RUMAH SAKIT KHUSUS
GASTROENTERITIS AKUT
IBU DAN ANAK WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen RSKIA.WK/PPK/ ANK/007
Jl. Gelatik No 1, Kebumen Telp (0287) 381954
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
No. Revisi
Halaman
1
1 dari 8
Disusun Oleh:
Diperiksa Oleh:
SMF IKA
Komite Medis
Ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Wijayakusuma Tgl. Terbit
dr. Primadiati Nickyta Sari 1. Pengertian
Gastroenteritis akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu dengan
2. Anamnesis
atau
tanpa
demam
atau
muntah
atau
nyeri
perut.
Gastroenteritis akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri atau parasit. - Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi tinja, lendir dan/darah dalam tinja. - Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, penurunan berat badan kesadaran menurun, buang air kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung. - Jumlah cairan yang masuk selama diare. - Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
3. Pemeriksaan
mengonsumsi makanan yang tidak biasa. - Penderita diare di sekitarnya dan sumber air minum. - Kebersihan / kondisi tempat tinggal. - Riwayat bepergian. Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
Fisik
-
Tanda utama : keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulut, dan lidah. Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau hipernatremia). Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut:
Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan) Tidak ditemukan tanda utama dan tanda tambahan.
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSKIA.WK/PPK/ ANK/007
0
2 dari 8
Jl. Gelatik No 1, Kebumen Telp (0287) 381954
Keadaan umum baik, sadar. Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata
-
ada , mukosa mulut dan bibir basah. - Turgor abdomen baik, bising usus normal. - Akral hangat. Dehidrasi ringan sedang / tidak berat (kehilangan cairan 5-10%
berat badan) - Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan. Keadaan umum gelisah atau cengeng. Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air
-
mata kurang, mukosa mulut dan bibir sedikit kering. - Turgor kurang, akral hangat. Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan) - Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau
lebih tanda tambahan. Keadaan umum lemah, letargi atau koma. Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak
-
4. Kriteria Diagnosis
ada, mukosa mulut dan bibir sangat kering. - Turgor sangat kurang dan akral dingin. - Takikardia dan takipnoe - Nafas cepat dan dalam (asidosis). Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis (BAB cair lebih dari 3 kali sehari) dan pemeriksaan fisik (ditemukan tanda-tanda hipovolemik dan pemeriksaan konsistensi BAB).
5. Diagnosis 6. Diagnosis
Komplikasi : Syok Hipovolemik. Gastroenteritis Akut. Medis :
Banding
-
Demam tifoid. Kriptosporidia (pada penderita HIV). Kolitis pseudomembran. Infeksi Saluran Kemih (ISK). Pneumonia.
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen RSKIA.WK/PPK/ ANK/007
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
No. Revisi
Halaman
0
3 dari 8
Telp (0287) 381954
-
Meningitis. Sepsis. Metabolik (misalnya diabetes militus).
Bedah :
Obstruksi usus (volvulus atau intussusepsi). Apendisitis akut. a. Pemeriksaan darah lengkap : dilakukan terutama pada
7. Pemeriksaan Penunjang
penderita dengan muntah dan demam tanpa diare. b. Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis Hal yang dinilai pada pemeriksaan tinja : Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau. Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri. Kimia
: pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3).
c. Biakan dan uji sensitivitas tidak dilakukan pada diare akut. d. Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai 8. Terapi
adanya gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Lintas diare : (1) Cairan, (2) Seng, (3) Nutrisi, (4) Antibiotik yang tepat, (5) Edukasi. Tanpa dehidrasi : -
Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10 mL/kg. BB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan anak. ASI harus terus
-
diberikan. Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus).
Dehidrasi ringan-sedang : -
Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen RSKIA.WK/PPK/ ANK/007
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
No. Revisi
Halaman
0
4 dari 8
Telp (0287) 381954
-
75 mL/kgBB dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan sebanyak 5-10 mL/ kgBB setiap diare
-
cair. Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari. Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari. Berat badan > 15 kg : 135 mL/kgBB/hari. Dehidrasi berat : -
Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat 100 mL/kgBB dengan cara pemberian : Umur kurang dari 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan 70 mL/ kgBB dalam 5 jam berikutnya. Umur di atas 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama,
-
dilanjutkan 70 mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya. Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum, dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi.
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit -
Hipernatremia (Na >155 mEq/L) Koreksi penurunan Na dilakukan secara bertahap dengan pemberian cairan dekstrose 5% ½ salin. Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari karena bisa
-
menyebabkan edema otak. Hiponatremia (Na <130 mEq/L) Kadar natrium diperiksa ulang setelah rehidrasi selesai, apabila masih dijumpai hiponatremia dilakukan koreksi sebagai
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen RSKIA.WK/PPK/ ANK/007
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
No. Revisi
Halaman
0
5 dari 8
Telp (0287) 381954
berikut : Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 – kadar Na serum x 0.6 x -
berat badan; diberikan dalam 24 jam. Hiperkalemia (K >5 mEq/L) Koreksi dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% sebanyak 0.5-1 ml/kg BB i.v secara perlahan-lahan dalam 5-10
-
menit; sambil dimonitor irama jantung dengan EKG. Hipokalemia (K <3,5 mEq/L) Koreksi dilakukan menurut kadar Kalium. Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari dibagi 3 dosis. Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis : 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam dalam 4 jam pertama 3,5 - kadar K terukur x BB (kg) x 0,4 + 1/6 x 2 mEq x BB dalam
20 jam berikutnya Seng Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan
-
frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Seng Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun
-
anak telah tidak mengalami diare dengan dosis : Umur di bawah 6 bulan : 10 mg per hari. Umur di atas 6 bulan : 20 mg per hari. Nutrisi -
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 x sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen RSKIA.WK/PPK/ ANK/007
Jl. Gelatik No 1, Kebumen
No. Revisi
Halaman
0
6 dari 8
Telp (0287) 381954
Medikamentosa -
Tidak boleh diberikan obat anti diare. Antibiotik Antibiotik tidak diberikan secara rutin pada gastroenteritis akut meskipun dicurigai adanya bakteri sebagai penyebab keadaan tersebut, karena sebagian besar kasus gastroenteritis akut merupakan self limiting. Antibiotik diberikan hanya jika terdapat tanda infeksi baik infeksi intestinal maupun ekstraintestinal. Pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mengganggu keseimbangan flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak rasional dapat mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. Untuk disentri basiler, antibiotik diberikan sesuai dengan data sensitivitas
setempat,
bila
tidak
memungkinkan
dapat
mengacu kepada data publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama, kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka lini ketiga adalah sefiksim.
Diare disentri : Kotrimoksazol 50 mg/kgbb/hr, dibagi 2 dosis selama 5 hari atau Kloramfenikol/tiamfenikol 50 mg/kgbb/hr, dibagi 3 dosis. -
-
Antiparasit Metronidazol 50 mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis merupakan obat pilihan untuk amuba vegetatif. Antiemetik Muntah merupakan salah satu gejala pada anak dengan gastroenteritis
akut.
Muntah
sering
mengganggu
terapi
pemberian cairan rehidrasi oral (Oral Rehydration Therapy / ORT). Ondansetron (2 mg untuk anak dengan BB < 15 kg, 4 mg untuk anak dengan BB 15 – 30 kg, dan 8 mg untuk anak RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen
No. Revisi
Halaman
RSKIA.WK/PPK/
0
7 dari 8
ANK/007
Jl. Gelatik No 1, Kebumen Telp (0287) 381954
dengan BB > 30 kg) atau Domperidone (2,5 mg untuk anak dengan BB < 15 kg, 5 mg untuk anak dengan BB 15 – 30 mg, dan 10 mg untuk anak dengan BB > 30 9. Lama hari rawat 10. Edukasi
kg). Tiga hari Orangtua dan pengasuh diajarkan cara menyiapkan oralit secara benar. Langkah promotif/preventif : (1) ASI tetap diberikan. (2) Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan. (3) Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban. (4) Immunisasi campak. (5) Memberikan makanan yang sehat dan bersih. (6) Penyediaan air minum yang bersih.
11.
Prognos
is
(7) Selalu memasak makanan. Ad vitam : dubia Ad sanationam : dubia
12.
Indikator
Ad functionam : dubia BAB cair
medis 13.
Syarat
Pasien dapat dipulangkan apabila BAB sudah tidak cair (konsistensi
pulang untuk
mulai kembali normal) selama 24 jam, nafsu makan membaik, klinis
pasien rawat inap
perbaikan
dan
tidak
dilanjutkan di rumah.
dijumpai
komplikasi.
Pengobatan
dapat
Kunjungan ulang jika terdapat tanda-tanda berikut ini :
14.
Kepusta
kaan
-
Anak tidak bisa atau malas minum atau menyusu. Kondisi anak memburuk. Anak demam. Terdapat darah dalam tinja. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis Jilid
1. Jakarta : IDAI ; 2011; hal 58 -61. - Guarino A, Shai A, Dominique G, et al. European Society for Pedriatic Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition / European Society for Pedriatric Infectious Disease Evidence – Based
RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK
GASTROENTERITIS AKUT
WIJAYAKUSUMA
No. Dokumen RSKIA.WK/PPK/ Jl. Gelatik No 1, Kebumen
No. Revisi 0
Halaman 8 dari 8
ANK/007
Telp (0287) 381954
Guidelines for The Management of Acute Gastroenteritis in Children in Europe : Update 2014. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2014 ; 59 (1) : 132 – 152. - Rerksuppaphol S, Rekrsuppaphol L. Randomized Study of Ondansetron versus Domperidone in The Treatment of Children With Acute Gastroenteritis. J Clin Med Res. 2013 ; 5 (6) : 460–461. Ketua SMF IKA Ketua Komite Medik
dr. H. Wahyu Adiwinanto, M.Si, Med, Sp.A dr. H. Sugijanto, Sp.A