RP09-1315
Mi n
u ke - 10
STRUKTUR INTERNAL KOTA DAN
Oleh: Rullii Pr Rull Prat atiw iwii Se Seti tiaw awan an,, ST, M.S M.Sc. c.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
1
MATERI KULIAH
Strukt Str uktur ur int intern ernal al kot kota a dan Pe Penga ngaruh ruh per perkem kemban bangan gan tra transp nsport ortas asii terhadap morfologi kota
Delimitasi administrasi, administrasi, Ekspresi keruangan dari morfologi kota, dan Pola-pola transportasi
Mahasiswa mampu memahami struktur internal kota dan peran transportasi terhadap bentuk.
18/04/11
Mahasiswa dapat menggunakan unsur ini dalam perencanaan.
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
2
MATERI KULIAH
Strukt Str uktur ur int intern ernal al kot kota a dan Pe Penga ngaruh ruh per perkem kemban bangan gan tra transp nsport ortas asii terhadap morfologi kota
Delimitasi administrasi, administrasi, Ekspresi keruangan dari morfologi kota, dan Pola-pola transportasi
Mahasiswa mampu memahami struktur internal kota dan peran transportasi terhadap bentuk.
18/04/11
Mahasiswa dapat menggunakan unsur ini dalam perencanaan.
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
2
STRUK STRUK TUR INTERNAL INTERNAL K OTA OTA
Perk Perkem emba bang ngan an kota kota dari dari wakt waktu u ke wakt waktu u meny menyan angk gkut ut aspe aspekkaspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik.
Aspek fisik
Æ
berkaitan dengan penggunaan lahan
Morf Morfol olog ogii
perm permuk ukim iman an
Æ
meny menyor orot otii
eksi eksist sten ensi si
keru keruan anga gan n
kekotaan pada bentuk-bentuk/wujud dari karakteristik kota.
Menurut Herbert (1973), tinjauan terhadap morfo rfologi kota ditekankan pada bentuk-bentuk fisik dari lingkungan kekotaan, yang tercermin pada: .
-
2. Blok-blok bangunan baik daerah hunian maupun bukan . 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
3
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Menurut Conzen (1960) analisis morfologi kota didasarkan pada areal yang secara fisik menunjukkan kenampakan ke-kota-an.
Karena percepatan pertumbuhan kenampakan fisik kota tidak sama untuk setiap bagian terluar kota, maka bentuk morfologi kota sangat bervariasi.
Sementara itu, batas administrasi kota relatif sama untuk periode wa tu yang ama.
Penentuan batas administrasi kota bermaksud untuk memberikan , pemerintah kota untuk memecahkan persoalan-persoalan yang timbul.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
4
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Mengacu pada hubungan antara eksistensi batas fisik kota dan batas
administrasi
kota,
terdapat
3
macam
kemungkinan
hubungan (Northam, 1979), yaitu : 1. Under Bounded City 2. Over Bounded City 3. True Bounded City
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
5
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Seba ian besar batas fisik ke-kota-an berada auh di luar batas administrasi kota.
Under Bounded City um er: unus, 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
6
STRUK STRUK TUR INTERNAL INTERNAL K OTA OTA
Kondis Kondisii ini mem emun un kin kinkan mun uncu culn ln a mas asa ala lah h wilayah,, wilayah
karena
wewenang
pemerintah
en atu atura ran n
kota
untuk
mere merenc ncan anak akan an ruan ruang g wila wilaya yah h hany hanya a terb terbat atas as pada pada daer daerah ah yang terletak di dalam batas administrasi pemerintahan kota.
Seme Sement ntar ara a daer daerah ah di luar luar bata batas s admi admini nist stra rasi si kota kota menj menjad adii wewenang pemerintah daerah lain, sehingga memungkinkan timbulnya “goal “goal conflicts ” dalam perencanaan tata ruang.
Logi Lo gica call ac acti tion on yang pali paling ng mungk ungkiin adala dalah h memperluas wilayah administrasi kota, kota , sehingga mencakup semua “built “ built ”.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
7
STRUK STRUK TUR INTERNAL INTERNAL K OTA OTA
Seba ian besar batas fisik ke-kota-an berada di dalam batas administrasi kota.
Over Bounded City ,
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
8
STRUK STRUK TUR INTERNAL INTERNAL K OTA OTA
Kondisi ini tidak menimbulkan konflik anta antara ra emer emerin inta tah h kota kota dengan
pemerintah
daerah
sekitarnya,
karena
wilayah
admi admini nist stra rasi si kota kota send sendir irii meli melipu puti ti wila wilaya yah h yang yang luas luas dan dan meliputi daerah-daerah di sekitarnya.
Perencanaan tata ruang kota dan kemungkinan perluasannya mas
a am we wewe wena nang ng pe peme merr nt nta a
ota ot a.
Suat Suatu u hal hal yang yang perl perlu u dipe diperh rhat atik ikan an adal adalah ah kon konver versi si lah lahan an pertan an men men a
a an non non per pertan an, terutama
negara-
negara dimana pertanian memegang peranan basar dalam erekonomi erekonomian an ne ara. 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah Wilay ah dan Kota FTSP ITS
9
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Batas fisik kota koinsiden den an batas administrasi kota.
Memudahkan pemerintah kota dalam perencanaan tata ruangnya, karena seluruh areal kekotaan berada pada batas administrasi kota.
Mengingat di masa mendatang kota selalu mengalami perluasan wilayah, maka kerjasama/koordinasi kerja dengan pemerintah daerah sekitarnya perlu dilakukan sedini mungkin.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
10
STRUKTUR INTERNAL KOTA
Under Bounded City (Yunus, 2005)
Over Bounded City (Yunus, 2005)
Keterangan: Batas fisik kota Batas administrasi kota Rute Transportasi
True Bounded City (Yunus, 2005) 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
11
BENTUK FISIK KOTA
Beberapa variasi ekspresi keruangan morfologi kota menurut berbagai ahli:
1. Bentuk bujur sangkar (Square cities ) 2. Bentuk empat persegi panjang (Rectangular cities ) 3. Bentuk kipas (Fan shaped cities ) 4. Bentuk bulat (Rounded cities ) 5. Bentuk pita (Ribbon cities ) 6. Bentuk gurita/bintang (Octopus/star shaped cities ) 7. Bentuk yang tidak berpola (Unpatterned cities )
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
12
BENTUK FISIK KOTA
Bentuk-bentuk
areal
kekotaan
yang
tidak
kompak
pada
pokoknya merupakan satu daerah kekotaan yang mempunyai areal
kekotaan
terpisah-pisah
oleh
kenampakan
bukan
kekotaan. Pemisahn a da at beru a kenam akan to o rafis maupun kenampakan agraris. Beberapa contohnya: 1. Bentuk terpecah (Fragmented cities ) 2. Bentuk berantai (Chained cities ) 3. Bentuk terbelah S lit cities 4. Bentuk stellar (Stellar cities )
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
13
BENTUK FISIK KOTA
Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang relatif seimbang, dan kendala fisik relatif tidak begitu berarti.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
14
BENTUK FISIK KOTA
Melihat bentuknya terlihat bahwa dimensi memanjang lebih besar dari pada dimensi lebar. Hal ini kemungkinan timbul karena adanya hambatan fisik kota pada salah satu sisinya.
um er: unus,
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
15
BENTUK FISIK KOTA
Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran.
Dalam hal ini perkembangan ke arah luar lingkaran kota mempunyai kesempatan yang sama untuk berkembang.
Oleh
sebab-sebab
tertentu
bagian
lainnya
mengalami
.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
16
BENTUK FISIK KOTA
Hambatan-hambatan tersebut dibagi menjadi 2 yaitu: 1. Hambatan-hambatan alami (natural constraints ) Contoh: perairan, pegunungan 2. Hambatan-hambatan buatan (artificial constraints ) Contoh: saluran buatan, zoning, ring roads
bagian, yaitu: 1. Bagian dalam dari lingkaran 2. Bagian luar dari lingkaran 3. Bagian dalam dan luar dari lingkaran
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
17
BENTUK FISIK KOTA
(a) Kota-kota pelabuhan yang terletak di dataran rendah dan daerah belakangnya relatif datar. Kendala perkembangan areal terletak pada ba ian dalam lin karan
aitu “tubuh erairan”.
(b) Kota-kota yang berada dan berkembang di delta sungai yang besar. Kendala perkembangan areal berada pada bagian dalam dan luar lingkaran. (c) Bentuk
lingkaran
yang
hampir
sempurna.
Kendala perkembangan berupa pegunungan (lereng terjal) atau berupa “water body ” (teluk).
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
18
BENTUK FISIK KOTA
Karlsruhe, Germany Sumber: www.wikimapia.org, 2009
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
19
BENTUK FISIK KOTA
Bentuk semacam ini merupakan bentuk paling ideal dari suatu kota, karena kesempatan berkembang ke arah luar dapat dikatakan seimbang.
Jarak dari pusat kota ke bagian luarnya sama.
Tidak ada kendala-kendala fisik yang berarti pada sisi-sisi luar .
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
20
BENTUK FISIK KOTA
Kota dapat berkembang baik secara natural maupun dengan perencanaan yang disertai peraturan tata ruang untuk mencapai bentuk bulat.
Pada kota yang berbentuk bulat dengan perencanaan, batas terluar kota ditandai dengan “green belt zoning ” atau “growth m a o n” , se ngga erc p a a
18/04/11
Prodi Pere
en u
Wilayah dan Kota FTSP ITS
u a ar
ca.
21
BENTUK FISIK KOTA
, Sumber: www.wikimapia.org, 2009 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
22
BENTUK FISIK KOTA
Bentuk
ini
mirip
“rectangular
city ”,
namun
dimensi
memanjangnya jauh lebih besar daripada dimensi melebar.
Pada bentuk ini terlihat adanya peran jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan kota, dan terhambatnya perluasan ke arah .
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
23
BENTUK FISIK KOTA
Peranan jalur transportasi sangat dominan.
Dalam hal ini pengaruh jalur transportasi tidak hanya pada satu arah, tetapi ke beberapa arah ke luar kota.
Hal ini dimungkinkan jika daerah “hinterland ” dan daerah pinggirannya tidak memberikan hambatan fisik terhadap .
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
24
BENTUK FISIK KOTA
Pola ini terbentuk pada suatu daerah dengan kondisi geografis yang khusus, dimana kota tersebut telah menciptakan latar belakang kendala pertumbuhannya sendiri. Misalnya pada sebuah kota pulau (island city ) yang mengikuti bentuk cekungan yang ada.
um er: unus,
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
25
BENTUK FISIK KOTA
Kota jenis ini pada awal pertumbuhannya mempunyai bentuk yang kompak dalam skala yang kecil.
Dalam perkembangan selanjutnya ternyata perluasan areal perkotaan
baru
tidak
langsung
,
“
menyatu
dengan
kota
”
sekitarnya.
Kenampakan pertanian
ke-kota-an
yang
baru
dihubungkan
ini
dikelilingi
dengan
kota
oleh
areal
induk
serta
“exclaves” oleh jaringan transportasi yang memadai.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
26
BENTUK FISIK KOTA
Untuk negara-negara yang sedang berkembang, “exclaves ” ini kebanyakan berupa daerah permukiman, baik permukiman baru maupun lama yang telah berubah fungsi dari sifat perdesaan menjadi sifat kekotaan.
Lama-kelamaan daerah-daerah kekotaan yang terpisah-pisah tersebut dapat menyatu dan membentuk kota yang lebih .
Kota Terpecah (Yunus, 2005) 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
27
BENTUK FISIK KOTA
Kota ini sebenarnya juga merupakan bentuk terpecah, namun karena terjadinya hanya di sepanjang rute tertentu, maka kota ini seolah-olah merupakan mata rantai yang dihubungkan oleh rute transportasi.
Dalam perkembangan selanjutnya mungkin saja pola ini er em ang men a
r
on c y.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
28
BENTUK FISIK KOTA
Kota ini sebenarnya merupakan kota yang kompak, namun berhubung ada perairan yang cukup lebar membelah kotanya, maka seolah-olah kota tersebut terdiri dari 2 bagian yang terpisah. Dua bagian ini dihubungkan oleh jembatan atau ferry (contoh: Kota Budapest yang dibelah oleh Sungai Danube; Kota .
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
29
BENTUK FISIK KOTA
Sumber: www.wikimapia.org, 2009 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
30
BENTUK FISIK KOTA
Kondisi ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota satelit.
Dalam hal ini terjadi penggabungan antara kota besar utama dengan kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip “telapak katak” dimana pada ujung.
Proses konurbasi yang terus-menerus akan membawa bentuk ini ke arah megapolitan.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
31
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
18/04/11
Meningkatnya jumlah penduduk perkotaan dan kegiatannya, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang ke-kota-an.
e erse aan ruang a am o a yang e ap an er a as, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan ruang untuk tempat tinggal dan kedudukan fungsi-fungsi selalu akan mengambil ruan di daerah in iran kota.
Gejala pengambilalihan lahan urban di daerah pinggiran kota disebut dengan “invasion ”.
roses perem e an enampa an disebut “urban sprawl ”.
3 macam proses perluasan areal ke-kota-an (urban sprawl ): . oncen r c eve opmen ow ens y con nuous eve opmen 2. Ribbon development/linear development/axial development 3. Leap frog development/checker-board development
Prodi Pere
s
Wilayah dan Kota FTSP ITS
e- o a-an
e ara
uar
32
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
Harvey
Clark
(1971)
menyebut
sebagai
“low
density,
continuous development ”.
Wallace (1980) menyebut sebagai “concentric development ”.
Jenis perembetan areal kekotaan yang paling lambat. -
-
bagian luar kenampakan fisik kota.
Karena sifat perembetannya yang merata di semua bagian luar
kenampakan kota yang sudah ada, maka tahap
berikutnya akan membentuk suatu kenampakan morfologi o a yang re a 18/04/11
Prodi Pere
ompa . Wilayah dan Kota FTSP ITS
33
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
….. lanjutan
besar. New development of urban land uses City core
Perembetan Konsentris Sumber: Yunus, 2005
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
34
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal kekotaan di semua bagian sisi-sisi luar dari daerah kota utama.
Perembetan
paling
cepat
terlihat
di
sepanjang
jalur
transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari pusat kota.
Daerah di sepanjang rute transportasi utama merupakan tekanan paling berat dari perkembangan.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
35
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
….. lanjutan
Makin banyaknya konversi lahan pertanian ke lahan non pertanian.
Makin banyaknya penduduk, makin banyaknya kegiatan non agraris,
dan
padatnya
bangunan,
akan
mengurangi
produktivitas lahan.
Perembetan Memanjang Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
36
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
Tipe perkembangan ini dianggap merugikan oleh kebanyakan pakar lingkungan, tidak efisien dalam arti ekonomi, tidak mempunyai nilai estetika dan tidak menarik.
Perkembangan lahan kekotaannya terjadi berpencaran secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah lahan pertanian.
Keadaan ini menyulitkan pemerintah kota untuk membangun prasarana an sarana o a.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
37
PEREMBETAN KENAMPAKAN FISIK KOTA
….. lanjutan
Tipe ini cepat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan pertanian pada wilayah yang luas, sehingga penurunan produktivitas pertanian lebih cepat terjadi.
Perencanaan tata ruang kota dengan jenis perkembangan areal seperti ini lebih sulit dibandingkan dengan yang lain.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
38
POLA TRANSPORTASI
Pola alan di dalam kota meru akan salah satu unsur dari morfologi kota.
Dari sekian banyak komponen morfologikal, “lay out of streets ” merupakan
komponen
paling
nyata
manifestasinya
dalam
menentukan periodesasi pembentukan kota di negara barat.
Ada 3 tipe sistem pola jalan yang dikenal: 1. Sistem pola jalan tidak teratur (irregular system ) 2. Sistem pola jalan radial konsentris (radial concentric system ) 3. Sistem pola jalan bersudut siku atau grid (rectangular or grid
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
39
POLA TRANSPORTASI
Terdapat ketidakteraturan sistem jalan baik ditinjau dari arah, lebar jalan, maupun perletakan bangunannya.
Ketidakteraturan terlihat pada pola jalannya yang melingkarlingkar , lebarnya bervariasi, bercabang-cabang dan banyak terdapat culdesac . -
ditandai dengan bentuk ini, tetapi pada tahap perkembangan selanjutnya menjadi lebih teratur.
Hampir semua kota-kota di Inggris, Perancis, Belanda, Spanyol, Afrika Utara dan Timur Tengah, pada awal pertumbuhannya .
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
40
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Contoh kota-kota den an ola alan tidak teratur: Kota-kota tua di Mesopotamia dan Lembah Sungai Nil pada era kuno serta kota-kota di Eropa pada abad pertengahan.
‐ Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
41
POLA TRANSPORTASI
Munster, Germany um er: www.w map a.org, 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
42
POLA TRANSPORTASI
Pada pola ini terdapat beberapa sifat khusus, yaitu :
Mempunyai pola jalan konsentris.
Mempunyai pola jalan radial.
Bagian pusatnya merupakan daerah kegiatan utama dan sekaligus merupakan tempat pertahanan terakhir kota (pada masa lampau).
Di
daerah
pusat
terdapat
pasar,
kastil,
tempat
ibadah,
perbentengan. 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
. 43
POLA TRANSPORTASI
…. lanjutan
Pun a keteraturan eometris.
Jalan besar membentuk jari-jari (asterisk shaped pattern ).
Pola ini terdapat di Paris tua, Genewa tua dan Edinburg.
, Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
44
POLA TRANSPORTASI
Paris, France Sumber: www.wikimapia.org, 2009 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
45
POLA TRANSPORTASI
1. Mulai di unakann a kendaraan beroda sehin
a alan- alan
yang tidak teratur dan sempit menjadi tidak cocok lagi. 2. Memudahkan mobilisasi militer dari pusat ke setiap wilayah di pinggir kota dan sekitarnya. 3. Memenuhi perspektif artistik. 4. Memperlancar
kegiatan
perdagangan
(transportasi
dan
komunikasi lancar). 5. Memudahkan dan memperlancar karnaval.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
46
POLA TRANSPORTASI
Sistem perencanaan jalan dengan pola kisi pertama kali dikenal di Kota Mohenjo Daro (±2500SM), kemudian di kota Dur-Sarginu (Assyria) ±800 SM dan di Yunani (±600SM). Pada 500-600 SM pola ini meluas ke negara-negara Barat.
o anya merupa an perpotongan gar s-gar s tega
urus.
Bagian kota dibagi-bagi menjadi blok-blok empat persegi panjang .
Jalan utama membentang dari gerbang utama kota sampai pusat kota.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
47
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Kota-kota di Amerika Serikat ban ak menera kan sistem ini.
Sistem
ini
merupakan
bentuk
yang
sangat
cocok
untuk
pembagian lahannya, dan untuk daerah luar kota yang masih banyak tersedia lahan kosong.
Pengembangan kotanya akan tampak teratur dengan mengikuti pola yang telah terbentuk.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
48
POLA TRANSPORTASI
Kota‐kota Benteng dengan pola jalan bersiku empat persegi panjang dengan sistem Grid Sumber: Yunus, 2005 (dikutip dari Dickinson 1961 dan Northam 1979) 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
49
POLA TRANSPORTASI
Sumber: www.wikimapia.org, 2009 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
50
POLA TRANSPORTASI
Berdasarkan studinya di kota-kota Amerika, Herbert (1976) mengemukakan
bukti-bukti
yang
kuat
akan
pengaruh
perkembangan transportasi terhadap morfologi kota.
Kota-kota di Amerika tersebut telah terkondisikan oleh kemajuan teknologi di bidang transportasi.
Dari
erkemban an kota-kota tersebut
terbentuk 7 kate ori
morfologi kota.
Yang
harus
dipahami
adalah,
bahwa
setiap
kategori
perkembangan selalu bersifat kumulatif , dalam artian bahwa unsur-unsur perkembangan pada masa sebelumnya akan selalu mewarnai ciri-ciri erkemban an ada masa berikutn a.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
51
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
1. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Pejalan Kaki 2. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Binatang 3. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Kereta Listrik Kecil .
or o og
o a pa a
asa
om nas
ere a p an ar
oa
5. Morfologi Kota pada Masa Dominasi Mobil antar Kota .
Hambatan
7. Morfologi Kota pada Masa Perkembangan Jalan-jalan Lingkar
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
52
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Dari ketujuh morfologi kota tersebut dapat digolongkan ke dalam 3 golongan besar berdasarkan sifat-sifat perembetannya, uaitu: 1. Kategori morfologi kota dalam suatu pertumbuhan kompak, meliputi masa pejalan kaki, kereta binatang dan kereta listrik kecil. .
, meliputi masa perkembangan hubungan transportasi antar kota
3. Kategori morfologi kota pertumbuhan menyebar (leapfrog development ) dengan ciri tumbuhanya pusat-pusat baru di . 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
53
POLA TRANSPORTASI
Pada saat itu kota masih meru akan kota kecil
Kota merupakan kelompok tempat tinggal penduduk yang belum banyak.
Tempat tinggal berada di kanan kiri jalan dan terkonsentrasi pada areal dekat perempatan jalan.
Bentuknya relatif bulat dan mendekati bujur sangkar .
Jarak jangkau komunikasi dan transportasi masih kecil.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
54
POLA TRANSPORTASI
Pen
unaan binatan dan kereta an ditarik binatan mulai
memperlancar frekuensi komunikasi dan transportasi.
Jarak jangkauan komunikasi dan transportasi juga bertambah besar .
Introduksi penggunaan mesin dalam bidang transportasi mulai dilaksanakan.
Jumlah
penduduk
dan
fungsi-fungsi -
perkotaan
mulai ,
sehingga perluasan permukiman paling banyak terjadi di kiri kanan jalur transportasi.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
55
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Kenam akan morfolo i kotan a tidak la i membulat atau bu ur sangkar, tetapi seperti salib.
Kekompakan permukimannya masih nampak.
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
56
POLA TRANSPORTASI
Pemakaian kereta bermesin
ada
eriode ini mulai ban ak
dan semakin panjang serta jauh jangkauannya.
Sistem rel khusus di dalam kota semakin padat.
Bentuk kotanya masih kompak dan berbentuk salib.
Jalur-jalur rel tidak hanya searah lagi, tetapi hampir di sepanjang jalan utamanya juga dilengkapi dengan jalur-jalur khusus.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
57
POLA TRANSPORTASI
Kebutuhan
an kutan
dalam
umlah
besar
antar
kota
mengharuskan pemerintah untuk memperluas jaringan kereta api/listrik, dan penggunaan mobil sudah mulai diperkenalkan.
Perluasan permukiman mulai secara lateral banyak terjadi pada daerah-daerah sepanjang jalan yang sudah terbangun.
Kota masih berbentuk salib dan kompak.
Perkembangan permukiman yang pesat menuntut perluasan .
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
58
POLA TRANSPORTASI
.
Derajat mobilitas sangat tinggi, baik di dalam kota maupun antar kota sangat mempengaruhi akselerasi pertumbuhan “built up areas ”.
Realisasi
perluasan
jaringan
transportasi
darat
makin
dirasakan di daerah-daerah yang semula belum terjangkau alat-alat angkutan yang sudah ada.
Bentuk kotanya tidak lagi seperti salib, tetapi berubah seperti bintang/gurita, dalam arti bahwa perpanjangan linearnya tidak ,
18/04/11
Prodi Pere
. Wilayah dan Kota FTSP ITS
59
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan ,
pusat-pusat baru yang dipisahkan oleh penggunaan lahan “non-urban ”.
Morfologi
kotanya
tidak
kompak
lagi,
tetapi
terserak
(dispersed ).
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
60
POLA TRANSPORTASI
Perkembangan
transportasi
dan
komunikasi
semakin
kompleks, baik di dalam kota maupun antar kota.
Peningkatan jalan-jalan baru telah menarik berdirinya pusatpusat perkembangan baru.
Bentuk kota yang tidak kompak dan terserak sejalan dengan membengkaknya lahan perkotaan.
Proses
desentralisasi
permukiman
dan
fungsi-fungsi
perkotaan berjalan terus menerus dan makin meningkat baik . 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
61
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
perkotaan khususnya golongan “consolidator ” d a n “status seeker ”.
Kemajuan telekomunikasi dan fasilitas angkutan umum sangat erat kaitannya dengan “centrifugal movement ” tersebut.
Sumber: Yunus, 2005
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
62
POLA TRANSPORTASI
pertumbuhan pusat-pusat baru, makin terasa pula arti pentingnya jalan-jalan lingkar (ring roads ).
Ring roads ditujukan untuk memperbaiki aksesibilitas daerahdaerah terpencil, memperlancar mobilitas penduduk, barang, jasa dan informasi, serta mengurangi beban kota utama akan lalu lintas kota. ercepa an per um u an
enampa an
e o aan
a
apa
disangkal lagi.
18/04/11
“
” Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
. 63
POLA TRANSPORTASI
….. lanjutan
Untuk negara-negara yang mengandalkan produksi pertanian dalam sistem ekonomi nasionalnya, pembangunan jalur transportasi ini perlu mendapat perhatian khusus, dalam kaitannya dengan konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian, yang berarti berkurangnya sumber daya pertanian .
Bentuk kotanya sangat tidak kompak dan terserak.
Sumber: Yunus, 2005 18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
64
POLA TRANSPORTASI
Perubahan Morfologi Kota dan Kondisi Transportasi Sumber: Yunus, 2005 (dikutip dari Herbert, 1976)
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
65
REFERENSI
1. Yunus, Hadi Sabari (2005).
. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
18/04/11
Prodi Pere
Wilayah dan Kota FTSP ITS
66