategorisasi/variable, (3) membuat koding data sesuai dengan kisi-kisi kerja penelitian. Kegiatan lain yang masih termasuk dalam mereduksi data yaitu kegiatan memfokuskan, menyederhanakan dan mentransfer dari data kasar ke catatan lapangan. Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, ini merupakan kegiatan kontinyu dan oleh karena itu peneliti perlu sering memeriksa dengan cermat hasil catatan yang diperoleh dari setiap terjadi kontak antara peneliti dengan responden. b. Menampilkan Data Pada proses ini peneliti berusaha menyusun data yang relevan, sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan antar variabel agar peneliti lain atau pembaca laporan penelitian mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian. Penampilan atau display data yang baik dan tampak jelas alur pikirnya, adalah merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap peneliti karena dengan display yang baik merupakan satu langkah penting untuk menuju kea rah jalan lancer untuk mencapai analisis kualitatif yang valid dan handal. c. Verifikasi Data Pada langkah verifikasi peneliti sebaiknya masih tetap mampu, di samping tetap menuju ke arah kesimpulan yang sifatnya terbuka, juga peneliti masih dapat menerima masukan data dari peneliti lain. Bahkan pada langkah verifikasi ini sebagian peneliti juga masih kadang ragu-ragu untuk meyakinkan dirinya apakah mereka dapat mencapai pada tingkat final, di mana langkah pengumpulan data dinyatakan berakhir. Untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan kesimpulan yang memiliki makna, seorang peneliti pada umumnya dihadapkan pada dua kemungkinan strategi atau taktik penting, yaitu: (1) memaknai analisis s pesifik, (2) menarik serta menjelaskan kesimpulan. 1. Taktik untuk Memaknai Menurut Huberman bahwa manusia merupakan penemu makna, yaitu mereka bisa mendapatkan arti suatu gejala yang semula berserakan menjadi memil iki makna arti mendalam tertentu dalam waktu relative cepat. Dan bila dicermati lebih jah Dia
mengatakan bahwa ada beberapa cara cepat untuk menggerakkan dari semula gejala yang ada dan bergerak sehingga memiliki makna. Beberapa cara tersebut di antaranya yaitu (1) counting atau menghitung untuk menjelaskan apa yang ada di sama, (2) melihat kemungkinannya, (3) mengelompokkan atau clust ering, (4) membantu para peneliti melihat “what goes with what” (apa yang terjadi dengan apa), dan kemudian dikaitkan dengan methapore gejala yang ada, (5) mencapai integrasi antara di antara data-data yang berbeda, (6) melihat keterkaitan mereka secara abstrak, termasuk dalam hal ini menjumlahkan dari particular kea rah general, (7) factoring, (8) analisis analogi seperti yang dilakukan dalam teknik kuantitatif, (9) menentukan variebel perantara atau intervening variable, (10) membangun rantai logika dari data yang ada, (11) akhirnya membangun konsep-konsep dari teori yang bervariasi. 2. Mengkonfirmasi Makna Untuk mengetahui kualitas data, seorang peneliti dapat menilai melalui beberapa metode seperti: mengecek representativenes atau keterwakilan data, mengecek dari pengaruh peneliti, mengecek melalui triangulasi, melakukan pembobotan bukti dari sumber data-data yang dapat dipercaya, membuat perbandingan atau mengkontraskan antara variabel, dan penggunaan kasus ekstrim yang direalisasi dengan memaknai data out liers. Dengan mengkonfirmasi makna dari data-data yang diperoleh dengan menggunakan satu cara atau lebih, diharapkan peneliti akan memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.
KUALITATIF
March 6th, 2012 | Author: rizkyriris
Jenis dan strategi penelitian Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif Kelas B Disusun oleh: RIZKY RACHMAWATI D.0310058 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
PENELITIAN KUANTITATIF Proses Penelitian Kuantitatif 1. 2. 3. 4. 5.
Memilih problem dan merumuskan hipotesa Merumuskan rancangan penelitian Mengumpulkan data Mengolah dan menganalisis data Menulia laporan dan menarik kesimpulan
Analisis Data Penelitian Kuantitatif
Untuk penelitian kuantitatif, pengumpulan data umumnya menggunakan angket. Angget ini bisa langsung ditanyakan pada pengumpul data atau melalui pos dan terakhir ada yang menggunakan email. Untuk penyusunan angket ini, sangat erat kaitannya dengan bentuk permasalahan penelitian, tujuan penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel, indikator variabel dan model pertanyaan penelitian.
Penyusunan pertanyaan angket perlu diperhatikan pilihan jawaban yang terukur. Sebagai contoh dalam suatu penelitian, peneliti memberikan pertanyaan sebagai berikut : “Anda mengikuti kuliah untuk mata kuliah X dalam satu bulan lalu “: 1. Kadang-kadang 2. Sering 3. Sering kali
Akan lebih terukur jika alternatif jawabannya dirubah menjadi : 1. 2. 3. 4.
Satu kali Dua kali Tiga kali Empat kali
Berdasarkan pertanyaan tersebut, maka pengolahan data dapat menggunakan koding yaitu pembobotan terhadap data dengan pola ukur tertentu. Misalnya bila menjawab (a. Satu kali) maka skor yang diberikan 1. Bila menjawab (b. dua kali) maka skor yang diberikan 2 dan seterusnya. Jika jumlah seluruh pertanyaan ada 50 pertanyaan, maka skor terendah adalah 50 (50×1 skor) dan skor tertinggi 200 (50x4skor). Sementara kategori aktif dalam teori ditemukan aktif sekali, aktif dan tidak aktif. Maka interpolasi baru dengan menetapkan interpolasi sebagai berikut : (skor tertinggi – skor terendah) : Kategori Pada contoh diatas menjadi: (200 – 50) : 3 = 50 (interval/ rentang kelas) Dengan demikian : 151 > =untuk kategori aktif sekali 101 – 50 = untuk aktif, dan 50-100 = untuk tidak aktif Pengkodean data atau yang lebih dikenal dengan koding merupakan langkah awal yang harus dilakukan pada saat data telah terkumpul. Selanjutnya data hasil koding dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan nomor itemnya. Cara ini dikenal dengan istilah tabulasi. Banyak peneliti memasukkan data yang masih mentah ke dalam tabel, maka tabulasi ini dikenal dengan data mentah. Data tersebut kemudian diolah menggunakan interpolasi statistik yang dapat dibantu komputer atau manual saja. Langkah berikutnya adalah analisis data. Yang menjadi patokan disini adalah tujuan penelitian. Jika analisis ingin mengetahui pengaruh, maka analisis data
menggunakan pola pengaruh. Jika tujuan ingin melihat hubungan, maka menggunakan pola hubungan (Sudjarwo, 2001 : 69-72). PENELITIAN KUALITATIF Proses Penelitian Kualitatif 1. 2. 3. 4. 5.
Pemilihan proyek suatu masalah Merumuskan pertanyaan Mengumpulkan data Mentabulasi data Menganalisis data
Analisis Data Penelitian Kualitatif
Pengumpulan data untuk model kualitatif pada umumnya langsung mengadakan analisis saat begitu mendapatkan data. Oleh sebab itu, dalam laporan penelitian kualitatif laporan dan pembahasan menjadi satu. Perlu diingat, saat ini banyak peneliti yang menggunakan model penelitian kualitatif dan kuantitatif sekaligus. Yaitu pada saat melihat hubungan antar variabel menggunakan model kuantitatif dan pada tahap analisis data menggunakan model kualitatif. Akhir-akhir ini, teknik pengumpulan data dengan observasi menjadi sangat menarik. Teknik ini dikenal dengan teknik pengamatan langsung berstruktur. Car anya ialah mengalihkan indikator variabel ke dalam suatu lembar observasi. Fenomena yang diamati ditulis dengan ketat dengan bahasa yang ringkas dan padat. Kemudian alternatif pemberian jawaban penelitian hanya memberi kode tertentu, jika peristiwa itu terjadi. Jika tidak terjadi, diberikan kode yang berbeda. Analisis data hendaknya dilakukan secara bersama begitu selesai wawanca ra (Sudjarwo, 2001 :73-75). Analisis data penelitian kuantitatif dilakukan diakhir pengumpulan data dengan menggunakan perhitungan statistik, sedangkan penelitian kualitatif, analisis datanya dilakukan sejak awal turun ke lokasi melakukan pengumpulan data, dengan cara mengangsur atau menabung informasi, mereduksi, mengelompokkan dan seterusnya sampai memberikan interpretasi (Hamidi, 2004 : 16). Asumsi Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif ASUMSI
PERTANYAAN
KUANTITATIF
KUALITATIF
Asumsi
Apakal realitas itu?
Realitas itu objektif,
Realitas itu subyektif,
ontologis
Asumsi
tunggal, dan terpisah dari ganda dan sebagai dilihat
Bagaimanakah
epistemologis hubungan antara
penelitinya.
oleh penelitinya.
Peneliti itu independent
Peneliti berinteraksi
terhadap yang diteliti.
dengan yang diteliti.
peneliti dengan yang diteliti? Asumsi
Bagaimanakah
aksiologis
peranan nilai?
Asumsi
Bagaimanakah bahasa -
retorik
penelitian itu?
Bebas nilai dan tidak bias. Terikat nilai dan bias.
Formal-
-
Berdasarkan seperangkat Melibatkan keputusandefinisi
Asumsi
Informal-
keputusan
Suaranya impersonal
Suaranya personal
Menggunakan kata-kata kuantitatif yang telah diterima.
Menggunakan kata-kata kualitatif yang telah diterima.
Bagaimanakah proses -
Proses deduktif-
-
Hubungan sebab-
metodologis penelitiannya?
akibat
Proses induktifFaktor-faktor yang
terbentuk secara stimulan dan timbal balik
Rancangan statis : kategori- kategorinya Rancangan terpisah sebelum berkembang; kategori penelitian kategorinya diidentifikasi selama Bebas konteks proses penelitian Generalisasi Terikat konteks yang mengarah pada prediksi, eksplorasi dan Pola=pola dan pemahaman teori dikembangkan untuk pemahaman Akurat dan reliabel melalui uji Akurat dan reliabilitas dan validitas. reliabel melalui pembuktian. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Penelitian Kuantitatif Perbedaan Paradigma Ilmiah dan Alamiah Poster tentang
PARADIGMA Ilmiah
Alamiah
Teknik yang
Kuantitatif“Rigor”
KualitatifRelevansi
A priori
Dari-dasar (grounded)
digunakanKriteria kualitas
Sumber teori Persoalan kausalitas Tipe pengetahuan yang digunakan
Dapatkah X menyebabkan Apakah X menyebabkan Y Y? dalam latar alamiah? Proposisional
Proporsional yang diketahui bersama
Reduksionis Ekspansionis
Pendirian Verifikasi
Ekspaksionis
Maksud KARAKTERISTIK METODOLOGIS InstrumenWaktu penetapan Kertas-pensil atau alat fisik
Orang sebagai penelitiSelama
pengumpulan data dan
dan sesudah pengumpulan
lainnyaSebelum penelitian
analisis
data
Pasti (preordinate) Desain
Muncul-berubah Intervensi
Gaya
Seleksi Laboratorium
Latar
Alam Stabil
Perlakuan
Bervariasi Variabel
Satuan kajian
Pola-pola Kontrol
Unsur kontekstual
Turut campur atas undangan
JENIS PENELITIAN 1. Penelitian Eksploratoris
Penelitian ini dilakukan bilamana peneliti tidak familiar dengan masalah yang dia teliti. Topik yang dia teliti masih relatif baru. Literatur atau hasil penelitian yang membahas masalah tersebut masih langka. Peneliti ibaratnya masuk ke hutan yang belum pernah ia masuki. Peneliti mengidentifikasi orang-orang yang berdasarkan ciri sosiologis dan perannya dalam masyarakat. Peneliti mencatat kejadian-kejadian. Kemudian dia menyusun kategori atas subyek-subyek pelaku dan juga mengkategorikan kejadian-kejadian. Dari kategori-kategori ini peneliti mengembangkan konsep sesuai dengan keadaan yang ada di l apangan, dan mungkin juga merevisi konsep-konsep ilmiah yang pernah dia peroleh dalam literatur-literatur ilmiah.
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian ini bermaksud memberikan uaraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Peneliti mendeskripsikan suatu gejala berdasarkan pada indikator-indikator yang dia jadikan dasar dari ada tidaknya suatu gejala yang dia teliti. Misalnya peneliti mendeskripsikan kemiskinan pada suatu masyarakat, maka dia mendeskripsikan berdasarkan indikator-indikator kemiskinan, misalnya keadaan tempat tinggal, konsumsinya, pakaiannya, pendapatannya. Deskripsi dapat dilakukan dengan dua cara : deskkripsi kuantitatif (dengan menggunakan ukuran kuantitatif misalnya berapa kalori yang dikonsumsi, berapa rupiah yang dikeluarkan untuk belanja) dan deskripsi kualitatif (dengan mendeskripsikan kualitas suatu gejala yang menggunakan ukuran perasaan sebagai dasar penilaian) 1. Penelitian Eksplanatoris
Penelitian ini ialah menjawab apakah suatu gejala s osial tertentu berhubungan dengan gejala sosial yang lain. Atau jelasnya apakah suatu variabel berhubungan dengan variabel lain. Maksud dari penelitian ini ialah untuk menguji hipotesis yang diketengahkan oleh peneliti. Oleh karena sifatnya yang menguji itu, penelitian eksplanatoris lazim disebut juga penelitian uji atau testing research (Y. Slamet, 2006 : 7-8). STRATEGI PENELITIAN KUALITATIF Beberapa strategi atau teknik penelitian kualitatif antara lain : 1. A. Sumber dan Jenis Data 1. Kata-kata dan tindakan. Kata-kata atau tindakan dari orang yang di wawancarai merupakan sumber yang paling utama. Sumber data utama i ni dicatat melalui catatan tertulis, rekaman video, pengambilan foto atau rekaman suara. 2. Sumber tertulis. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. 3. Foto. Sekarang ini foto sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif, karena dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Foto menghasilkan data yang deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subyektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. 4. Data statistik. Peneliti kualitatif juga sering menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian. 1. B. Peranan Manusia Sebagai Instrumen Penelitian dan Pengamatan Berperanserta
1. Pengamatan Berperanserta adalah pengamatan yang dilakukanoleh peneliti terhadap lingkungan yang diteliti. Namun tidak hanya sekedar mengamati tetapi juga ingin mengetahui banyak hal sampai sekecil apapun. Bogdan (1972:3) mendefinisikan secara tepat pengamatan berperanserta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subyek dalam lingkungan subyek, dan selama itu data dalam bentuk cacatan lapangan dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. 2. Manusia sebagai instrumen penelitian. Dimana ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen antara lain : responsif terhadap lingkungan dan pribadipribadi yang menciptakan lingkungan; dapat menyesuaikan diri pada keadaan apapun; menekankan keutuhan yaitu memandang dunia sebagai keutuhan dan semua yang dialaminya adalah real; m endasarkan diri pada perluasan pengetahuan; memproses data secepatnya; memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengihtisarkan; memanfaatkan kesempatan untuk mecari respons yang tidak lazim dan idiosinkratik. 1. C. Pengamatan 1. Alasan pemanfaatan pengamatan antara lain : teknik pengamatan ini berdasarkan pengalaman secara langsung; teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi; pengamatan memungkinkan peneliti mencatat secara langung maupun melalui data; teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang rumit; dapat menggunakan alat-alat lain yang bermanfaat jika alat komunikasi lainnya tidak dimungkinkan. 2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat. Peranan peneliti sabagai pengamat antara lain : berperanserta secara lengkap dengan menjadi anggota penuh dalam kelompok yang diamatinya, dengan demikian dapat memperoleh informasi apapun termasuk yang dirahasiakan; pemeranserta sebagai pengamat, dalam hal ini pengamat tidak sepenuhnya sebagai pemeranserta tetapi masih melakukan fungsi pengamatan; pengamat sebagai pemeranserta sehingga dapat memperoleh informasi yang dirahasiakan sekalipun; pengamat penuh yaitu penelitibebas melakukan pengamatan. 3. Apa yang diamati ? manusia tidak mungkin mengamati segala sesuatu. Fokus dalam pengamatan penelitian kualitatif pada dasarnya sudah dirumuskan sejak studi itu dirancang dan merupakan suatu unsur studi yang penting. Setelah berada di lapangan, peneliti hendaknya mengatur agar kerumitan perilaku pada latar penelitian dapat direkam melalui pngamatan. 4. Pengamatan dan pencatatan data. Beberapa petunjuk penting mengenai pembuatan catatan : buatlah catatan setelah melakukan pengamatan; buat buku harian pengalaman lapangan yang diisi setiap hari; catatan tentang satuan-satuan tematis yang berisi catatan yang mendetail tentang tema; catatan kronologis dibuat secara sistematis dari waktu ke waktu; peta konteks bisa berupa peta, diagram, sketsa tentang latar penelitian; taksonomi dan sistem kategori dibuat pada pengamatan terstruktur; jadwal
pengamatan berisi tentang apa yang akan dilakukan, dimana, bilaman, apa yang diamati; sosiometrik adalah diagram hubungan pembicaraan pada subyek, siapa berbicara dengan siapa; panel yaitu pengamatan yang dilakukan secara berkala pada suatu kelompok; balikan melalui kuesioner, kuesioner diisi oleh pengamat bukan subyek; balikan melalui pengamat lainnya; daftar cek; alat elektronika yang disembunyikan. 5. Pengamat yang diamati. Pertama, pengamat yang pasif, hanya diam dan mencatat, tnpa ekspresi muka apapun, hal ini tidak efektif dalam menjaring data. Kedua, sebaliknya sebagai pengamat ia selalu aktif seperti berbicara, berkelakar bukan hanya mengamati, maka ia ak an diamati oleh subyek dan diharapkan dapat mempengaruhi pekerjaannya. Pengamat yang aktif akan menimbulkan perubahan dibandingkan pengamat yang pasif. 1. D. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang di wawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Jenis wawancara antara lain : 1. Wawancara pembicaraan informal. Pertanyaan yang diberikan secara spontanitas kepada yang diwawancarai sehingga pihak yang di wawancara tidak merasa bahwa ia sedang di wawancarai. 2. Pendekatan menggunakan petunjuk umum wawancara. Jenis wawancara ini menentukan pokok-pokok wawancara sebelum mengadakan wawancara. Tidak semua pertanyaan diajukan, hanya yang mewakili pokok-pokok tersebut. 3. Wawancara baku terbuka. Yaitu wawancara dengan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-kata dan penyajiannya pun sama terhadap setiap responden. 4. Wawancara oleh tim atau panel. Yaitu wawancara tidak hanya dilakukan oleh seseorang tetapi oleh dua orang atau lebih. 5. Wawancara tertutup dan wawancara terbuka. Wawancara tertutup adalah wawancara yang biasanya yang di wawancarai tidak tahu kalau sedang dilakukan wawancara. Wawancara terbuka adalah wawancara yang setiap orang yang siwawancarai sadar jika sedang diwawancarai. 6. Wawancara riwayat secara lesan. Yaitu wawancara terhadap orang yang telah membuat sejarah atau karya ilmiah, sosial, pembangunan, dan sebagainya. 7. Wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah sebaliknya dari wawancara terstruktur. Perntanyaan telah disusun erlebih dahulu dan bersifat lebih bebas. 1. E. Catatan Lapangan
Catatan lapangan sangat berbeda dengan catatan yang dibuat di lapangan. Catatan yang dibuat di lapangan berupa coretan yang dibuat saat berada dalam lapangan. Sedagkan catatan lapangan adalah catatan yang dibuat dilapangan yang disusun
kembali setelah berada dirumah. Catatan ini berguna sebagai perantar a tentang apa yang kita lihat, dengar, rasa, cium dan raba. Isi dari catatan lapangan ini adalah bagian deskriptif yang berisi tentang gambaran pengamatan, orang, tindakan dan pembicaraan; dan bagian reflektif yang berisi kerangka berfikir dan pendapat penelitian, gagasan dan kepeduliannya. 1. F. Penggunaan Dokumen
Dokumen dan record digunakan untuk keperluan penelitian karena al asan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti berikut ini : 1. Dokumen dan record digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong 2. Berguna sebagai bukti untuk pengujian 3. Berguna dan sesuai untuk peneitian kualitatif karena sifatnya yang al amiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks 4. Record relatif murah dan tidak sukar diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan 5. Keduanya tidak rekatif sehingga tidak sukar ditemukan dengan teknik kajian isi 6. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. 1. G. Sampling dan Satuan Kajian (Unit of Analysis)
Dalam penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual. Jadi maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya. Tujuannya adalah untuk merinci kekhususan yang ada kedala m ramuan konteks yang unik. Selain itu ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu dalam penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan. Sampel bertujuan dapat ditandai denga ciri-ciri sebagai berkut : 1. Rancangan sampel yang muncul : sampel tidak dapat ditentukan atau ditarik terlebih dahulu 2. Pemilihan sampel secara berurutan 3. Penyesuaian berkelanjutan dari sampel : pada awalnya fungsi sampel adalah sama, namun dengan semakin banyaknya informasi, maka semakin berkembang. 4. Pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.
DAFTAR PUSTAKA : Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Malang : Universitas Muhamadyah Press. Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.